46| Universitas Multi Data Palembang
PERAN FREKUENSI RAPAT KOMITE AUDIT DIMODERASI WHISTLEBLOWING SYSTEM TERHADAP PENGUNGKAPAN
FRAUD
Aulia Virani1*), Siti Khairani2
1,2 Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Multi Data Palembang
1auliavny@mhs.mdp.ac.id, 2siti_kh@mdp.ac.id
Kata kunci:
fraud; komite audit;
whistleblowing system.
Abstract: This study aims to determine the frequency of audit committee meetings moderated by the whistleblowing system on fraud disclosure in financial services companies listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2018-2021 period. The theory used is Agency Theory with a quantitative approach. The sampling technique used purposive sampling technique so that 62 companies were sampled. Hypothesis testing using logistics and MRA with SPSS software version 26. The results obtained show that the variable frequency of audit committee meetings affects fraud disclosure and the whistleblowing system as a moderating variable is unable to moderate the frequency of audit committee meetings on fraud disclosure.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi rapat komite audit dimoderasi whistleblowing system terhadap Pengungkapan Fraud pada perusahaan jasa keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-2021. Teori yang digunakan ialah Teori Agensi dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling sehingga mendapat 62 perusahaan sebagai sampel. Pengujian hipotesis menggunakan logistic dan MRA dengan software SPSS versi 26. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa variabel frekuensi rapat komite audit berpengaruh terhadap Pengungkapan Fraud dan whistleblowing system sebagai variabel moderasi tidak mampu memoderasi frekuensi rapat komite audit terhadap Pengungkapan Fraud.
Virani & Khairani. (2023). Peran Frekuensi Rapat Komite Audit dimoderasi Whistleblowing System Terhadap Pengungkapan Fraud. MDP Student Conference 2023
PENDAHULUAN
Aktivitas fraud dapat mengancam dunia. Tiap tahun perusahaan menyumbang rata-rata 5% dari pendapatan organisasi terkait kerugian atas kecurangan (fraud) [1]. Fraud menurut [2], terdapat 3 jenis, yaitu:
Asset Misappropriation, Fraudulent Statements, dan Corruption. Industri keuangan dan perbankan dinyatakan sebagai industri yang paling dirugikan akibat adanya fraud [3]. Didukung penelitian pada Report to The Nations 2018 posisi pertama organisasi persentase sebesar 41.4% terkait fraud ialah industri keuangan dan perbankan. Seperti yang diketahui, sumber dana operasional sektor keuangan berasal dari masyarakat yang mempercayakan dananya untuk disimpan. Didukung dengan perkataan Presiden Joko Widodo pada Selasa (28/1/2020) ujarnya bahwa “Perkara yang penting dan mutlak bagi keberlangsungan Industri Jasa Keuangan ialah Kepercayaan Masyarakat” [4]. Tak heran jika sektor ini sering disebut sebagai lembaga kepercayaan.
Universitas Multi Data Palembang |47 Mirisnya, fraud di Perusahaan Jasa Keuangan malah naik selama Pandemi melanda. Berdasarkan hasil survei [2] sebanyak 71% responden menyatakan fraud terjadi semakin besar pada era pandemi Covid-19.
Tak hanya itu terdapat kasus lain juga yang menyita perhatian pada tahun 2018 di perusahaan jasa keuangan khususnya sektor jasa asuransi terkait korupsi dan manipulasi laporan keuangan, di PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) terdeteksi menuaikan tindakan fraud berupa korupsi dan manipulasi laporan keuangan. Kasus kecurangan yang dilakukan memakan kerugian yang tinggi yaitu Rp 16 T. Ditambah lagi, membutuhkan waktu yang Panjang hingga bertahun-tahun untuk terciumnya kecurangan ini melalui pemeriksaan oleh pihak eksternal [5].
Dalam segi memerangi fraud perlunya memperkuat Internal Control Systems guna meminimkan aktivitas fraud dalam perusahaan [6]. Salah satunya dengan wewenang Dewan Komisaris untuk membentuk Komite Audit [7]. Keefektiftifan komite audit diukur melalui karakteristik komite audit salah satunya dari Jumlah Rapat yang dilaksanakan. Selain itu, fraud dapat dicegah dan dideteksi dengan Whistleblowing System [8].
Penelitian ini menggunakan Teori Agensi sebagai grand theory [9]. Hipotesis penelitian ini meliputi H1 : Frekuensi Rapat Komite Audit terhadap Pengungkapan fraud dan H2 :Frekuensi Rapat Komite Audit dimoderasi Whistleblowing System terhadap Pengungkapan fraud. Terkait topik penelitian ini, hasil sejalan dengan [1] dan [10] tetapi penelitian bertolak belakang dilakukan oleh [11].
METODEPENELITIAN
Objek dan Subjek Penelitian
Frekuensi Rapat Komite Audit (X), Whistleblowing System (Z) dan Pengungkapan fraud (Y) sebagai Objek. Perusahaan Jasa Keuangan yang diambil dari IDX Fact Book di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-2021 sebagai Subjek.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian perusahaan jasa keuangan yang terdaftar di BEI periode 2018-2021 yang berjumlah 91 perusahaan. Sampel pada penelitian ini menjadi 62 perusahaan setelah menggunakan teknik purposive sampling.
Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data Penelitian
Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi berupa laporan tahunan perusahaan jasa keuangan yang terdaftar di BEI periode 2018-2021.
Alat pengolahan data dalam penelitian ini memanfaatkan program SPSS 26.
HASILDANPEMBAHASAN Uji Statistik Deskriptif
Sumber : Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
48| Universitas Multi Data Palembang
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar Uji Statistik Deskriptif diinterpretasikan sebagai berikut : (1) Dari data Frekuensi Rapat Komite Audit (X3) menunjukan nilai min 75, nilai mak 1000, nilai mean 237,23 dan nilai std deviation 162,990. (2) Dari data Whistleblowing System (Z) menunjukan nilai min 6, nilai mak 76, nilai mean 50,40 dan nilai std deviation 10,527. (3) Dari data Pengungkapan Fraud dengan nilai min 0, nilai mak 1, nilai mean 0,75 dan nilai std deviation 0,433.
Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas
Sumber : Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 2. Hasil Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 2 Uji Multikolinearitas berkesimpulan tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel.
Uji Hipotesis
Uji Kelayakan Model
Sumber : Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 3. Hasil Uji Kelayakan Model
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 3 Uji Kelayakan Model (Hosmer and Lemeshow Test) dapat dilihat bahwa besarnya nilai Goodness of Fit Test adalah 8,217 dan tingkat signifikannya 0,314 > 0,05.
Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test)
Tabel 1. Hasil Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) Iteration Historya,b,c,d
Step -2 Log Likelihood Step -2 Log Likelihood
0 256.999 1 203.132
Sumber : Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Universitas Multi Data Palembang |49 Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) dapat dilihat bahwa nilai statistik -2LogL pada Step = 0 dan nilai - 2LogL Step = 1 terjadi penurunan sebesar 53,867.
Analisis Regresi Logistik
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Logistik
Sumber : Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Ln F
1-F= -12,188 + 6,038 (FRKA) … (1)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Analisis Regresi Logistik diinterpretasikan : (1) Persamaan regresi nilai intercept adalah -12,188 dengan 0,000 nilai odd ratio.(2) Nilai koefisien regresi frekuensi rapat komite audit adalah 6,038 dengan 0,000 nilai odd ratio.
Uji Wald
Sumber : Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 6. Hasil Uji Wald
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 6 Uji Wald menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari ttabel (32,022 > 1,970610961) dan tingkat signifikannya (0,000 < 0,05).
Uji F
Sumber : Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 7. Hasil Uji F
50| Universitas Multi Data Palembang
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 7 Uji F dapat diperoleh nilai fhitung lebih besar dari ftabel
(53,867 > 3,036156222) dan tingkat signifikansi (0,000 < 0,05).
Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square)
Sumber: Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square)
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 8 Uji Koefisien Determinasi dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi dari nilai Nagelkerke R Square sebesar 31,1%.
Matriks Klasifikasi
Sumber: Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 9. Hasil Matriks Klasifikasi
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 9 Uji Matriks Klasifikasi dapat dilihat bahwa kemampuan model dalam memprediksi adalah sebesar 79,5%.
Universitas Multi Data Palembang |51 Moderated Regression Analysis (MRA)
Sumber : Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 10. Hasil Moderated Regression Analysis (MRA) Ln F
1-F= -13,437+3,611 FRKA+0,113 WBS+0,000 (FRKA*WBS) (2)
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Analisis Regresi Logistik diinterpretasikan sebagai berikut : (1) Persamaan regresi nilai intercept adalah -13,437. (2) Nilai koefisien regresi variabel interaksi yaitu frekuensi rapat komite audit dan whistleblowing system (FRKA*WBS) sebesar 0,000.
Uji Wald MRA
Sumber : Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 11. Hasil Uji Wald MRA
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar Uji Wald MRA menunjukkan bahwa nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,315 < 1,970610961) dan tingkat signifikannya (0,574 < 0,05).
Uji F MRA
Sumber : Diolah dari data penelitian dengan SPSS 26, 2023
Gambar 12. Hasil Uji F MRA
52| Universitas Multi Data Palembang
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 12 Uji F MRA dapat diperoleh nilai fhitung lebih besar dari ftabel (97,319 > 3,036156222) dan tingkat signifikansi (0,000 < 0,05).
Uji Koefisien Determinasi MRA
Sumber: Diolah dari Data Penelitian Dengan SPSS 26, 2023
Gambar 13. Hasil Uji Koefisien Determinasi MRA
Berdasarkan hasil pengujian pada gambar 13 Uji Koefisien Determinasi MRA dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi dari nilai Nagelkerke R Square sebesar 51,3%. Dan diperoleh hasil pengujian hipotesisnya, yaitu: (1) Frekuensi Rapat Komite Audit berpengaruh Terhadap Pengungkapan Fraud, diterima.
Semakin sering dilaksanakan rapat otomatis laporan keuangan akan lebih sering pula diulas dalam rapat sehingga tidak akan memberi peluang kepada pelaku fraud meloloskan tindakan fraudnya. (2) Frekuensi Rapat Komite Audit dimoderasi Whistleblowing System Terhadap Pengungkapan Fraud, ditolak. Ketika whistleblowing system diterapkan, maka agenda rapat komite audit cenderung akan beralih fokus membahas peningkatan efektifitasan dari whistleblowing system itu sendiri daripada membahas pengungkapan fraud demi membangun pandangan positif publik terhadap perusahaan.
SIMPULAN
Penelitian ini memiliki judul “Peran Frekuensi Rapat Komite Audit dimoderasi Whistleblowing System Terhadap Pengungkapan Fraud”. Sampel penelitian sebanyak 229 data perusahaan jasa keuangan yang terdaftar di BEI periode 2018-2021. Pada pengelolahan data menghasilkan kesimpulan hipotesis bahwa frekuensi rapat komite audit berpengaruh terhadap Pengungkapan Fraud dan menunjukan whistleblowing system tidak mampu memoderasi frekuensi rapat komite audit terhadap Pengungkapan Fraud.
DAFTARPUSTAKA
[1] C. F. Gulo, “Pengaruh Peran Komite Audit, Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dan Whistleblowing System Terhadap Pengungkapan Kecurangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 - 2019,” J. Akunt. Audit., Vol. 1, 2020.
[2] ACFE Global, “Report to The Nations On Occupational Fraud and Abuse: 2020 Global Fraud Study,”
Assoc. Certif. Fraud Exam. Inc., pp. 1–88, 2020, [Online]. Available: https://www.acfe.com/report- to-the-nations/2020/
[3] ACFE Indonesia, “Survei Fraud Indonesia 2019,” Indones. Chapter #111, vol. 53, no. 9, pp. 1–76, 2020, [Online]. Available: https://acfe-indonesia.or.id/survei-fraud-indonesia/
[4] Handoyo, “Jokowi: Kepercayaan Masyarakat Penting Bagi Industri Jasa Keuangan,” Kontan.co.id, 2020. [Online]. Available: https://amp.kontan.co.id/news/jokowi-kepercayaan-masyarakat-penting- bagi-industri-jasa
Universitas Multi Data Palembang |53 keuangan#amp_tf=Dari %251%24s&aoh=16610709388721&referrer=https%3A%2F%2Fwww.goog le.com
[5] K. Robby and E. Angery, “Analisis Kasus PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Dengan Teori Dasar Fraud,” J. Ilm. MEA (Manajemen, Ekon. dan Akuntansi), Vol. 5, No. 3, pp. 494–512, 2021.
[6] V. Wijaya, “Pengaruh Stabilitas Keuangan dan Tekanan Eksternal Terhadap Fraud Laporan Keuangan,” MDP Student Conf., pp. 111–118, 2022, [Online]. Available:
https://jurnal.mdp.ac.id/index.php/msc/article/view/1685
[7] K. Krisdatama and A. Setiawan Nuraya, “Pengaruh Keragaman Gender Direksi dan Komisaris Terhadap Return On Assests pada Perusahaan,” Pengaruh Keragaman Gend. Direksi Dan Komis.
Terhadap Return Assets Pada Perusah., pp. 217–223, 2022.
[8] A. Siregar and A. S. Surbakti, “Analisis Pengaruh Whistleblowing System dan Rapat Komite Audit Terhadap Jumlah Kecurangan,” Balanc. J. Akuntansi, Audit. dan Keuang., Vol. 16, No. 1, p. 21, 2020, doi: 10.25170/balance.v16i1.1286.
[9] W. H. Jensen, M., & Meckling, “Theory of The Firm: Magerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure,” J. financ. econ., Vol. 3, pp. 305–360, 1976.
[10] L. Utami, L. Handajani, and Hermanto, “Efektivitas Komite Audit dan Audit Internal Terhadap Kasus Kecurangan Dengan Whistleblowing System Sebagai Variabel Pemoderasi,” Vol. 26, pp. 1570–1600, 2019.
[11] V. Febriana and Y. J. Christiawan, “Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Financial Distress Dengan Penerapan Sistem Whistleblowing Sebagai Variabel Moderasi,” Int. J. Soc. Sci.
Bus., Vol. 3, No. 3, p. 237, 2020.