• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah

N/A
N/A
sifaul amin

Academic year: 2023

Membagikan "Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

STIE DEWANTARA

Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah

(2)

Timbulnya Sengketa

Transaksi dalam dunia bisnis, termasuk bisnis syariah mengandung risiko

Salah satu risiko yang mungkin dan sering terjadi adalah adanya wanprestasi dari partner bisnisnya

Sekalipun umumnya bisnis itu didasarkan pada hubungan simbiosis mutualistis atau kepercayaan (trust) di antara para pihak, namun hal tersebut tidak jarang menimbulkan perselisihan di antara pihak- pihak yang melakukan transaksi bisnis, dan perselisihan tersebut meningkat menjadi konflik atau sengketa

(3)

Wanprestasi

Definisi wanprestasi:

Tidak memenuhi kewajibannya atau terlambat

memenuhinya atau memenuhinya tetapi tidak seperti yang telah diperjanjikan.

Wanprestasi → mengakibatkan pihak lain dirugikan → dapat dituntut dari yang wanprestasi hal-hal berikut:

1. Meminta pelaksanaan perjanjian, meskipun pelaksanaan ini sudah terlambat;

2. Meminta penggantian kerugian, yaitu kerugian yang diderita karena perjanjian tidak atau terlambat dilaksanakan, atau dilaksanakan tetapi tidak sebagaimana mestinya;

3. Menuntut pelaksanaan perjanjian disertai dengan penggantian kerugian yang diderita sebagai akibat terlambatnya pelaksanaan perjanjian;

(4)

Penyelesaian Sengketa Dalam Perspektif Islam

Komponen yang menimbulkan persengketaan dalam bisnis:

a. Mushalih → pihak yang mengadakan perjanjian

b. Mushalih’anhu → persoalan/isi perjanjian yang dipersengketakan c. Mushalih’alaihi atau badalush shulh → pihak yang ditunjuk untuk

menyelesaikan sengketa

Penyelesaian sengketa bisnis dapat dilakukan melalui:

Sulhu (Perdamaian);

Tahkim (Arbitrase);

Qadha (Lembaga Peradilan).

(5)

Sulhu (Perdamaian)

Merupakan doktrin utama, karena pada hakikatnya lebih berupa fitrah dari manusia (tidak ada yang merasa dikalahkan & para pihak sama-sama merasa puas sehingga terhindar dari rasa permusuhan)

Dasar hukum:

“Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap yang lain, maka perangilah yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika mereka telah kembali kepada perintah Allah, maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil” [QS. Al-Hujurat (49): 9].

Rukun:

para pihak yang bersengketa;

objek persengketaan; dan

adanya lafadz pernyataan damai (ijab qabul).

(6)

Tahkim (Arbitrase)

Merupakan upaya menyelesaikan sengketa melalui keterlibatan pihak ketiga di luar dari pihak yang bersengketa sebagai wasitnya

Dasar hukum:

“Dan jika kamu khawatir akan ada persengketaan antara keduanya (suami istri), maka kirimkanlah seorang hakam (arbitor). Dan jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan (perdamaian) niscaya Allah SWT akan memberikan taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti” [QS.An-Nisa (4): 35].

(7)

Terbentuknya Lembaga Arbitrase Islam di Indonesia

 Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI)

merupakan wujud dari arbitrase Islam di Indonesia.

 Pendiriannya diprakarsai oleh MUI.

 BAMUI berbentuk yayasan sesuai dengan akta

Notaris Yudo Paripurno, S.H., No.175, tanggal 21

Oktober 1993.

(8)

Latar Belakang BAMUI

1. Kesadaran bahwa agama Islam tidak hanya berisikan tuntunan cara beribadah, melainkan merupakan pedoman hidup seutuhnya, termasuk di antaranya bidang muamalat yang merupakan salah satu bidang yang sangat penting

2. Kesadaran atas kebutuhan akan adanya lembaga yang dapat menyelesaikan masalah persengketaan seiring sejalan tumbuh berkembangnya praktek-praktek muamalat, usaha perniagaan dan dunia usaha dilingkungan umat Islam

3. Kesadaran bahwa secara historis Islam telah mengenal lembaga hakam

4. Kesadaran akan kebutuhan lembaga penyelesaian sengketa yang dapat menyelesaikan persengketaan dengan lebih cepat, lebih murah, lebih cocok dan lebih adil

(9)

Yurisdiksi (Kewenangan) BAMUI

 Penyelesaian sengketa yang timbul dalam hubungan perdagangan, industri, keuangan, jasa dan lain-lain di mana para pihak sepakat secara tertulis untuk menyerahkan penyelesaiannya kepada BAMUI sesuai dengan peraturan prosedur BAMUI

 Memberikan suatu pendapat yang mengikat tanpa

adanya suatu sengketa mengenai suatu persoalan

yang berkenaan dengan perjanjian atas permintaan

para pihak.

(10)

BAMUI = BASYARNAS

Dalam perkembangannya kemudian BAMUI mengalami perubahan bentuk (vide Surat keputusan rapat Dewan Pimpinan MUI No.Kep- 09/MUI/XII/2003, tanggal 24 Desember 2003), di antaranya:

 Mengubah nama BAMUI menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional;

 Mengubah bentuk badan hukum dari yayasan menjadi badan yang berada di bawah MUI dan merupakan perangkat organisasi MUI;

 Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga hakam, badan ini bersifat otonom dan independen.

(11)

Qadha (Lembaga Peradilan)

 Pengertian:

Secara bahasa = memutuskan atau menetapkan

Secara terminologi = lembaga/institusi yang bertugas untuk menyampaikam keputusan hukum yang bersifat mengikat

 Merupakan upaya terakhir apabila upaya

penyelesaian secara perdamaian atau juga

menggunakan pihak lain yang dipercaya tidak

berhasil.

(12)

Sifat Qadha

 Qadha bersifat antagonistis dan selalu menimbulkan kedengkian di antara umat (adanya keterpaksaan menerima putusan dari pihak pengadilan, baik memenuhi rasa keadilan atau tidak)

 Sayidina Umar ibn al Khattab mengatakan:

"Tolaklah permusuhan hingga mereka berdamai, karena pemutusan perkara melalui lembaga peradilan akan mengembangkan kedengkian di antara mereka.”

(13)

Lembaga Peradilan di Indonesia

 Lembaga peradilan di Indonesia berada di bawah kekuasaan kehakiman yang puncaknya adalah Mahkamah Agung

 Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia.

Karenanya segala campur tangan dalam urusan pengadilan oleh pihak lain di luar kekuasaan kehakiman dilarang, kecuali dalam hal hal-hal sebagaimana disebut dalam Undang-Undang Dasar 1945.

(14)

Lingkup & Yurisdiksi lembaga Peradilan

 Lingkup peradilan di bawah kekuasaan kehakiman dalam hal ini Mahkamah Agung terdiri dari (vide UU No.48 tahun 2009 pasal 18):

- Peradilan agama - Peradilan umum - Peradilan militer

- Peradilan tata usaha negara

 Antara satu lembaga peradilan dengan lembaga peradilan lainnya berlaku asas pemisahan kompetensi atau yurisdiksi (separation court system based on jurisdiction), dimana masing-masing lembaga memiliki kewenangannya untuk mengadili sengketa tertentu yang diatur dalam peraturan per Undang-Undang an (vide UU No.48 tahun 2009 pasal 25)

(15)

Peradilan Agama = Peradilan Syariah

• Urusan ekonomi Islam/bisnis syariah masuk dalam lingkup yurisdiksi peradilan agama selain dari urusan perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq dan shadaqah (vide UU No.3 tahun 2006 pasal 49 ayat 1)

• Salah satu sumber hukum untuk memutus perkara oleh hakim merujuk kepada Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (vide Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No.02 tahun 2008)

• KHES merupakan bentuk dari positifisasi ketentuan fiqih muamalah yang diharapkan mampu memberikan sandaran hukum yang lebih sesuai dengan kontrak syariah

(16)

Arbitrase vs Lembaga Peradilan

Sidang arbitrase dilaksanakan sederhana dalam satu tingkat, tingkat pertama sekaligus terakhir dalam suasana kekeluargaan dan dalam kerangka memelihara silaturahim serta ukhuwah Islamiyah.

Sidang arbitrase dilaksanakan secara tertutup, tidak terbuka sebagaimana sidang di lembaga peradilan, sehingga para pihak yang bersengketa dan materi sengketanya tidak diketahui oleh masyarakat luas. Pengungkapan secara tebuka baik sengketa pribadi maupun sengketa perusahaan dapat menjatuhkan baik martabat, harga diri, dan kehormatan pribadi maupun citra atau kinerja perusahaan.

Sidang arbitrase dilaksanakan lebih cepat dibandingkan dengan lembaga peradilan.

Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat, tidak ada banding dan kasasi.

Putusan arbitrase mempunyai kekuatan eksekutoril, dimana apabila tidak dilaksanakan dengan sukarela, maka eksekusi putusannya dilaksanakan

(17)

SKB

TERIMA

KASIH

Referensi

Dokumen terkait

International Journal of Financial, Accounting, and Management IJFAM ISSN: 2656-3355, Vol 3, No 3, 2021, 193-204 https://doi.org/10.35912/ijfam.v3i3.221 The influence of current

Опираясь на проведенный анализ, автор предполагает, что если делать это с верой в своего ученика, убежденно, целенаправленно и в дружном педагогичном единении, то результат обязательно