PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY
PADA BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA PERIODE 2011-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
NURUL KHASANAH
NIM 21313042
JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
vi
diusahakanya...” (QS. An
-Najm: 39)
Ketika kamu mengalami kegagalan dan berbagai permasalahan
dalam hidupmu, merenunglah, karena itu hanyalah sebuah kerikil
kecil yang mengahalangimu menuju jalan kesuksesanmu...
Bersabarlah dan tetap tersenyum menghadapi semua yang terjadi ,
karena kamu akan menjadi pemenang dan percayalah kesuksesan
vii
1. Ibu dan ayah saya yang sangat tersayang, Ibu Siti Khotijah dan
Alm. Bapak Supardi yang telah melahirkan dan memberikan
segalanya untuk masa depan putra putrinya.
2. Untuk kakakku, Eko Yekti Mulyani, Suryadi, dan Hartanto yang
selalu mendukung penulis dalam menempuh pendidikan.
3. Seluruh anggota keluarga saya, seluruh pengurus LKSA Dar Al
Yatama dan pengasuh saya, Ibu Mustagfirotun Idriss dan Bapak
Sigit Riwiyanto serta adik-adikku tersayang yang memberikan
dukungan penulis dalam menempuh pendidikan.
4. Seluruh guru-guruku yang selalu memberikan segala dukungan
dan nasehat untuk penulis dalam menempuh pendidikan.
5. Untuk sahabat-sahabat bidik misi, talent scouting dan
sahabat-sahabat PS-S1 yang banyak memberikan masukan serta motivasi.
6. Untuk saudara-saudara mudaku yang telah memberikan bantuan
dalam penyusunan skripsi ini.
7. Untuk keluarga besar dan Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)
IAIN Salatiga.
8. Untuk keluarga besar BIDIK MISI IAIN Salatiga.
ix
Bank Syariah terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2016. Dibimbing oleh Dr. Nafis Irkhami, M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris dan Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Bank Syariah terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2016, yang diukur dengan indeks Islamic Social Reporting (ISR). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah di Indonesia periode 2011-2016. Total sampel sebanyak 8 bank umum syariah, berdasarkan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara metode kepustakaan dari jurnal, artikel ataupun literatur yang berkaitan dengan data yang dibutuhkan, dan metode dokumentasi dari annual report bank syariah yang bersangkutan serta data dari website OJK. Metode penelitian yang digunakan adalah uji deskriptif statistik, uji deskriptif dengan menganalisis ISR melalui annual report menggunakan metode content analysis,uji regresi berganda, dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris dan Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Bank Syariah berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2016. Sedangkan secara parsial hanya Ukuran Perusahaan dan Ukuran Dewan Komisaris yang berpengaruh signifikan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2016.
x
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Kegunaan Penelitian... 12
E. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka ... 15
B. Kerangka Teori... 22
C. Kerangka Penelitian ... 34
D. Hipotesis ... 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43
B. Populasi dan Sampel ... 43
C. Teknik Pengumpulan Data ... 46
D. Definisi Operasional dan Konsep ... 47
xi BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 86
B. Keterbatasan Penelitian ... 87
C. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA
xii
Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 44
Tabel 3.2 Daftar Sampel Bank Umum Syariah ... 45
Tabel 3.3 Kriteria pengujian ada tidaknya autokorelasi... 57
Tabel 4.1 Uji Stasioneritas ... 59
Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif ... 60
Tabel 4.3 pengungkapan ISR ... 62
Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi ... 69
Tabel 4.5 Hasil Koefisien Determinasi ... 70
Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 71
Tabel 4.7 Hasil Uji t ... 72
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 82
Tabel 4.9 Hasil Uji Park ... 83
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 83
Tabel 4.11 Hasil Uji Autokorelasi ... 84
xiii
Gambar 4.1 Pengungkapan rata-rata Indeks ISR setiap bank pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Periode 2011-2016 ... 63
Gambar 4.2 Pengungkapan rata-rata Indeks ISR pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2011-2016 ... 63
Gambar 4.3 Pengungkapan Indeks ISR setiap tema pada Bank Umum Syariah
di Indonesia Periode 2011-2016 ... 65
Gambar 4.4 Grafik Plot ... 82
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tanggung jawab sosial dan lingkungan dahulu lebih dikenal di
negara-negara maju sebagai Corporate Social Resonsibility (CSR). Saat
ini mulai diterapkan dalam beberapa peraturan yang berlaku di Indonesia,
antara lain dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Tebatas. Kedua Undang-Undang ini secara tegas mensyaratkan bahwa
suatu perusahaan untuk melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan yang
baik harus juga peduli terhadap kepentingan sosial dan lingkungan di
perusahaan, yang melaksanakan tugas maupun pelaksanaan perusahaan
(Untung, 2014: 1).
CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkunganya untuk kepedulian sosial maupun lingkungan dengan tidak
mengabaikan kemampuan dari perusahaan. Pelaksanaan kewajiban ini
harus memperhatikan dan menghormati tradisi budaya masyarakat di
sekitar lokasi kegiatan usaha tersebut. CSR merupakan suatu konsep
bahwa perusahaan memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala
aspek operasional perusahaan. Pelaksanaan CSR akan berdampak pada
aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak hanya berdasarkan
faktor keuangan belaka seperti halnya keuntungan atau dividen, melainkan
juga harus berdasarkan konsekuensi sosial di lingkungan untuk saat ini
maupun untuk jangka panjang (Untung, 2014: 2).
Isu mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR semakin
menjadi sorotan penting dalam dekade terakhir karena konsep CSR
merupakan dari inti etika bisnis bagi tiap perusahaan (Widiawati, 2012: 1).
Isu CSR menjadikan perusahaan yang dihadapkan bukan hanya pada
konsep single bottom line dalam bentuk nilai perusahaan melainkan pada
konsep triple bottom line yang meliputi aspek keuangan perusahaan,
kehidupan sosial dan lingkungan hidup. Sehingga konsep single bottom
line dianggap sudah ketinggalan zaman, karena hanya menekankan profit
perusahaan (Widiawati, 2012: 1).
Di Indonesia kesadaran mengenai CSR sudah terlihat dari semakin
banyaknya perusahaan yang mengungkapkan CSR dalam laporan
keuangan tahunan ataupun press releasenya (Istiani, 2015: 2). CSR di
Indonesia diatur dalam UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
yang menyatakan bahwa setiap penanam modal memiliki kewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, apabila tidak
melaksanakan kewajiban melaksanakan kewajiban tersebut maka dikenai
sanksi. Pengungkapan praktek CSR diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007
harus memuat beberapa informasi, salah satunya adalah laporan
pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Rama, 2014: 96-97).
CSR tidak hanya terdapat pada ekonomi konvensional tetapi juga
berkembang pada ekonomi syariah (Khoirudin, 2013: 228). CSR dalam
prespektif Islam adalah konsekuensi inhern dari ajaran islam. Bisnis dalam
islam mempunyai posisi yang strategis dan mulia tidak hanya
diperbolehkan dalam islam, akan tetapi diperintahkan oleh Allah
(Syukron, 2015: 3). Falsafah moral Islam dalam CSR disebutkan dalam Al
Qur’an yaitu dalam Q.S Al Maidah: 32, perintah untuk menjaga
lingkungan dan melestarikannya (Syukron, 2015: 4).
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,
bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan Dia telah membunuh seluruhnya dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dan berbuat kerusakan di bumi”.
Pengungkapan CSR tidak hanya dilakukan oleh perbankan
konvensional tetapi juga dilakukan oleh perbankan syariah (Rahma, 2012:
2). Pengungkapan CSR pada perbankan syariah masih mengacu pada
Global Reporting Initiative index (GRI), akan tetapi pedoman GRI masih
bersifat konvensional dan masih kurang sesuai untuk pengungkapan CSR
pada perbankan syariah (Istiani, 2015:7). Oleh karena itu saat ini
Reporting (ISR) yang sesuai dengan prespektif Islam. Indeks ISR berisi
item-item standar CSR yang ditetapkan oleh Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI) (Khoirudin, 2013:
228). Sehingga CSR yang sesuai dan dapat digunakan dalam
pengungkapan CSR perbankan syariah adalah Indeks ISR, karena sesuai
dengan konsep syariah dan prespektif Islam.
Perkembangan Indeks ISR di Indonesia masih sangat lamban
dibandingkan dengan negara-negara Islam lain, di mana ISR merupakan
bagian dari pelaporan organisasi syariah. Menurut Fitria dan Hartanti
(2010) Pengungkapan tanggung jawab sosial pada bank syariah masih
terbatas yaitu hanya dapat memenuhi 50% dari skor maksimal semua item
yang diungkapkan dalam indeks ISR. Selain itu pengungkapan tanggung
jawab sosial bank syariah masih rendah dibandingkan dengan bank
konvensional (Rama, 2014: 98). Oleh karena itu diperlukan lagi penelitian
tentang pengungkapan tanggung jawab sosial pada bank syariah.
Bank menurut UU No. 21 Tahun 2008 adalah badan usaha yang
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Berdasarkan fungsinya Bank Syariah mempunyai fungsi sebagai
berikut (Yudiana, 2014: 3-5) :
a. Sebagai Manajemen Investasi yaitu membantu masyarakat dengan cara
menyalurkan dananya dalam berbagai macam alternatif investasi yang
halal, yang pada pelaksanaanya produk bank yang dipakai adalah
kontrak mudharabah dan kontrak perwakilan.
b. Intermediary agent yaitu bank syariah harus bertindak sebagai
perantara antara pihak yang berkelebihan dana dan ingin
mengivestasikan dananya dengan pihak yang memerlukan dana.
Kontrak yang digunakan untuk menjalankan fungsi ini yaitu kontrak
murabahah, musyarakah, ba’i as salam, ba’i istishna, dan ijarah. c. Jasa Keuangan yaitu bank syariah dapat menawarkan beberapa jasa
keuangan dan mendapatkan upah dalam sebuah kontrak perwakilan
atau penyewaan.
d. Jasa Sosial yaitu perbankan syariah dapat meakukan jasa sosial melalui
dana Qard pinjaman kebaikan, zakat atau dana sosial yang sesuai
dengan ajaran islam.
Berdasarkan fungsi-fungsi bank yang sudah dijelaskan, maka salah
satu fungsi bank syariah sebagai jasa sosial. Fungsi ini menjadi salah satu
dari pengungkapan CSR bank syariah, karena mengandung aspek-aspek
sosial. Pengungkapan ini dapat diukur dengan indeks ISR yang sesuai
Anggraini (2006) menyatakan bahwa profitabilitas adalah faktor
yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen untuk
melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program
tanggung jawab sosial secara lebih luas (Trisnawati, 2014: 373).
Hackston dan Milne mengatakan bahwa suatu perusahaan yang
mempunyai profitabilitas yang tinggi seharusnya melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan secara transparan. Namun pada kenyatannya bank
domestik belum melaksanakannya secara transparan. Kondisi tersebut
menunjukkan kurangnya keselerasan sosial antara perusahaan dengan
masyarakat. Masyarakat berharap perusahaan perbankan tidak hanya
bertanggung jawab kepada investor dan manajemen, tetapi juga pada
masyarakat yang lebih luas (Cahya, 2011: 4).
Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Sehingga bisa
mempengaruhi tingkat pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.
Oleh sebab itu profitabilitas bisa mempengaruhi pengungkapan CSR.
Tingkat Leverage digunakan untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam menyelesaikan semua kewajibannya (Wijayanti, 2013:
31). Apriwenni mengatakan bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang
tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang lebih
luas dari pada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah (Cahyati,
2013: 7). Perusahaan dengan leverage yang tinggi perlu memberikan
kreditor harus mengetahui seberapa besar kemampuan dalam membayar
hutang (Lestari, 2015: 10). Oleh karena itu leverage menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pengungkapan CSR.
Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar kecilnya
suatu perusahaan. Perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang
lebih banyak, yang memberikan dampak yang lebih besar terhadap
lingkungan, memiliki lebih banyak pemegang saham yang mungkin
berkepentingan dengan program sosial perusahaan dan laporan keuangan
menyediakan alat yang efesien dalam mengkomunikasikan informasi
sosial perusahaan (Lestari, 2015: 10).
Ukuran perusahaan dapat digunakan untuk pengungkapan
tanggung jawab sosial berdasarkan laporan tahunan yang dibuat. Oleh
sebab itu ukuran perusahaan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pengungkapan CSR.
Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah
anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka pengungkapan
tanggung jawab sosial yang dibuat perusahaan akan semakin luas.
Menurut teori agensi, anggota dewan yang lebih besar akan memudahkan
pengendalian terhadap agen dan monitoring yang dilakukan akan semakin
efektif sehingga dapat mengurangi tindakan menyimpang dari agen. Selain
itu, tekanan yang lebih besar terhadap manajemen akan mendorong
manajemen untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial yang
Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan
bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan
semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan
semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar
untuk mengungkapkan CSR (Trisnawati, 2014: 374).
Berdasarkan teori agensi dan argumen-argumen pada penelitian
ataupun sumber sebelumnya maka ukuran dewan komisaris berpengaruh
positif terhadap pengungkapan CSR.
Frekuensi Rapat Dewan Komisaris yang diadakan dalam
rapat-rapat rutin dalam mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
dewan direksi dan implementasinya. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris
menjadikan pengawasan efektif sehingga kinerja perusahaan semakin baik.
Jika perusahaan semakin baik maka pengungkapan tanggung jawab sosial
semakin luas (Gestari, 2014: 7).
Berbagai penelitian tentang pengungkapan CSR dijabarkan dalam
Tabel di bawah ini:
Variabel Independen Hasil Penelitian
1. Intan
Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Frekuensi rapat Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Frekuensi rapat Komite Audit, Ukuran Dewan Pengawas Syariah, Frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah, Kualitas
Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan
Auditor, Profitabilitas
Ukuran Bank, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage Return On Asset (ROA), Debt to Asset Ratio (DAR) leverage, ukuran perusahaan, dan umur perusahaan
Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran Dewan Pengawas Syariah,
Adriyanti M. Sinaga
Corporate Social Responsibility
Ukuran Dewan Komisaris, Komposisi Dewan Komisaris Independen, Frekuensi Rapat Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Independensi Kmite Audit, Frekuensi Rapat
Sumber: data penelitian yang diolah, 2017.
Berdasarkan Tabel Research gap di atas kita dapat melihat bahwa
masih terdapat perbedaan dalam hasil penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan, sehingga adanya penelitian baru sangat penting dilakukan untuk
mengetahui jawaban yang sesuai atas permasalahan. Oleh karena itu
penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris dan Frekuensi Rapat Dewan Komisaris Bank Syariah terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011-2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh profitabilitas bank syariah terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum
Syariah?
2. Bagaimana pengaruh Leverage bank syariah terhadap pengungkapan
3. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan bank syariah terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum
Syariah?
4. Bagaimana pengaruh ukuran dewan komisaris bank syariah terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum
Syariah?
5. Bagaimana pengaruh frekuensi rapat dewan komisaris bank syariah
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank
Umum Syariah?
6. Bagaimana pengaruh secara simultan variabel profitabilitas, leverage,
ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan frekuensi rapat dewan
komisaris bank syariah terhadap pengungkapan Corporate Social
Responsibility pada Bank Umum Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan jawaban atas rumusan
masalah yaitu untuk mengetahui:
1. Mengetahui pengaruh Profitabilitas bank syariah terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum
Syariah.
2. Mengetahui pengaruh Leverage bank syariah terhadap pengungkapan
3. Mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan bank syariah terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum
Syariah.
4. Mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris bank syariah terhadap
pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum
Syariah.
5. Mengetahui pengaruh frekuensi rapat dewan komisaris syariah
terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank
Umum Syariah.
6. Mengetahui pengaruh secara simultan variabel profitabilitas, leverage,
ukuran perusahaan, ukuran dewan komisaris dan frekuensi rapat dewan
komisaris bank syariah terhadap pengungkapan Corporate social
Responsibility pada Bank Umum Syariah.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut:
1. Bagi Perbankan Syariah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
kajian dalam kaitan CSR perbankan syariah.
2. Bagi pelaku bisnis atau investor, penelitian ini diharapkan bisa
memberikan kontribusi kepada pelaku bisnis atau investor perbankan
3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi pengetahuan yang berkaitan dengan CSR perbankan
syariah.
4. Bagi nasabah dan masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan mengenai bank syariah mendukung praktik CSR
suatu perbankan syariah khususnya bank syariah yang ada di
Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang telaah pustaka,
kerangka teori, kerangka penelitian, dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang jenis penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi konsep dan
operasional, dan alat analisis data.
BAB IV ANALISIS DATA
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang deskripsi obyek
penelitian dan analisis data mendapatkan jawaban atas permasalahan
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang kesimpulan dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian mengenai CSR pada bank di Indonesia telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Peneliti yang meneliti tentang pengaruh
profitabilitas terhadap CSR adalah Gestari (2014), Dhiyaul-Haq dan
Santioso (2016) dan Astuti (2014) bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengungkapan ISR. Beberapa penelitian
tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Istiani
(2015) dengan hasil penelitian yang menujukkan Profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap ISR. dan Santoso dan Chandra (2012)
dengan hasil penelitian yang menujukkan Profitabilitas berpengaruh
signifikan terhadap CSR.
Peneliti yang meneliti tentang pengaruh Leverage terhadap CSR
adalah Astuti (2014) dengan hasil penelitian leverage berpengaruh positif
terhadap pengungkapan ISR. Cahya (2010) dengan hasil penelitian
menunjukkan leverage berpengaruh signifikan terhadap CSR. Kedua
penelitian itu berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh
Trisnawati (2014) dengan hasil penelitian Leverage tidak berpengaruh
pengungkapan CSR dan Swastiningrum (2013) dengan hasil penelitian
Peneliti yang meneliti tentang pengaruh Ukuran Perusahaan
terhadap CSR adalah Rama (2014) dengan hasil penelitian Ukuran bank
berpengaruh signifikan positif terhadap ISR. Penelitian itu didukung oleh
penelitian Alvianti dan Trisnawati (2014) dan Mutmainah (2016) yang
menunjukkan hasil penelitian Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap CSR,. Hasil ketiga penelitian itu bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2015) dengan hasil penelitian yang
menunjukkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap ISR dan
Rahayu dan Cahyati (2014) dengan hasil penelitian yang menunjukkan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap CSR .
Peneliti yang meneliti tentang pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
terhadap CSR dilakukan oleh Dewi dan Priyadi (2013) menunjukan bahwa
ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Corporate Social
Responsibility Disclosure. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Khoirudin (2013) dengan hasil penelitian ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap Pengungkapan ISR.
Kedua penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Trisnawati (2014) dengan hasil penelitian ukuran dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap CSR.
Penelitian Frekuensi Rapat Dewan Komisari terhadap CSR
dilakukan oleh Gestari (2014) dalam penelitiannya bahwa frekuensi rapat
dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
oleh Haribowo (2015) dengan hasil penelitian Frekuensi Rapat Dewan
Komisaris tidak berpegaruh signifikan terhadap CSR. Kedua penelitian itu
berbanding terbalik dengan penelitian yang di lakukan oleh.Sinaga (2011)
dengan hasil penelitian yang menunjukan Frekuensi Rapat Dewan
Komisaris berpengaruh signifikan terhadap pelaporan Corporate Social
Responsibility.
Judul penelitian Variabel penelitian Metode Hasil penelitian
(2015) Corporate
Sumber: berbagai penelitian yang diolah, 2017
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas peneliti menemukan
adanya penelitian yang sama-sama menggunakan variabel independen
yang sama dan digunakan sebagai variabel yang mempengaruhi
pengungkapan tanggung jawab sosial, tetapi mempunyai hasil yang
berbeda. Perbedaan temuan tersebut menjadi salah satu alasan untuk
dilakukan kembali penelitian supaya mendapatkan jawaban yang sesuai.
Peneliti menemukan hasil penelitian yang tidak sesuai dengan teori
yaitu dalam teori korporasi berkelanjutan yang menyatakan profitabilitas
pengungkapan tanggung jawab sosial, akan tetapi ada temuan penelitian
bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial.
Peneliti juga menemukan hasil penelitian yang tidak sesuai dengan
teori yang lainnya yaitu dalam teori stakeholder bahwa semakin besar
ukuran perusahaan maka tuntutan stakeholders atas manfaat keberadaan
perusahaan tersebut cenderung lebih besar (Yuliawati, 2015: 3), sehingga
ukuran perusahaan seharusnya berpengaruh tetapi ada penelitian yang
memberikan hasil penelitian ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Pembeda penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu adanya
research gap, temuan penelitian, objek yang diambil dan periode tahun
untuk melakukan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan berbeda
dengan penelitian sebelumnya.
B. Kerangka Teori
1. Teori Korporasi Berkelanjutan
Korporasi berkelanjutan dapat dilihat sebagai paradigma
manajemen korporasi baru dan berkembang. Paradigma bahwa
korporasi berkelanjutan menjadi sebuah alternatif untuk pertumbuhan
tradisional dan model laba maksimalisasi. Sementara itu Korporasi
Berkelanjutan mengakui bahwa pertumbuhan dan profitabilitas
korporasi yang penting juga memerlukan korporasi untuk mengejar
perlindungan lingkungan, keadilan sosial dan pembangunan ekonomi
(Untung, 2014: 32-33).
Sebuah literatur menunjukan bahwa konsep korporasi
berkelanjutan meminjam elemen dari empat konsep (Wilson, 2003)
yaitu pembangunan berkelanjutan, tanggung jawab sosial korporasi,
teori stakeholder, dan teori akuntabilitas korporasi (Untung, 2014: 33).
2. Teori Legitimasi
Teori Legitimasi menjelaskan adanya keinginan masyarakat
terhadap keberadaan perusahaan. Masyarakat memiliki kekuatan untuk
mengalahkan segala bentuk kekuasaan perusahaan. Oleh sebab itu
legitimasi masyarakat terhadap keberadaan perusahaan menjadi
sesuatu yang penting untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan (Firmansyah, 2013: 20).
Legitimacy Theory menyebutkan bahwa legitimasi memandang
bahwa perusahaan dan komunitas sekitarnya memiliki relasi sosial
yang berkaitan erat karena keduanya terikat dalam suatu kontrak
sosial. Perusahaan memiliki kewajiban kepada masyarakat untuk
memberi suatu yang bermanfaat kepada masyarakat. Salah satu cara
yang dilakukan adalah dengan cara memenuhi dan mematuhi aturan
dan norma yang berlaku di masyarakat. (Lako, 2011: 5).
3. Teori Stakeholder
Teori ini pertama kali dipopulerkan oleh R. Edward Freeman yang
individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian
tujuan organisasi. Semakin kuat hubungan korporasi semakin mudah
dan sebaliknya. Hubungan itu berdasarkan kepercayaan, rasa hormat
dan kerjasama.
Teori ini pada awalnya berkonsep manajemen strategis dan
tujuannya untuk membantu memperkuat hubungan dengan kelompok
eksternal untuk mengembangkan keunggulan kompetitif. Namun ada
pengakuan umum tujuan utamanya adalah stabilitas ekonomi,
perlindungan lingkungan dan keadilan sosial (Untung, 2014: 42).
Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa semakin besar ukuran
perusahaan maka tuntutan stakeholder atas manfaat keberadaan
perusahaan tersebut cenderung lebih besar (Yuliawati, 2015: 3).
4. Teori Agency
Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham atau diterjemahkan sebagai memaksimumkan nilai
perusahaan melalui harga saham. Dalam kenyataannya banyak manajer
perusahaan memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan
tujuan utama perusahaan (Yudiana, 2013, 20).
Hendriksen (2001) dalam Harto dan Widayuni (2014) menjelaskan
bahwa dalam teori agensi memuat hubungan keagenan atau kontrak
kerja yang melibatkan antara dua pihak. Kontrak kerja terjalin antara
pihak prinsipal dengan pihak agen. Pihak agen menutup kontrak untuk
menutup kontrak untuk memberikan imbalan pada pihak agen
(Cahyati, 2014: 76). Pihak agensi yang dimaksud adalah manajemen
perusahaan, sedangkan pihak prinsipal yaitu para pemegang saham.
Jadi, teori ini membicarakan masalah hubungan antara manajemen
perusahaan dengan para pemegang saham. Hubungan antara keduanya
sering bermasalah karena perbedaan kepentingan, sehingga
menimbulkan konflik.
5. Bank Umum Syariah
Menurut undang-undang pasal 2 PBI No.6/24/PBI/2004,
berdasarkan prinsip syariah, menjelaskan definisi bahwa bank umum
syariah merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberi jasa
dalam lalu lintas pembayaran (Yudiana, 2014: 2).
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Muthaher, 2012: 13-14).
Berdasarkan fungsinya Bank Syariah mempunyai fungsi sebagai
berikut (Yudiana, 2014: 3-5):
a. Sebagai Manajemen Investasi yaitu membantu masyarakat dengan
cara menyalurkan dananya dalam berbagai macam alternatif
investasi yang halal, yang pada pelaksanaanya produk bank yang
b. Intermediary agent yaitu bank syariah harus bertindak sebagai
perantara antara pihak yang berkelebihan dana dan ingin
menginvestasikan dananya dengan pihak yang memerlukan dana.
Kontrak yang digunakan untuk menjalankan fungsi ini yaitu
kontrak murabahah, musyarakah, ba’i as salam, ba’i istishna, dan ijarah.
c. Jasa Keuangan yaitu bank syariah dapat menawarkan beberapa jasa
keuangan dan mendapatkan upah dalam sebuah kontrak perwakilan
atau penyewaan.
d. Jasa Sosial yaitu perbankan syariah dapat meakukan jasa sosial
melalui dana qard pinjaman kebaikan, zakat atau dana sosial yang
sesuai dengan ajaran Islam.
6. Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR merupakan komitmen berkelanjutan dari dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan
ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas (Untung,
2014: 3).
CSR adalah salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan
kepada pemangku kepentingan (stakeholders). Pemangku kepentingan
yang dimaksut yaitu orang atau kelompok yang dapat mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi
perusahaan (Solihin, 2009:4). Dalam CSR, perusahaan tidak
bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi
keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada
triple bottom lines, selain aspek financial juga sosial dan lingkungan
(Rama, 2014: 96).
CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan
dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitiberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek
ekonomis, sosial, dan lingkungan (Bassam, dkk., 2006: 272).
Prinsip-prinsip CSR yang diatur dalam Good Corporate
Governance (GCG) secara umum terdiri dari (Untung, 2014: 8-9) :
a. Prinsip Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini mewajibkan direksi perusahaan bertanggung jawab
atas keberhasilan pengelolaan perusahaan untuk mewujudkan
tujuan perusahaan. Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan
terhadap direksi. Tanggung jawab tersebut harus diemban untuk
kepentingan perusahaan dan dipertanggung jawabkan kepada
pemegang saham perusahaan.
b. Prinsip Keterbukaan (Transparancy)
Prinsip ini menginginkan adanya laporan yang akurat dan tepat
perihal keuangan, pengelolaan dan perubahan-perubahan pengurus,
saham, dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh direksi ataupun
c. Kewajaran (fairness)
Prinsip kewajaran memberikan perlindungan terhadap
kepentingan minoritas, khususnya para pemegang saham minoritas
untuk mendapat perlakuan yang adil.
d. Tanggung Jawab (Responsibility)
Prinsip ini menegaskan kepada pengurus perseroan untuk
mematuhi peraturan oleh pengelola perusahaan ataupun
stakeholder yang berkesinambungan dengan perusahaan.
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas, prinsip yang berhubungan kuat
dengan pelaksanaan CSR adalah prinsip responsibility, karena prinsip
tersebut mengedepankan kepentingan stakeholder.
7. Islamic Sosial Responsibility (ISR)
Islamic Sosial Responsibility (ISR) adalah pelaporan sosial yang
meliputi bukan hanya harapan dewan pengurus atas pandangan
masyarakat dalam ekonomi tetapi memenuhi prespektif spiritual untuk
pengguna laporan muslim (Kariza, 2015: 2).
Indeks ISR memuat kompilasi item–item standar CSR yang ditetapkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) yang kemudian dikembangkan oleh
para peneliti mengenai item–item CSR yang seharusnya diungkapkan oleh suatu entitas Islam (Fitria dan Hartanti, 2010). Tema-tema
tema produk dan jasa, tema tenaga kerja, tema sosial, tema lingkungan
dan tema tata kelola perusahaan (Wulandari, 2015: 7).
Berikut ini tema-tema ISR yang digunakan dalam penelitian ini
yang mengacu pada penelitian yang sudah dilakukan dan
dikembangkan oleh penelitian sebelumnya (Istiani, 2015: 25) dan
mengembangkannnya pada tema-tema tertentu menurut
peneliti-peneliti yang sebelumnya. Tema-tema ISR dalam peneliti-penelitian Istiani
(2015) yaitu :
a. Keuangan dan Investasi
Pengungkapan pada tema ini adalah praktik operasional yang
mengandung riba, gharar, aktivitas pengelolaan zakat, laporan
sumber dan penggunaan dana zakat, dan investasi yang dilakukan
oleh bank syariah.
b. Produk dan Pelayanan
Pengungkapan pada tema ini adalah status kehalalan produk yang
digunakan dan pelayanan atas keluhan konsumen.
c. Tenaga Kerja
Pengungkapan pada tema ini adalah etika amanah dan keadilan.
Etika tersebut dilakukan dengan memberikan perlakuan yang adil
kepada semua karyawan. Untuk mengetahuinya bisa dilihat dari
informasi gaji, karakteristik pekerjaan, hari kerja dan hari libur,
kesempatan yang sama dalam lingkungan kerja, dan apresiasi
terhadap karyawan yang berprestasi.
d. Masyarakat
Pengungkapan pada tema ini adalah pentingnya saling berbagi dan
saling meringankan masyarakat. Tindakan yang bisa dilakukan
bank syariah adalah dengan sedekah, wakaf, qard, sukarelawan
dari kalangan karyawan, pemberian beasiswa pendidikan,
pengembangan generasi muda, peningkatan kulitas hidup untuk
masyarakat miskin, kepedulian, kegiatan sosial, dan dukungan atas
kegiatan kesehatan, liburan, olahraga, budaya, pendidikan serta
agama.
e. Lingkungan
Pengungkapan pada tema ini adalah penggunaan sumber daya dan
program yang dilakukan untuk melindungi lingkungan.
f. Tata Kelola Perusahaan
Pengungkapan pada tema ini adalah status kepatuhan syariah,
rincian nama dan profil direksi, Dewan Pengawas Syariah (DPS)
dan Komisaris, laporan kinerja komisaris, DPS, Direksi, kebijakan
remunerasi komisaris, sruktur kepemilikan saham, kebijakan anti
korupsi, dan anti terorisme.
8. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan
perusahaan berarti semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan atau laba, sehingga mempengaruhi tingkat
pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.
Profitabilitas merupakan suatu rasio yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana bank memperoleh suatu profit atau
keuntungan. Analisa profitabilitas ini akan menggambarkan kinerja
yang sifatnya fundamental terhadap suatu perusahaan atau bank yang
ditinjau dari tingkat efesiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam
memperoleh laba. Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2012:
196). Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat
penjualan, aset, modal saham tertentu (Mamduh, 2008: 42).
Profitability ratio merupakan rasio yang mengukur keuntungan dari
segi penjualan (return on sales), keuntungan dari aktiva (return on
asset) dan keuntungan dari investasi (return on investment) (James,
2008: 47).
9. Leverage
Leverage adalah perbandingan antara total hutang dengan total
asset yang dinyatakan dengan presentase (Yudiana, 2013: 80).
Menurut Watt dan Zimmerman (1990) leverage adalah alat yang
perusahaan kepada kreditur untuk membiayai aset perusahaan (Dewi,
2013: 3).
Tingkat leverage digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam meyelesaikan kewajibanya kepada pihak lain. Perusahaan
dengan tingkat leverage tinggi akan mengurangi tanggung jawab
sosialnya (Cahyati, 2014: 78).
Apriwenni mengatakan bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang
lebih luas dari pada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah
(Dewi, 2013: 7). Perusahaan dengan leverage yang tinggi perlu
memberikan pengungkapan yang lebih luas karena sebelumnya para
investor maupun kreditor harus mengetahui seberapa besar
kemampuan dalam membayar hutang (Lestari, 2015: 10).
10.Ukuran Perusahaan
Menurut Yuliani (2012) Ukuran perusahaan adalah suatu skala
besar kecilnya perusahaan yang dapat diklasifikasikan berdasarkan
total aset, jumlah tenaga kerja, nilai saham ataupun dari segi lainnya
(Astuti,2014: 5).
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengukur besar
kecilnya perusahaan. Sesuai teori stakeholder, semakin besar ukuran
perusahaan maka tuntutan stakeholder atas manfaat keberadaan
Ukuran perusahaan adalah skala yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan (Yuliawati, 2015: 5).
11.Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam
perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan komisaris ini
berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh
manajemen (direksi) (Sukmawati, 2013: 3).
Semakin banyak dewan komisaris semakin banyak kontribusi dan
saran kepada pihak manajemen untuk mengungkapkan tanggung jawab
sosial perusahaannya (Gestari, 2014: 6).
12.Frekuensi Rapat Dewan Komisaris.
Frekuensi Rapat Dewan Komisaris yang diadakan dalam
rapat-rapat rutin dalam mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh
dewan direksi dan implementasinya. Frekuensi Rapat Dewan
Komisaris menjadikan pengawasan efektif sehingga kinerja
perusahaan semkin baik. Jika perusahaan semakin baik maka
C. Kerangka Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka penelitian
Berdasarkan gambar 2.1 di atas, pengaruh dari setiap variabel
independen terhadap variabel dependen dijelaskan berdasarkan teori yang
mendukung yaitu:
1. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap CSR.
Sesuai teori korporasi berkelanjutan yang menjelaskan bahwa
pertumbuhan dan profitabilitas korporasi memerlukan korporasi untuk
mengejar tujuan sosial, seperti pembangunan bekelanjutan,
perlindungan lingkungan, keadilan sosial dan pembangunan ekonomi
(Untung, 2014: 32-33). Teori ini memuat aspek dalam pengungkapan
CSR yaitu tujuan sosial yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap
pengungkapan C
2. Leverage berpengaruh positif terhadap CSR.
Deegan (2004) menjelaskan bahwa teori stakeholder menyatakan
bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk memperoleh
informasi mengenai aktifitas perusahaan yang mempengaruhi mereka
Corporate Social Responsibility (CSR)
+ +
+
+
Profitabilitas (X1)
+
Leverage (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Ukuran Dewan Komisaris (X4)
(Widarjo, 2011: 159). Leverage merupakan salah satu informasi dari
perusahaan yang bisa diketahui oleh stakeholder. Informasi tersebut
dapat digunakan stakeholder untuk mengetahui aktifitas perusahaan.
Aktifitas yang dilakukan perusahaan selain dari kegiatan operasional
juga dari kegiatan sosial. Salah satu kegiatan sosial dapat berupa
kegiatan dalam aspek CSR. Berdasarkan teori tersebut leverage
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
3. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR.
Sesuai teori stakeholder, di mana semakin besar ukuran perusahaan
maka tuntutan stakeholder atas manfaat keberadaan perusahaan
tersebut cenderung lebih besar (Yuliawati, 2015: 3). Manfaat
perusahaan dapat diberikan kepada pihak pemegang saham ataupun
stakeholder. Manfaat tersebut dapat berupa pemberian donasi bantuan
bencana, reward karyawan yang berprestasi, dukungan penanaman
seribu pohon dan yang lainnya. Manfaat yang disebutkan menjadi
bagian dari aspek CSR. Oleh sebab itu ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap pengungkapan CSR.
4. Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap CSR.
Teori Legitimasi menjelaskan adanya keinginan masyarakat terhadap
keberadaan perusahaan. Masyarakat memiliki kekuatan untuk
mengalahkan segala bentuk kekuasaan perusahaan. Oleh sebab itu
legitimasi masyarakat terhadap keberadaan perusahaan menjadi
diinginkan (Firmansyah, 2013: 20). Untuk menghindari hal tersebut,
maka salah satu upaya perusahaan adalah melakukan pengawasan
terhadap perusahaan. Salah satu pengawasan perusahaan dapat
dilakukan oleh Dewan Komisaris. Sehingga Ukuran Dewan Komisaris
berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR. Diperkuat dengan
teori agensi, bahwa anggota dewan komisaris yang lebih besar akan
memudahkan pengendalian terhadap agen dan monitoring yang
dilakukan akan semakin efektif, sehingga dapat mengurangi tindakan
menyimpang dari agen. Selain itu, tekanan yang lebih besar terhadap
manajemen mendorong manajemen untuk melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial yang lebih besar (Dewi, 2013: 7).
5. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap CSR.
Sesuai dengan teori legitimasi yang menjelaskan keinginan masyarakat
terhadap keberadaan perusahaan. Masyarakat memiliki kekuatan untuk
mengalahkan segala bentuk kekuasaan perusahaan (Firmansyah, 2013:
20). Salah satu upaya perusahaan adalah melakukan pengawasan
terhadap perusahaan. Tindakan pengawasan yang dilakukan bisa
diprediksikan berdasarkan musyawarah pemangku kepentingan
perusahaan. Salah satunya dipengaruhi oleh rapat dewan komisaris.
Sehingga frekuensi rapat dewan komisaris memungkinkan untuk
berpengaruh terhadap pengungkapan CSR . Diperkuat dengan argumen
bahwa Frekuensi Rapat Dewan Komisaris yang diadakan dalam
dewan direksi dan implementasinya. Frekuensi Rapat Dewan
Komisaris menjadikan pengawasan efektif sehingga kinerja
perusahaan semkin baik. Jika perusahaan semakin baik maka
pengungkapan tanggung jawab sosial semakin luas (Gestari, 2014: 7).
D. Hipotesis
1. Profitabilitas mempengaruhi pengungkapan CSR
Dalam teori korporasi berkelanjutan dijelaskan bahwa
pertumbuhan dan profitabilitas korporasi memerlukan korporasi untuk
mengejar tujuan sosial, seperti pembangunan bekelanjutan,
perlindungan lingkungan, keadilan sosial dan pembangunan ekonomi
(Untung, 2014: 32-33). Teori ini memuat aspek dalam pengungkapan
CSR yaitu tujuan sosial yang dimiliki perusahaan.
Anggraini (2006) menyatakan bahwa profitabilitas adalah faktor
yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada manajemen
untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham
program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Trisnawati, 2014:
373).
Hackston dan Milne mengatakan bahwa suatu perusahaan yang
mempunyai profitabilitas yang tinggi seharusnya melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan secara transparan. Namun pada
realitanya bank domestik belum melaksanakannya secara transparan.
Deskripsi-deskripsi di atas menunjukkan adanya ketidakselerasan
perusahaan perbankan tidak hanya bertanggung jawab kepada investor
dan manajemen, tetapi juga pada masyarakat yang lebih luas (Cahya,
2011: 4).
Berdasarkan teori korporasi berkelanjutan dan argumen-argumen
yang mendukung dari penelitian sebelumnya, maka peneliti menduga
bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
H1 : Variabel Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah.
2. Leverage mempengaruhi pengungkapan CSR.
Tingkat Leverage adalah untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam menyelesaikan semua kewajibannya (Wahyuni, 2014 :78).
Berdasarkan teori stakeholder, Leverage merupakan salah satu
informasi dari perusahaan yang bisa diketahui oleh stakeholder.
Informasi tersebut dapat digunakan stakeholder untuk mengetahui
aktifitas perusahaan. Aktifitas yang dilakukan perusahaan selain dari
kegiatan operasional juga dari kegiatan sosial. Salah satu kegiatan
sosial dapat berupa kegiatan dalam aspek CSR.
Apriwenni mengatakan bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan pengungkapan yang
lebih luas dari pada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah
(Dewi, 2013: 7). Perusahaan dengan leverage yang tinggi perlu
investor maupun kreditor harus mengetahui seberapa besar
kemampuan dalam membayar hutang (Lestari, 2015: 10).
Berdasarkan teori stakeholder dan argumen-argumen yang
mendukung dari penelitian sebelumnya, maka peneliti menduga bahwa
leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
H2 : Variabel Leverage berpengaruh positif terhadap Pengungkaan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah.
3. Ukuran Perusahaan mempengaruhi pengungkapan CSR.
Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar atau
kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang lebih besar melakukan
aktivitas yang lebih banyak, menyebabkan dampak yang lebih besar
terhadap lingkungan, memiliki lebih banyak pemegang saham yang
mungkin berkepentingan dengan program sosial perusahaan dan
laporan keuangan menyediakan alat yang efesien dalam
mengkomunikasikan informasi sosial perusahaan (Lestari, 2015: 10).
Sesuai teori stakeholder, di mana semakin besar ukuran perusahaan
maka tuntutan stakeholder atas manfaat keberadaan perusahaan
tersebut cenderung lebih besar (Yuliawati, 2015: 3). Manfaat
perusahaan dapat diberikan kepada pihak pemegang saham ataupun
Berdasarkan teori stakeholder dan argumen-argumen yang
mendukung dari penelitian sebelumnya, maka peneliti menduga bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan CSR.
H3 : Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Bank Umum Syariah.
4. Ukuran Dewan Komisaris mempengaruhi pengungkapan CSR.
Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah
anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan, maka
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat perusahaan akan
semakin luas. Menurut teori agensi, anggota dewan yang lebih besar
akan memudahkan pengendalian terhadap agen dan monitoring yang
dilakukan akan semakin efektif sehingga dapat mengurangi tindakan
menyimpang dari agen. Selain itu, tekanan yang lebih besar terhadap
manajemen akan mendorong manajemen melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial yang lebih besar (Dewi, 2013: 7).
Dalam teori legitimasi dijelaskan bahwa masyarakat memiliki
kekuatan untuk mengalahkan segala bentuk kekuasaan perusahaan.
Oleh sebab itu legitimasi masyarakat terhadap keberadaan perusahaan
menjadi sesuatu yang penting untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan (Firmansyah, 2013: 20). Untuk menghindari hal tersebut,
terhadap perusahaan. Salah satu pengawasan perusahaan dapat
dilakukan oleh Dewan Komisaris.
Coller dan Gregory (1999) dalam Sembiring (2005) menyatakan
bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan
semakin mudah mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan
akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan
semakin besar untuk mengungkapkan CSR (Trisnawati, 2014: 374).
Berdasarkan teori agensi, teori legitimasi dan argumen-argumen
yang mendukung dari penelitian sebelumnya, maka peneliti menduga
bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR.
H4 : Variabel Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
pada Bank Umum Syariah.
5. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris mempengaruhi pengungkapan
CSR.
Dalam teori legitimasi dijelaskan bahwa masyarakat memiliki
kekuatan untuk mengalahkan segala bentuk kekuasaan perusahaan.
Oleh sebab itu legitimasi masyarakat terhadap keberadaan perusahaan
menjadi sesuatu yang penting untuk menghindari kejadian yang tidak
diinginkan (Firmansyah, 2013: 20). Salah satu upaya perusahaan untuk
pengawasan terhadap perusahaan. Tindakan pengawasan yang
dilakukan bisa diprediksikan berdasarkan musyawarah pemangku
kepentingan perusahaan. Salah satunya dipengaruhi oleh rapat dewan
komisaris.
Frekuensi Rapat Dewan Komisaris menjadikan pengawasan efektif
sehingga kinerja perusahaan semakin baik. Jika perusahaan semakin
baik maka pengungkapan tanggung jawab sosial semakin luas (Gestari,
2014: 7).
Sinaga (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa frekuensi
rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap pelaporan CSR. (Sinaga,
2011: 6).
Berdasarkan teori legitimasi dan argumen-argumen yang
mendukung dari penelitian sebelumnya, maka peneliti menduga bahwa
frekuensi rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
pengungkapan CSR.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian Kuntitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menekankan analisisnya pada data-data angka (numerikal) (Azwar, 2014:
5). Penelitian ini juga menjelaskan secara deskriptif yaitu bertujuan untuk
mendeskripsikan mengenai subjek dan objek penelitian berdasarkan data
yang bersangkutan (Azwar, 2014: 126).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi
juga diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek
atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Arikunto, 2006: 130).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 13 bank yang
terdaftar sebagai bank umum syariah pada website Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Daftar populasi yang digunakan yaitu:
Tabel 3.1
Daftar Populasi Penelitian
No Bank Umum Syariah
1. PT. Bank Aceh Syariah 2. PT. Bank Muamalat Indonesia 3. PT. Bank Victoria Syariah 4. PT. Bank BRI Syariah
5. PT. Bank Jabar Banten Syariah 6. PT. Bank BNI Syariah
7. PT. Bank Syariah Mandiri 8. PT. Bank Mega Syariah 9. PT. Bank Panin Syariah 10. PT. Bank Syariah Bukopin 11. PT. BCA Syariah
12. PT. Maybank Syariah Indonesia
13. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Sumber: data yang diolah, 2017
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2007:81).
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Azwar, 2014:79).
Sampel menggunakan data yang diukur dalam suatu skala numerik
atau yang sering dikenal dengan data kuantitatif. Data yang digunakan
adalah data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari
laporan tahunan (annual report) bank umum syariah yang memenuhi
yang digunakan berasal dari bank syariah di Indonesia periode
2011-2016.
Metode penelitian ini menggunakan metode purposive sampling,
yaitu sampel yang diambil dengan menggunakan pertimbangan untuk
mendapatkan sampel yang sesuai kriteria (Sinaga, 2011: 78). Kriteria
penunjukan sampel yang digunakan adalah
a. Bank merupakan bank umum syariah di Indonesia yang telah
memiliki annual report yang memuat data yang dibutuhkan.
b. Annual report bank sudah dipublikasikan di website bank yang
bersangkutan dan bisa diakses dari tahun 2011-2016.
c. Bank yang memberikan laba yang baik.
d. Bank memuat data yang diperlukan.
Dari kriteria-kriteria di atas, maka bank yang dijadikan sampel pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2
Daftar Sampel Bank Umum Syariah
No Bank Umum Syariah Kode Bank
1. PT. Bank Muamalat Indonesia BMI
2. PT. Bank BRI Syariah BRIS
3. PT. Bank BNI Syariah BNIS
4. PT. Bank Syariah Mandiri BSM
5. PT. Bank Mega Syariah BMS
6. PT. Bank Panin Syariah BPS 7. PT. Bank Syariah Bukopin BSB
8. PT. BCA Syariah BCAS
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dapat dikumpulkan melalui instrumen,
pengumpulan data, observasi, maupun melalui data dokumentasi baik
berupa primer ataupun data sekunder (Azwar, 2014: 36).
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan dua cara (Putra, 2013: 55) yaitu
a. Metode kepustakaan
Metode dengan cara penggunaan berbagai macam jurnal, artikel
ataupun literatur yang berkaitan dengan penelitian.
b. Metode dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang
menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini berupa annual
report bank syariah yang bersangkutan dan dari website OJK.
2. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2005: 122).
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar,
2014: 91). Data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk jadi
(sudah dikumpulkan oleh pihak tersebut), misalnya diperoleh dari
lainnya. Data tersebut digunakan untuk menganalisis pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Sumber data dalam
penelitian ini berasal dari annual report bank syariah yang
bersangkutan pada periode 2011 sampai dengan 2016 dan website
OJK.
D. Definisi Operasional dan Konsep
1. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
CSR dengan pengukuran indeks ISR. Indeks ISR dalam penelitian ini
berdasarkan metode content analysis yang dibuat oleh Haniffa (2002)
dan Othman dkk. (2009) dalam skripsi Istiani (2015) dengan beberapa
penyesuaian (Istiani, 2015: 47) dan berdasarkan penelitian-penelitian
yang lainnya.
Sekaran dalam Rizkiningsih (2012) menjelaskan bahwa content
analysis adalah metode penelitian observasi yang digunakan untuk
mengevaluasi secara sistematis isi dari suatu informasi (Ningrum dkk,
2013: 433). Analisis isi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menganalisis annual report bank syariah yang bersangkutan.
Metode content analysis dengan pemberian nilai (scoring) dengan
nilai 0 untuk item yang tidak diungkapkan, dan nilai 1 untuk item yang
diungkapkan (Istiani, 2015: 48). Berdasarkan indeks ISR, maka 6
indikator indeks ISR akan dikembangkan menjadi 50 item. Item-item
Besarnya level pengungkapan (disclosure) setelah selesai dalam
scoring dapat ditentukan dengan rumus (Istiani, 2015: 48):
2. Variabel Independen
a. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan rasio yang mencerminkan hasil akhir
dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional
(Bringham dan Houston, 2010: 146).
Menurut Khairunnisa (2010) Profitabilitas bisa diproksikan
dengan return On asset (ROA). Pada penelitian ini rasio ROA
digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan untuk
menghasilkan laba. Semakin besar ROA, semakin besar pula
pengungkapan ISR (Dhiyaul-Haq, 2016: 7).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
b. Leverage
Leverage yaitu perbandingan antara total hutang dengan total
asset yang dinyatakan dalam presentase (Yudiana, 2013: 80).
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar
perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage tinggi
asetnya. Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage
lebih rendah lebih banyak membiayai asetnya dengan modal
sendiri. Tingkat leverage perusahaan menggambarkan risiko
keuangan perusahaan (Sukmawati, 2013: 6). Leverage dalam
penelitian ini menggunakan rasio Debt Equity Ratio (DER)
(Wahyuni, 2013: 80). Rasio Debt Equity Ratio (DER) dirumuskan
sebagai berikut:
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengukur besar
kecilnya perusahaan. Sesuai teori stakeholder, semakin besar
ukuran perusahaan maka tuntutan stakeholders atas manfaat
keberadaan perusahaan tersebut cenderung lebih besar (Yuliawati,
2015: 3). Ukuran perusahaan adalah skala yang menunjukkan besar
kecilnya perusahaan (Yuliawati, 2015: 5).
Rasio ukuran perusahaan = Logaritma natural (Total Aset)
= Ln (Total Aset) (Yuliawati, 2015: 5).
d. Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam
perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan komisaris
berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan
Ukuran dewan komisaris dapat dilihat berdasarkan banyaknya
jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan
(Sukmawati, 2013: 11).
UDK = Jumlah anggota dewan komisaris perusahaan (bank
syariah).
e. Frekuensi Rapat Dewan Komisaris
Frekuensi Rapat Dewan Komisaris adalah jumlah pertemuan
yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dalam waktu satu tahun.
Skala yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah skala
nominal dengan indikator jumlah rapat yang diambil dari annual
report bank yang bersangkutan pada laporan tata kelola perusahaan
(Sinaga, 2011: 9).
E. Alat Analisis
Analisis data ini dilakukan dengan Uji Statistik Deskriptif dan Uji
Regresi berganda. Setelah uji regresi akan dilakukan uji asumsi klasik
sebagai penguat hasil uji regresi berganda.
Analisis data dimulai dengan uji stasioneritas, di mana uji ini untuk
mengetahui data stasioner atu tidak (Winarno, 2015: 11.2). Apabila data
stasioner maka data itu valid untuk diolah atau dilanjutkan.
Dalam penelitian ini aplikasi yang nantinya akan digunakan dalam
mengelola data yaitu SPSS 20 dengan menggunakan analisis regresi
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
bisa dilihat berdasarkan nilai-nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, dan range (Ghozali, 2013 : 19).
Statistik deskriptif mendeskriptifkan data menjadi sebuah informasi
yang lebih jelas dan mudah dipahami.
2. Uji Regresi Berganda
Uji Regresi Berganda yaitu suatu analisis suatu asosiasi yang
digunakan secara bersamaan untuk meneliti pengaruh dua variabel atau
lebih terhadap satu variabel yang tergantung dengan skala interval
(Sarwono, 2009: 210). Uji regresi ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Persamaan Regresi Berganda adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013:
99) yaitu:
Y = β0+ β1X1+ β2 X1 + β3X3 + β4X4+ β5X5 + e
Keterangan:
Y = CSR
β0 = Konstanta
β1,2,3,4,5 = Koefisien Variabel X1,2,3,4,5
X1 = Profitabilitas (ROA)
X2 = Leverage (DER)
X3 = Ukuran Perusahaan (Ln)