PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN KOMPENSASI EKSEKUTIF DALAM TATA KELOLA PERUSAHAAN
OLEH
Agung Dharmawan Buchdadi I Gusti Ketut Agung Ulupui
Sholatia Dalimunthe
i
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , kami ucapkan atas selesainya karya ilmiah ini. Kami menyadari beberapa ketidaksempurnaan masih terjadi disana sini. Untuk itu kami menyatakan penyesalan dan membuka diri untuk segala kritik yang membangun demi perbaikan dimasa mendatang. Selain itu kami perlu mengungkapkan terima kasih kepada pihak pihak yang mendukung pelaksanaan kegiatan ini, yaitu:
1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
2. Rekan rekan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.
3. Rekan rekan mahasiswa yang membantu dalam pengambilan data dan pengolahan data penelitian ini
Demikian yang kami sampaikan , semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh bangsa Indonesia.
Jakarta, 20 Juni 2019
Tim Penyusun
ii
Daftar isi
PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN
KOMPENSASI EKSEKUTIF DALAM TATA KELOLA PERUSAHAAN ... 1
Kata Pengantar ... i
PENDAHULUAN ... 1 KEGIATAN PENGAWASAN DALAM GOOD
CORPORATE GOVERNANCE ... 3 Pengaruh dewan komisaris independen
(Independent Board) terhadap kinerja perusahaan ... 4 Pengaruh rapat dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan ... 5
Kinerja perusahaan dan kompensasi eksekutif ... 6 PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN
KOMPENSASI EKSEKUTIF PERUSAHAAN ... 12
Rapat dewan komisaris meningkatkan kinerja
perusahaan ... 14
Kompensasi eksekutif meningkatkan kinerja
perusahaan ... 15
Daftar Pustaka ... 16
Pengakuan ... 21
1
PENDAHULUANAlasan utama untuk menerapkan tata kelola perusahaan (good corporate governance -GCG) adalah masalah agensi yang merupakan pemisahan antara kontrol dan kepemilikan (John & Senbet, 1998). Para pemegang saham ingin para manajer untuk mengambil tindakan yang tepat atas nama kepentingan para pemegang saham untuk memaksimalkan kekayaan mereka. Itulah yang pemegang saham bayar kepada manajemen sehingga mereka selalu bertindak demi kepentingan pemegang saham. Bahkan para pemegang saham tidak ragu untuk memberikan kompensasi jika perusahaan meningkatkan laba. Semakin baik kinerja perusahaan, semakin besar kompensasi yang akan diterima oleh eksekutif.
Perbincangan berkaitan dengan GCG akan tidak lepas dengan teori keagenan (Agency Theory). Masalahnya timbul terkait pemisahan kepemilikan dan kontrol di perusahaan.
Pemilik sebagai prinsipal membuat kontrak kepada manajer
2
sebagai agen untuk bertindak atas nama pemiliknya.
Kemudian, masalahnya adalah agen tidak selalu dapat dijamin untuk bertindak demi kepentingan terbaik kepala sekolah. Untuk menjaga agen melakukan kepentingan terbaik dari prinsipal, pemegang saham perlu mengeluarkan biaya agensi. Ada tiga komponen biaya agensi: biaya pemantauan (monitoring cost) oleh prinsipal untuk membatasi tindakan tidak baik oleh agen, biaya ikatan (bonding cost) untuk menjamin agen tidak akan melakukan tindakan yang merugikan prinsipal, dan biaya sisa (residual cost) karena beberapa perbedaan antara keputusan yang dibuat oleh agen dengan keputusan terbaik yang akan memaksimalkan yang lebih kaya dari prinsipal (Jensen & Meckling, 1976).
Selanjutnya, teori keagenan juga berpendapat bahwa akan sangat dibutuhkan aktivitas pemantauan yang memadai serta insentif yang sesuai bagi agen untuk mencapai nilai maksimal perusahaan (Madison, Holt, Kellermanns, & Ranft, 2015). Namun, faktanya,hal ini akan sulit dilakukan. Ada perbedaan preferensi pada aktivitas perusahaan antara
3
pelaku dan agen. Hal ini berkaitan dengan perbedaan sikap risiko antara pelaku dan agen dalam mengambil keputusan dalam bisnis (Tan, 2014)
Dengan demikian, apabila perusahaan menerapkan GCG yang kurang baik, manajer dapat mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan pribadinya. Sementara, apakah perusahaan menerapkan GCG yang baik, keputusan tersebut akan dipantau dan dikendalikan oleh dewan komisaris. Kemudian, keputusan dan strategi yang diambil akan sesuai dengan tujuan yang dibuat oleh pemegang saham. Dalam teori agensi, mekanisme GCG akan meliputi pemantauan (monitoring), pemberian insentif (Incentive), dan struktur kepemilikan (ownership structure) di perusahaan (Coles, McWilliams, &
Sen, 2001).
KEGIATAN PENGAWASAN DALAM GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Selanjutnya akan disajikan beberapa kajian terdahulu berkaitan dengan tema sentral yang terkait dengan kegiatan
4
pengawasan dalam tata kelola perusahaan yaitu berkaitan dengan dewan komisaris independent, rapat dewan komisaris, insentif buat eksekutif, dan struktur kepemilikan
Pengaruh dewan komisaris independen (Independent Board) terhadap kinerja perusahaan
Disebutkan di Al-Najjar (2014) bahwa dewan komisaris independen akan memiliki peran pengawasan yang baik di perusahaan akan memberi dampak positif bagi kinerja perusahaan. Selain itu, dewan komisaris independen akan membawa koneksi dan keahlian mereka untuk membuat perusahaan memiliki capaian kerja yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menemukan hubungan positif antara independensi dewan komisaris dan kinerja perusahaan(Duru, Iyengar, & Zampelli, 2015;
Mashayekhi & Bazaz, 2008; Müller, 2014). Duru, Iyengar, dan Zampelli (2015) juga menemukan bahwa variabel independensi dewan komisaris memiliki peran moderat pada hubungan negatif antara dualitas dewan dan kinerja perusahaan yaitu dengan melemahkan hubungan sebagai
5
akibat dari proporsi dewan meningkat secara independen.
Selain itu, diketahui dua penelitian mencatat bahwa independensi dewan dan jumlah variabel pertemuan dewan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan(Liang, Xu, & Jiraporn, 2013; Liu, Miletkov, Wei, &
Yang, 2015; Zhu, Ye, Tucker, & Chan, 2016)
Meskipun demikian, ditemukan juga satu studi (Cavaco, Crifo, Rebérioux, & Roudaut, 2017) berpendapat bahwa dewan komisaris independen berkorelasi negatif dengan kinerja operasi. Dewan komisaris dianggap tidak memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai bisnis yang dijalankan perusahaan bahkan menjadi beban perusahaan.
Pengaruh rapat dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan
Salah satu cara termudah untuk mengevaluasi kinerja dewankomisaris adalah dengan menghitung kehadiran mereka dalam rapat dewan. Jumlah pertemuan yang dihadiri menunjukkan mereka lebih intens melakukan peran mereka untuk memantau perusahaan. Selain itu, dari penelitian
6
sebelumnya dicatat dari H. I. Chou, Chung, & Yin (2013) bahwa pertemuan dewan memiliki dampak positif terhadap kinerja perusahaan. Namun, disebutkan bahwa dewan harus rapat sendiri bukan oleh wakilnya.
Chou, Chung, dan Yin (2013) memeriksa variabel pertemuan dewan dengan menggunakan dua proxy. Proxy pertama adalah persentase rapat dewan yang dihadiri oleh seorang direktur dan yang kedua adalah persentase rapat dewan yang dihadiri oleh perwakilan yang diberi wewenang oleh seorang direktur
Kinerja perusahaan dan kompensasi eksekutif
Saat ini masih terjadi perdebatan dalam studi hubungan antara kinerja perusahaan terhadap kompensasi eksekutif juga sebaliknya pengaruh kompensasi eksekutif terhadap kinerja perusahaan berkaitan dua pendapat dipenelitian terdahulu.
Pengaruh kinerja perusahaan pada kompensasi eksekutif
7
Disebutkan bahwa teori keagenan menunjukkan hubungan kinerja pada kompensasi eksekutif. Dalam hal ini kompensasi adalah penghargaan atas kinerja sebelumnya(Devers, Cannella, Reilly, & Yoder, 2007). Ada beberapa penelitian yang menemukan korelasi positif antara kinerja perusahaan dan kompensasi eksekutif. Penelitian di perusahaan Inggris, ditemukan bahwa kompensasi direktur dan pengembalian pemegang saham saat ini berkorelasi positif. Namun, makalah ini menemukan sedikit bukti adanya hubungan antara gaji direksi (gaji dan bonus) dan imbal hasil pemegang saham (Conyon, 1997) . Selain itu, dalam studi yang meneliti perusahaan Jepang, hasilnya menunjukkan bahwa kinerja berbasis akuntansi saat ini memiliki dampak positif terhadap kompensasi saat ini. Namun, kinerja berbasis pasar tidak dapat memiliki efek signifikan terhadap kompensasi (Basu, Hwang, Mitsudome, & Weintrop, 2007).
Selain itu, di China sebuah penelitian menemukan korelasi positif antara kompensasi eksekutif dan kinerja perusahaan.
Definisi kompensasi didefinisikan sebagai logaritmik natural
8
dari jumlah gaji, bonus, tunjangan, dan tunjangan lainnya (Conyon & He, 2011).
Pengaruh kompensasi eksekutif terhadap kinerja
Perlu dicatat bahwa para ilmuwan meneliti pengaruh gaji terhadap kinerja yang mengkonseptualisasikan kompensasi sebagai alat motivasi. Kemudian, studi tersebut akan menggunakan kompensasi sebagai variable determinat dari kinerja (Devers et al., 2007).
Kajian terdahulu terkait tata kelola perusahaan
Mungkinkah dewan komisaris independen, rapat dewan komisaris, komite audit, dan komite risiko memperbaiki kualitas aset dan kinerja operasional. sebuah studi terhadap bank-bank yang terdaftar di Indonesia (Buchdadi
& Chou, 2017)
Tujuan-Studi ini menguji dampak dewan komisaris independen, rapat dewan komisaris, komite audit, dan komite risiko praktik bank di Indonesia. Metodologi - Kualitas aset diukur dengan kredit bermasalah (non performing loan / NPL),
9
dan kinerja operasional diukur dengan rasio biaya operasional (BOPO). Sedangkan sebagai variabel independen, kami menggunakan beberapa variabel tata kelola perusahaan yang baik termasuk dewan independen (IB), rapat dewan tahunan (annual board meeting / BM), persentase rapat dewan direksi tahunan, rapat dewan eksekutif tahunan (BEM), persentase kehadiran rapat dewan komisaris tahunan, Komite Audit (AC), Rapat Komite Audit (ACM), persentase kehadiran rapat komite audit tahunan, Komite Risiko (RC), Rapat Komite Risiko (RCM), dan persentase rapat komite risiko tahunan kehadiran. Data tersebut tercatat di Pasar Modal Indonesia selama 2013-2015 dengan menggunakan data panel tidak seimbang dua tahap least square (2SLS) regresi. Temuan- Temuan mengungkapkan bahwa dewan independen akan memperbaiki prinsip kehati-hatian bank tersebut. Sedangkan rapat dewan direksi akan meningkatkan kinerja operasional bank. Selain itu, jumlah komite audit akan membuat kinerja operasional lebih baik, sementara jumlah rapat akan memperbaiki kredit bermasalah. Kesimpulan-Mengenai hasil ini bank sentral dan juga pemangku kepentingan lainnya
10
dapat mempertahankan peran dewan direksi independen serta banyaknya rapat tahunan berkualitas tinggi. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan peran komite audit dalam bisnis perbankan. Studi ini mendukung teori agensi bahwa aktivitas pemantauan akan membuat kinerja perusahaan semakin baik.
Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Komite Risiko, Tingkat Kehadiran Rapat dan Dampaknya terhadap Kinerja: Kajian Bank Umum di Indonesia(T.-K. Chou & Buchdadi, 2017)
Studi ini menentukan pengaruh good corporate governance terhadap kinerja bank di Indonesia. Variabel yang digunakan adalah dewan independen (IB), rapat dewan tahunan (annual board meeting / BM), persentase rapat dewan direksi tahunan, rapat dewan eksekutif tahunan (BEM), persentase kehadiran rapat dewan eksekutif, komite audit (AC), rapat komite audit (ACM), persentase kehadiran rapat komite audit tahunan, komite risiko (RC), rapat komite risiko (RCM), dan persentase kehadiran rapat komite risiko
11
tahunan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel dua tahap least square (2SLS) menggunakan return on asset (ROA), net interest margin ratio (NIM), dan Tobin's Q sebagai proxy kinerja bank. Data yang digunakan adalah bank yang terdaftar di Pasar Modal Indonesia antara tahun 2013 dan 2015. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa dewan independen memiliki dampak positif terhadap net interest margin di antara bank berskala besar. Namun, di antara bank skala kecil dewan direksi independen memiliki dampak positif terhadap nilai pasar, namun mereka akan memiliki kekurangan informasi yang dapat menghambat perolehan laba berdasarkan akuntansi bank. Selain itu, temuan dari penelitian ini juga menjelaskan peran penting pertemuan kehadiran untuk akuntansi berdasarkan profitabilitas bank. Studi ini juga menemukan peran penting komite audit di industri perbankan.
12
PERAN RAPAT DEWAN KOMISARIS DAN KOMPENSASI EKSEKUTIF PERUSAHAAN
Pada bagian ini akan disajikan kondisi rapat dewan komisaris dan kompensasi eksekutif perusahaan dalam rangka melaksanakan peran pengawasan dalam tata kelola perusahaan
Tabel 1. Rerata rapat dewan komisaris dan kompensasi eksekutif perusahaan
Item N Rerata St.Dev Maximum Minimum Kinerja Perusahaan
Tobin’s Q 5
4 0
1,93 2,67 24,43 0,06
ROA 5
4 0
0,04 0,12 0,80 -1,28
Variabel Good Corporate Governance
Kompensasi Eksekutif
5 2 8
Rp 28.871 Juta
Rp 4.752 Juta
Rp 1.100.000 Juta
0
Rapat Dewan Komisaris (BM)
4 2 2
6,19 5,22 32 1
13
Item N Rerata St.Dev Maximum Minimum Kehadiran Rapat
Dewan Komisaris (BMA)
4 2 2
23,49 21,01 181 2
Rapat Gabungan Dewan Komisaris (BEM)
2 7 6
5,46 3,63 28 1
Kehadiran Rapat Gabungan Dewan Komisaris (BEMA)
2 7 6
45,78 45,05 478 7
Sumber: Data diolah
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 135 perusahaan selama 2013 – 2016. Beberapa catatan mengenai data maksimum dalam penelitian ini. PT. Astra Internasional yang bergerak dibidang otomotif memberikan kompensasi terbesar di tahun 2014 yaitu sebesar Rp 1,1 Trilyun. Perusahaan perusahaan di industri metal seperti Alumindo Light Metal Industry, Tbk., Indal Alumunium
14
Industry, Tbk., dan Krakatau Steel, Tbk. melaksanakan rapat komisaris yang cukup intens yaitu diatas 30 kali. Sementara beberapa perusahaan mencatat hanya 1 kali pertemuan dewan komisaris seperti PT Mandom Indonesia, Tbk.; PT Centex, Tbk.; PT Indopoly Swakarsa Industry, Tbk.; PT Darya Varia Laboratoria, Tbk.; PT Delta Djakarta, Tbk.; PT Supreme Cable Manufacturing and Commerce, Tbk.; dan PT Keramika Indonesia Assosiasi, Tbk. Sementara itu rapat gabungan dewan komisaris paling banyak dilakukan oleh PT Mandom Indonesia pada tahun 2014, sedangkan paling sedikit oleh PT Darya Varia Laboratoria, Tbk
Selain itu kinerja perusahaan yang terbaik adalah PT Akasha Wira International Tbk (ADES) pada tahun 2014 berdasarkan Tobins’s Q dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2013 berdasarkan ROA. Sebaliknya PT Centex, Tbk dan PT Karwell Indonesia, Tbk merupakan perusahaan berkinerja buruk berdasarkan Tobin’s Q dan ROA.
Rapat dewan komisaris meningkatkan kinerja perusahaan Hasil karya ilmiah ini berkontribusi dalam menemukan peran penting pertemuan dewan komisaris terhadap kinerja
15
perusahaan. Jumlah rapat dewan komisaris (BM) secara signifikan akan meningkatkan kinerja perusahaan berdasarkan nilai pasar. Sedangkan tingkat kehadiran rapat dewan komisaris (BMA) secara signifikan meningkatkan kinerja perusahaan berdasarkan rasio akuntansi. Sebaliknya rapat gabungan dewan komisaris dan dewan eksekutif (BEM) maupun tingkat kehadiran rapat gabungan dewan komisaris dan dewan eksekutif (BEMA) tidak memberikan efek yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian argumen H. I. Chou, Chung, & Yin (2013) dan Chou &
Buchdadi (2017) yang menyatakan pertemuan dewan dan tingkat kehadirannya memiliki dampak positif terhadap kinerja perusahaan adalah benar. Lebih luas lagi, penelitian ini menjadi konfirmasi pentingnya fungsi kontrol dalam teori keagenan.
Kompensasi eksekutif meningkatkan kinerja perusahaan Karya ini mengungkapkan hubungan yang signifikan dan konsisten pada pengaruh positif kompensasi terhadap kinerja perusahaan. Kompensasi akan meningkatkan kinerja perusahaan yang diukur dengan nilai pasar maupun nilai
16
akuntansi perusahaan. Sementara, hanya kinerja perusahaan berdasarkan nilai akuntansi yang kompensasi perusahaan.
Dengan demikian, penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu Basu, Hwang, Mitsudome, & Weintrop (2007) yang menyatakan kompensasi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Begitu juga, penelitian dalam negeri disektor perbankan Chou & Buchdadi (2018) yang menemukan pengaruh positif antara kinerja dan kompensasi dan sebaliknya pengaruh kompensasi terhadap kinerja.
Dengan demikian teori keagenan dan Stewardship theory masih valid dalam hubungan kompensasi dan kinerja perusahaan.
Daftar Pustaka
Al-Najjar, B. (2014). Corporate governance, tourism growth and firm performance: Evidence from publicly listed tourism firms in five Middle Eastern countries. Tourism Management, 42, 342–351.
https://doi.org/10.1016/j.tourman.2013.09.008
Basu, S., Hwang, L. S., Mitsudome, T., & Weintrop, J. (2007).
17
Corporate governance, top executive compensation and firm performance in Japan. Pacific Basin Finance Journal, 15(1), 56–79.
https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2006.05.002
Buchdadi, A. D., & Chou, T.-K. (2017). Could independent board, board meeting, audit committee, and risk committee improve the asset quality and operational performance a study of listed banks in Indonesia.
Pressacademia, 4(3), 247–254.
https://doi.org/10.17261/Pressacademia.2017.702 Cavaco, S., Crifo, P., Rebérioux, A., & Roudaut, G. (2017).
Independent directors: Less informed but better selected than affiliated board members? Journal of Corporate Finance. https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2017.01.004 Chou, H. I., Chung, H., & Yin, X. (2013). Attendance of board
meetings and company performance: Evidence from Taiwan. Journal of Banking and Finance, 37(11), 4157–
4171. https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2013.07.028 Chou, T.-K., & Buchdadi, A. D. (2017). Independent Board,
Audit Committee, Risk Committee, the Meeting
18
Attendance level and Its Impact on the Performance: A Study of Listed Banks in Indonesia. International Journal of Business Administration, 8(3), 24.
https://doi.org/10.5430/ijba.v8n3p24
Coles, J. W., McWilliams, V. B., & Sen, N. (2001). An examination of the relationship of governance
machanisms to performance. Journal of Management, 27(1), 23–50. https://doi.org/10.1016/S0149-
2063(00)00085-4
Conyon, M. J. (1997). Corporate governance and executive compensation. International Journal of Industrial Organization, 15(4), 493–509.
https://doi.org/10.1016/S0167-7187(96)01032-6 Conyon, M. J., & He, L. (2011). Executive compensation and
corporate governance in China. Journal of Corporate Finance, 17(4), 1158–1175.
https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2011.04.006
Devers, C. E., Cannella, A. A., Reilly, G. P., & Yoder, M. E.
(2007). Executive Compensation: A Multidisciplinary Review of Recent Developments. Journal of
19
Management, 33(6), 1016–1072.https://doi.org/10.1177/0149206307308588 Duru, A., Iyengar, R. J., & Zampelli, E. M. (2015). The
dynamic relationship between CEO duality and firm performance: The moderating role of board
independence. Journal of Business Research, 69(10), 4269–4277.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2016.04.001
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm:
Managerial. Journal of Financial Economics, 3, 305–
360. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/0304- 405X(76)90026-X
John, K., & Senbet, L. L. W. (1998). Corporate governance and board effectiveness. Journal of Banking & Finance, 22, 371–403. https://doi.org/10.1016/S0378-
4266(98)00005-3
Liang, Q., Xu, P., & Jiraporn, P. (2013). Board characteristics and Chinese bank performance. Journal of Banking and Finance, 37(8), 2953–2968.
https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2013.04.018
20
Liu, Y., Miletkov, M. K., Wei, Z., & Yang, T. (2015). Board independence and firm performance in China. Journal of Corporate Finance, 30, 223–244.
https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2014.12.004
Madison, K., Holt, D. T., Kellermanns, F. W., & Ranft, A. L.
(2015). Viewing Family Firm Behavior and Governance Through the Lens of Agency and Stewardship Theories.
Family Business Review, 29(1), 65–93.
https://doi.org/10.1177/0894486515594292 Mashayekhi, B., & Bazaz, M. S. (2008). Corporate
Governance and Firm Performance in Iran. Journal of Contemporary Accounting & Economics, 4(2), 156–172.
https://doi.org/10.1016/S1815-5669(10)70033-3
Müller, V.-O. (2014). The Impact of Board Composition on the Financial Performance of FTSE100 Constituents.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 109, 969–
975. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.12.573 Tan, Y. (2014). Corporate governance in the banking sector.
In Performance, Risk and Competition in the Chinese Banking Industry (pp. 39–64). Elsevier.
21
https://doi.org/10.1533/9781780634463.39
Zhu, J., Ye, K., Tucker, J. W., & Chan, K. (Johnny) C. (2016).
Board hierarchy, independent directors, and firm value:
Evidence from China. Journal of Corporate Finance, 41, 262–279. https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2016.09.009
Pengakuan
Karya Ilmiah ini disarikan dari penelitian dengan judul
“Good Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan di Indonesia” yang dibiayai oleh Dana DIPA BLU SP-DIPA 042.01.2.400893/2018 revisi 04 Tanggal 26 Juli 2018 Sesuai dengan Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen FE UNJ No 454/SP/2018 Tanggal 18 Mei 2018