• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran orang tua dan sekolah dalam penanaman nilai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "peran orang tua dan sekolah dalam penanaman nilai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

PERAN ORANG TUA DAN SEKOLAH DALAM PENANAMAN NILAI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL SISWA DI SD MUHAMMADIYAH

SAPEN YOGYAKARTA

Jazilah

Program Studi Magister Studi Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

E-mail: Jazilah.hudha@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini mengkaji metode SD Muhammadiyah Sapen dan peran orang tua peserta didik dalam penanaman nilai sikap spiritual dan sosial. Penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, teknik pengambilan sumber data dengan teknik sampel. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui desk study, dokumentasi, dan wawancara. Pendekatan analisis menggunakan psikolgi dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan Peran orang tua peserta didik dalam penanaman nilai sikap spiritual dan sosial mayoritas masih menggunakan metode keteladanan dan metode imperatif. Peran sekolah dalam penanaman nilai sikap berbasis pada metode manajemen partisipatif. yang melibatkan siswa, guru, orangtua dan stakeholder sekolah.

Metode manajemen partisipatif yang digunakan adalah berbasis religion normative approach (pendekatan ajaran agama) yang dibangun atas tiga hal pokok yaitu man (sumber daya manusia), material (sarana prasarana), dan money (keuangan). Peran orang tua dalam penanaman nilai sikap menggunakan metode keteladanan, keteladanan ini orang tua mengajak serta anak-anaknya dalam beribadah, kegiatan keagamaan, dan kegiatan sosial. Metode Imperatif ,dengan mengucapkan kalimat yang bersifat printah atau komando.

Kata Kunci: Sikap, Spiritual, Sosial Abstract

This study examines the method of SD Muhammadiyah Sapen and the role of parents of students in planting the values of spiritual and social attitudes. This research was conducted by purposive sampling technique, the technique of taking data sources with sample techniques. This type of research is descriptive qualitative with the technique of collecting data through desk study, documentation, and interviews. The analytical approach uses psychology and social. The results showed the role of parents of students in the cultivation of the values of the spiritual and social attitudes of the majority still using exemplary methods and imperative methods. The role of schools in planting attitude values is based on participatory management methods. involving students, teachers, parents and school stakeholders. The participatory management method used is religion normative approach based on three main things, namely man (human resources), material (infrastructure), and money (finance). The role of parents in the cultivation of attitudinal values using exemplary methods, this example of parents invites as well as their children in worship, religious activities, and social activities. Imperative method, by pronouncing a sentence that is a command or command.

Keywords: Attitude, Spiritual, Social

Info Artikel

Diterima Agustus 2021, disetujui September 2021, diterbitkan Desember 2021

(2)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas PGRI Yogyakarta

PENDAHULUAN

Sikap merupakan unsur kepribadian yang memengaruhi cara seseorang dalam bertindak dan bertingkah laku atau ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku. Sikap tersebut dapat dibentuk melalui pendidikan.

Lingkungan keluarga menjadi pendidikan dini bagi anak. Keluarga menjadi tempat mengenal dunia sejak lahir. Sehingga pengalaman masa anak- anak merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan selanjutnya.

Keteladanan orang tua dalam tindakan sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak, membentuk anak sebagai makhluk sosial, religius, untuk menciptakan kondisi yang dapat menumbuhkembangkan inisiatif dan kreativitas anak.

Achmad Patoni (2004:133) menegaskan bahwa metode keteladanan (uswah hasanah) besar pengaruhnya dalam misi Pendidikan Islam, bahkan menjadi faktor penentu. Apa yang dilihat dan didengar orang lain dari tingkah laku guru, bisa menambah kekuatan daya didiknya, tetapi sebaliknya bisa pula melumpuhkan daya didinya, mana kala yang tampak adalah bertentangan dengan yang didengarnya.

Menurut Mukhtar (2008:224),bahwa metode keteladanan (uswah hasanah) seperti bersifat modelling. Selanjutnya berdasarkan telaahnya, Mukhtar membagi metode uswah ke dalam dua jenis : 1) Keteladanan disengaja maksudnya pendidik secara sengaja memberi contoh yang baik kepada peserta didik supaya dapat menirunya; 2) Keteladanan tidak sengaja maksudnya pendidik tampil sebagai figur yang dapat memberikan contoh yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua dimensi sikap spiritual dan sikap sosial meskipun dalam kenyataanya kedua dimensi sikap tersebut terkait satu sama lain. Sikap spiritual terkait dengan aspek keyakinan, peribadatan, penghayatan, pengetahuan dan pengamalan ajaran agama yang dianut peserta didik. Sedangkan sikap sosial terkait aspek kesadaran menentukan perbuatan dalam kegiatan-kegiatan sosial. (Kemdikbud, 2015: 2-5). Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pada pasal 1 dan 2 menjelaskan bahwa konsep kurikulum tahun 2013 bersifat tematik integratif yang mendasarkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan karakter setiap peserta didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Konsep pembelajaran bersifat tematik integratif dalam rangka meningkatkan pemahaman konsep menjadi lebih bermakna, menumbuh- kembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan dan meningkatkan keterampilan sosial.

Sinergi pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam penanaman nilai sikap spiritual dan sosial terkadang kurang proposional.

Sebab, banyak orang tua dan masyarakat pada umumnya sering memberi tanggung jawab lebih kepada sekolah dalam penanaman nilai sikap tersebut.

(3)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

Orang tua memberi amanat kepada pihak sekolah dengan ekspektasi yang tinggi kemudian dirinya kurang memberi pendidikan nilai sikap dirumahnya. Bahkan, sering terjadi pada peserta didik yang diajarkan nilai-nilai sikap spiritual dan sosial yang positif, tetapi di lingkungan keluarga dan masyarakat tidak mendukung ajaran nilai sikap yang ditanamkan di sekolah. Padahal lingkungan keluarga sangat menentukan sikap anak.

Dalam internalisasi dan pengoptimalisasian sikap spiritual dan sosial, pihak sekolah tidak bisa berperan secara sendirian karena dengan waktu yang terbatas. Maka dari itu perlu dukungan dan peran optimal dari pihak orang tua.

Sekolah menjadi supporting system keluarga dalam penanaman nilai sikap spiritual dan sosial anak. Peran utama tetap pada orang tua. Oleh karena itu, pihak orang tua dan sekolah harus seiring dan seirama dalam internalisasi nilai-nilai sikap tersebut.

Penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis model pendidikan orang tua dalam penanaman sikap tersebut. Hal ini dilakukan karena keragaman orang tua peserta didik yang beragam, baik status sosialnya dari birokrat maupun masyarakat biasa, atau tingkat kesejahteraan ekonominya dari ekonomi standar maupun para pengusaha kaya, atau background organisasi sosial keagamaannya yang dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan lainnya.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif (qualitative research).

Penelitian kualitatif memiliki dasar deskriptif guna memahami suatu fenomena dengan lebih mendalam. Penelitian kualitatif menggunakan landasan teori sebagai panduan untuk memfokuskan penelitian, serta menonjolkan proses dan makna yang terdapat dalam fenomena tersebut.(Arikunto, 2010: 12). Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Dalam penelitian ini meneliti kasus atau fenomena peran orang tua dalam penanaman nilai sikap spiritual dan sosial peserta didik Sekolah Dasar Muhammadiyah Sapen Yogyakarta.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan, observasi, wawancara dan studi pustaka. Kegiatan observasi dengan melihat obyek moment tertentu, sehingga mampu memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan (Margono, 2007:159). Peneliti terlibat langsung dalam pergaulan lingkungan sekolah selama penelitian berlangsung. berinteraksi dengan peserta didik maupun dengan orang tuanya.

Wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan dengan para orang tua peserta didik terkait model penanaman sikap spiritual dan sosial peserta didik SD Muhammadiyah Sapen. Untuk memperoleh data yang akurat dan terfokus, peneliti dilengkapi dengan checklist dan pedoman wawancara tak berstruktur.

Wawancara pada penelitian ini lebih focus pada peran orang tua dalam pembentukan sikap spiritual dan soasial anak.

Desk Study yaitu mempelajari dan membaca literatur-literatur yang terkait dengan tema yang diteliti yaitu 1) Bahan yang terkait dengan pendidikan sikap spiritual dan sosial yang merupakan unsur pendikan karakter bersumber dari

(4)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas PGRI Yogyakarta

referensi primer, yaitu kurikulum 2013. 2) Bahan yang terkait dengan pendidikan karakter secara umum yang merupakan referensi sekunder, dan; 3) Bahan bacaan buku, majalah dan lainnya sebagai referensi tertier untuk memperkaya data dan mempertajam analisis.

Analisi Data

Pendekatan yang digunakan dalam analisis adalah pendekatan analisis normatif (normatif approach analysis). Pendekatan tersebut untuk kajian dan pembahasan data-data pendidikan karakter. Analisis pembahasan melalui kajian yang bersifat normatif, yakni kajian dengan mengambil ketentuan-ketentuan dan indikator-inkator sikap spiritual dan sosial sesuai kurikulum 2013. Data yang telah terkumpul dianalisis secara kualitatif dalam arti deskripsi yang mendalam.

Selanjutnya dari hasil analisis data mendapatkan kejelasan dari kondisi obyek dan hasil studi. Kegiatan reduksi data dimulai peneliti menyaring data-data tersebut yang sesuai tema dan pokok masalah penelitian untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan rumusan masalah. Setelah dilakukan reduksi data, peneliti menyajikan data dalam bentuk bab dan sub bab secara sistematis. Setelah itu, hasil analisis tersebut dilakukan penarikan simpulan dari pembahasan sebelumnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Metode Penanaman Nilai Sikap Spiritual dan Sosial Peserta Didik

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 bahwa fungsi pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga menjadi warga yang patuh kepada ajaran agamanya, mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan, santun dan berinteraksi (pengaruh timbal balik) dengan masyarakat. Kepatuhan terhadap agama, etika, moral, sopan santun adalah ranah nilai spiritual dan sosial.

Implementasi sikap spiritual dan sosial yang merupakan bagian dari pendidikan karakter diterapkan SD Muhammadiyah Sapen dengan metode pembelajaran aplikatif berbasis manajemen partisipatif. Metode ini merupakan kerangka holistik dalam penanaman nilai sikap spiritual dan sosial yang melibatkan siswa, guru, orangtua dan stakeholder sekolah. Metode manajemen partisipatif ini berbasis religion normative approach (pendekatan ajaran agama) yang dibangun atas tiga hal pokok yaitu man (sumber daya manusia), material (sarana prasarana), dan money (keuangan).

Metode pembelajaran aplikatif merupakan pembelajaran peserta didik dengan dasar teori yang langsung diterapkan dalam kehidupan proses belajar mengajar di lingkungan sekolah. Misalnya teori tentang adab pergaulan, adab makan, adab belajar, ibadah, dan adab lainnya. Hal itu langsung diterapkan dalam peraturan sekolah.

Manajemen partisipatif dalam pembelajaran aplikatif adalah mengikutsertakan orang tua peserta didik, unsur masyarakat, dan berbagai pihak di luar sekolah, seperti perguruan tinggi, instansi kepolisian, dan lembaga profesi psikolog. Orang tua setiap pekan diundang/dikumpulkan untuk pembinaan mental

(5)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

dan pencerahan terkait pendidikan anak sekaligus penyampaian evaluasi terhadap perkembangan peserta didik.

Evaluasi dilakukan sekolah dengan melibatkan perguruan tinggi dan profesi psikolog. Hal itu dilakukan agar pencapaian visi misi terlaksana dengan mudah. Masyarakat dan orang tua peserta didik terlibat aktif dalam evaluasi anaknya dan juga diberi bekal terkait metode solusi hasil evaluasi.

Hasil evalusi mingguan menjadi pijakan guru dan orang tua peserta didik dalam pemilihan model pembelajaran dan pendekatannya secara luas dan menyeluruh. Model pembelajaran berdasarkan masalah yang dihadapi anak baik di lingkungan sekolah maupun di keluarga. Ada kesepahaman antara sekolah, guru dan orang tua peserta didik. Model pembelajaran berdasarkan masalah yang dilandasi dengan teori belajar konstruktivis.

Model pembelajaran tersebut dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama di antara peserta didik, guru, psikolog dan orang tua. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan;

guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh peserta didik. Pembelajaran yang fleksibel ini inu tidak membosankan peserta didik karena setiap pembelajaran akan berubah teknik dan pendekatannya.

Psikolog memberi pembekalan terkait pembacaan terhadap dirinya sendiri yang meliputi potensinya, kelebihan dan kekurangannya. Kemudian psikolog memberi motivasi, strategi dan kreatifitas dalam memaksimal potensi dan mengatasi kekurangannya. Hal ini adalah salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi pembelajaran, dan sebagai “kontrak” pedagogik antara pendidik, peserta didik dan masyarakat (khususnya orang tua dan wali murid). Sehingga, sekolah, guru dan orang tua peserta dapat memiliki kesepahaman dalam mamandang kompleksitas, daya dukung, dan solusi atas hasil evaluasi peserta didik.

Kesepahaman tersebut memudahkan sekolah dalam strategi dan teknis penanaman nilai-nilai spiritual dan sosial peserta didik. Penanaman nilai spiritual dan sosial dengan stratetegi dan teknis dari lingkungan sekolah berbasis pada pemahaman sekaligus aplikasi teori yang menunjang penanaman nilai spiritual dan sosial. Misalnya, kegiatan baca al-Qur’an dan Iqra sebelum kegiatan kelas dimulai (Jam 06.00-07.00 pagi), pemasangan tulisan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur'an dan doa-doa di lingkungan sekolah dan di dalam kelas, semua siswi memakai jilbab, setiap masuk sekolah semua guru sudah siap menyambut dengan bersalaman dengan peserta didik, solat berjamaah, serta infak rutin pada hari jumat yang dilakukan peserta didik, kerja bakti pembersihan lingkungan sekolah dan masjid.

Bakti sosial hasil infak kepada masyarakat sekitar dan desa binaan sekolah, bakti sosial pada hari-hari libur keagamaan, menerapkan tata tertib sekolah yang sangat berkaitan dengan adab sopan santun atau akhlak. Hal ini merupakan upaya penanaman nilai spiritual dan sosial sebagai bangunan karakter peserta didik.

(6)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas PGRI Yogyakarta

Peran Orang Tua dalam Penanaman Nilai Sikap Spiritual dan Sosial

Penanaman nilai spiritual dan sosial yang merupakan penerapan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah Sapen dengan model manajemen partisipatif ini, peran orang tua peserta didik menjadi bagian dan unsur menentukan dalam keberhasilannya. Aspek spiritual dan sosial adalah unsur pembentukan akhlak atau karakter peserta didik. Aspek pengamalan akhlak terkait dengan relasinya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan hubungan antar makluk (sesama manusia maupun alam sekitarnya).

Karakter atau akhlak yang terpuji sangat terkait tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa (Tazkiyatun Nafs) yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Nah, dalam hal ini, perlu latihan-latihan batin dan keteladanan dari para guru dan orang tua peserta didik. Selain itu, aspek latihan-latihan keperihatan (riyadhoh) terkait dengan praktek-praktek ibadah, seperti sholat tepat waktu, sholat berjamaah, pergi ke masjid, puasa, kepekaan sosial, perilaku syukur, sikap terbuka, tidak mengeluh, sikap suka menolong dan hubungan sosial, serta gaya hidup. Hal tersebut dibutuhkan keteladanan dari para pendidik.

Data lapangan dari hasil penelitian ini bahwa orang tua peserta didik SD Muhammadiyah dalam penanaman nilai spiritual dan sosial menunjukkan pada ragam metode. Metode orang tua dalam penanaman nilai tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa kategori berikut.

1. Metode Keteladanan

Orang tua merupakan panutan bagi anak-anaknya, yang mana akan menjadi contoh bagi anak-anaknya. Pola perilaku dan paradigma berpikir orang tua amat besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak. Mereka juga seyogyanya melakukan pendampingan dan memberikan alternatif pilihan kepada buah hatinya untuk masalah pendidikan yang tepat. Orang tua juga berperan untuk memberi pembelajaran dalam konteks internalisasi nilai, serta pembiasaan dan pembudayaan nilai sebagai landasan untuk bertindak dan berperilaku secara baik dan benar dalam aspek spiritual (kerberagamaan) dan sosial (kemasyarakatan).

Dalam peran keteladanan ini orang tua mengajak serta anak-anaknya dalam beribadah, kegiatan keagamaan, dan kegiatan sosial. Orang tua melakukan lebih dahulu sikap nilai sikap spiritual dan sosial. Pola asuh dengan keteladanan nilai-nilai sikap spiritual dan sosial orang tua membentuk sikap kepribadian anak.

Hal itu menjadi tempat pendidikan moral bagi anak, mendesain anak sebagai makhluk spiritual dan sosial yang baik.

Dalam teori behavioristik bahwa pola-pola perilaku sikap spriritual dan sosial dapat dibentuk melalui proses pembiasaan, motivasi, dan pengukuhan (reinforcement) dengan mengkondisikan stimulus (conditioning) dalam lingkungan (environmentalistik) (Makmun, 2002:24). Oleh karena itu, perilaku dan sikap oramg tua sangat menentukan perannya dalam penanaman nilai spiritual dan sosial terhadap anak.

Keteladanan orang tua dengan memberi contoh dan ajakan bersama dapat memberi pengalaman kesadaran saraf dan mental. Selain itu, hal tersebut memiliki pengaruh secara langsung terhadap respon individu untuk semua objek dan situasi yang terkait (Kemdikbud, 2002:2). Dalam keteladan ini ada kekuatan stimulus

(7)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta

yang membangkitkan kesadaran saraf dan mental untuk mengikuti orang yang berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh orang tua terhadap anak.

2. Metode Imperatif

Kalimat imperatif merupakan kalimat yang bersifat memberi perintah atau komando. Dengan kata lain, kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung perintah. Kalimat ini berfungsi untuk meminta atau melarang seseorang agar tidak melakukan sesuatu.

Kalimat imperatif dipakai orang tua dalam pendidikan anak. Banyak orang tua menginternalisasi nilai sikap spiritual dan sosial dengan penggunaan perintah atau larangan. Seringkali sesuatu yang diperintahkan atau dilarang orang tua kepada anaknya, orang tuanya belum melakukan hal tersebut secara konsisten.

Dampaknya, anak tidak melaksanakan perintah atau larangan orang tua, tetapi membalikkan pertanyaan atau melawan orang tua.

KESIMPULAN

Setelah peneliti melakukan pengumpulan, penelusuran, kajian, dan analisis data dalam penelitian ini dapat ditarik simpulan bahwa metode SD Muhammadiyah Sapen dalam penanaman nilai sikap spiritual dan sosial peserta didik bebasis pada metode manajemen partisipatif. Metode ini merupakan kerangka holistik dalam penanaman nilai sikap spiritual dan sosial yang melibatkan siswa, guru, orangtua dan stakeholder sekolah.

Metode manajemen partisipatif ini berbasis religion normative approach (pendekatan ajaran agama) yang dibangun atas tiga hal pokok yaitu man (sumber daya manusia), material (sarana prasarana), dan money (keuangan). Sasaran metode tersebut adalah totalitas dalam wilayah kinerja: (1) olah hati (spiritual and emotional development), (2) olah pikir (intellectual development), (3) olah jiwa dan kinestik (physical and kinesthetic development), (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity development).

Peran orang tua peserta didik SD Muhammadiyah Sapen dalam penanaman nilai sikap spiritual dan sosial menggunakan metode keteladaan.

Orang tua juga berperan untuk memberi pembelajaran dalam konteks internalisasi nilai, serta pembiasaan dan pembudayaan nilai sebagai landasan untuk bertindak dan berperilaku secara baik dan benar dalam aspek spiritual (kerberagamaan) dan sosial (kemasyarakatan). Metode yang kedua adalah metode imperatif, orangtua cenderung mengucapkan kalimat perintah atau komando. Dengan kata lain, kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung perintah. Kalimat ini berfungsi untuk meminta atau melarang seseorang agar tidak melakukan sesuatu.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Kemdikbud. 2015. Model Penilaian Sikap Spiritual dan Sosial. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

(8)

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas PGRI Yogyakarta

Makmun, Abin Syamsuddin. 2002. Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Cetakan Kelima. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mansur. 2001. Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.

Muchtar, Heri Jauhari. 2008. Fiqih Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Patoni, Achmad. 2004. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Bina Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Peran orang tua dan masyarakat di dalam penyampaian pelayanan pendidikan Peran Orang Tua Peran Masyarakat Memberikan anak-anak kebutuhan dasar makan, kebersihan, dan perawatan