TUGAS 13
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA LABORATORIUM
Oleh:
Mutiara Salsabila Warman 21031025
DOSEN PENGAMPU:
Ristiono, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
PINGSAN
Pengertian Pingsan
Pingsan atau sinkop adalah hilangnya kesadaran sementara yang terkait dengan kurangnya aliran darah ke otak. Pada sebagian besar kasusnya, pingsan cenderung terjadi pada orang-orang yang berusia kurang dari 40 tahun. Umumnya, kondisi ini hanya terjadi selama beberapa detik atau menit. Setelah itu, orang yang pingsan akan kembali sadar atau pulih secara spontan.
Ada sejumlah kondisi yang dapat menyebabkan seseorang pingsan, seperti detak jantung tidak teratur, kejang, gula darah rendah (hipoglikemia), anemia dan masalah pada saraf yang mengatur tekanan darah. Kondisi ini juga bisa menjadi pertanda kelainan medis tertentu.
Penyebab Pingsan
Kurangnya oksigen ke otak adalah penyebab utama pingsan. Beberapa kondisi yang dapat menghambat pasokan oksigen ke otak contohnya masalah paru, aliran darah, atau keracunan karbon monoksida. Ketika kadar darah dan oksigen dalam otak menurun, secara otomatis otak akan
“mendisfungsikan” bagian tubuh yang tidak vital.
Hal ini bertujuan untuk mengalirkan darah dan oksigen lebih banyak ke organ vital. Saat otak mendeteksi kembalinya asupan oksigen yang normal, tubuh mulai bernapas dengan dangkal dan cepat (hiperventilasi) sebagai dampak dari kurangnya oksigen.
Sementara itu, denyut jantung akan meningkat dengan tujuan untuk membawa oksigen lebih banyak menuju ke otak. Peningkatan ini menyebabkan penurunan tekanan darah.
Baik hiperventilasi maupun hipotensi akan menyebabkan hilang ingatan jangka pendek dan kebingungan, kelemahan otot, serta pingsan.
Penyebabnya termasuk:
1. Sinkop neurokardiogenik (vasovagal)
Gejalanya berupa segala kejadian yang memicu malfungsi sementara dari sistem saraf otonom. Pemicu yang mungkin terjadi adalah:
 Melihat sesuatu yang tidak menyenangkan secara tiba-tiba
 Stres emosional.
 Perasaan malu yang mendalam.
 Berdiri untuk waktu yang lama.
 Berada dalam tempat yang panas dan penuh.
2. Sinkop situasional
Ini adalah bagian dari neurokardiogenik, dengan pemicu berupa hal fisik dan bukan emosional. Misalnya batuk atau bersin, defekasi dan miksi dan olahraga berat.
3. Sinkop ortostatik
Adalah tipe sinkop lainnya dengan ciri pengidap jatuh setelah berdiri secara tiba-tiba dari posisi duduk atau berbaring. Hal ini terjadi karena darah terkumpul pada bagian tungkai, sehingga tekanan darah pada bagian tubuh lainnya cenderung rendah.
Normalnya, sistem saraf tubuh bereaksi dengan cara meningkatkan nadi sekaligus menyempitkan pembuluh darah untuk menstabilkan tekanan darah. Namun, terkadang ada sesuatu yang mengganggu proses stabilisasi ini dan menyebabkan penurunan asupan oksigen ke otak. Pemicu dalam hal ini termasuk:
 Diabetes yang tidak mendapatkan penanganan.
 Obat-obatan tertentu.
 Penyakit Parkinson.
 Sindrom Sinus Carotid.
4. Sinkop kardiak
Ini adalah kondisi kelainan jantung yang sudah ada yang dapat menyebabkan asupan darah dan oksigen ke otak menurun. Kondisi kelainan jantung yang bisa menyebabkan sinkop antara lain:
 Aritmia.
 Stenosis.
 Hipertensi.
 Serangan jantung.
Faktor Risiko Pingsan
Ada beberapa kondisi yang menjadi pemicu penurunan aliran darah ke otak secara tiba-tiba. Beberapa yaitu:
 Mendadak stres.
 Muncul rasa takut berlebihan.
 Cuaca ekstrem, seperti terlalu panas atau dingin.
 Kesetrum atau tersengat listrik.
 Perubahan posisi tubuh seketika.
 Mengidap masalah pada sistem saraf otonom (bagian dari saraf tepi).
 Riwayat sakit jantung. Misalnya, aritmia, pengecilan katup, atau kelainan struktur organ.
 Memiliki kadar gula darah kurang dari normal atau hipoglikemia.
 Memiliki kondisi yang memengaruhi kinerja sistem saraf. Misalnya penyakit kencing manis, kecanduan alkohol, atau malnutrisi.
 Bernapas terlalu cepat akibat serangan panik atau cemas.
 Minum obat yang memengaruhi laju tekanan darah.
Gejala Pingsan
Seseorang yang hendak mengalami pingsan biasanya menunjukkan sejumlah gejala awal, seperti:
 Menguap dan mengantuk.
 Wajahnya tampak pucat.
 Pusing atau sakit kepala.
 Tubuh terasa seperti melayang.
 Keluar keringat dingin tiba-tiba.
 Pandangan kabur.
 Telinga berdenging dan suara jadi terdengar samar.
 Terasa linglung saat berdiri tiba-tiba.
 Peningkatan detak jantung.
Gejala kemudian berlanjut dan menyebabkan tubuh kehilangan tenaga dan kehilangan kesadaran. Pada beberapa orang, mereka bisa kehilangan tenaga, lalu pingsan secara tiba-tiba tanpa adanya gejala awal.
Setelah kembali sadar, biasanya mereka akan merasa lemas atau kebingungan. Kondisi ini bisa terjadi selama kurang lebih 30 menit. Hal yang perlu kamu perhatikan, bila mereka tak kunjung sadar dalam 1-2 menit, segera cari bantuan medis.
Diagnosis Pingsan
Dokter tidak selalu mampu mendiagnosis pingsan. Namun, untuk kondisi sinkop vasovagal, dokter biasanya akan melakukan diagnosis dengan cara menyingkirkan kemungkinan lain, khususnya masalah jantung. Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
 Elektrokardiogram. Tes ini merekam sinyal listrik dari organ jantung untuk mendeteksi irama jantung yang tidak teratur dan masalah jantung lainnya.
 Ekokardiogram. Prosedur menggunakan pencitraan ultrasound untuk melihat jantung dan mencari kondisi, seperti masalah katup yang dapat menyebabkan pingsan.
 Latihan tes stres. Tes ini mempelajari ritme jantung selama berolahraga, biasanya saat berjalan atau berlari pada treadmill.
 Tes darah. Dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi anemia atau kondisi medis lainnya.
 Tes meja miring. Jika tidak ada masalah jantung yang memicu kondisi ini, dokter mungkin menyarankan untuk menjalani tes meja miring. Selama tes, pasien akan berbaring telentang di atas meja yang mengubah posisi, miring ke atas dalam berbagai sudut.
Seorang teknisi akan memantau ritme jantung dan tekanan darah selama tes untuk melihat apakah perubahan postur menjadi pemicunya.
Pengobatan Pingsan
Prosedur pengobatan akan sesuai berdasarkan penyebabnya. Tujuannya sama, yakni meningkatkan laju aliran darah menuju otak agar pasokan oksigen terpenuhi dengan baik.
Jika mengalami gejala awal tadi, langkah penanganan pertama yang bisa kamu lakukan adalah rebahkan tubuh dan angkat kaki lebih tinggi dari kepala.
Namun, jika melihat seseorang yang kehilangan kesadaran, segera cari pertolongan medis darurat. Sembari menunggu bantuan datang, kamu bisa melakukan beberapa langkah ini:
 Pindahkan pasien ke tempat yang lebih aman dalam posisi nyaman.
 Goyangkan atau cubit tubuhnya pada area leher atau wajah untuk memberikan rangsangan.
 Periksa napas dan saluran pernapasan untuk mengetahui adanya sumbatan.
 Jika ada, segera lakukan resusitasi jantung paru atau RJP dengan menekan dada.
 Longgarkan pakaian dan lepas semua aksesoris untuk memudahkan laju napas.
 Jika dekat dengan gedung atau ruangan ber-AC, pindahkan pasien ke sana agar mendapat sirkulasi udara yang cukup.
 Hindari memberikan makanan maupun minum karena bisa berisiko fatal akibat tersedak.
 Selimuti tubuh pasien jika suhu badannya menurun.
Jika pasien langsung sadar, kamu bisa melakukan cara berikut ini:
 Biarkan tetap berbaring, tunggu sampai 10 hingga 15 menit.
 Berikan minum atau makan.
 Saat bantuan medis datang, beri tahu gejala dan berapa lama pasien kehilangan kesadaran.
Biasanya, tim medis akan menyarankan beberapa hal berikut untuk mengurangi risiko pingsan kembali:
 Menghindari faktor pemicunya.
 Banyak minum air putih.
 Membatasi asupan garam, alkohol, dan kafein.
 Menjaga porsi makan dengan asupan bergizi seimbang.
Komplikasi Pingsan
Komplikasi bisa saja muncul jika pingsan terjadi secara berulang dan tidak mendapat penanganan dengan cara yang tepat. Beberapa dampaknya, meliputi:
 Penurunan kualitas hidup.
 Kesulitan dalam beraktivitas.
 Stres hingga depresi.
 Cedera fisik, seperti patah tulang.
Cara Mencegah Pingsan
Kamu bisa mencegah pingsan dengan melakukan beberapa cara berikut ini:
 Menjauhi situasi maupun kondisi yang dapat memicu peningkatan detak jantung secara tiba-tiba.
 Kelola stres dan rasa panik dengan latihan pernapasan.
 Cukupi waktu tidur dan asupan dari makanan sehat.
 Ubah posisi tubuh secara perlahan, jangan tiba-tiba berdiri dari duduk atau berbaring.
 Rebahkan tubuh dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
 Rutin memeriksakan diri ke dokter jika memiliki riwayat penyakit kronis.
Pingsan yang tidak terkait dengan gangguan kesehatan tertentu umumnya tidak berbahaya. Sedangkan pingsan yang disebabkan oleh suatu kondisi medis atau penyakit perlu mendapatkan pemeriksaan dan penanganan agar tidak terjadi kembali.
Penyebab Pingsan
Umumnya, pingsan terjadi karena tekanan darah menurun secara tiba-tiba sehingga aliran darah dan suplai oksigen ke otak berkurang. Sejumlah kondisi yang dapat memicu pingsan adalah stres, ketakutan, cuaca yang terlalu panas, sengatan listrik (kesetrum), dan perubahan posisi secara tiba-tiba.
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami pingsan, yaitu:
1) Menderita gangguan pada sistem saraf otonom
2) Memiliki penyakit jantung, seperti aritmia, penyempitan katup jantung, atau kelainan pada struktur jantung
3) Mengalami penurunan kadar gula darah (hipoglikemia)
4) Menderita diabetes atau penyakit yang bisa memengaruhi sistem saraf, seperti malnutrisi, kecanduan alkohol, dan amiloidosis
5) Mengalami hiperventilasi akibat bernapas terlalu cepat, karena merasa panik atau cemas
6) Mengonsumsi obat-obatan yang bisa memengaruhi tekanan darah, seperti obat hipertensi, dan obat untuk gangguan kecemasan
Gejala Pingsan
Sebelum pingsan, biasanya akan muncul gejala awal berupa:
1) Mengantuk 2) Menguap 3) Terlihat pucat
4) Pusing dan seperti melayang
5) Mual, cemas, bernapas dengan cepat, dan berkeringat dingin tiba- tiba
6) Pandangan kabur atau berkunang-kunang
7) Pendengaran terganggu atau mendengar dengan samar-samar 8) Linglung dan tubuh limbung, terutama ketika berdiri
9) Tubuh terasa lemah
10) Telinga berdenging 11) Jantung berdebar 12) Sakit kepala
Setelah itu, tubuh akan terasa kehilangan tenaga kemudian tidak sadarkan diri. Meski begitu, gejala awal pingsan bisa berbeda pada tiap orang, bahkan ada orang yang tidak merasakan gejala awal sama sekali sebelum pingsan.
Kapan harus ke dokter
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami pingsan tanpa sebab yang jelas atau terjadi secara berulang. Pemeriksaan dokter diperlukan agar penyebab pingsan bisa diketahui dan diatasi sehingga tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Jika Anda menemukan orang yang pingsan di sekitar Anda, segera bawa ia ke IGD untuk mendapatkan penanganan, terlebih bila ia mengalami salah satu gejala berikut ini:
1) Tidak bernapas
2) Tidak sadarkan diri selama lebih dari 1–2 menit 3) Mengalami perdarahan atau cedera
4) Berusia lebih dari 50 tahun 5) Sedang hamil
6) Mengalami kejang
7) Tidak pernah pingsan sebelumnya atau justru sering pingsan
8) Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, hipotensi, atau penyakit jantung
9) Mengalami nyeri dada atau jantung berdebar sebelum pingsan 10) Memiliki riwayat cedera pada kepala sebelumnya
Pemeriksaan oleh dokter juga perlu dilakukan bila orang yang pingsan mengalami kebingungan dalam jangka waktu lama atau tidak bisa menggerakkan tangan atau kakinya setelah sadar dari pingsan.
Diagnosis Pingsan
Dokter akan bertanya kepada pasien atau orang yang mengantar pasien terkait keluhan yang dialami pasien sebelum pingsan. Pertanyaan yang akan diajukan antara lain posisi pasien saat pingsan dan seberapa lama pasien pingsan.
Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi, serta apa yang dirasakan pasien setelah sadar.
Selanjutnya, dokter akan memeriksa kesadaran pasien dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab pingsan.
Pada sebagian kasus, pemeriksaan fisik saja sudah cukup untuk menentukan penyebab pingsan. Namun, pada kasus lain, pemeriksaan penunjang di bawah ini diperlukan untuk memastikan penyebab pingsan:
1) Tes darah, untuk memeriksa keseimbangan kadar gula darah dan anemia
2) Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas listrik di jantung 3) Ekokardiografi, untuk melihat struktur jantung dan aliran darah
dalam jantung
4) Elektroensefalogram (EEG), untuk mengukur aktivitas listrik di otak
5) Holter monitor, untuk merekam keadaan jantung setidaknya selama 24 jam
6) CT scan, untuk melihat struktur organ atau jaringan tertentu
Pengobatan Pingsan
Penanganan pingsan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Tindakan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otak agar kebutuhan oksigen pasien tercukupi.
Jika Anda merasakan gejala-gejala awal pingsan, coba baringkan tubuh dengan nyaman dan angkat kaki sedikit lebih tinggi dari kepala.
Bila Anda melihat seseorang pingsan, segera cari pertolongan medis ke dokter atau rumah sakit. Sambil menunggu bantuan medis datang, lakukan pertolongan pertama seperti berikut:
1) Bawa penderita ke tempat aman dengan posisi tetap berbaring dan pastikan posisinya nyaman.
2) Bangunkan penderita dengan menggoyang tubuhnya, memanggilnya dengan suara yang cukup keras, atau memberikan rangsang nyeri, misalnya dengan mencubit atau meletakkan handuk dingin di wajah atau lehernya.
3) Periksa apakah penderita bernapas dan apakah ada sumbatan di saluran pernapasannya.
4) Segera lakukan resusitasi jantung paru atau CPR jika penderita tidak menunjukkan kemampuan bernapas atau mengalami henti jantung 5) Longgarkan pakaian atau aksesori penderita yang terlalu ketat,
seperti kerah baju dan ikat pinggang.
6) Jika memungkinkan, bawa penderita ke ruangan yang sejuk atau memiliki sirkulasi udara yang baik.
7) Hindari memberikan makanan atau minuman apa pun ketika pasien tidak sadar penuh, karena berisiko menyebabkan tersedak.
8) Bungkus penderita dengan selimut bila kulitnya terasa dingin saat disentuh.
Jika penderita sudah mulai sadar, berikan pertolongan dengan cara:
 Biarkan penderita tetap berbaring, lalu tunggu sekitar 10–15 menit sebelum memperbolehkannya untuk duduk atau berdiri.
 Berikan penderita minuman atau makanan secara perlahan, terutama bila ia belum makan dalam 6 jam terakhir atau menderita diabetes.
 Temani penderita sampai ia benar-benar sadar.
Ketika bantuan medis datang, beri tahu dokter atau petugas medis mengenai berapa lama penderita pingsan dan apa saja yang sudah Anda lakukan.
Penanganan dan pengobatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien yang pingsan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Selain itu, dokter juga akan menyarankan pasien untuk:
1) Menghindari faktor pemicu, seperti stres, terlalu lama berdiri, atau berada di ruangan yang pengap dan panas
2) Mencukupi kebutuhan cairan, membatasi konsumsi garam, kafein, dan alkohol, serta menjaga porsi makan
Pingsan bisa diatasi dan dicegah dengan penanganan yang tepat. Meski demikian, orang yang pernah pingsan lebih berisiko untuk mengalami pingsan di kemudian hari.
Komplikasi Pingsan
Pingsan biasanya memang bukan kondisi yang berbahaya. Namun, pingsan bisa berbahaya bila terjadi pada kondisi atau di tempat tertentu, misalnya ketika sedang mengemudi atau berada di tempat yang tinggi. Hal tersebut bisa menyebabkan penderita terjatuh, terbentur, dan mengalami cedera.
Pencegahan Pingsan
Untuk mencegah terjadinya pingsan, orang yang memiliki faktor risiko pingsan atau pernah pingsan sebelumnya disarankan untuk melakukan tindakan preventif berikut:
1) Mengenali situasi yang dapat memicu pingsan dan menghindarinya 2) Belajar mengelola stres dan rasa panik, misalnya dengan melatih
teknik bernapas atau melakukan yoga
3) Menjaga diri tetap fit, dengan cukup tidur dan beristirahat
4) Makan teratur dan mengonsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang
5) Mencukupi kebutuhan cairan dengan minum air putih yang cukup agar terhindar dari dehidrasi
6) Mengubah posisi secara perlahan saat akan berdiri dari posisi duduk atau berbaring
7) Membaringkan diri dan menaikkan kaki sedikit lebih tinggi dari kepala jika merasakan gejala sebelum pingsan
8) Rutin memeriksakan diri ke dokter jika memiliki gangguan kesehatan yang berisiko menyebabkan pingsan, seperti diabetes atau penyakit jantung
Pengertian Pingsan
Pingsan atau sinkop adalah hilangnya kesadaran sementara yang terkait dengan kurangnya aliran darah ke otak. Pada sebagian besar kasusnya, pingsan cenderung terjadi pada orang-orang yang berusia kurang dari 40 tahun. Umumnya, kondisi ini hanya terjadi selama beberapa detik atau
menit. Setelah itu, orang yang pingsan akan kembali sadar atau pulih secara spontan.
Ada sejumlah kondisi yang dapat menyebabkan seseorang pingsan, seperti detak jantung tidak teratur, kejang, gula darah rendah (hipoglikemia), anemia dan masalah pada saraf yang mengatur tekanan darah. Kondisi ini juga bisa menjadi pertanda kelainan medis tertentu.
Penyebab Pingsan
Kurangnya oksigen ke otak adalah penyebab utama pingsan. Beberapa kondisi yang dapat menghambat pasokan oksigen ke otak contohnya masalah paru, aliran darah, atau keracunan karbon monoksida. Ketika kadar darah dan oksigen dalam otak menurun, secara otomatis otak akan
“mendisfungsikan” bagian tubuh yang tidak vital.
Hal ini bertujuan untuk mengalirkan darah dan oksigen lebih banyak ke organ vital. Saat otak mendeteksi kembalinya asupan oksigen yang normal, tubuh mulai bernapas dengan dangkal dan cepat (hiperventilasi) sebagai dampak dari kurangnya oksigen.
Sementara itu, denyut jantung akan meningkat dengan tujuan untuk membawa oksigen lebih banyak menuju ke otak. Peningkatan ini menyebabkan penurunan tekanan darah.
Baik hiperventilasi maupun hipotensi akan menyebabkan hilang ingatan jangka pendek dan kebingungan, kelemahan otot, serta pingsan.
Penyebabnya termasuk:
1. Sinkop neurokardiogenik (vasovagal)
Gejalanya berupa segala kejadian yang memicu malfungsi sementara dari sistem saraf otonom. Pemicu yang mungkin terjadi adalah:
 Melihat sesuatu yang tidak menyenangkan secara tiba-tiba
 Stres emosional.
 Perasaan malu yang mendalam.
 Berdiri untuk waktu yang lama.
 Berada dalam tempat yang panas dan penuh.
2. Sinkop situasional
Ini adalah bagian dari neurokardiogenik, dengan pemicu berupa hal fisik dan bukan emosional. Misalnya batuk atau bersin, defekasi dan miksi dan olahraga berat.
3. Sinkop ortostatik
Adalah tipe sinkop lainnya dengan ciri pengidap jatuh setelah berdiri secara tiba-tiba dari posisi duduk atau berbaring. Hal ini terjadi karena darah terkumpul pada bagian tungkai, sehingga tekanan darah pada bagian tubuh lainnya cenderung rendah.
Normalnya, sistem saraf tubuh bereaksi dengan cara meningkatkan nadi sekaligus menyempitkan pembuluh darah untuk menstabilkan tekanan darah. Namun, terkadang ada sesuatu yang mengganggu proses stabilisasi ini dan menyebabkan penurunan asupan oksigen ke otak. Pemicu dalam hal ini termasuk:
 Diabetes yang tidak mendapatkan penanganan.
 Obat-obatan tertentu.
 Penyakit Parkinson.
 Sindrom Sinus Carotid.
4. Sinkop kardiak
Ini adalah kondisi kelainan jantung yang sudah ada yang dapat menyebabkan asupan darah dan oksigen ke otak menurun. Kondisi kelainan jantung yang bisa menyebabkan sinkop antara lain:
 Aritmia.
 Stenosis.
 Hipertensi.
 Serangan jantung.
Faktor Risiko Pingsan
Ada beberapa kondisi yang menjadi pemicu penurunan aliran darah ke otak secara tiba-tiba. Beberapa yaitu:
 Mendadak stres.
 Muncul rasa takut berlebihan.
 Cuaca ekstrem, seperti terlalu panas atau dingin.
 Kesetrum atau tersengat listrik.
 Perubahan posisi tubuh seketika.
 Mengidap masalah pada sistem saraf otonom (bagian dari saraf tepi).
 Riwayat sakit jantung. Misalnya, aritmia, pengecilan katup, atau kelainan struktur organ.
 Memiliki kadar gula darah kurang dari normal atau hipoglikemia.
 Memiliki kondisi yang memengaruhi kinerja sistem saraf. Misalnya penyakit kencing manis, kecanduan alkohol, atau malnutrisi.
 Bernapas terlalu cepat akibat serangan panik atau cemas.
 Minum obat yang memengaruhi laju tekanan darah.
Gejala Pingsan
Seseorang yang hendak mengalami pingsan biasanya menunjukkan sejumlah gejala awal, seperti:
 Menguap dan mengantuk.
 Wajahnya tampak pucat.
 Pusing atau sakit kepala.
 Tubuh terasa seperti melayang.
 Keluar keringat dingin tiba-tiba.
 Pandangan kabur.
 Telinga berdenging dan suara jadi terdengar samar.
 Terasa linglung saat berdiri tiba-tiba.
 Peningkatan detak jantung.
Gejala kemudian berlanjut dan menyebabkan tubuh kehilangan tenaga dan kehilangan kesadaran. Pada beberapa orang, mereka bisa kehilangan tenaga, lalu pingsan secara tiba-tiba tanpa adanya gejala awal.
Setelah kembali sadar, biasanya mereka akan merasa lemas atau kebingungan. Kondisi ini bisa terjadi selama kurang lebih 30 menit. Hal yang perlu kamu perhatikan, bila mereka tak kunjung sadar dalam 1-2 menit, segera cari bantuan medis.
Diagnosis Pingsan
Dokter tidak selalu mampu mendiagnosis pingsan. Namun, untuk kondisi sinkop vasovagal, dokter biasanya akan melakukan diagnosis dengan cara
menyingkirkan kemungkinan lain, khususnya masalah jantung. Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
 Elektrokardiogram. Tes ini merekam sinyal listrik dari organ jantung untuk mendeteksi irama jantung yang tidak teratur dan masalah jantung lainnya.
 Ekokardiogram. Prosedur menggunakan pencitraan ultrasound untuk melihat jantung dan mencari kondisi, seperti masalah katup yang dapat menyebabkan pingsan.
 Latihan tes stres. Tes ini mempelajari ritme jantung selama berolahraga, biasanya saat berjalan atau berlari pada treadmill.
 Tes darah. Dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi anemia atau kondisi medis lainnya.
 Tes meja miring. Jika tidak ada masalah jantung yang memicu kondisi ini, dokter mungkin menyarankan untuk menjalani tes meja miring. Selama tes, pasien akan berbaring telentang di atas meja yang mengubah posisi, miring ke atas dalam berbagai sudut.
Seorang teknisi akan memantau ritme jantung dan tekanan darah selama tes untuk melihat apakah perubahan postur menjadi pemicunya.
Pengobatan Pingsan
Prosedur pengobatan akan sesuai berdasarkan penyebabnya. Tujuannya sama, yakni meningkatkan laju aliran darah menuju otak agar pasokan oksigen terpenuhi dengan baik.
Jika mengalami gejala awal tadi, langkah penanganan pertama yang bisa kamu lakukan adalah rebahkan tubuh dan angkat kaki lebih tinggi dari kepala.
Namun, jika melihat seseorang yang kehilangan kesadaran, segera cari pertolongan medis darurat. Sembari menunggu bantuan datang, kamu bisa melakukan beberapa langkah ini:
 Pindahkan pasien ke tempat yang lebih aman dalam posisi nyaman.
 Goyangkan atau cubit tubuhnya pada area leher atau wajah untuk memberikan rangsangan.
 Periksa napas dan saluran pernapasan untuk mengetahui adanya sumbatan.
 Jika ada, segera lakukan resusitasi jantung paru atau RJP dengan menekan dada.
 Longgarkan pakaian dan lepas semua aksesoris untuk memudahkan laju napas.
 Jika dekat dengan gedung atau ruangan ber-AC, pindahkan pasien ke sana agar mendapat sirkulasi udara yang cukup.
 Hindari memberikan makanan maupun minum karena bisa berisiko fatal akibat tersedak.
 Selimuti tubuh pasien jika suhu badannya menurun.
Jika pasien langsung sadar, kamu bisa melakukan cara berikut ini:
 Biarkan tetap berbaring, tunggu sampai 10 hingga 15 menit.
 Berikan minum atau makan.
 Saat bantuan medis datang, beri tahu gejala dan berapa lama pasien kehilangan kesadaran.
Biasanya, tim medis akan menyarankan beberapa hal berikut untuk mengurangi risiko pingsan kembali:
 Menghindari faktor pemicunya.
 Banyak minum air putih.
 Membatasi asupan garam, alkohol, dan kafein.
 Menjaga porsi makan dengan asupan bergizi seimbang.
Komplikasi Pingsan
Komplikasi bisa saja muncul jika pingsan terjadi secara berulang dan tidak mendapat penanganan dengan cara yang tepat. Beberapa dampaknya, meliputi:
 Penurunan kualitas hidup.
 Kesulitan dalam beraktivitas.
 Stres hingga depresi.
 Cedera fisik, seperti patah tulang.
Cara Mencegah Pingsan
Kamu bisa mencegah pingsan dengan melakukan beberapa cara berikut ini:
 Menjauhi situasi maupun kondisi yang dapat memicu peningkatan detak jantung secara tiba-tiba.
 Kelola stres dan rasa panik dengan latihan pernapasan.
 Cukupi waktu tidur dan asupan dari makanan sehat.
 Ubah posisi tubuh secara perlahan, jangan tiba-tiba berdiri dari duduk atau berbaring.
 Rebahkan tubuh dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
 Rutin memeriksakan diri ke dokter jika memiliki riwayat penyakit kronis.
Pingsan yang tidak terkait dengan gangguan kesehatan tertentu umumnya tidak berbahaya. Sedangkan pingsan yang disebabkan oleh suatu kondisi medis atau penyakit perlu mendapatkan pemeriksaan dan penanganan agar tidak terjadi kembali.
Penyebab Pingsan
Umumnya, pingsan terjadi karena tekanan darah menurun secara tiba-tiba sehingga aliran darah dan suplai oksigen ke otak berkurang. Sejumlah kondisi yang dapat memicu pingsan adalah stres, ketakutan, cuaca yang terlalu panas, sengatan listrik (kesetrum), dan perubahan posisi secara tiba-tiba.
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami pingsan, yaitu:
7) Menderita gangguan pada sistem saraf otonom
8) Memiliki penyakit jantung, seperti aritmia, penyempitan katup jantung, atau kelainan pada struktur jantung
9) Mengalami penurunan kadar gula darah (hipoglikemia)
10) Menderita diabetes atau penyakit yang bisa memengaruhi sistem saraf, seperti malnutrisi, kecanduan alkohol, dan amiloidosis
11) Mengalami hiperventilasi akibat bernapas terlalu cepat, karena merasa panik atau cemas
12) Mengonsumsi obat-obatan yang bisa memengaruhi tekanan darah, seperti obat hipertensi, dan obat untuk gangguan kecemasan
Gejala Pingsan
Sebelum pingsan, biasanya akan muncul gejala awal berupa:
13) Mengantuk 14) Menguap 15) Terlihat pucat
16) Pusing dan seperti melayang
17) Mual, cemas, bernapas dengan cepat, dan berkeringat dingin tiba-tiba
18) Pandangan kabur atau berkunang-kunang
19) Pendengaran terganggu atau mendengar dengan samar-samar 20) Linglung dan tubuh limbung, terutama ketika berdiri
21) Tubuh terasa lemah 22) Telinga berdenging 23) Jantung berdebar 24) Sakit kepala
Setelah itu, tubuh akan terasa kehilangan tenaga kemudian tidak sadarkan diri. Meski begitu, gejala awal pingsan bisa berbeda pada tiap orang,
bahkan ada orang yang tidak merasakan gejala awal sama sekali sebelum pingsan.
Kapan harus ke dokter
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami pingsan tanpa sebab yang jelas atau terjadi secara berulang. Pemeriksaan dokter diperlukan agar penyebab pingsan bisa diketahui dan diatasi sehingga tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Jika Anda menemukan orang yang pingsan di sekitar Anda, segera bawa ia ke IGD untuk mendapatkan penanganan, terlebih bila ia mengalami salah satu gejala berikut ini:
11) Tidak bernapas
12) Tidak sadarkan diri selama lebih dari 1–2 menit 13) Mengalami perdarahan atau cedera
14) Berusia lebih dari 50 tahun 15) Sedang hamil
16) Mengalami kejang
17) Tidak pernah pingsan sebelumnya atau justru sering pingsan 18) Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, hipotensi,
atau penyakit jantung
19) Mengalami nyeri dada atau jantung berdebar sebelum pingsan 20) Memiliki riwayat cedera pada kepala sebelumnya
Pemeriksaan oleh dokter juga perlu dilakukan bila orang yang pingsan mengalami kebingungan dalam jangka waktu lama atau tidak bisa menggerakkan tangan atau kakinya setelah sadar dari pingsan.
Diagnosis Pingsan
Dokter akan bertanya kepada pasien atau orang yang mengantar pasien terkait keluhan yang dialami pasien sebelum pingsan. Pertanyaan yang akan diajukan antara lain posisi pasien saat pingsan dan seberapa lama pasien pingsan.
Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi, serta apa yang dirasakan pasien setelah sadar.
Selanjutnya, dokter akan memeriksa kesadaran pasien dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab pingsan.
Pada sebagian kasus, pemeriksaan fisik saja sudah cukup untuk menentukan penyebab pingsan. Namun, pada kasus lain, pemeriksaan penunjang di bawah ini diperlukan untuk memastikan penyebab pingsan:
7) Tes darah, untuk memeriksa keseimbangan kadar gula darah dan anemia
8) Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas listrik di jantung
9) Ekokardiografi, untuk melihat struktur jantung dan aliran darah dalam jantung
10) Elektroensefalogram (EEG), untuk mengukur aktivitas listrik di otak
11) Holter monitor, untuk merekam keadaan jantung setidaknya selama 24 jam
12) CT scan, untuk melihat struktur organ atau jaringan tertentu
Pengobatan Pingsan
Penanganan pingsan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Tindakan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otak agar kebutuhan oksigen pasien tercukupi.
Jika Anda merasakan gejala-gejala awal pingsan, coba baringkan tubuh dengan nyaman dan angkat kaki sedikit lebih tinggi dari kepala.
Bila Anda melihat seseorang pingsan, segera cari pertolongan medis ke dokter atau rumah sakit. Sambil menunggu bantuan medis datang, lakukan pertolongan pertama seperti berikut:
9) Bawa penderita ke tempat aman dengan posisi tetap berbaring dan pastikan posisinya nyaman.
10) Bangunkan penderita dengan menggoyang tubuhnya, memanggilnya dengan suara yang cukup keras, atau memberikan rangsang nyeri, misalnya dengan mencubit atau meletakkan handuk dingin di wajah atau lehernya.
11) Periksa apakah penderita bernapas dan apakah ada sumbatan di saluran pernapasannya.
12) Segera lakukan resusitasi jantung paru atau CPR jika penderita tidak menunjukkan kemampuan bernapas atau mengalami henti jantung
13) Longgarkan pakaian atau aksesori penderita yang terlalu ketat, seperti kerah baju dan ikat pinggang.
14) Jika memungkinkan, bawa penderita ke ruangan yang sejuk atau memiliki sirkulasi udara yang baik.
15) Hindari memberikan makanan atau minuman apa pun ketika pasien tidak sadar penuh, karena berisiko menyebabkan tersedak.
16) Bungkus penderita dengan selimut bila kulitnya terasa dingin saat disentuh.
Jika penderita sudah mulai sadar, berikan pertolongan dengan cara:
 Biarkan penderita tetap berbaring, lalu tunggu sekitar 10–15 menit sebelum memperbolehkannya untuk duduk atau berdiri.
 Berikan penderita minuman atau makanan secara perlahan, terutama bila ia belum makan dalam 6 jam terakhir atau menderita diabetes.
 Temani penderita sampai ia benar-benar sadar.
Ketika bantuan medis datang, beri tahu dokter atau petugas medis mengenai berapa lama penderita pingsan dan apa saja yang sudah Anda lakukan.
Penanganan dan pengobatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien yang pingsan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Selain itu, dokter juga akan menyarankan pasien untuk:
3) Menghindari faktor pemicu, seperti stres, terlalu lama berdiri, atau berada di ruangan yang pengap dan panas
4) Mencukupi kebutuhan cairan, membatasi konsumsi garam, kafein, dan alkohol, serta menjaga porsi makan
Pingsan bisa diatasi dan dicegah dengan penanganan yang tepat. Meski demikian, orang yang pernah pingsan lebih berisiko untuk mengalami pingsan di kemudian hari.
Komplikasi Pingsan
Pingsan biasanya memang bukan kondisi yang berbahaya. Namun, pingsan bisa berbahaya bila terjadi pada kondisi atau di tempat tertentu, misalnya ketika sedang mengemudi atau berada di tempat yang tinggi. Hal tersebut bisa menyebabkan penderita terjatuh, terbentur, dan mengalami cedera.
Pencegahan Pingsan
Untuk mencegah terjadinya pingsan, orang yang memiliki faktor risiko pingsan atau pernah pingsan sebelumnya disarankan untuk melakukan tindakan preventif berikut:
9) Mengenali situasi yang dapat memicu pingsan dan menghindarinya 10) Belajar mengelola stres dan rasa panik, misalnya dengan
melatih teknik bernapas atau melakukan yoga
11) Menjaga diri tetap fit, dengan cukup tidur dan beristirahat 12) Makan teratur dan mengonsumsi makanan sehat dengan gizi
seimbang
13) Mencukupi kebutuhan cairan dengan minum air putih yang cukup agar terhindar dari dehidrasi
14) Mengubah posisi secara perlahan saat akan berdiri dari posisi duduk atau berbaring
15) Membaringkan diri dan menaikkan kaki sedikit lebih tinggi dari kepala jika merasakan gejala sebelum pingsan
Rutin memeriksakan diri ke dokter jika memiliki gangguan kesehatan yang berisiko menyebabkan pingsan, seperti diabetes atau penyakit jantung.
Pengertian Pingsan
Pingsan atau sinkop adalah hilangnya kesadaran sementara yang terkait dengan kurangnya aliran darah ke otak. Pada sebagian besar kasusnya, pingsan cenderung terjadi pada orang-orang yang berusia kurang dari 40 tahun. Umumnya, kondisi ini hanya terjadi selama beberapa detik atau menit. Setelah itu, orang yang pingsan akan kembali sadar atau pulih secara spontan.
Ada sejumlah kondisi yang dapat menyebabkan seseorang pingsan, seperti detak jantung tidak teratur, kejang, gula darah rendah (hipoglikemia), anemia dan masalah pada saraf yang mengatur tekanan darah. Kondisi ini juga bisa menjadi pertanda kelainan medis tertentu.
Penyebab Pingsan
Kurangnya oksigen ke otak adalah penyebab utama pingsan. Beberapa kondisi yang dapat menghambat pasokan oksigen ke otak contohnya masalah paru, aliran darah, atau keracunan karbon monoksida. Ketika kadar darah dan oksigen dalam otak menurun, secara otomatis otak akan
“mendisfungsikan” bagian tubuh yang tidak vital.
Hal ini bertujuan untuk mengalirkan darah dan oksigen lebih banyak ke organ vital. Saat otak mendeteksi kembalinya asupan oksigen yang
normal, tubuh mulai bernapas dengan dangkal dan cepat (hiperventilasi) sebagai dampak dari kurangnya oksigen.
Sementara itu, denyut jantung akan meningkat dengan tujuan untuk membawa oksigen lebih banyak menuju ke otak. Peningkatan ini menyebabkan penurunan tekanan darah.
Baik hiperventilasi maupun hipotensi akan menyebabkan hilang ingatan jangka pendek dan kebingungan, kelemahan otot, serta pingsan.
Penyebabnya termasuk:
1. Sinkop neurokardiogenik (vasovagal)
Gejalanya berupa segala kejadian yang memicu malfungsi sementara dari sistem saraf otonom. Pemicu yang mungkin terjadi adalah:
 Melihat sesuatu yang tidak menyenangkan secara tiba-tiba
 Stres emosional.
 Perasaan malu yang mendalam.
 Berdiri untuk waktu yang lama.
 Berada dalam tempat yang panas dan penuh.
2. Sinkop situasional
Ini adalah bagian dari neurokardiogenik, dengan pemicu berupa hal fisik dan bukan emosional. Misalnya batuk atau bersin, defekasi dan miksi dan olahraga berat.
3. Sinkop ortostatik
Adalah tipe sinkop lainnya dengan ciri pengidap jatuh setelah berdiri secara tiba-tiba dari posisi duduk atau berbaring. Hal ini terjadi karena
darah terkumpul pada bagian tungkai, sehingga tekanan darah pada bagian tubuh lainnya cenderung rendah.
Normalnya, sistem saraf tubuh bereaksi dengan cara meningkatkan nadi sekaligus menyempitkan pembuluh darah untuk menstabilkan tekanan darah. Namun, terkadang ada sesuatu yang mengganggu proses stabilisasi ini dan menyebabkan penurunan asupan oksigen ke otak. Pemicu dalam hal ini termasuk:
 Diabetes yang tidak mendapatkan penanganan.
 Obat-obatan tertentu.
 Penyakit Parkinson.
 Sindrom Sinus Carotid.
4. Sinkop kardiak
Ini adalah kondisi kelainan jantung yang sudah ada yang dapat menyebabkan asupan darah dan oksigen ke otak menurun. Kondisi kelainan jantung yang bisa menyebabkan sinkop antara lain:
 Aritmia.
 Stenosis.
 Hipertensi.
 Serangan jantung.
Faktor Risiko Pingsan
Ada beberapa kondisi yang menjadi pemicu penurunan aliran darah ke otak secara tiba-tiba. Beberapa yaitu:
 Mendadak stres.
 Muncul rasa takut berlebihan.
 Cuaca ekstrem, seperti terlalu panas atau dingin.
 Kesetrum atau tersengat listrik.
 Perubahan posisi tubuh seketika.
 Mengidap masalah pada sistem saraf otonom (bagian dari saraf tepi).
 Riwayat sakit jantung. Misalnya, aritmia, pengecilan katup, atau kelainan struktur organ.
 Memiliki kadar gula darah kurang dari normal atau hipoglikemia.
 Memiliki kondisi yang memengaruhi kinerja sistem saraf. Misalnya penyakit kencing manis, kecanduan alkohol, atau malnutrisi.
 Bernapas terlalu cepat akibat serangan panik atau cemas.
 Minum obat yang memengaruhi laju tekanan darah.
Gejala Pingsan
Seseorang yang hendak mengalami pingsan biasanya menunjukkan sejumlah gejala awal, seperti:
 Menguap dan mengantuk.
 Wajahnya tampak pucat.
 Pusing atau sakit kepala.
 Tubuh terasa seperti melayang.
 Keluar keringat dingin tiba-tiba.
 Pandangan kabur.
 Telinga berdenging dan suara jadi terdengar samar.
 Terasa linglung saat berdiri tiba-tiba.
 Peningkatan detak jantung.
Gejala kemudian berlanjut dan menyebabkan tubuh kehilangan tenaga dan kehilangan kesadaran. Pada beberapa orang, mereka bisa kehilangan tenaga, lalu pingsan secara tiba-tiba tanpa adanya gejala awal.
Setelah kembali sadar, biasanya mereka akan merasa lemas atau kebingungan. Kondisi ini bisa terjadi selama kurang lebih 30 menit. Hal yang perlu kamu perhatikan, bila mereka tak kunjung sadar dalam 1-2 menit, segera cari bantuan medis.
Diagnosis Pingsan
Dokter tidak selalu mampu mendiagnosis pingsan. Namun, untuk kondisi sinkop vasovagal, dokter biasanya akan melakukan diagnosis dengan cara menyingkirkan kemungkinan lain, khususnya masalah jantung. Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
 Elektrokardiogram. Tes ini merekam sinyal listrik dari organ jantung untuk mendeteksi irama jantung yang tidak teratur dan masalah jantung lainnya.
 Ekokardiogram. Prosedur menggunakan pencitraan ultrasound untuk melihat jantung dan mencari kondisi, seperti masalah katup yang dapat menyebabkan pingsan.
 Latihan tes stres. Tes ini mempelajari ritme jantung selama berolahraga, biasanya saat berjalan atau berlari pada treadmill.
 Tes darah. Dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi anemia atau kondisi medis lainnya.
 Tes meja miring. Jika tidak ada masalah jantung yang memicu kondisi ini, dokter mungkin menyarankan untuk menjalani tes meja miring. Selama tes, pasien akan berbaring telentang di atas meja yang mengubah posisi, miring ke atas dalam berbagai sudut.
Seorang teknisi akan memantau ritme jantung dan tekanan darah selama tes untuk melihat apakah perubahan postur menjadi pemicunya.
Pengobatan Pingsan
Prosedur pengobatan akan sesuai berdasarkan penyebabnya. Tujuannya sama, yakni meningkatkan laju aliran darah menuju otak agar pasokan oksigen terpenuhi dengan baik.
Jika mengalami gejala awal tadi, langkah penanganan pertama yang bisa kamu lakukan adalah rebahkan tubuh dan angkat kaki lebih tinggi dari kepala.
Namun, jika melihat seseorang yang kehilangan kesadaran, segera cari pertolongan medis darurat. Sembari menunggu bantuan datang, kamu bisa melakukan beberapa langkah ini:
 Pindahkan pasien ke tempat yang lebih aman dalam posisi nyaman.
 Goyangkan atau cubit tubuhnya pada area leher atau wajah untuk memberikan rangsangan.
 Periksa napas dan saluran pernapasan untuk mengetahui adanya sumbatan.
 Jika ada, segera lakukan resusitasi jantung paru atau RJP dengan menekan dada.
 Longgarkan pakaian dan lepas semua aksesoris untuk memudahkan laju napas.
 Jika dekat dengan gedung atau ruangan ber-AC, pindahkan pasien ke sana agar mendapat sirkulasi udara yang cukup.
 Hindari memberikan makanan maupun minum karena bisa berisiko fatal akibat tersedak.
 Selimuti tubuh pasien jika suhu badannya menurun.
Jika pasien langsung sadar, kamu bisa melakukan cara berikut ini:
 Biarkan tetap berbaring, tunggu sampai 10 hingga 15 menit.
 Berikan minum atau makan.
 Saat bantuan medis datang, beri tahu gejala dan berapa lama pasien kehilangan kesadaran.
Biasanya, tim medis akan menyarankan beberapa hal berikut untuk mengurangi risiko pingsan kembali:
 Menghindari faktor pemicunya.
 Banyak minum air putih.
 Membatasi asupan garam, alkohol, dan kafein.
 Menjaga porsi makan dengan asupan bergizi seimbang.
Komplikasi Pingsan
Komplikasi bisa saja muncul jika pingsan terjadi secara berulang dan tidak mendapat penanganan dengan cara yang tepat. Beberapa dampaknya, meliputi:
 Penurunan kualitas hidup.
 Kesulitan dalam beraktivitas.
 Stres hingga depresi.
 Cedera fisik, seperti patah tulang.
Cara Mencegah Pingsan
Kamu bisa mencegah pingsan dengan melakukan beberapa cara berikut ini:
 Menjauhi situasi maupun kondisi yang dapat memicu peningkatan detak jantung secara tiba-tiba.
 Kelola stres dan rasa panik dengan latihan pernapasan.
 Cukupi waktu tidur dan asupan dari makanan sehat.
 Ubah posisi tubuh secara perlahan, jangan tiba-tiba berdiri dari duduk atau berbaring.
 Rebahkan tubuh dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
 Rutin memeriksakan diri ke dokter jika memiliki riwayat penyakit kronis.
Pingsan yang tidak terkait dengan gangguan kesehatan tertentu umumnya tidak berbahaya. Sedangkan pingsan yang disebabkan oleh suatu kondisi medis atau penyakit perlu mendapatkan pemeriksaan dan penanganan agar tidak terjadi kembali.
Penyebab Pingsan
Umumnya, pingsan terjadi karena tekanan darah menurun secara tiba-tiba sehingga aliran darah dan suplai oksigen ke otak berkurang. Sejumlah kondisi yang dapat memicu pingsan adalah stres, ketakutan, cuaca yang
terlalu panas, sengatan listrik (kesetrum), dan perubahan posisi secara tiba-tiba.
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami pingsan, yaitu:
13) Menderita gangguan pada sistem saraf otonom
14) Memiliki penyakit jantung, seperti aritmia, penyempitan katup jantung, atau kelainan pada struktur jantung
15) Mengalami penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) 16) Menderita diabetes atau penyakit yang bisa memengaruhi
sistem saraf, seperti malnutrisi, kecanduan alkohol, dan amiloidosis 17) Mengalami hiperventilasi akibat bernapas terlalu cepat, karena
merasa panik atau cemas
18) Mengonsumsi obat-obatan yang bisa memengaruhi tekanan darah, seperti obat hipertensi, dan obat untuk gangguan kecemasan
Gejala Pingsan
Sebelum pingsan, biasanya akan muncul gejala awal berupa:
25) Mengantuk 26) Menguap 27) Terlihat pucat
28) Pusing dan seperti melayang
29) Mual, cemas, bernapas dengan cepat, dan berkeringat dingin tiba-tiba
30) Pandangan kabur atau berkunang-kunang
31) Pendengaran terganggu atau mendengar dengan samar-samar 32) Linglung dan tubuh limbung, terutama ketika berdiri
33) Tubuh terasa lemah 34) Telinga berdenging 35) Jantung berdebar 36) Sakit kepala
Setelah itu, tubuh akan terasa kehilangan tenaga kemudian tidak sadarkan diri. Meski begitu, gejala awal pingsan bisa berbeda pada tiap orang, bahkan ada orang yang tidak merasakan gejala awal sama sekali sebelum pingsan.
Kapan harus ke dokter
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami pingsan tanpa sebab yang jelas atau terjadi secara berulang. Pemeriksaan dokter diperlukan agar penyebab pingsan bisa diketahui dan diatasi sehingga tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Jika Anda menemukan orang yang pingsan di sekitar Anda, segera bawa ia ke IGD untuk mendapatkan penanganan, terlebih bila ia mengalami salah satu gejala berikut ini:
21) Tidak bernapas
22) Tidak sadarkan diri selama lebih dari 1–2 menit 23) Mengalami perdarahan atau cedera
24) Berusia lebih dari 50 tahun
25) Sedang hamil 26) Mengalami kejang
27) Tidak pernah pingsan sebelumnya atau justru sering pingsan 28) Pernah atau sedang menderita diabetes, hipertensi, hipotensi,
atau penyakit jantung
29) Mengalami nyeri dada atau jantung berdebar sebelum pingsan 30) Memiliki riwayat cedera pada kepala sebelumnya
Pemeriksaan oleh dokter juga perlu dilakukan bila orang yang pingsan mengalami kebingungan dalam jangka waktu lama atau tidak bisa menggerakkan tangan atau kakinya setelah sadar dari pingsan.
Diagnosis Pingsan
Dokter akan bertanya kepada pasien atau orang yang mengantar pasien terkait keluhan yang dialami pasien sebelum pingsan. Pertanyaan yang akan diajukan antara lain posisi pasien saat pingsan dan seberapa lama pasien pingsan.
Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi, serta apa yang dirasakan pasien setelah sadar.
Selanjutnya, dokter akan memeriksa kesadaran pasien dengan menggunakan Glasgow Coma Scale (GCS) dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab pingsan.
Pada sebagian kasus, pemeriksaan fisik saja sudah cukup untuk menentukan penyebab pingsan. Namun, pada kasus lain, pemeriksaan penunjang di bawah ini diperlukan untuk memastikan penyebab pingsan:
13) Tes darah, untuk memeriksa keseimbangan kadar gula darah dan anemia
14) Elektrokardiogram (EKG), untuk melihat aktivitas listrik di jantung
15) Ekokardiografi, untuk melihat struktur jantung dan aliran darah dalam jantung
16) Elektroensefalogram (EEG), untuk mengukur aktivitas listrik di otak
17) Holter monitor, untuk merekam keadaan jantung setidaknya selama 24 jam
18) CT scan, untuk melihat struktur organ atau jaringan tertentu
Pengobatan Pingsan
Penanganan pingsan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Tindakan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otak agar kebutuhan oksigen pasien tercukupi.
Jika Anda merasakan gejala-gejala awal pingsan, coba baringkan tubuh dengan nyaman dan angkat kaki sedikit lebih tinggi dari kepala.
Bila Anda melihat seseorang pingsan, segera cari pertolongan medis ke dokter atau rumah sakit. Sambil menunggu bantuan medis datang, lakukan pertolongan pertama seperti berikut:
17) Bawa penderita ke tempat aman dengan posisi tetap berbaring dan pastikan posisinya nyaman.
18) Bangunkan penderita dengan menggoyang tubuhnya, memanggilnya dengan suara yang cukup keras, atau memberikan rangsang nyeri, misalnya dengan mencubit atau meletakkan handuk dingin di wajah atau lehernya.
19) Periksa apakah penderita bernapas dan apakah ada sumbatan di saluran pernapasannya.
20) Segera lakukan resusitasi jantung paru atau CPR jika penderita tidak menunjukkan kemampuan bernapas atau mengalami henti jantung
21) Longgarkan pakaian atau aksesori penderita yang terlalu ketat, seperti kerah baju dan ikat pinggang.
22) Jika memungkinkan, bawa penderita ke ruangan yang sejuk atau memiliki sirkulasi udara yang baik.
23) Hindari memberikan makanan atau minuman apa pun ketika pasien tidak sadar penuh, karena berisiko menyebabkan tersedak.
24) Bungkus penderita dengan selimut bila kulitnya terasa dingin saat disentuh.
Jika penderita sudah mulai sadar, berikan pertolongan dengan cara:
 Biarkan penderita tetap berbaring, lalu tunggu sekitar 10–15 menit sebelum memperbolehkannya untuk duduk atau berdiri.
 Berikan penderita minuman atau makanan secara perlahan, terutama bila ia belum makan dalam 6 jam terakhir atau menderita diabetes.
 Temani penderita sampai ia benar-benar sadar.
Ketika bantuan medis datang, beri tahu dokter atau petugas medis mengenai berapa lama penderita pingsan dan apa saja yang sudah Anda lakukan.
Penanganan dan pengobatan yang diberikan oleh dokter kepada pasien yang pingsan akan disesuaikan dengan penyebabnya. Selain itu, dokter juga akan menyarankan pasien untuk:
5) Menghindari faktor pemicu, seperti stres, terlalu lama berdiri, atau berada di ruangan yang pengap dan panas
6) Mencukupi kebutuhan cairan, membatasi konsumsi garam, kafein, dan alkohol, serta menjaga porsi makan
Pingsan bisa diatasi dan dicegah dengan penanganan yang tepat. Meski demikian, orang yang pernah pingsan lebih berisiko untuk mengalami pingsan di kemudian hari.
Komplikasi Pingsan
Pingsan biasanya memang bukan kondisi yang berbahaya. Namun, pingsan bisa berbahaya bila terjadi pada kondisi atau di tempat tertentu, misalnya ketika sedang mengemudi atau berada di tempat yang tinggi. Hal tersebut bisa menyebabkan penderita terjatuh, terbentur, dan mengalami cedera.
Pencegahan Pingsan
Untuk mencegah terjadinya pingsan, orang yang memiliki faktor risiko pingsan atau pernah pingsan sebelumnya disarankan untuk melakukan tindakan preventif berikut:
16) Mengenali situasi yang dapat memicu pingsan dan menghindarinya
17) Belajar mengelola stres dan rasa panik, misalnya dengan melatih teknik bernapas atau melakukan yoga
18) Menjaga diri tetap fit, dengan cukup tidur dan beristirahat 19) Makan teratur dan mengonsumsi makanan sehat dengan gizi
seimbang
20) Mencukupi kebutuhan cairan dengan minum air putih yang cukup agar terhindar dari dehidrasi
21) Mengubah posisi secara perlahan saat akan berdiri dari posisi duduk atau berbaring
22) Membaringkan diri dan menaikkan kaki sedikit lebih tinggi dari kepala jika merasakan gejala sebelum pingsan
Rutin memeriksakan diri ke dokter jika memiliki gangguan kesehatan yang berisiko menyebabkan pingsan, seperti diabetes atau penyakit jantung.
Pengertian Pingsan
Pingsan atau sinkop adalah hilangnya kesadaran sementara yang terkait dengan kurangnya aliran darah ke otak. Pada sebagian besar kasusnya, pingsan cenderung terjadi pada orang-orang yang berusia kurang dari 40 tahun. Umumnya, kondisi ini hanya terjadi selama beberapa detik atau menit. Setelah itu, orang yang pingsan akan kembali sadar atau pulih secara spontan.
Ada sejumlah kondisi yang dapat menyebabkan seseorang pingsan, seperti detak jantung tidak teratur, kejang, gula darah rendah (hipoglikemia), anemia dan masalah pada saraf yang mengatur tekanan darah. Kondisi ini juga bisa menjadi pertanda kelainan medis tertentu.
Penyebab Pingsan
Kurangnya oksigen ke otak adalah penyebab utama pingsan. Beberapa kondisi yang dapat menghambat pasokan oksigen ke otak contohnya masalah paru, aliran darah, atau keracunan karbon monoksida. Ketika kadar darah dan oksigen dalam otak menurun, secara otomatis otak akan
“mendisfungsikan” bagian tubuh yang tidak vital.
Hal ini bertujuan untuk mengalirkan darah dan oksigen lebih banyak ke organ vital. Saat otak mendeteksi kembalinya asupan oksigen yang normal, tubuh mulai bernapas dengan dangkal dan cepat (hiperventilasi) sebagai dampak dari kurangnya oksigen.
Sementara itu, denyut jantung akan meningkat dengan tujuan untuk membawa oksigen lebih banyak menuju ke otak. Peningkatan ini menyebabkan penurunan tekanan darah.
Baik hiperventilasi maupun hipotensi akan menyebabkan hilang ingatan jangka pendek dan kebingungan, kelemahan otot, serta pingsan.
Penyebabnya termasuk:
1. Sinkop neurokardiogenik (vasovagal)
Gejalanya berupa segala kejadian yang memicu malfungsi sementara dari sistem saraf otonom. Pemicu yang mungkin terjadi adalah:
 Melihat sesuatu yang tidak menyenangkan secara tiba-tiba
 Stres emosional.
 Perasaan malu yang mendalam.
 Berdiri untuk waktu yang lama.
 Berada dalam tempat yang panas dan penuh.
2. Sinkop situasional
Ini adalah bagian dari neurokardiogenik, dengan pemicu berupa hal fisik dan bukan emosional. Misalnya batuk atau bersin, defekasi dan miksi dan olahraga berat.
3. Sinkop ortostatik
Adalah tipe sinkop lainnya dengan ciri pengidap jatuh setelah berdiri secara tiba-tiba dari posisi duduk atau berbaring. Hal ini terjadi karena darah terkumpul pada bagian tungkai, sehingga tekanan darah pada bagian tubuh lainnya cenderung rendah.
Normalnya, sistem saraf tubuh bereaksi dengan cara meningkatkan nadi sekaligus menyempitkan pembuluh darah untuk menstabilkan tekanan darah. Namun, terkadang ada sesuatu yang mengganggu proses stabilisasi ini dan menyebabkan penurunan asupan oksigen ke otak. Pemicu dalam hal ini termasuk:
 Diabetes yang tidak mendapatkan penanganan.
 Obat-obatan tertentu.
 Penyakit Parkinson.
 Sindrom Sinus Carotid.
4. Sinkop kardiak
Ini adalah kondisi kelainan jantung yang sudah ada yang dapat menyebabkan asupan darah dan oksigen ke otak menurun. Kondisi kelainan jantung yang bisa menyebabkan sinkop antara lain:
 Aritmia.
 Stenosis.
 Hipertensi.
 Serangan jantung.
Faktor Risiko Pingsan
Ada beberapa kondisi yang menjadi pemicu penurunan aliran darah ke otak secara tiba-tiba. Beberapa yaitu:
 Mendadak stres.
 Muncul rasa takut berlebihan.
 Cuaca ekstrem, seperti terlalu panas atau dingin.
 Kesetrum atau tersengat listrik.
 Perubahan posisi tubuh seketika.
 Mengidap masalah pada sistem saraf otonom (bagian dari saraf tepi).
 Riwayat sakit jantung. Misalnya, aritmia, pengecilan katup, atau kelainan struktur organ.
 Memiliki kadar gula darah kurang dari normal atau hipoglikemia.
 Memiliki kondisi yang memengaruhi kinerja sistem saraf. Misalnya penyakit kencing manis, kecanduan alkohol, atau malnutrisi.
 Bernapas terlalu cepat akibat serangan panik atau cemas.
 Minum obat yang memengaruhi laju tekanan darah.
Gejala Pingsan
Seseorang yang hendak mengalami pingsan biasanya menunjukkan sejumlah gejala awal, seperti:
 Menguap dan mengantuk.
 Wajahnya tampak pucat.
 Pusing atau sakit kepala.
 Tubuh terasa seperti melayang.
 Keluar keringat dingin tiba-tiba.
 Pandangan kabur.
 Telinga berdenging dan suara jadi terdengar samar.
 Terasa linglung saat berdiri tiba-tiba.
 Peningkatan detak jantung.
Gejala kemudian berlanjut dan menyebabkan tubuh kehilangan tenaga dan kehilangan kesadaran. Pada beberapa orang, mereka bisa kehilangan tenaga, lalu pingsan secara tiba-tiba tanpa adanya gejala awal.
Setelah kembali sadar, biasanya mereka akan merasa lemas atau kebingungan. Kondisi ini bisa terjadi selama kurang lebih 30 menit. Hal yang perlu kamu perhatikan, bila mereka tak kunjung sadar dalam 1-2 menit, segera cari bantuan medis.
Diagnosis Pingsan
Dokter tidak selalu mampu mendiagnosis pingsan. Namun, untuk kondisi sinkop vasovagal, dokter biasanya akan melakukan diagnosis dengan cara menyingkirkan kemungkinan lain, khususnya masalah jantung. Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
 Elektrokardiogram. Tes ini merekam sinyal listrik dari organ jantung untuk mendeteksi irama jantung yang tidak teratur dan masalah jantung lainnya.
 Ekokardiogram. Prosedur menggunakan pencitraan ultrasound untuk melihat jantung dan mencari kondisi, seperti masalah katup yang dapat menyebabkan pingsan.
 Latihan tes stres. Tes ini mempelajari ritme jantung selama berolahraga, biasanya saat berjalan atau berlari pada treadmill.
 Tes darah. Dokter dapat melakukan tes darah untuk mendeteksi anemia atau kondisi medis lainnya.
 Tes meja miring. Jika tidak ada masalah jantung yang memicu kondisi ini, dokter mungkin menyarankan untuk menjalani tes meja miring. Selama tes, pasien akan berbaring telentang di atas meja yang mengubah posisi, miring ke atas dalam berbagai sudut.
Seorang teknisi akan memantau ritme jantung dan tekanan darah selama tes untuk melihat apakah perubahan postur menjadi pemicunya.
Pengobatan Pingsan
Prosedur pengobatan akan sesuai berdasarkan penyebabnya. Tujuannya sama, yakni meningkatkan laju aliran darah menuju otak agar pasokan oksigen terpenuhi dengan baik.
Jika mengalami gejala awal tadi, langkah penanganan pertama yang bisa kamu lakukan adalah rebahkan tubuh dan angkat kaki lebih tinggi dari kepala.
Namun, jika melihat seseorang yang kehilangan kesadaran, segera cari pertolongan medis darurat. Sembari menunggu bantuan datang, kamu bisa melakukan beberapa langkah ini:
 Pindahkan pasien ke tempat yang lebih aman dalam posisi nyaman.
 Goyangkan atau cubit tubuhnya pada area leher atau wajah untuk memberikan rangsangan.
 Periksa napas dan saluran pernapasan untuk mengetahui adanya sumbatan.
 Jika ada, segera lakukan resusitasi jantung paru atau RJP dengan menekan dada.
 Longgarkan pakaian dan lepas semua aksesoris untuk memudahkan laju napas.
 Jika dekat dengan gedung atau ruangan ber-AC, pindahkan pasien ke sana agar mendapat sirkulasi udara yang cukup.
 Hindari memberikan makanan maupun minum karena bisa berisiko fatal akibat tersedak.
 Selimuti tubuh pasien jika suhu badannya menurun.
Jika pasien langsung sadar, kamu bisa melakukan cara berikut ini:
 Biarkan tetap berbaring, tunggu sampai 10 hingga 15 menit.
 Berikan minum atau makan.
 Saat bantuan medis datang, beri tahu gejala dan berapa lama pasien kehilangan kesadaran.
Biasanya, tim medis akan menyarankan beberapa hal berikut untuk mengurangi risiko pingsan kembali:
 Menghindari faktor pemicunya.
 Banyak minum air putih.
 Membatasi asupan garam, alkohol, dan kafein.
 Menjaga porsi makan dengan asupan bergizi seimbang.
Komplikasi Pingsan
Komplikasi bisa saja muncul jika pingsan terjadi secara berulang dan tidak mendapat penanganan dengan cara yang tepat. Beberapa dampaknya, meliputi:
 Penurunan kualitas hidup.
 Kesulitan dalam beraktivitas.
 Stres hingga depresi.
 Cedera fisik, seperti patah tulang.
Cara Mencegah Pingsan
Kamu bisa mencegah pingsan dengan melakukan beberapa cara berikut ini:
 Menjauhi situasi maupun kondisi yang dapat memicu peningkatan detak jantung secara tiba-tiba.
 Kelola stres dan rasa panik dengan latihan pernapasan.
 Cukupi waktu tidur dan asupan dari makanan sehat.
 Ubah posisi tubuh secara perlahan, jangan tiba-tiba berdiri dari duduk atau berbaring.
 Rebahkan tubuh dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
 Rutin memeriksakan diri ke dokter jika memiliki riwayat penyakit kronis.
Pingsan yang tidak terkait dengan gangguan kesehatan tertentu umumnya tidak berbahaya. Sedangkan pingsan yang disebabkan oleh suatu kondisi medis atau penyakit perlu mendapatkan pemeriksaan dan penanganan agar tidak terjadi kembali.
Penyebab Pingsan
Umumnya, pingsan terjadi karena tekanan darah menurun secara tiba-tiba sehingga aliran darah dan suplai oksigen ke otak berkurang. Sejumlah kondisi yang dapat memicu pingsan adalah stres, ketakutan, cuaca yang terlalu panas, sengatan listrik (kesetrum), dan perubahan posisi secara tiba-tiba.
Selain itu, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami pingsan, yaitu:
19) Menderita gangguan pada sistem saraf otonom
20) Memiliki penyakit jantung, seperti aritmia, penyempitan katup jantung, atau kelainan pada struktur jantung
21) Mengalami penurunan kadar gula darah (hipoglikemia) 22) Menderita diabetes atau penyakit yang bisa memengaruhi
sistem saraf, seperti malnutrisi, kecanduan alkohol, dan amiloidosis 23) Mengalami hiperventilasi akibat bernapas terlalu cepat, karena
merasa panik atau cemas
24) Mengonsumsi obat-obatan yang bisa memengaruhi tekanan darah, seperti obat hipertensi, dan obat untuk gangguan kecemasan
Gejala Pingsan
Sebelum pingsan, biasanya akan muncul gejala awal berupa:
37) Mengantuk 38) Menguap 39) Terlihat pucat
40) Pusing dan seperti melayang
41) Mual, cemas, bernapas dengan cepat, dan berkeringat dingin tiba-tiba
42) Pandangan kabur atau berkunang-kunang
43) Pendengaran terganggu atau mendengar dengan samar-samar 44) Linglung dan tubuh limbung, terutama ketika berdiri
45) Tubuh terasa lemah 46) Telinga berdenging 47) Jantung berdebar 48) Sakit kepala
Setelah itu, tubuh akan terasa kehilangan tenaga kemudian tidak sadarkan diri. Meski begitu, gejala awal pingsan bisa berbeda pada tiap orang, bahkan ada orang yang tidak merasakan gejala awal sama sekali sebelum pingsan.
Kapan harus ke dokter
Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami pingsan tanpa sebab yang jelas atau terjadi secara berulang. Pemeriksaan dokter diperlukan agar penyebab pingsan bisa diketahui dan diatasi sehingga tidak terjadi lagi di kemudian hari.