i
PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PEREDARAN MINUMAN KERAS
(Studi Kasus: Polres Demak) SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Hukum
Program kekhususan Hukum Pidana
Disusun Oleh:
Nama : Ksatria Yudistimedika Putra NIM : 30302000426
PROGRAM STRATA SATU (S1) ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2023
ii
PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PEREDARAN MINUMAN KERAS
(Studi Kasus: Polres Demak)
Diajukan Oleh:
Nama : Ksatria Yudistimedika Putra NIM : 30302000426
Telah disetujui
Pada Tanggal 25 Agustus 2023 Dosen Pembimbing:
Dr. Andri Winjaya Laksana, S.H., M.H.
NIDN: 06.2005.8302
iii
PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI PEREDARAN MINUMAN KERAS
(Studi Kasus: Polres Demak) Dipersiapkan Dan Disusun Oleh:
Ksatria Yudistimedika Putra NIM: 30302000426
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal 19 Agustus 2023 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat dan lulus
Tim Penguji Ketua,
Dr. Arpangi S.H., M.H.
NIDN: 0611066805 Anggota
Dr. H. Ahmad Hadi Prayitno SH. MH NIDN: 8832970018
Anggota
Dr. Andri Winjaya Laksana NIDN: 0620058302
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum UNISSULA
Dr. Bambang Tri Bawono, S.H., M.H NIDN: 060-7077-601
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ksatria Yudistimedika Putra NIM : 30302000426
Dengan ini saya nyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Peredaran Minuman Keras (Studi Kasus:
Polres Demak)” Adalah benar hasil karya saya dan penuh kesadaran bahwa saya tidak melakukan tindakan plagiasi atau mengambil alih seluruh atau sebagian besar karya tulis orang lain tanpa menyebutkan sumbernya. Jika saya terbukti melakukan tindakan plagiasi, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Semarang, 25 Agustus 2023
Ksatria Yudistimedika Putra NIM: 30302000426
v
PERNYATAAN PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ksatria Yudistimedika Putra
NIM : 30302000426
Program Studi : Ilmu Hukum Fakultas : Hukum
Dengan ini menyerahkan karya ilmiah berupa Skripsi dengan judul:
“Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Peredaran Minuman Keras (Studi Kasus: Polres Demak)” dan menyetujuinya menjadi hak milik Universitas Islam Sultan Agung serta memberikan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif untuk disimpan, dialih mediakan, dikelola dalam pangkalan data, dan dipublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis selama tetap mencantumkan nama penulis sebagai pemilik Hak Cipta.
Pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh. Apabila dikemudian hari terbukti ada pelanggaran Hak Cipta/Plagiarisme dalam karya ilmiah ini, maka segala bentuk tuntutan hukum yang timbul akan saya tanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Universitas Islam Sultan Agung.
Semarang, 25 Agustus 2023 Yang menyatakan,
Ksatria Yudistimedika Putra NIM: 30302000426
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
" Allah menguji keikhlasan hati ketika kehilangan, memberi kedewasaan ketika ditimpa musibah. Kita juga dilatih dengan kesabaran dan kekusahaan."
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Persembahan:
Skrispi ini merupakan persembahan teristimewa untuk:
1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa ALLAH SWT, yang dengan rahmat dan rizkinya memberikan berkah ilmu dan wawasan yang tak terhingga.
2. Orang Tua saya dan Saudara saya yang telah memberikan saya motivasi dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing Dr. Andri Winjaya Laksana, S.H., M.H terimakasih atas bimbingan bapak selama ini, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
4. Sahabat-sahabat saya yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semua dukungan dan semangatnya
vii
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Peredaran Minuman Keras (Studi Kasus: Polres Demak)”. Skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi serta guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Strata Satu (S-1) Program Ilmu Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang,
Penghargaan dan terima kasih yang setulus – tulusnya kepada orang tua yang telah mencurahkan segenap cinta dan kasih sayang serta perhatian moril maupun materiil. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat, Kesehatan, Karunia, dan Keberkahan di dunia dan di akhirat atas budi baik yang diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Gunarto, S.H., S.E., Akt., M. Hum. selaku Rektor Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
2. Dr. Bambang Tri Bawono, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
3. Dr. Hj. Widayati, S.H, M.H, selaku Wakil Dekan I dan Bapak Dr.
Arpangi, S.H, M.H, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung.
4. Dr. Achmad Arifullah, S.H., M.H. selaku Ketua Prodi S1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
5. Dini Amalia Fitri, S.H., M.H Selaku sekretaris Prodi S1 Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
6. Ida Musofiana, S.H., M.H. selaku sekretaris Prodi Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
7. Dr. Andri Winjaya Laksana, S.H., M.H. Selaku Dosen Pembimbing yang memberikan segala masukan, ide dan semangat bagi penulis.
viii
8. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sebagai dasar penulisan skripsi.
9. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam mendapatkan informasi untuk melengkapi penulisan hukum ini.
10. Sahabat, Teman dan Rekan ku yang telah membantu, menyemangati, dan mendoakan penulis.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Semarang, 25 Agustus 2023 Yang menyatakan,
Ksatria Yudistimedika Putra NIM: 30302000426
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Metode Penelitian ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Polisi... 16
1. Pengertian Polisi ... 16
2. Tugas dan Wewenang Polisi ... 19
B. Tinjauan Umum Minuman Keras ... 28
1. Pengertian Minuman Keras ... 28
2. Jenis-jenis Minuman Keras ... 36
3. Akibat Minuman Keras ... 40
4. Ketentuan Pidana Minuman Keras ... 43
C. Peredaran Minuman Keras Menurut Agama Islam ... 49
x
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Peran Kepolisian Dalam Menangani dan Menanggulangi Peredaran Minuman Keras di Kabupaten Demak ... 55 B. Hambatan dan Solusi Kepolisian Dalam Menangani dan Menanggulangi Peredaran Minuman Keras di Kabupaten Demak ... 72 BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ... 75 B. Saran ... 77 DAFTAR PUSTAKA ... 78
xi ABSTRAK
Penyalahgunaan minuman keras dengan mengkonsumsinya di luar batas kewajaran, disamping akan menjadi masalah individu yang dapat merugikan diri sendiri, selain itu yang lebih luas lagi dapat menjadi masalah bagi masyarakat.
Pihak kepolisian selain memiliki tugas sendiri dalam memberantas miras secara menyeluruh, pihaknya juga bekerja sama dengan pihak satpol PP dalam melaksanakan operasi gabungan. Tindakan Kepolisian berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M- DAG/PER/4/2014 yang kemudian diubah dengan Permendag 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minuman beralkohol.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras, mengetahui hambatan dan solusi kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras.
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris, yaitu bahwa dalam mencari data yang diperlukan tidak hanya berpegang pada segi-segi yuridis saja, melainkan juga berpegang pada hasil penelitian dan fakta-fakta di lapangan.
Peran Kepolisian dalam Pelaksanaan pencegahan penjualan dan penyalahgunaan minuman keras di masyarakat oleh Kepolisian Resor Demak diwujudkan dalam 3 (tiga) jenis tindakan pencegahan, yaitu: upaya pre-emtif, upaya preventif, dan upaya represif. Upaya pre-emtif yaitu dengan sosialisasi di masyarakat, dan melakukan penyuluhan. Upaya preventif yaitu dengan melakukan pengawasan di tempat rawan, melakukan Razia, melakukan patroli keliling, serta mengadakan sidak. Upaya represif yaitu dengan menangkap pelaku, memutus jalur peredaran minuman keras. Hambatan-hambatan yang dialami adalah Masyarakat yang berusaha melindungi penjual miras, Kebocoran Informasi Razia serta sanksi hukuman terlalu ringan. Solusi dari hambatan-hambatan tersebut adalah Melakukan pendekatan persuasif kepada masyarakat, Melakukan Rapat Gabungan Terbatas dan Penambahan.
Kata Kunci: Peran Kepolisian, Minuman Keras, Kejahatan, Tindak Pidana
xii ABSTRACT
The misuse of alcohol by consuming it beyond reasonable limits, in addition to being an individual problem that can harm yourself, can also be a problem for the wider community. Apart from having its own duties in eradicating alcohol as a whole, the police also cooperate with the Satpol PP in carrying out joint operations. Police action is based on Regulation of the Minister of Trade Number. 20/M- DAG/PER/4/2014 which was later amended by Permendag 06/M- DAG/PER/1/2015 on the control and supervision of the procurement, circulation and sale of alcoholic beverages. The purpose of this research is to find out the role of the police in tackling liquor circulation, knowing the obstacles and solutions of the police in tackling liquor circulation.
The approach method used in this research is the empirical juridical approach method, namely that in searching for the necessary data not only adheres to juridical aspects, but also adheres to the results of research and facts in the field.
The role of the Police in the implementation of the prevention of the sale and abuse of alcohol in the community by the Demak Resor Police is realized in 3 (three) types of preventive actions, namely: pre-emtif efforts, preventive efforts, and repressive efforts. Pre-emtif efforts are by socializing in the community, and conducting counseling. Preventive efforts are by conducting surveillance in vulnerable places, conducting raids, conducting mobile patrols, and conducting sidak. Repressive efforts are by arresting the perpetrators, cutting off the liquor circulation route. The obstacles experienced are people who try to protect alcohol sellers, information leakage of raids and too light punishment sanctions. The solution to these obstacles is to take a persuasive approach to the community, conduct a Limited Joint Meeting and Addition of.
Keywords: Role of Police, Liquor, Crime, Criminal Offenses
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtstaat) dan tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machstaat). Negara menetapkan hukum sebagai dasar keksaan tumbuh pada hukum dan semua orang sama dihadapan hukum.1 Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia, karena hukum merupakan aturan untuk mengatur tingkah laku manusia. Tatanan, kebebasan dan ketertiban masyarakat diatur oleh hukum atau “the rule of law”. Jaminan perlindungan atas kebebasan individu sebagai anggota masyarakat, harus sesuai dengan hukum.2
Seiring dengan kemajuan budaya dan ilmu pengetahuan (iptek), perilaku manusia didalam hidup masyarakat dan bernegara justru semakin kompleks.
Perilaku demikian apabila ditinjau dari segi hukum tentunya ada perilaku yang dapat dikategorikan sesuai dengan norma pada umumnya dan norma hukum pada khususnya dan ada perilaku yang tidak sesuai dengan norma tersebut dapat disebut sebagai penyelewengan terhadap norma yang telah ada dan disepakati bersama. Hal ini menyebabkan terganggu nya ketertiban dan ketenteraman kehidupan manusia.3
1 Agus Salim Andi Gadjong, Pemerintah Daerah Kajian Politik Dan Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor 2007, hlm.33
2 Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kaidah-Kaidah Hukum Yurisprudensi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm.19
3 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 1
2 Salah satu masalah yang sangat memperhatikan dan harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah ialah masalah minuman keras yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas. Minuman keras atau biasa disingkat miras, adalah minuman beralkohol yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Alkohol merupakan zat aktif dalam minuman keras, yang dapat menekan syaraf pusat.
Alkohol digolongkan ke dalam Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) karena mempunyai sifat menenangkan sistem syarat pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seorang mengubah suasana hati dan perasaan seorang yang mengonsumsinya, bila dikomsumsi secara berlebihan.4
Minuman beralkohol dapat menimbulkan efek samping gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, meresahkan, dan berperilaku. Timbulnya GMO tersebut disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol tersebut, orang yang meminum nya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk, Alkohol, seperti obat-obat terlarang lainnya menimbulkan banyak dampak negatif pada tubuh, mental dan kehidupan sosial manusia. Yunani dan negara Eropa lainnya saat ini menerapkan sanksi dan hukuman yang keras terhadap para peminum alkohol.
4 Soedjono Dirjosiswor. Alkoholisme, Paparan Hukum Dan Kriminologi, Remaja Karya, Bandung, hlm. 111
3 Perpecahan dalam rumah tangga pun sering ditimbulkan akibat kebiasaan meminum alkohol.5
Minuman keras atau beralkohol telah menjadi bagian budaya dan kehidupan dari masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari banyak nya ritual ritual adat serta kehidupan sosial budaya-budaya tertentu yang masih lekat dengan minuman alkohol. Kenyataannya juga ratusan jenis minuman beralkohol yang diproduksi oleh masyarakat, baik itu untuk kepentingan rekreasional maupun ritual. Sebut saja minuman-minumn produksi lokal hasil dari fermentasi beras, singkong, siwala, dan lain sebagainya.6
Belakangan ini minuman keras yang beredar bukan hanya minuman keras yang legal, akan tetapi juga banyak minuman keras yang illegal yaitu seperti minuman keras oplosan, yang biasanya dicapurkan oleh beberapa minuman tambahan lainnya. Dan selain itu di dalam minuman keras oplosan sering ditemukan kandungan zat kimia seperti methanol (sprirtus) yang beresiko menyebabkan kematian. Padalah zat kimia seperti methanol sendiri merupakan suatu bahan industry yang banya digunakan sebagai pencampur cat, penghilang vernis, tiner (penghapus cat), hingga aseton (pembersih cat kuku), dan selain itu juga masih banyak tambahan bahan lain yang belum diketahui jenis dan kadar pasti yang terdapat dalam minuman keras oplosan tersebut.7
5 Muhammad Fariz Al Farisi, Dampak Mengkonsumsi Alkohol terhadap Perilaku Sosial Remaja, Biblio Couns, Jurnal Kajian Konseling dan Pendidikan, Vol 5, No 2, 2022, hlm. 15-34
6 Khairu Nasrudin, Penegakan Hukum Secara Terpadu Terhadap Tindak Pidana Peredaran Minuman Keras, Khaira Ummah: Jurnal Hukum, Vol. 14, No 4, 2019, hlm 160-169
7 Grace Angelia Soenartho, Perlindungan Hukum Konsumen Bagi Korban Atas Peredaran Minuman Keras Oplosan, Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, Vol. 3, No. 5, 2022, hlm. 598-608.
4 Penyalahgunaan minuman keras dengan mengkonsumsinya di luar batas kewajaran, disamping akan menjadi masalah individu yang dapat merugikan diri sendiri, selain itu yang lebih luas lagi dapat menjadi masalah bagi masyarakat. Kebiasaan minum-minuman keras yang melebihi batas yang wajar dapat menyebabkan sikap seseorang menjadi anti sosial dan cenderung merugikan kepentingan orang lain. Disisi lain kebiasaan minum-minuman keras secara berlebihan dapat menyebabkan kecanduan dan menjadi ketergantungan terhadap minuman keras.8
Minuman keras bukanlah akibat langsung terjadinya suatu tindak pidana, akan tetapi dapat menjadi penyebab suatu tindak pidana, karena di dalam kandungan minuman keras terdapat alkohol yang mengakibatkan pembiusan dan keracunan di otak. Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah
“mabuk”, ”teler” sehingga dapat menyebabkan cedera dan kematian.
Penurunan kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat, demikian juga, berhenti bernapas dan kematian. Selain kematian, efek jangka pendeknya alkohol dapat menyebabkan penurunan produktivitas kerja, (misalnya “teler”, kecelakan akibat ngebut). Sebagai tambahan, alkohol dapat menyebabkan perilaku kriminal. Sebanyak 70% dari narapidana mengunakan alkohol sebelum melakukan tindak pidana kekerasaan dan lebih dari 40%
kekerasaan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol. Sedangkan efek
8 Yulianus Dica Ariseno Adi, Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol Dalam Mencegah Meningkatnya Tindak Pidana Kriminal di Wilayah Hukum Polres Boyolali, Jurnal Hukum Pembangunan Ekonomi, Vol 7, No. 1, 2019, hlm 91-102
5 jangka panjangnya mengonsumsi alkohol bisa menyebabkan kerusakan jantung, stroke, kerusakan hati, dan kanker pencernaan.9
Penegak hukum disini adalah polisi dan satuan polisi pamong praja, Kepolisian memiliki tugas memelihara keamanan dan ketertiban lingkungan wilayah kerjanya Berkaitan dengan penegakan hukum tindak pidana peredaran minuman keras, Pihak kepolisian selain memiliki tugas sendiri dalam memberantas miras secara menyeluruh, pihaknya juga bekerja sama dengan pihak satpol PP dalam melaksanakan operasi gabungan.
Tindakan Kepolisian berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M- DAG/PER/4/2014 yang kemudian diubah dengan Permendag 06/M- DAG/PER/1/2015 tentang pengendalian dan pengawasan terhadap pengadaan, peredaran, dan penjualan minuman beralkohol. Polisi dalam melakukan penegakan hukum dilakukan secara preventif dan secara represif, secara preventif atau pencegahan bentuk dari penegakan hukum ini adalah penyuluhan kepada seluruh masyarakat terutama yang potensial melakukan tindak pidana yang berkaitan dengan peredaran minuman keras, secara represif.
Kepolisian dapat melakukan penyidikan, penyelidikan guna mencari bukti atas pengaduan masyarakat.
Dalam tugasnya kepolisian memberantas dan meminimal lisir tindak pidana peredaran miras tanpa izin, polisi sering mengalami kesulitan karena para pedagang sering berontak dan menghalangi Meskipun penegakan hukumnya polisi hanya dapat mengenakan Pasal tindak pidana Ringan bagi
9 Hendra hidayat, “Psikologi Hukum‟, Pustaka Setia, Yogyakarta, 2011, hlm 51
6 pengedar miras yaitu penjual miras tanpa izin, Pasal yang digunakan Pasal 424 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.10
Pada tanggal 28 Oktober 2022 terdapat kasus pembunuhan saat melakukan pesta miras di Kecamatan Sayung demak. Seorang pria berinisial S (28) asal Demak membunuh temannya sendiri, R (21), karena sakit hati diejek saat sedang minum minuman keras bersama. Pada 22 Juni 2023 terdapat beberapa pemuda yang terpengaruh minuman keras terlibat adu mulut dengan seorang supir. Berdasarkan contoh kasus diatas menunjukan bahwa minuman keras jika dikonsumsi dapat menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan.
Meskipun jumlahnya sedikit, minuman keras dapat menimbulkan dampak yang besar, seperti rusaknya akal sehat, bahkan gangguan jiwa.
Polisi sebagai aparatur Negara dalam hal penegakan hukum memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting yaitu sebagai pemelihara keamanan yang dalam implementasinya ialah mencegah dan menanggulangi suatu tindak kejahatan serta pelanggaran. Polisi pada umumnya memiliki dua jenis kekuasaan. Yang pertama ialah kekuasaan polisi dalam bidang hukum, dan yang kedua ialah kekuasaan polisi dalam bidang pemerintahan. Kedua kekuasaan tersebut melahirkan tiga fungsi utama dalam kepolisian yaitu sebagai aparat penegak hukum, sebagai pelayan yang didalamnya termasuk penjaga ketertiban umum, dan sebagai pengayom masyarakat.
10 Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
7 Peredaran minuman keras yang tidak terkendali berdampak pada alkoholisme dalam masyarakat dan kejahatan yang terkait dengan minuman keras. Alkoholisme adalah suatu keadaan yang dimana seseorang tidak mampu lagi mengontrol banyaknya jumlah alkohol yang diminumnya. Hal tersebut sekarang yang menjadi tugas dari aparat kepolisian untuk selalu senantiasa aktif dalam mengatasinya. Dengan demikian, peran dari aparat kepolisian sangat dibutuhkan supaya bekerja lebih ekstra lagi dengan cara menindak secara tegas para penjual minuman keras eceran tersebut untuk dapat memberikan efek jera agar keamanan dan ketertiban masyarakat dapat selalu terjaga.11
Hukum minum alkohol atau khamr jika dilihat dari kacamata Islam adalah haram atau dilarang karena zatnya yang memabukkan. Dalam Surat al- Baqarah ayat 219 menjelaskan larangan berjudi dan meminum khamr. Di ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam judi dan minum khamr terhadap dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, namun dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Imam Ahmad meriwayatkan dalam hadits dari Abu Musa al- Asy'ari menjelaskan bahwa siapa saja yang meminum khamr akan dilaknat oleh Allah SWT, tidak akan masuk surga, dan kelak akan diberi minum dari air sungai Ghuthah. Selain itu, tafsir juga menyebutkan jika minum alkohol dalam Islam 40 hari bisa saja ibadah atau doanya tidak diterima. Artinya, Islam sudah
11 Soejono Soekanto, Efektifitas Hukum Dan Sanksi, Remaja Karya, Jakarta, 1985, hlm 35
8 cukup jelas melarang umat meminum alkohol sesuai dengan pedoman Quran dan hadits.12
Berdasarkan uraian diatas maka dapat menjadi pendorong bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan mengkaji lebih dalam yang nantinya hasil penelitian tersebut dipaparkan dalam skripsi yang berjudul: “Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Peredaran Minuman Keras (Studi Kasus: Polres Demak).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penyusunan Skripsi permasalahan yang akan penulis angkat antara lain sebagai berikut:
1. Bagaimana peran polisi dalam menanggulangi peredaran minuman keras?
2. Apa hambatan dan solusi kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dan penyusunan skripsi ini adalah:
1. Mengetahui peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras.
2. Mengetahui hambatan dan solusi kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras.
D. Manfaat Penelitian
12 https://www.promilenial.com/khazanah/pr-2503933852/bagaimana-hukum-minum- alkohol-menurut-islam-dan-negara-indonesia diakses pada 5 Juni 2023
9 Di dalam penelitian sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan, karena suatu penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut antara lain:
1. Manfaat teoritis
a) Diharapkan dalam penelitian ini dapat memperoleh tambahan pengetahuan mengenai permasalahan yang diteliti sehingga penulis dapat membagi kembali ilmu tersebut kepada orang lain;
b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis dan dapat mengembangkan ilmu hukum tentang peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras.
2. Manfaat praktis
a) Bagi Masyarakat Memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk kalangan masyarakat.
b) Bagi Aparatur Penegak Hukum Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sangat berharga bagi penegak hukum, terutama tentang peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras sehingga dapat membantu para penegak hukum dalam menegakkan supremasi hukum.
c) Bagi Mahasiswa Untuk memenuhi persyaratan menempuh gelar sarjana (S1) pada Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung (Unissula).
10 E. Metode Penelitian
Metodologi penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana yang dilakukan dengan menggunakan metode secara ilmiah.13 Dalam metodologi penelitian, khususnya penelitian hukum harus memiliki sasaran utama yang bertujuan untuk menguraikan penalaran dalil-dalil yang menjadi latar belakang dari setiap langkah dalam proses yang lazim ditempuh dalam kegiatan penelitian hukum, kemudian berupaya memberikan alternatif-alternatif dan petunjuk- petunjuk di dalam penulisan skripsi, antara teori dan praktek lapangan.14 Untuk itu penulis membagi metode penelitian ini dalam beberapa bagian, antara lain meliputi:
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris, yaitu bahwa dalam mencari data yang diperlukan tidak hanya berpegang pada segi-segi yuridis saja, melainkan juga berpegang pada hasil penelitian dan fakta-fakta di lapangan.15
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis yang dilakukan dengan meneliti aspek-aspek hukum berupa peraturan- peraturan, Perundang-undangan, dan peraturan hukum lainnya yang berhubungan dengan skripsi ini yaitu tentang peran kepolisian dalam
13 Hadi Sustrisno, Metodelogi Research, Jilid I Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1990), h 4.
14 Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimentri, (Cetakan Ke IV, Ghalia Indonesia, 1990), h 9.
15 Ibid., hlm. 34.
11 menanggulangi peredaran minuman keras. Empiris berarti suatu keadaan yang bergantung pada bukti atau konsekuensi yang teramati oleh indera. Data empiris berarti data yang dihasilkan dari percobaan atau pengamatan.16
2. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya deskriptif analitis. Deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan objek penelitian secara rinci berdasarkan praktek dari norma di lapangan, sedangkan pengertian analis adalah untuk mengaitkan dengan norma-norma hukum, peraturan-Perundang-undangan dengan teori-teori hukum dan praktek yang berhubungan dengan pokok permasalahan dan survei lapangan yaitu dengan mengamati langsung di lapangan mengenai berlakunya hukum yang dikaitkan dengan pokok permasalahan.17 Pelaksanaan penelitian deskriptif analitis disini dilakukan dengan maksud untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh tentang peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras.
3. Sumber dan Jenis Data
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penelitian yang bersifat deskriptif, sehingga data yang diusahakan adalah:
a) Data primer
16 Ibid
17 Ibid, hlm. 35.
12 Data primer yaitu data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian atau dari sumbernya18 yang berupa sejumlah informasi dan keterangan yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis memperoleh data primer dengan cara observasi dan wawancara langsung sumber literatur utama yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian di Polres Demak dan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas.
b) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang menunjang dan mendukung data primer yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka.
Adapun dalam penelitian ini, data sekunder yang dimaksud adalah 1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat,
meliputi:
a. Undang-undang Dasar NRI 1945;
b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);
c. Kitab Undang-undang Hukum Acara pidana (KUHAP);
d. Pasal 424 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2023 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
e. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M- DAG/PER/4/2014;
f. Peraturan Daerah Kabupaten Demak Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Penanggulangan Penyakit Masyarakat
18 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial Dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), hlm. 57
13 2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, antara lain berupa dokumen, majalah, situs internet, atau risalah Perundang- undangan yang berkaitan dengan pokok bahasan yaitu Peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras 3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan yang
berfungsi memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, sepanjang memuat informasi yang berkaitan dengan peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras.
4. Metode Pengumpul Data
Berdasarkan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:
a) Observasi Penulis melakukan observasi secara langsung di Polres Demak. Dilakukan dengan cara terjun langsung melakukan praktek peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras
b) Interview (Wawancara) Dalam hal ini wawancara yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan narasumber. Teknik wawancara dilakukan dalam satu rangkaian kegiatan yang berupa studi lapangan. Teknik wawancara yang digunakan adalah secara bebas
14 terpimpin. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah dipersiapkan terlebih dahulu sebagai pedoman bagi penerima informasi, tetapi dimungkinkan juga timbul pertanyaan lain. yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat berlangsungnya wawancara.19
c) Kajian Dokumenter (Document Review) Teknik pengumpulan data dengan mempelajari secara teoritis melalui buku-buku, literatur, karya-karya ilmiah yang membahas hal yang sama dalam rangka mendapatkan data sekunder yang dapat menunjang data primer yang telah didapat melalui wawancara dan observasi.
5. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan langkah terakhir dalam suatu kegiatan penelitian. Yang dimaksud dengan analisis, yaitu suatu proses pengumpulan data yang didasarkan atas segala data yang sudah diolah.
Analisis data ini merupakan penjelasan dari hasil-hasil penelitian yang diperoleh.20
Metode analisis data yang penulis pergunakan adalah analisis kualitatif. Data dari penelitian yang didapat dari lapangan berupa data primer dikumpulkan dan diseleksi secara sistematis, yuridis dan logis ditunjang dengan data sekunder kemudian dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan
19 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali, Jakarta, 1984, h. 17
20 Ibid, h. 62.
15 menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penulisan skripsi ini.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara akurat dan sistematis data yang diperoleh, dimana dengan metode ini diharapkan akan memperoleh jawaban mengenai pokok permasalahan dari penelitian ini. Dalam hal ini peneliti akan mempelajari tentang peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras yang selanjutnya dianalisis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya berupa bentuk penelitian skripsi.
F. Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menguraikan tentang hal-hal yang melatar belakangi penulisan serta alasan penulis untuk membahas topik mengenai peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras. Kemudian dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, kerangka konseptual yang meliputi metode pendekatan, spesifikasi penelitian, jenis dan teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.
BAB II: Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini dijelaskan mengenai Tinjauan umum tentang kepolisian, tinjauan umum tentang minuman keras, tinjauan umum tentang minuman keras menurut islam.
BAB III: Hasil Penelitian Dan Pembahasan
16 Pada bab ketiga ini berisi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi banyaknya minuman keras, peran kepolisian dalam menanggulangi peredaran minuman keras dan hambatan-hambatan yang dialami kepolisian dalam menangani dan menanggulangi minuman keras.
BAB IV: Penutup
Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Kepolisian 1. Pengertian Polisi
Pengertian Kepolisian Republik Indonesia Polisi berasal dari bahasa Yunani yaitu Politeia. Polisi mengandung arti sebagai organ dan fungsi, yakni sebagai organ pemerintah dengan tugas mengawasi, jika perlu menggunakan paksaan agar yang diperintah menjalankan badan tidak melakukan laranganlarangan pemerintah. 21
Polisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu badan yang bertugas memelihara keamanan, ketentraman, dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar hukum),22 merupakan suatu
21 Sadjijono dan Bagus Tuguh, Hukum Kepolisian Di Indonesia Studi Kekuasaan dan Rekonstruksi Fungsi Polri dalam Fungsi Pemerintahan, Laksbang Presindo, Surabaya, 2017, hal.14
22 Ibid, 15
17 anggota badan pemerintah (pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban). sedangkan Menurut Pasal 5 ayat (1) Undang- undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menyebutkan bahwa alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian nasional di Indonesia yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Kepolisian mempunyai moto dalam bahasa Sanskerta “Rastra Sewakotama” yang artinya Abdi Utama bagi Nusa dan Bangsa. Polisi sendiri mengembang tugas-tugas kepolisian diseluruh wilayah Indonesia yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberi perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Kepolisian Negara Republik Indonesia terbentuk tanggal 1 Juli pada tahun 1946 sekitar 74 tahun yang lalu. Kepolisian Negara Republik Indonesia terbagi dua bagian besar yaitu:
a. Polisi Berseragam (Uniform Police)
b. Polisi tidak berseragam (Ununiform Police)
Dengan Keppres Nomor 290/1964 yang berisikan kedudukan, tugas, dan tanggung jawab Kepolisian Republik Indonesia ditentukan sebagai berikut:
a. Alat negara penegak hukum
18 b. Koordinator Polsus
c. Ikut serta dalam pertahanan d. Pembinaan Kamtibmas e. Kekaryaan
f. Sebagai alat revolusi
Pembagian wilayah Kepolisian Republik Indonesia (Polri) pada dasarnya didasarkan dan disesuaikan atas wilayah administrasi pemerintahan sipil. Komando pusat berada di Markas Besar Polri (Mabes) di Jakarta. Pada umumnya struktur komando Polri dari pusat ke daerah adalah23
a. Pusat Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) Unsur pimpinan Mabes Polri adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri). Kapolri adalah Pimpinan Polri yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
b. Wilayah Provinsi Kepolisian Daerah (Polda)
Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) merupakan satuan pelaksana utama Kewilayahan yang berada di bawah Kapolri.
Polda bertugas menyelenggarakan tugas polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Kapolda), yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
Kapolda dibantu oleh Wakil Kapolda (Wakapolda).
c. Wilayah Kabupaten dan Kota
23 Kasman Tasaripa, Tugas dan fungsi kepolisian dalam perannya sebagai penegak hukum menurut undang-undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi 2, Volume 1, 2013
19 1) Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes)
2) Kepolisian Resor Kota (Polresta) 3) Kepolisian Resor Kabupaten (Polres) d. Tingkat kecamatan
1) Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) 2) Kepolisian Sektor (Polsek)
Sesuai amanat Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 bahwa tugas pokok, fungsi, dan peranan Kepolisian dalam hal penyelenggaraan lalu lintas sebagai urusan pemerintah di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakkan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas. Serta penjabaran tugas pokok, fungsi, dan peranan Polri tersebut diatur pada Pasal 12 Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 yang meliputi 9 (Sembilan) hal antara lain ”Pengujian dan penerbitan SIM kendaraan bermotor, Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor, Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data lalu lintas dan angkutan jalan, Pengelolaan pusat pengendalian sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan angkutan jalan, Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli lalu lintas (Turjawali), Penegakan hukum meliputi penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas, Pendidikan berlalu lintas, Pelaksanaan manajemen rekayasa lalu lintas, dan Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas’.
2. Tugas dan Wewenang Polisi
20 Istilah polisi dalam arti formil mencakup penjelasan mengenai organisasi dan kedudukan dalam instansi kepolisian. Sedangkan polisi dalam arti materiil memberikan jawaban mengenai persoalan tugas dan wewenang dalam menghadapi gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam kewenangan kepolisian umum maupun ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan undang-undang kepolisian secara khusus.
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan suatu institusi produk hukum yang mempunyai fungsi menegakan hukum dalam masyarakat dan juga tidak terlepas dari penjagaan keamanan dan ketertiban dalam ruang lingkup sipil. Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur di dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (selanjutnya disebut Undang-undang Kepolisian Negara Republik Indonesia). Di dalam Undang-undang tersebut diatur mengenai tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam Pasal 13 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 yang menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Republik Indonesia adalah:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
b. Menegakkan hukum.
c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
21 Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pelayan masyarakat dalam hal memberikan perasaan aman dan nyaman terhadap masyarakat dan sebagai institusi penegakan hukum di dalam negara Republik Indonesia.
Di tangan polisi, moralitas menjadi sesuatu yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, jika yang lain cuma bisa mengimbau, jangan mencuri! Lalu keputusannya terserah hati nurani masing-masing orang.
Tidak demikian bagi polisi. Polisi nyata bahwa mencuri dilarang dan sang pencuri benar-benar dibekuk. Moralitas masyarakat pun menjadi riil, konkret, diwujudkan dengan cara halus ramah, dan kadang harus menggunakan paksaan dan kekerasan kepolisian.
Demikian pula ketika polisi mengawal demo yang simpatik tertib pasti polisi bertindak lemah lembut. Tetapi jika unjuk rasa berubah menjadi anarkhi (memaksakan kehendak) maka polisi diperintah oleh undang- undang untuk bertindak tegas walau kadang dianggap keras. Polisi hanyalah cermin masyarakat, jika masyarakatnya bisa diatur dengan santun, santunlah polisi. Tetapi jika masyarakatnya tak bisa diatur dengan santun maka tidak santunlah polisi. Polisi tak mungkin santun di tengah masyarakat yang kurang ajar.
Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dimaksud dengan Kepolisian adalah segala hal ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002).
22 Kepolisian bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai dengan tercapainya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang mengandung kemampuan serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat (Pasal 1 ayat (5) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002).
Keamanan dalam negeri adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjaminnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib, dan tegaknya hukum serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan pada masyarakat (Pasal 1 ayat (6) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002).
Kepolisian juga menjaga kepentingan umum atau kepentingan masyarakat dan atau kepentingan bangsa dan negara demi terjaminnya keamanan dalam negeri (Pasal 1 ayat (6) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002).
Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (Pasal 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002).
23 Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi masyarakat (Pasal 4 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002).
Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah kepolisian nasional yang merupakan satu kesatuan dalam melakukan peran sebagaimana mestinya (Pasal 5 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002).
Dalam melaksanakan tugas pokoknya untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat maka tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut Pasal 14 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah:
a. Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan.
b. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan
24 c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat, serta ketaatan masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.
f. Melakukan koordinasi pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisisan khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang- undangan lainnya.
h. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik, dan psikologi kepolisian untuk melindungi tugas kepolisian.
i. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkuptugas kepolisian.
25 l. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundangundangan.
Dalam menyelenggarakan tugasnya sebagaimana diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002, wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum menurut Pasal 15 ayat (1) Undang- undang Nomor 2 Tahun 2002 adalah:
a. Menerima pengaduan dan laporan.
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum.
c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian.
f. Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepololisian dalam rangka pencegahan.
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian.
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang.
i. Mencari keterangan dan barang bukti.
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional.
k. Mengeluarkan surat izin dan atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.
26 l. Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lainnya, serta kegiatan masyarakat.
m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Kemudian menurut Pasal 15 ayat (2) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002, wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya adalah:
a. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya.
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor.
c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor.
d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik.
e. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam.
f. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan.
g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengawasan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian.
h. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional.
i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait.
27 j. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian
internasional.
k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.
Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 di bidang proses pidana diatur dalam Pasal 16 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002, yaitu:
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan.
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan.
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri.
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara.
h. Mengadakan penghentian penyidikan.
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.
28 j. Mengajukan permintaan secara langung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana.
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum.
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
B. Tinjauan Umum Minuman Keras 1. Pengertian Minuman Keras
Minuman keras (disingkat miras), minuman suling, atau spirit adalah minuman beralkohol yang mengandung etanol yang dihasilkan dari penyulingan (yaitu, berkonsentrasi lewat distilasi) ethanol diproduksi dengan cara fermentasi biji-bijian, buah, atau sayuran. Contoh minuman keras adalah arak, vodka, gin, baijiu, tequila, rum, wiski, brendi, dan soju.
Minuman beralkohol atau kadang disingkat minol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman beralkohol dibatasi ke sejumlah kalangan saja, umumnya orang-
29 orang yang telah melewati batas usia tertentu. Di Indonesia, definisi
"minuman keras" dan "minuman beralkohol" tercampur aduk dan cenderung dianggap barang yang sama sehingga juga meliputi minuman fermentasi yang tidak disuling seperti bir, tuak, anggur, dan cider. Contoh dalam RUU Anti Miras yang telah dibuat sejak tahun 2013. Istilah "hard liquor" (juga berarti "minuman keras") digunakan di Amerika Utara dan India untuk membedakan minuman suling dari yang tidak disuling (jauh lebih rendah kadar alkoholnya).
Dengan demikian yang dimaksud dengan minuman keras atau Minuman beralkohol adalah segala jenis minuman yang memabukkan, sehingga dengan meminumnya menjadi hilang kesadarannya, yang termasuk minuman keras seperti arak minuman yang banyak mengandung alkohol, seperti wine. Namun, penjualan minuman beralkohol ini umumnya dibatasi hanya untuk sejumlah kalangan yang telah melewati batas usia tertentu. Untuk minuman keras beralkohol, semakin lama ditimbun akan semakin nikmat rasanya. Minuman keras beralkohol dengan kandungan etanol yang lebih tinggi dapat dihasilkan melalui proses distilasi terhadap produk yang dihasilkan melalui proses fermentasi. Pada hakekatnya, pengertian minuman keras dan minuman beralkohol tidak sama. Dalam Pasal 1 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 86/MEN–KES/PER/IV/77 tentang minuman keras dijelaskan bahwa
“Minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol tetapi bukan obat,
30 meliputi minuman keras golongan A, minuman keras golongan B dan minuman keras golongan C”.
Pada dasarnya mengkonsumsi minuman keras menimbulkan berbagai penyakit sosial, melahirkan penyimpangan-penyimpangan yang buruk dalam perilaku, moral, agama, psikologi, dan kesehatan. Orang yang berada di bawah pengaruh minuman keras cenderung melakukan perbuatan kriminal, misalnya melakukan pembunuhan, bunuh diri, mencuri, memeras, dan membunuh karakter mereka sendiri.
Minuman keras yang mengandung alkohol menawarkan pelarian dari masalah dan kebimbangan, tetapi selalu berakhir dengan melipat gandakan masalah itu. Manusia lari dari hiruk-pikuk persoalan hidup untuk mencari kedamaian lewat minuman. Dia berusaha untuk menenggelamkan penderitaannya dengan harapan dapat menikmati surga imajinasinya. Beban yang dipikulnya akan terlupakan sejenak dalam masa singkat ketika ia sedang mabuk. Alih-alih mengurangi penderitaan kehidupan, minuman keras malah menambah kebangkrutan materi dan kebobrokan moral si peminum.Ia akan menghancurkan, bukannya melegakan. Ia membuat lonceng kehancuran semakin kuat terdengar dalam telinga peminumnya.
Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan ganggguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berpikir, merasakan, dan berprilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang
31 meminumnya lama-kelamaan tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk.
Mereka yang terkena GMO biasanya mengalami perubahan perilaku, seperti misalnya ingin berkelahi atau melakukan tindakan kekerasan lainnya, tidak mampu menilai realitas, terganggu fungsi sosialnya, dan terganggu pekerjaannya. Perubahan fisiologis juga terjadi, seperti cara berjalan yang tidak mantap, muka merah, atau mata juling. Perubahan psikologis yang dialami oleh konsumen misalnya mudah tersinggung, bicara ngawur, atau kehilangan konsentrasi.
Mereka yang sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut sindrom putus alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi.
Pengaruh tersebut disebabkan efek alkohol yang merusak fungsi tubuh dan memberikan sugesti yang dianggap dorongan oleh para pecandu.
Alkohol merupakan sarana untuk menjadi media praktis untuk pengantar pelepas kepenatan menurut pemakainya karena dalam penggunaannya dalam batas kontrol tidak bisa dikatakan sebagai melanggar hukum.
Minuman keras definisinya adalah zat cair yang di dalamnnya terdapat suatu zat aditif yang jika dikonsumsi dapat mengakibatkan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara serta jika dikonsumsi secara berkelanjutan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan
32 mental pada penggunanya dan dapat merusak organ dalam manusia (jantung, hati, dan lambung).
R. Soesilo mendefinisikan minuman keras sebagai minuman yang mengandung alkohol dan dapat digunakan sebagai minuman kesenangan.
Maksud dari minuman yang mengandung alkohol dan dapat digunakan sebagai minuman kesenangan adalah biasanya pecandu alkohol mengkonsumsi minuman alkohol dengan dalih sebagai penghilang stres dan penawar masalah.24
Pengertian minuman beralkohol menurut Pasal 1 ayat (1) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 359/MPP/Kep/10/1997 adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambah bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman dengan ethanol.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan minuman keras adalah bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Secara umum ada dua jenis tanaman yang sering dipakai, yaitu perasan buah (jus) dan biji- bijian, meskipun kadang-kadang nira atau tebu juga dipakai untuk minuman beralkohol tradisional. Perasan buah yang paling banyak dipakai adalah
24 R.Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Politea, Bogor, 1996, hlm.
220.
33 anggur, sedangkan biji-bijian yang banyak digunakan adalah barley, gandum, hope dan beras.
Dalam pembuatannya bahan-bahan tersebut kemudian difermentasi.
Fermentasi adalah proses pengolahan yang menggunakan peranan mikroorganisme (jasad renik), sehingga dihasilkan produk-produk yang dikehendaki. Jasad renik adalah makhluk hidup yang sangat kecil, sehingga mata biasa tidak mampu melihatnya. Ia hanya bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop.
Mikroorganisme ada di mana-mana di sekeliling kita, seperti pada tanah, air, bahan makanan, bahkan melayang-layang di udara yang kita hirup setiap hari. Jenis mikroorganisme ini sangat banyak. Dalam mikrobiologi pangan, kita mengenal tiga jenis jasad renik,yaitu kapang (jamur), bakteri dan khamir (yeast). Jamur dan bakteri lebih dikenal masyarakat karena juga berkaitan dengan penyakit. Kalau kita terserang penyakit kulit, seperti panu, kadas dan kurap, maka penyebabnya adalah sejenis jamur penyebab penyakit. Sedangkan bakteri banyak menyebabkan berbagai jenis penyakit menular, seperti TBC, Thypus, Colera, Desentri, dan sebagainya.
Ada kalanya proses pembuatan minuman keras ini tidak harus ditambahkan ragi atau yeast dengan sengaja. Karena mikroorganisme sebenarnya ada di sekeliling kita, termasuk di udara bebas, maka sebenarnya proses fermentasi bisa berlangsung secara langsung, tanpa harus
34 menambahkan ragi ke dalamnya. Proses inilah yang dikenal dengan fermentasi spontan.
Hal ini terjadi pada fermentasi perasan buah anggur. Buah anggur yang diperas dan dibiarkan di udara terbuka, maka dengan sendirinya akan berlangsung proses fermentasi dari mikroba yang ada di udara. Jika proses tersebut sudah berlangsung bertahun-tahun, maka mikroba yang ada di udara secra alamiah akan terseleksi sendiri, sehingga hanya mikroba tertentu sajalah yang dominan. Itulah yang terjadi pada industri-industri khamer tradisional. Dalam dunia anggur, kita mengenal jenis-jenis anggur tertentu yang disimpan di dalam peti-peti kayu. Semakin lama anggur itu disimpan, semakin mahal pula harga anggur tersebut, karena akan dihasilkan cita rasa spesifik yang sangat khas.
Fermentasi spontan ini bisa terjadi di mana saja, termasuk juga pada minuman jus yang kita miliki dan kita ketahui sebagai minuman halal.
Kalau kita menyimpan jus buah yang tidak habis, maka dalam beberapa hari jus tersebut akan mengalami fermentasi spontan dan berubah menjadi minuman beralkohol. Status hukumnya akan sama dengan minuman keras yang mengandung alkohol. Inilah yang kadang-kadang kurang disadari oleh masyarakat. Ketidaktahuan akan proses fermentasi spontan ini bisa saja menjerumuskan kita kepada minuman beralkohol yang memabukkan.
Hal sama juga terjadi pada nira kelapa atau aren. Ketika masih segar, maka nira tersebut adalah halal. Akan tetapi ketika sudah didiamkan beberapa hari (biasanya lebih dari dua hari) maka akan berubah menjadi
35 tuak yang beralkohol, memabukkan dan haram. Minuman itu sering dijajakan di beberapa daerah dan dianggap sebagai minuman halal
Selain itu ada yang disebut dengan alkoholisme yang dapat diartikan sebagai kebiasaan minum-minuman keras sehingga si peminum menderita ketidaksadaran efek psikis dan fisiknya. Alkoholisme dapat dibagi dua, yaitu:
a. Alkoholisme yang kronis, yaitu dialami atau diderita oleh orang yang jiwanya sudah tidak sehat. Selama perkembangannya, alkoholisme begitu merusak penderita-penderita yang malang, bahkan dapat mendorong orang tersebut untuk melakukan kejahatan yang bermacam-macam. Pada penderita jenis ini sebenarnya efek yang disebabkan alkohol kurang mengena terhadap diri si pengguna, tetapi pengaruh minuman keras menyebabkan dirinya untuk melakukan penyimpangan perilaku.
Dalam alkoholisme yang bersangkutan tidak mampu untuk mengendalikan diri atau tidak dapat mengekang diri untuk tidak minum-minuman keras.
b. Alkoholisme yang akut atau berbahaya, terutama bagi si peminum menyebabkan hilangnya kesadaran dan daya tahan secara tiba-tiba.
Hal ini terjadi secara mendadak, sementara maksud untuk si peminum justru untuk menghilangkan daya tahan diri agar dapat mudah merasakan keinginannya. Alkohol jika dipergunakan dengan demikian, akan membahayakan manusia karena jiwanya
36 paling lemah. Gejala orang yang telah memiliki ketergantungan terhadap alkohol yakni orang tersebut menunjukkan tanda-tanda pengaruh zat alkohol. Dalam keadaan tersebut seseorang akan mabuk dan timbul berbagai pengaruh dalam tubuhnya sehingga akan mengganggu ketertiban dalam masyarakat.
Kegemaran masyarakat mengkonsumsi minuman keras dapat dikatakan sebagai penyakit masyarakat, pada kenyataannya masyarakat mempunyai pengaruh terhadap penggunaan alkohol. Proses tersebut menimbulkan berbagai pola perilaku tersendiri dalam masyarakat. Maksud pemunculan pola perilaku tersebut antara lain secara tradisional minum- minum merupakan acara yang mempunyai fungsi untuk memperlancar pergaulan. Selain itu pola minum-minum mengandung aspek-aspek tertentu, misalnya prestise sosial. Dalam batas-batas tertentu pola-pola minum- minum minuman yang disajikan mengandung alkohol mencerminkan pola perilaku sosial tertentu. Bahkan ada sebagian masyarakat yang membudayakan minuman keras sebagai bagian dari ceremony sebuah perayaan. Misalnya perayaan pernikahan, perayaan kelulusan, dan sebagainya.
Masalah minuman keras ini mulai menjadi perhatian dan antisipasi masyarakat luas. Dalam kenyataannya, di mata masyarakat sekarang ini sudah mulai menyadari akibat yang diperoleh dari mengkonsumsi minuman keras dapat merusak sacara fisik ataupun mental.
2. Jenis-jenis Minuman Keras
37 Pengaturan minuman beralkohol yang pada umumnya disebut dengan minuman keras, dalam RUU Minol telah dibahas melalui Badan Legislasi DPR RI. Orang yang melanggar Rancangan Undang-Undang Minuman Beralkohol akan diancam dengan sanksi pidana. Sanksi pidana bagi pengguna minuman beralkohol diatur dalam pasal 20 yang menerangkan bahwa setiap orang yang mengonsumsi minuman beralkohol akan dikenakan sanksi mulai dari 3 bulan penjara hingga 10 tahun penjara dengan dengan mulai dari Rp 20 juta hingga Rp 1 milliar.
Minuman beralkohol ini mengandung etanol yang telah tercantum dalam Pasal 4. Etanol merupakan bahan psikoaktif yang dapat menurunkan kesadaran bagi yang mengonsumsinya. Minuman ini dibuat melalui proses yang panjang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tingginya kadar alkohol dalam sebuah minuman akan mengakibatkan gangguan pada kesehatan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 86/Men.Kes/Per/14/1997 Tentang Minuman Keras memberikan pengertian minuman keras sebagai minuman sejenis minuman beralkohol tetapi bukan obat, yang meliputi minuman keras golongan A, golongan B, golongan C.
Penggolongan hal tersebut berdasarkan pada kadar alkohol yang terkandung dalam komposisi dalam setiap kemasan. Berdasarkan komposisi tersebut maka dapat diuraikan:
a. Minuman keras Golongan A, yaitu minuman keras dengan kadar ethanol (C2H2OH) dari 1 % sampai dengan 5 %. Minuman keras
38 Golongan A ini antara lain:
1) Bintang Baru Bir (isi 330 ml/botol).
2) Champindo Anggur Buas (isi 290 ml/botol).
3) Greend Sand (isi 296 ml/botol).
4) San Miquel (isi 1000 ml/botol)
5) Jinri Korean Gingseng (isi 720 ml/botol).
6) Tiger Larger Bir (isi 64 ml/botol).
7) Anker Bir (isi 330 ml/botol).
8) Helneken Bir (isi 330 ml/botol).
9) Wolf (isi 330 ml/botol).
10) Baby Breem (isi 100 ml/botol).
b. Minuman keras Golongan B, yaitu minuman keras dengan kadar ethanol (C2H2OH) 5 % sampai dengan 20 %. Minuman keras Golongan B ini antara lain :
1) Anggur Malaga (isi 350 cc/botol).
2) Anggur Kolesom (isi 600 ml/botol).
3) Whisky (isi 1000 cc/botol).
4) Kucing Anggur Ketan Hitam (isi 650 ml/botol).
5) Lengkong Port Intisari (isi 750 cc/botol).
6) Anggur beras kencur (isi 650 ml/botol).
7) Mahoni (isi 300 ml/botol).
8) Arak Kolesom (isi 6590 ml/botol).
9) Malaga (isi 650 ml/botol).