TUGAS 3
PENGANTAR PENDIDIKAN
Nama mahasiswa :SITI INTAN AMINAH
NIM 857262255
Prodi :PGSD
UPBJJ :Serang
SOAL DAN JAWABAN
1. Pendidikan bukan sekedar melakukan transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) melainkan juga menciptakan pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif.
Jelaskan mengapa muncul pernyataan seperti di atas ini?
JAWABAN
Karena menurut pemahaman yang saya baca yaitu Seorang pendidik tidak hanya bertugas untuk transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values dan transfer of skills. Pengetahuan yang diterima peserta didik tidak hanya menjadi school of knowledge (kumpulan pengetahuan dari sekolah-red), tetapi dapat dipahami dan diresapi makna konsep-konsep keilmuan tersebut sampai ke dalam hatinya agar menjadi milik diri yang ia sebut inner of knowledge. Sehingga dengan diinternalisasikannya ilmu tersebut, diharapkan akan menjadi pegangan bagi peserta didik ketika bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sebagai bentuk action of knowledge.
Pernyataan tersebut muncul karena pemahaman bahwa pendidikan tidak hanya tentang transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk pribadi yang memiliki sikap dan kepribadian yang positif. Beberapa alasan mengapa pernyataan ini muncul adalah sebagai berikut:
• Pentingnya Pembentukan Karakter, Pendidikan yang baik tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter siswa. Sikap dan kepribadian yang positif, seperti integritas, empati, tanggung jawab, dan kerja sama, sangat penting dalam membentuk individu yang baik dan bertanggung jawab dalam masyarakat.
• Mengatasi Tantangan Sosial, Pendidikan tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan, tetapi juga dengan keterampilan sosial dan emosional yang diperlukan untuk berinteraksi dengan orang lain. Sikap yang positif, seperti toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, dan kemampuan berkomunikasi yang efektif, membantu siswa mengatasi tantangan sosial dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
• Membentuk Etika dan Moral: Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk etika dan moral siswa. Melalui pendidikan, siswa diajarkan tentang nilai-nilai yang baik dan prinsip-prinsip moral yang mendasari perilaku yang benar. Hal ini membantu
mereka mengembangkan sikap yang positif terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
• Mendorong Kreativitas dan Pemikiran Kritis, Pendidikan yang baik tidak hanya mengajarkan siswa untuk menghafal fakta, tetapi juga mendorong kreativitas dan pemikiran kritis. Sikap yang positif terhadap pembelajaran, seperti rasa ingin tahu, keberanian untuk berpikir di luar kotak, dan
kemampuan untuk menganalisis informasi secara kritis, membantu siswa menjadi individu yang kreatif dan berpikiran terbuka.
• Persiapan untuk Kehidupan: Pendidikan yang holistik tidak hanya mempersiapkan siswa untuk sukses dalam karir mereka, tetapi juga untuk kehidupan secara keseluruhan. Sikap dan kepribadian yang positif membantu siswa menghadapi tantangan kehidupan dengan percaya diri, mengatasi hambatan, dan mencapai tujuan mereka.
Lalu, Berbagai referensi menyatakan bahwa pendidikan merupakan media yang penting bagi sebuah bangsa dalam membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perhatian dunia terhadap pendidikan telah cukup intensif walaupun jika dilihat dari usia ilmu pengetahuan termasuk sesuatu yang baru. Paling tidak sejak abad 19 dan ke-20, negara- negara di Eropa dan Amerika telah mulai memperhatikan keberadaan dan eksistensi pendidikan. Eksistensi
pendidikan juga menjadi perhatian utama organisasi kelas dunia, yakni perserikatan bangsa- bangsa (PBB) dengan menetapkan UNESCO (United Nation for Education, Science, and Culture) sebagai badan yang mengurusi masalah-masalah pendidikan di tingkat internasional.
UNESCO merumuskan bahwa pendidikan itu secara lebih luas adalah:
learning how to think (belajar bagaimana berpikir) learning how to do (belajar bagaimana melakukan) learning how to be (belajar bagaimana menjadi) learning how to learn (belajar bagaimana belajar)
learning how live together (belajar bagaimana hidup bersama).
2). Salah satu dampak positif dari globalisasi adalah terjadinya demokratisasi di bidang Pendidikan di Indonesia. Menyadari tentang pentingnya
demokratisasi ini, maka untuk implementasinya pemerintah telah mengeluarkan sejumlah dokumen.
Identifikasilah dan jelaskan isi dokumen-dokumen dimaksud berdasarkan materi pada sumber Tugas Tutorial ini Cantumkan nama dan kode BMP, edisi dan halaman.
JAWABAN
• Pemerintah memberikan peluang pada setiap orang untuk mendapatkan pendidikan.
setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. pendidikan bermutu merupakan hak setiap warga negara. pendidikan sebagai hak asasi manusia sebagaimana tercantum dalam pasal 28 B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi "setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas kekerasan dan
diskriminasi"
• pasal 28 C ayat (1) yang berbunyi "setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia".
• Adapun implementasi dari pendidikan yang demokratis, adalah partisipasi dari segenap lapisan masyarakat dengan tujuan utama untuk berperan aktif bersama pihak sekolah dalam membangun kualitas pendidikan. Berbagai lapisan masyarakat yang terdiri dari orang tua siswa, ahli pendidikan, tokoh masyarakat, organisasi profesi, dan dunia usaha serta dunia industri tanpa pandang suku, agama, budaya, adat-istiadat, dan sebagainya.
Bergabung dalam organisasi komite sekolah untuk berembug bersama, melakukan berbagai upaya demi untuk membangun prestasi pendidikan. Dalam pendidikan demokratisasi, siapapun dapat menyampaikan pendapat dan harapan-harapannya, memberikan masukan dan kritik terhadap pengelola pendidikan. sejak dikeluarkannya surat keputusan Mendiknas No. 44/U/2002 tentang komite sekolah.
• Peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang Guru juga merupakan peluang bagi guru untuk lebih berperan aktif dalam pengelolaan dan menentukan arah pendidikan di satuan pendidikan (sekolah) khususnya dan pada lembaga pendidikan di daerah bahkan di tingkat nasional.
• Permendiknas nomor 162 tahun 2003 tentang kepala sekolah juga memberikan nuansa demokrasi pendidikan. Kekuasaan dan kewenangan kepala sekolah bukan lagi kekuasaan dan kewenangan mutlak ditambah lagi dengan pembatasan masa jabatan kepala sekolah yang hanya 2 periode, itupun jika prestasinya sangat baik.
• UU Sistem Pendidikan Nasional, PP tentang Standar Nasional Pendidikan, UU Guru dan Dosen, dan yang terakhir PP no 74 tahun 2008 tentang Guru semuanya mengarah kepada demokrasi pendidikan.
3.) Rumusan Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) kita telah mengalami
beberapa kali perubahan.
Dalam buku yang menjadi sumber Tugas Tutorial kita ini disampaikan bahwa pada situasi sesudah peristiwa G30S/PKI sampai tahun 2003, telah terjadi 4 kali
perubahan rumusan TPN.
a. Kemukakan isi dari 4 (empat) kali perubahan rumusan Tujuan Pendidikan Nasional tersebut.
b. Mengapa terjadi perubahan rumusan Tujuan Pendidikan Nasional tersebut.
Cantumkan nama dan kode BMP, edisi dan halaman yang dijadikan sumber bacaan Anda.
JAWABAN
A.Berikut adalah isi dari empat kali perubahan rumusan Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) setelah peristiwa G30S/PKI sampai tahun 2003:
1.Pada saat Indonesia berada di bawah gelora Manipol/Usdek, rumusan pendidikan nasional disesuaikan dengan situasi politik pada masa itu. Melalui Keputusan Presiden Repulik Indonesia No. 145 tahun 1965 tujuan pendidikan nasional dirumuskan sebagai berikut.
"Tujuan Pendidikan Nasional kita baik yang diselenggarakan oleh pihak Pemerintah maupun Swasta, dari Pendidikan Prasekolah sampai Pendidikan Tinggi, supaya melahirkan warga negara Sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat Sosialis Indonesia, adil, dan makmur baik spirituil dan materiil dan yang berjiwa Pancasila, yaitu (a) Ke-Tuhanan yang Maha Esa, (b)
Perikemanusiaan yang adil dan beradab, (c) Kebangsaan, (d) Kerakyatan, (e) Keadilan Sosial seperti dijelaskan dalam Manipol/Usdek".
Sesudah peristiwa G30S/PKI, rumusan tujuan pendidikan mengalami perubahan kembali.
Berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia No.
XXVII/MPRS/1966, tujuan pendidikan dirumuskan sebagai berikut. "Membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan, seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-undang Dasar 1945". Tujuan pendidikan
diorientasikan pada pembentukan manusia Pancasilais sejati karena pada masa itu banyak manusia yang tidak sepenuhnya berpegang pada Pancasila dan UUD 1945.
2.Pada tahun 1973, MPR hasil pemilihan umum mengeluarkan ketetapan No. IV/ MPH/1973 yang dikenal dengan nama Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam ketetapan tersebut dirumuskan pula tujuan nasional pendidikan yang baru berbunyi sebagai berikut.
“Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Oleh
karenanya, agar pendidikan dapat dimiliki oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masing-masing individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab
keluarga, masyarakat, dan Pemerintah. Pembangunan di bidang pendidikan didasarkan atas Falsafah Negara Pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk Manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-undang Dasar 1945".
3.Dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989. Pasal 4 rumusan tujuan pendidikan nasionalnya adalah:
“Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
4.Adapun pada UU No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tujuan pendidikan dirumuskan sebagai berikut.
"Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab".
B).Rumusan Tujuan Pendidikan menurut sistem pendidikan Nasional Pancasila dengan penetapan Presiden No. 10 Tahun 1965, yang berbunyi sebagai berikut: Tujuan pendidikan nasional kita, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dari pendidikan pra sekolah sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan warga negara warga negara sosialis Indonesia yang susila, yang bertanggungjawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia, adil dan makmur baik spiritual maupun material dan yang berjiwa pancasila, yaitu:
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Perkemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Kebangsaan, (4) Kerakyatan, dan (5) Keadilan sosial.
Tujuan pendidikan di atas ternyata tidak dapat bertahan lama sebab dengan meletusnya peristiwa G30SPKI maka tujuan pendidikan inipun ditinggalkan. Dengan dikeluarkannya ketetapan MPRS Nomor XXVII Tahun 1966, maka Keputusan Presiden Nomor 145 dengan Penetapan Presiden Nomor 19 Tahun 1965 tentang Pokok Pokok Sistem Pendidikan Nasional tidak berlaku lagi.
4. Banyaknya lululusan yang menganggur kerena tidak terserap oleh dunia kerja serta tidak dapat menciptakan pekerjaaan merupakan indikator dari rendahnya relevansi hasil Pendidikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.
Jelaskan faktor-faktor yang berkaitan dengan rendahnya relevansi dimaksud?
JAWABAN
Faktor-faktor yang berkaitan dengan rendahnya relevansi hasil pendidikan
Rendahnya relevansi hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut adalah beberapa faktor yang berkaitan dengan rendahnya relevansi tersebut:
1. Rendahnya kemampuan menguasai life skill yang relevan
Para siswa lulusan sekolah umumnya belum memiliki tingkat kecerdasan yang sesuai tuntutan kerja, belum memiliki pengetahuan dan kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Data BAPPENAS (1996) yang
dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5%, dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan, yaitu 13,4% untuk lulusan SMU, 14,21% untuk lulusan Diploma, dan 15,07% untuk lulusan PT.
2. Rendahnya relevansi pendidikan dengan potensi daerah
Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh lingkungan. Komponen lingkungan hendaknya dimanfaatkan sebagai aset yang menentukan keberhasilan pendidikan. Masyarakat dan lingkungan tempat tinggal merupakan bagian yang terintegrasi dengan siswa sebagai peserta didik. Proses pendidikan yang sebenarnya tentu melibatkan peranan keluarga, lingkungan- masyarakat, dan sekolah. Sehingga jika salah satunya tidak berjalan dengan baik maka dapat mempengaruhi keberlangsungan pendidikan itu sendiri.
3. Rendahnya kemitraan dengan dunia usaha/dunia industri
Dunia usaha dan dunia industri merupakan bagian dari masyarakat yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Perihal kegiatan kerja sama dengan dunia usaha sinergitas telah mulai dilakukan. Prosesnya telah memasuki tahap inventarisasi. Implementasinya, dunia usaha didorong untuk membangun sekolah, bukan menggalang dana dari dunia usaha (www.bapeda-jabar.go.id/2006).