• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Persamaan Diferensial pada Sistem Persamaan Kapal dengan Menggunakan Metode Transformasi Laplace

N/A
N/A
Gisella Intan

Academic year: 2024

Membagikan "Penyelesaian Persamaan Diferensial pada Sistem Persamaan Kapal dengan Menggunakan Metode Transformasi Laplace"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TRANSFORMASI LAPLACE

Risnawati Ibnas¹, Putri Resky Hasyim1, Muhammad Ridwan1

1Prodi Matematika UIN Alauddin Makassar E-mail: [email protected]

Abstract: The purpose of this study is to obtain the results of the completion of the Differential Equations in the Vessel System using the Laplace Transform Method. advantage of the Laplace transform is that the initial value problem of a linear differential equation can be solved directly without first determining the general solution and also to obtain the maximum benefit.

The model that has been obtained in-vessel systems is homogeneous non- linear differential equation:

2

2 2 2

2 2

( ) ( )

2 ( ) 0

d h t dh t

dt   dt  h t

if we want to obtain total we must be taken aggregate from a general solution and special solution, the result is

2 2

( 1) ( 1)

1 2

t t t

htc e   c e   te

Keywords: Differential equation, Vessel System, Laplace Transformation

PENDAHULUAN

ersamaan diferensial merupakan persamaan yang berkaitan dengan turunan suatu fungsi atau memuat suku-suku dari fungsi tersebut dan turunannya. Pada dasarnya persamaan diferensial dibagi menjadi dua, yaitu Persamaan Diferensial Biasa (PDB) dan Persamaan Diferensial Parsial (PDP). Banyak permasalahan yang muncul dalam persamaan diferensial maka dibutuhkan beberapa metode dalam menyelesaikan masalah tersebut. Persamaan diferensial dapat diselesaikan dengan cara analitik seperti pemakaian transformasi, penggunaan subtitusi, dan penggunaan konstanta sembarang. Namun, penyelesaian yang sering ditemukan adalah penyelesaian diferensial linear. Kenyataannya permasalahan yang banyak ditemukan adalah bukan hanya persamaan diferensial linear melainkan permasalahan persamaan diferensial non linear, salah satu contohnya yaitu pada sistem bendungan. Khususnya sistem bendungan yang terdiri dari dua bendungan, dimana bendungan yang satu terletak dibawah bendungan yang lain. Dalam penelitian ini bendungan diasumsikan sebagai bejana, karena bejana mempunyai kesamaan fisik dengan bendungan. Walaupun pada kenyataannya pada bentuk bendungan tidak teratur.

Bejana merupakan benda berongga yang bisa diisi dengan berbagai jenis cairan atau serbuk dan pada umumnya digunakan sebagai wadah,tabung,dan sebagainya.

Bejana terdiri dari beberpa jenis, salah satunya adalah bejana berhubungan. Bejana berhubungan yaitu beberapa bejana yang saling terhubung dan berisi cairan homogen.

53

P

(2)

Salah satu metode untuk memperoleh solusi dari model matematika tersebut adalah Metode Transformasi Laplace. Metode Transformasi Laplace (Laplace Transformation) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan menyelesaikan persamaan diferensial pada Sistem Bejana dengan menggunakan metode Transformasi Laplace dengan tahapan sebagai berikut : (1) Membentuk model atau persamaan diferensial tak linear homogen pada sistem bejana, (2) Mengkonstrusinya ke bentuk Transformasi Laplace kemudian menggunakan metode Transformasi Laplace dengan bentuk yaitu H(s) L

h (t)

e sth2(t)dt

0

2

 , (3)

Menentukan solusi umumh2(t),persamaan diferensial tak linear homogen dari model sistem bejana, dengan syarat Peredam Berlebihan jika 1 , Peredam Kritis jika  1 dan Peredam Berkurang jika 0  1 (4) Menentukan solusi total ht dari penggabungan solusi umum h2(t) dengan solusi khusus hp, hth2(t)hp

dan Membuat grafik dari solusi total ht, solusi umum h2(t),dan solusi khusus hp.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Untuk mendapatkan solusi dari sistem bendungan yang diasumsikan sebagai bejana khususnya sistem bejana yang terdiri dari dua bejana, dimana bejana yang satu terletak dari bejana yang lain, maka diperoleh gambar seperti di bawah ini:

Dimana:

B1: Bejana yang terletak di atas B2: Bejana yang terletak di bawah h1: Tinggi air pada B1(m)

h2: Tinggi air pada B2(m)

q0: Aliran air yang keluar dari B2(m s3 1)

B1

h1

h2

A1

A2

q2

q0

--- --

--- -

B2

(3)

q2: Aliran air yang keluar dari B1 dan masuk pada B2 (m s3 1) A1: Luas penampang yang memuat air pada sistem B1(m2)

A2: Luas penampang yang memuat air pada sistem B2(m2) Model yang telah didapatkanpada sistem bejana adalah

2

2 2 2

2 2

( ) ( )

2 n n ( ) 0

d h t dh t

dt   dt  h t  dimana :

: Rasio Peredam

: Frekuensi Alami

2 :

h Tinggi air pada sistem B2 (m) :

t waktu

Pada Persamaan tersebut terdapat tiga kasus, yaitu:

1. Kasus Peredam Berlebihan ( 1) Bentuk solusi umumnya adalah

t x t

x c e

e c t

h2( ) 1 12 2 (4.1)

Pada Persamaan (4.1) menyatakan tinggi air pada B2 saat t yang menunjukkan laju volume air bertambah. Sehingga semakin besar laju volume air pada B2 maka semakin besar tinggi peningkatan air.

Solusi umumnya dengan mencari karakteristik misalkan:

ext

t

h2( ) (4.2)

xext

dt t dh2( ) 

(4.3) ext

dt x t h

d 2

2 2

2 ( ) (4.4)

Maka

2 2

2 0

xt xt xt

x e  xe  e

2 2 2

0

ext x  x  dengan ext 0, maka

2 2

2 0

x  x  (4.5)

Persamaan (4.5) adalah Persamaan karakteristik.

Akar-akar karakteristik dari Persamaan (4.5) dengan menggunakan rumus abc, maka diperoleh :

2

1 1

x      ataux2  

   21

(4.6) maka solusi umumnya yaitu :

2 2

( 1) ( 1)

2( ) 1 t 2 t

h tc e    c e    (4.7)

Persamaan (4.7) menyatakan tinggi air pada bejana B2saat t.

Dengan c1,c2adalah konstanta, yang nilainya kedua konstanta tersebut bergantung

(4)

dari h2(0)dan 2(0), dt dh

maka diperoleh c1dan c2adalah sebagai berikut.

2

2

1 2

1 1 B

c

 

 

     

  

 

    

 

 

dan 2

2

2 2 2

1 1 B

c A

 

 

    

 

 

 

  

Sehingga untuk tmaka h2(t)0dan V2(t)0,yang berarti untuk jangka waktu yang lama. Maka tidak ada air pada bejana B2.

Jika transformasi laplace adalah ( )

( )

2( ) ,

0

2 t e h t dt

h L s

H

st maka transformasi laplace dari turunan pertama adalah 2 .

0

2 dt

dt t e dh dt

t

L dh st

 

 



 

pada Persamaan

(4.8) dimisalkan u adalah est dan v adalah h2(t), maka

 

 



 





 

dhdtt e h t s

e h t dt

L ( ) st ( ) st ( )

2 0 2 0

2 (4.8)

Jika diasumsikan bahwa pada saat t grafik h2(t)mengalami kenaikan cukup lambat dibanding dengan grafik estmaka esth2(t)0untuk t

bentuk Persamaan (4.8) dapat disederhanakan menjadi )

( ) 0 ) (

(

2

2 h sH s

dt t

L dh  

 

 (4.9)

Maka untuk mendapatkan solusi khususnya,

   

2

2 2 2

2 2

( ) ( )

2 ( ) 0

d h t dh t

L L L h t L

dt  dt

    

   

  .

Misalkan:

2

2 2 2

2 2

( ) ( )

2 ( ) 0

d h t dh t

dt   dt  h t  dengan syarat awal h2(0)0, syarat batas 2 (0)1

dt

dh , dan syarat peredam kritis 1, maka diperoleh:

 

2

( ) 1 H s

s

 

 

 

1 1

2

( ) 1

L H s L

s

 

   

  

 

t

hp te

 

Jadi, solusi totalnya adalah jumlahan dari solusi umum dan solusi khusus.

 

p

t h t h

h2

2 2

( 1) ( 1)

1 2

t t t

htc e   c e   te

(5)

2. Kasus Peredam Kritis ( 1) Solusi umumnya yaitu:

 

 

2( ) t 1 2

h te ctc (4.10)

Persamaan (4.13) menyatakan tinggi air pada bejana B2saat t. yang berarti keadaan awal B2 sama dengan nol. Nol artinya tidak ada air pada bejana B2. Dengan c1 dan c2 adalah konstanta, yang nilainya kedua konstanta tersebut bergantung dari h2(0)dan

dt dh2(0)

, seperti yang diuraikan di bawah ini.

Misalkan h t2( )e t

c1tc2

, 2 2(0) 2 ,

) 0

( B

dt A dh

ht  

Maka diperoleh c1 dan c2 adalah sebagai berikut

2

1 A

c

2 2

 

2

cB   A

3. Kasus Peredam Berkurang (0  1) Solusi umumnya yaitu:

 

     

( ) 2 2

2( ) t 1cos 1 2sin 1

h te c   tc   t

  (4.11)

Persamaan (4.11) menyatakan tinggi air pada bejana B2saat t. artinya keadaan mula-mula pada bejana B2 adalah kosong dan laju bertambahnya tinggi air pada bejana B2 adalah semakin tinggi peningkatan air.

Dengan c1dan c2adalah konstanta, yang nilainya kedua konstanta tersebut bergantung dari h2(0)dan 2(0),

dt

dh seperti yang diuraikan di bawah ini.

Misalkan

 

     

( ) 2 2

2( ) t 1cos 1 2sin 1

h te c   tc   t

 

2 2

2 2

) 0 , (

) 0

( B

dt A dh

h   , maka diperoleh c1dan c2adalah sebagai berikut

2

1 A

c

2 2

 

2 2

1

B A

c 

 

 

Sehingga untuk tmaka h2(t)0dan V2(t)0,yang berartu untuk jangka waktu yang lama, maka tidak ada air pada bejana B2.

Contoh Kasus (Julius Sigit Wicaksono, Pemodelan Matematika Pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air, h.77)

Misalkan diketahui 4 , 13,

  2 13  keadaan mula-mula pada B2 adalah kosong, dan laju bertambahnya air B2 pada mulanya adalah 1. Bagaimanakah ketinggian dan volume air yang sesuai pada B2 ?

(6)

Penyelesaian:

) 1 0 , (

0 ) 0 ( , 0 ) ( ) 13 4 (

)

( 2

2 2

2 2

2 2

dt

h dh t

dt h t dh dt

t h d

 

     

( ) 2 2

2( ) t 1cos 1 2sin 1

h te c   tc   t 















 













 







t c

t c

e t h

t 2

2 2

1 13 . 13 2

4

2 2 13

1 4 13 sin 13

2 1 4 13 cos )

(

   

c t c t

e t

h2() 2t 1cos3  2sin 3

Untuk memeperoleh nilai c1dan c2untuk h2(0)A2 0dan (0) 1

2

2B

dt dh

10 c dan

3 1

13 2 1 4 13

13 13 2 0 4 1

2 2



 





 

 

c

Jadi, solusi umumnya adalah

 

t

 

t e

 

t e

t

h t tsin 3

3 3 1 3sin 3 1 cos . 0 )

( 2 2

2



 

 

Solusi khususnya adalah:

4 13

(0)

4

(0) 0

)

( 2    2   2

dt s dh

h s

s s H

13 4 ) 1

(  2  

s s s

H

Untuk mengetahui akar-akarnya menggunakan rumus abc i

s1 23 atau s123i

Untuk mencari solusi Persamaan diferensial asal,ubah H(s)dari bentuk s ke bentuk tmenggunakan invers Transformasi Laplace.

2

12 32

)

(   

s s H

 

 



2 2 1

1

3 2 ) 1

(s L s

H L





 





1 22 1 2 2

3 3 3 1 3

1

L s L s





1 22 3 3 3

1 L s

sehingga, hp e t

 

t e tsin

 

3t 3

3 1 3sin

1 2

2

Jadi, solusi totalnya adalah

 

p

t h t h

h2

(7)

 

t e

 

t e

 

t e

ht t t tsin 3

3 3 2 3 sin

3 1 3 sin

1 2 22







 



Gambar 4. Tinggi Air untuk Peredam Berkurang

B. PEMBAHASAN

Benda yang mengalami redaman berlebihan/Overdamped memiliki waktu yang sangat lama untuk kembali pada posisi setimbangnya ketika di berikan gaya atau hambatan. Karena gaya yang diberikan pada benda sangat besar. Pada gambar 4.1 menunjukan tinggi air untuk peredam berlebihan yang menyatakan volume air pada saat bejana B2adalah konstan yang bergantung dari h2(0)dan 2(0),

dt

dh waktu peningkatan air yang terjadi pada B2 berbeda beda yang sesuai dengan laju awal bertambahnya tinggi air pada B2 sehingga semakin besar laju awal pada B2 maka semakin tinggi peningkatan air B2.

Benda yang mengalami peredaman kritis/Criticallydamped biasanya langsung berhenti osilasi (benda langsung kembali ke posisi setimbangnya) ketika diberikan gaya, karena redaman yang dialaminya cukup besar. Pada gambar 4.2 menunjukan tinggi air untuk peredam kritis yang menyatakan volume air pada saat bejana B2adalah sama sehingga peningkatan laju perubahahan atau laju peningkatan volume air sama dengan laju awal pada B2 .

Benda yang mengalami Underdamped biaasanya melakukan beberapa osilasi sebelum berhenti. Karena redaman yang dialaminya tidak terlalu besar. Pada gambar 4.3 menunjukan tinggi air untuk peredam berkurang menyatakan volume air pada saat bejana B2adalah konstan yang bergantung dari h2(0)dan 2(0),

dt

dh waktu peningkan air yang terjadi pada B2 berbeda beda yang sesuai dengan laju awal bertambahnya tinggi air pada B2 sehingga semakin besar laju awal pada B2 maka semakin tinggi peningkatan air B2. Akibatnya peningkatan laju perubahahan atau laju peningkatan volume air sama dengan laju awal pada B2.

(8)

KESIMPULAN

Solusi persamaan diferensial pada sistem bejana dengan menggunakan metode Transformasi Laplace adalah sebagai berikut:

Penyelesaian solusi umumnya adalah

2 2

( 1) ( 1)

2( ) 1 t 2 t

h tc e    c e   

Penyelesaian solusi khusus yang dilakukan dengan metode transformasi laplace adalah

t

hpte

Penyelesaian solusi total dilakukan dengan menggabungkan solusi umum dan solusi khusus, sehingga diperoleh

2 2

( 1) ( 1)

1 2

t t t

htc e   c e   te

DAFTAR PUSTAKA

Asrijal. 2016. Aplikasi Metode Transformasi Laplace pada Dinamika Sistem Fisis-Massa Pegas dengan Shock Absorber, Makassar: FST UIN Alauddin Makassar.

Budi, Nugroho Didit. 2010. Persamaan Diferensial Biasa dan Aplikasinya Penyelesaian Manual dan Menggunakan Maple, Salatiga: Graha Ilmu.

Danang,Mursita. 2011. Matematika Lanjut untuk Perguruan Tinggi, Bandung:Rekayasa Sains.

Effendy, Nurul. 2008. Peredeman Osilasi Getaran Pada Suatu Sistem Dengan Pemodelan Pegas- Damper Menggunakan Kendali Logika Fuzzy. Jurnal Informatika.

Giancoli C. Douglas. 2014. Fisika. Prinsip dan Aplikasi Edisi ketujuh,Jilid 1”. Jakarta:Erlangga.

Kementerian Agama RI.2012. Al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung: Wali Oasis Terrace Recident.

Lee, Taehee. 2014. Int. Journal of Math. The Representation of Energy Equation by Laplace Transform.

Vol. 8, no. 22.

Marwan dan Said Munzir. 2011. Persamaan Diferensial, Yogyakarta:Graha Ilmu.

Murray, Spiegel R. 1983. Matematika Lanjut untuk Para Insinyur dan Ilmuwan, Jakarta:Erlangga.

Ratnasari. 2015. Fungsi Green yang dikonstruksi pada Persamaan Diferensial Liner Tak Homogen Orde-n . Jurnal Program Studi Matematika FST-UINAM.

Shihab, M.Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta : Lentera Hati.

Sudarmono dan Elly, K. A. 2011. Kearifan Lokal Masyarakat Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah dalam Melestarikan Buah-Buahan Lokal Kalimantan di Kebun Raya Katingan. Prosiding Seminar Nasional Hari Lingkungan Hidup. 23 Juli 2011. Purwokerto: PPLH-LPPM UNSOED.

ISBN 978-602-19161-0-0. hal 30-38.

Susilo,Anto. 2012.Simulasi Gerak Harmonik Sederhana dan Osilasi Teredam pada Cassy-E 524000.

Indonesian Journal of Applied Physics. Vol. 2 No. 2.

Urzula,Ferdek. 2012. Journal of Theoritical and Applied Mechanics.Modelling and Analysis of A Twin- Tube Hydraulic Shock Absorber. Vol 2.

Wicaksono, Julius Sigit. 2007. Pemodelan Matematika pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air, Yogyakarta:FST Universitas Sanata Dharma.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengkonstruksi persamaan diferensial linier orde- n menjadi fungsi Green menggunakan metode variasi parameter dan metode transformasi

Untuk membatasi ruang lingkup penulisan skripsi ini, diberikan batasan- batasan, yaitu menyelesaikan masalah dalam menentukan solusi persamaan diferensial pada kasus

Adapun prosedur pemecahannya sebagai berikut: (1) Masing-masing persamaan pada sistem persamaan Lotka-Volterra ditransformasikan menggunakan sifat transformasi diferensial

Metode penyelesaian tersebut dilakukan dengan mengubah persamaan diferensial Hill yang merupakan persamaan diferensial linear homogen orde dua ke bentuk sistem persamaan

Metode penyelesaian tersebut dilakukan dengan mengubah persamaan diferensial Hill yang merupakan persamaan diferensial linear homogen orde dua ke bentuk sistem persamaan

Metode dekomposisi Adomian Laplace merupakan metode semi analitik untuk menyelesaikan persamaan diferensial nonlinier yang mengkombinasikan antara tranformasi Laplace

Hasil penyelesaian untuk persamaan Painleve menggunakan metode dekomposisi Adomian Laplace adalah sama dengan menggunakan metode dekomposisi Adomian dan

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa persamaan diferensial linier orde-n dapat dikontruksi menjadi fungsi Green dengan metode variasi parameter dan metode