1 | P a g e
PENGARUH PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN,
JUMLAH RAPAT DEWAN KOMISARIS
DAN JUMLAH RAPAT KOMITE AUDIT TERHADAP CORPORATE
ENVIRONMENTAL DISCLOSURE
(Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2013)
Rudi Dharma Putra1, Yunilma1, Arie Frianola Minovia2,
1
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta Email : rudi.dharmaputra@yahoo.com
ABSTRACT
This study aimed to demonstrate empirically the effect of proportion of independent commissioner, the number of commissary chamber meeting, the number of audit committee meeting to corporate environmental disclosure. Population of this study is mining company listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) from year 2010 until 2013. The sample is selected using purposive sampling method. The data used in this study is secondary, taken from annual reports.
The hypothesis testing is peformed by using multiple linear regression test. The result from this research shows that the proportion of independent commissioner, the number of commissary chamber meeting, the number of audit committee meeting are not significantly affect the corporate environmental disclosure.
Keywords : Proportion of independent commissioner, The number of commissary chamber meeting, The number of audit committee meeting, Corporate environmental disclosure
PENDAHULUAN
Perusahaan didirikan sebagai
organisasi yang bertujuan untuk
mendapatkan laba, selain itu perusahaan juga harus memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan disekitarnya, misalnya memberikan lapangan kerja, menyediakan barang-barang konsumsi, sebagai penyedia kebutuhan konsumen dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial serta memelihara lingkungan. Tetapi tidak dapat
dipungkiri selain memberikan manfaat,
sebagian perusahaan juga membawa
dampak buruk lingkungan dan masyarakat sekitar. Beberapa perusahaan memberikan dampak buruk melalui aktifitas-aktifitas
perusahaannya, seperti pencemaran
lingkungan yang meliputi polusi,
pembuangan limbah, pencemaran air dan kerusakan alam lainnya yang dapat merugikan lingkungan dan masyarakat
2 | P a g e
yang berada di sekitar perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan mempunyai
pengaruh terhadap kerusakan sumber daya alam yang disebabkan adanya aktivitas dari
perusahaan tersebut yang dapat
mengakibatkan rusaknya lingkungan di sekitar perusahaan.
Di Indonesia masalah pencemaran lingkungan juga telah banyak terjadi, seperti kasus PT. Galuh Cempaka di Banjarbaru. Perusahaan tersebut bergerak
dalam bidang pertambangan intan,
perusahaan tersebut membuang limbah industri ke aliran sungai yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat sekitar. Pencemaran tersebut
berupa limbah padat, diantaranya
pembuangan bekas tempat oli dan bahan yang mengandung zat kimia lainnya. Selain itu, perusahaan juga melakukan kerusakan lingkungan dengan membuang limbah cair yang terbukti mengandung
racun dan mengancam terjadinya
kerusakan motorik saraf warga.
Permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan PT. Galuh Cempaka seakan menjadi benalu yang menguras sumber kekayaan alam, dan sekaligus
memberikan dampak kerusakan bagi
lingkungan yang akhirnya akan
memberikan kerugian yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat di Indonesia. (antaranews.com).
Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), pusat perhatian
yang dilayani perusahaan hanya
kepentingan stockholders, sedangkan pihak yang lain sering di abaikan (Ayuna, 2008). Hal tersebut diperkuat dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia saat ini belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggung jawab
perusahaan terhadap lingkungan
(Suhardjanto, 2008). Akibatnya perusahaan
kurang termotivasi dan cenderung
mengabaikan tindakan untuk melaporkan pengungkapan lingkungan (environmental
disclosure) yang dapat merugikan bagi stakeholders.
Brown dan Deegan (1998) dalam
Sanjaya (2013) mengemukakan
environmental disclosure penting untuk di
lakukan, karena melalui environmental
disclosure pada laporan tahunan perusahaan, masyarakat dapat memantau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan dalam rangka memenuhi
tanggung jawab sosialnya. Dengan adanya
laporan pengungkapan lingkungan
(environmental disclosure) memiliki pengaruh positif bagi perusahaan yaitu berupa citra yang baik dimata masyarakat.
Menurut O’Donovan (2002) dalam Sanjaya (2013) beberapa manfaat yang di dapat dari praktik pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu (i)
3 | P a g e
menyelaraskan nilai perusahaan dengan nilai sosial, (ii) menghindari tekanan dari kelompok tertentu, (iii) meningkatkan
image dan reputasi perusahaan, dan (iv)
menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Environmental reporting perlu menggunakan sistem akuntansi lingkungan yang dirancang secara sistemik, terstruktur, dan metodik agar perusahaan dapat melakukan efisiensi dan peningkatan kualitas pelayanan secara berkelanjutan (Sanjaya, 2013). Dalam penerapannya, perencanaan anggaran dalam melakukan pembiayaan lingkungan untuk setiap produk dapat dihitung secara tepat sehingga perhitungan dari setiap produk bisa lebih transparan dan adil.
Corporate governance merupakan
seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham,
pengelola perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para
pemengang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka (Forum Corporate Governance Indonesia, 2002).
Good corporate governance didefinisikan
sebagai suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk
menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder-nya. Dua hal yang menjadi perhatian dalam konsep ini adalah : Pertama, pentingnya pemegang
saham untuk memperoleh informasi
dengan benar, akurat, dan tepat pada waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan
untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) secara akurat, tepat pada waktunya, dan transparan mengenai semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (Sutedi, 2012).
Adapun indikator yang terdapat pada good corporate governance yang ingin di teliti meliputi :
a. Proporsi Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang
tidak berafiliasi dengan
manajemen, anggota dewan
komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). b. Jumlah Rapat Dewan Komisaris
Jumlah rapat dewan komisaris
merupakan rapat yang
dilakukan antara dewan
komisaris dalam suatu
perusahaan. Indikator yang digunakan adalah jumlah rapat
4 | P a g e
yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam satu tahun.
(corporate governance
guidelines, 2007 dalam Suhardjanto, 2010)
c. Jumlah Rapat Komite audit Jumlah rapat komite audit merupakan jumlah pertemuan atau rapat yang dilakukan oleh komite audit dalam waktu satu tahun (Fatayatiningrum dan Prabowo, 2011)
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang
penelitian yang telah di uraikan diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah proporsi dewan
komisaris independen
berpengaruh terhadap
corporate environmental disclosure?
2. Apakah jumlah rapat dewan
komisaris berpengaruh
terhadap corporate
environmental disclosure?
3. Apakah jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap
corporate environmental disclosure?
Teori Tanggung Jawab Sosial
Teori tanggung jawab sosial sebagai salah satu landasan teori dalam penelitian ini, karena teori tanggung jawab
sosial merupakan teori menekankan pada tanggung jawab perusahaan atas tindakan dan kegiatan usaha yang berdampak pada orang lain, masyarakat, dan lingkungan
dimana perusahaan itu melakukan
aktivitas. Seperti yang diungkapkan oleh Azheri (2012) yang mengatakan bahwa teori tanggung jawab sosial perusahaan terfokus pada aktivitas perusahaan yang dituangkan dalam berbagai aktivitas sosial seperti kedermawanan (philanthropy), kemurahan hati (charity), bantuan terhadap bencana alam dan kegiatan sosial lainnya.
Azheri (2012), Bila dikaitkan teori tanggung jawab sosial dengan aktivitas perusahaan maka dapat dikatakan bahwa tanggung jawab sosial lebih menekankan pada kepedulian perusahaan terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan tersebut melakukan aktivitas usahanya. Secara negatif hal ini
bermakna bahwa perusahaan harus
menjalankan aktifitas usahanya sehingga tidak berdampak negatif pada pihak-pihak tertentu dalam masyarakat, sedangkan
secara positif perusahaan harus
menjalankan kegiatannya sehingga
mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera.
Teori Stakeholder
Menurut Azheri (2012)
stakeholders Theory adalah suatu
5 | P a g e
bagaimana mengamati, mengidentifikasi dan menjelaskan secara analitis tentang berbagai unsur yang dijadikan dasar dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan dalam menjalankan aktivitas usaha. Dengan adanya teori ini diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata investor.
Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris
Independen Terhadap Corporate
Environmental Disclosure
Komisaris independen diperlukan oleh perusahaan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang saham (mayoritas)
dan benar-benar menempatkan
kepentingan perusahaan di atas
kepentingan lainnya (Muntoro, 2006). Dengan keberadaan dewan komisaris independen hendaknya dapat bertindak secara transparan dan netral dalam
melakukan tindakan corporate
environmental disclosure.
Ariningtika dan Kiswara, (2013) menemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Jadi dewan
komisaris independen tidak dapat
mempengaruhi proses pengambilan
keputusan mengenai pengungkapan
lingkungan perusahaan dikarenakan
mereka tidak mempunyai hubungan secara
langsung dengan aktivitas atau operasi sehari-hari perusahaan.
H1 : Proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh terhadap
corporate environmental disclosure
Pengaruh Jumlah Rapat Dewan
Komisaris Terhadap Corporate
Environmental Disclosure
Jumlah rapat dewan komisaris merupakan suatu proses yang dilakukan oleh dewan komisaris dalam pengambilan keputusan bersama tentang kebijakan
perusahaan yang akan dijalankan
(Ariningtika dan Kiswara, 2013). Dengan semakin sering rapat dewan komisaris
dilakukan maka fungsi monitoring
terhadap manajemen bisa lebih efektif, maka dengan efektifnya pengawasan diharapkan dapat memperbanyak tindakan dalam melakukan corporate environmental
disclosure.
Pratama (2013) menemukan bahwa jumlah rapat dewan komisaris memiliki pengaruh positif terhadap pengungkapan lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa rapat dewan komisaris mempengaruhi pengungkapan lingkungan, karena semakin sering frekuensi rapat dewan komisaris maka pengawasan akan semakin efektif kepada manejer.
H2 : Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh terhadap corporate
6 | P a g e
Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit
Terhadap Corporate Environmental
Disclosure
Jumlah rapat komite audit
dilaksanakan untuk mengevaluasi kualitas laporan keuangan dan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan (Ariningtika dan Kiswara, 2013). Dengan semakin rutinnya komite audit melakukan pertemuan/rapat diharapkan semakin rendah potensi para manejer untuk tidak melakukan tindakan
corporate environmental disclosure.
Fatayatiningrum dan Prabowo
(2011) menemukan bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh signifikan
terhadap corporate environmental
disclosure. Karena pertemuan jumlah
pertemuan yang dilakukan oleh komite audit dapat menjamin bahwa pelaksanaan pengawasan terhadap manajemen untuk melakukan kecurangan akan berjalan
secara efektif, sehingga peluang
manajemen untuk melakukan kecurangan dalam menyembunyikan informasi dapat diminimalisasi
H3 : Jumlah rapat komite audit
berpengaruh terhadap corporate
environmental disclosure
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan kelompok orang, peristiwa, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran,
2011). Populasi dalam penelitian ini diambil dari perusahaan mining (tambang) yang listing di Bursa Efek Indonesia.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, tidak semua elemen populasi akan membentuk sampel (Sekaran, 2011).
Pengambilan sampel ditentukan berdasarkan purposive sampling yaitu dipilih dengan kriteria tertentu.
1. Perusahaan mining (tambang) yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013
2. Memiliki laporan tahunan yang lengkap dari tahun 2010-2013 3. Memiliki data yang lengkap
terkait dengan variabel proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit dan
pengungkapan lingkungan
perusahaan.. Jenis Dan Sumber Data
Jenis data dari penelitian ini adalah data sekunder, data sekunder merupakan data yang telah di kumpulkan oleh para peneliti, data yang diterbitkan dalam jurnal statistik dan lainnya, dan informasi yang tersedia dari sumber publikasi atau nonpublikasi entah didalam atau di luar
7 | P a g e
organisasi, semua yang dapat berguna dari peneliti (Sekaran, 2011)
Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dari tahun 2010-2013 atau dari web masing-masing perusahaan mengenai laporan tahunan dari perusahaan yang telah diaudit dan dipublikasikan oleh perusahaan.
Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur dengan cara sebagai berikut:
Proporsi Dewan Komisaris Independen Komisaris independen merupakan anggota dewan komisaris yang tidak berafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen untuk
kepentinganperusahaan (KNKG, 2006)
Proporsi dewan komisaris
independen diukur dari proporsi atau
jumlah anggota dewan komisaris
independen yang ada di perusahaan (Pratama, 2013)
Σ dewan komisaris independen PDKI =
Σ dewan komisaris
Jumlah Rapat Dewan Komisaris
Jumlah rapat dewan komisaris
merupakan jumlah/frekuensi dewan
komisaris independen dalam melakukan rapat pada periode 1 (satu) tahun. Jumlah rapat dewan komisaris diukur dengan
menghitung jumlah pertemuan yang
dilakukan oleh dewan komisaris dalam 1 tahun (Ariningtika dan Kiswara, 2013)
JRDK = Jumlah Rapat Dewan
Komisaris Dalam 1
Tahun Jumlah Rapat Komite Audit
Jumlah rapat komite yaitu jumlah rapat yang dilakukan oleh anggota komite audit.Indikator dari jumlah rapat komite audit yaitu jumlah rapat komite audit yang diselengarakan dalam jangka satu tahun (Suhardjanto, 2010)
JRKA = Jumlah Rapat Komite Audit Dalam 1 Tahun
Corporate Environmental Disclosure
Variabel dependen yang dipakai dalam penelitian ini adalah Corporate
Environmental Disclosure (CED), pengukuran dari Corporate Environmental
Disclosure dapat dilihat pada banyaknya
pengungkapan Corporate Social
Responbility yang terdapat pada laporan
tahunan perusahaan.
Penilaian CSR menggunakan
pedoman indeks GRI (Global Reporting
Initiative) yang berlaku secara internasional yang telah digunakan di banyak negara dan salah satunya di
8 | P a g e
Indonesia. Jumlah dari indeks CSR yaitu 79 item yang terdiri dari: ekonomi (9 item), Lingkungan (30 item), praktik tenaga kerja (14 item), hak manusia (9 item), masyarakat (8 item), dan tanggung jawab produk (9 item). Dalam penelitian ini indikator yang digunakan hanyalah indikator lingkungan (30 item) (Sanjaya, 2013)
Jumlah item yang diungkapkan perusahaan CED=
Jumlah pengungkapan lingkungan GRI (30 item)
Setiap item pengungkapan
lingkungan yang diungkapkan oleh
perusahaan akan diberi score 1 sedangkan item yang tidak diungkapkan diberikan
score 0, semua item yang diungkapkan
oleh perusahaan akan dijumlahkan dan dibagi dengan 30 item pengungkapan lingkungan.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Prosedur Pemilihan Sampel
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit
terhadap corporate environmental
disclosure. Perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan mining (tambang) yang
terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013.
Proses pengambilan sampel yang
dilakukan dalam penelitian ini secara umum dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Prosedur Pengambilan Sampel
Keterangan Jumlah Persen
Jumlah perusahaan mining (tambang yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013
152 100
Perusahaan yang tidak memiliki laporan tahunan lengkap dari tahun 2010-2013
(36) 23,68
Perusahaan yang tidak memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit dan corporate
environmental disclosure.
(28) 18,42
Total Sampel 88 57,9
Proses pengambilan sampel yang
dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, dan didapat total sampel 88 perusahaan.
Statistik Deskriptif Data
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Keterangan N Minimum Maximum Mean
Std. Deviati on Corporate environmental disclosure 88 0,00 0,60 0,2966 0,13257 Proporsi dewan komisaris independen 88 0,20 0,50 0,3693 0,08887 Jumlah rapat dewan komisaris 88 2,00 35,00 7,9091 7,83396 Jumlah rapat komite audit 88 1,00 57,00 13,4091 12,4260 0
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa total observasi data yang diolah berjumlah 88, selama periode observasi nilai variabel
corporate environmental disclosure
terendah adalah 0,00 sedangkan nilai tertinggi adalah 0,60. Nilai rata-rata yang dimiliki perusahaan yang dijadikan sampel
9 | P a g e
adalah sebesar 0,2966 dengan standar devisi sebesar 0,13257.
Variabel Proporsi dewan komisaris independen menunjukan nilai terendah sebesar 0,20 dan nilai tertinggi sebesar 0,50. Nilai rata-rata sebesar 0,3693 dengan standar deviasi sebesar 0,08887. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki dewan komisaris independen sebesar 36,93% dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris yang ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan yang
dijadikan sampel telah memenuhi
peraturan dari keputusan direksi PT Bursa Efek Jakarta nomor : 305/BEJ/07-2004 tentang peraturan Nomor 1-A tentang
pencatatan saham dan efek bersifat ekuitas selain saham yang diterbitkan oleh perusahaan dan mewajibkan perusahaan
agar memiliki dewan komisaris
independen sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris.
Variabel jumlah rapat dewan komisaris menunjukkan nilai terendah 2,00 dan nilai tertinggi 35,00. Nilai rata-rata 7,9091 dengan standar deviasi sebesar 7,83396. Dengan demikian dapat dikatakan dewan komisaris perusahaan sampel paling sedikit melakukan rapat sebanyak 2,00 kali dan terbanyak 35,00 kali. Nilai rata-rata pada jumlah rapat dewan komisaris perusahaan sampel sebanyak 7,9091.
Standar deviasi sebesar 7,83396
menunjukkan variasi yang terdapat dalam variabel jumlah rapat dewan komisaris.
Variabel jumlah rapat komite audit menunjukkan nilai terendah 1,00 dan nilai tertinggi 57,00. Nilai rata-rata 13,4091 dengan standar deviasi sebesar 12,42600. Dengan demikian dapat dikatakan komite audit perusahaan sampel paling sedikit melakukan rapat sebanyak 1,00 kali dan terbanyak 57,00 kali. Nilai rata-rata jumlah rapat komite audit perusahaan sampel sebanyak 13,4091. Standar deviasi sebesar 12,42600 menunjukkan variasi yang terdapat dalam variabel jumlah rapat komite audit.
Pengujian Asumsi Klasik
Tabel 4.3
Hasil pengujian normalitas dengan One Sample Kolmogorov Smirnov Test
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS
Pada tabel 4.3 terlihat bahwa semua variabel penelitian (proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris dan jumlah rapat komite audit) memiliki nilai Asymp Sig (2-Tailed) di atas atau sama dengan 0,05 sehingga dapat
Keterangan Asymp. Sig
(2-tailed) Alpha Kesimpulan Corporate environmental disclosure 0,051 0,05 Normal Proporsi dewan komisaris independen 0,062 0,05 Normal Jumlah rapat dewan komisaris 0,053 0,05 Normal Jumlah rapat
10 | P a g e
disimpulkan bahwa semua variabel
penelitian telah berdistribusi normal.
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS
Dari tabel 4.4 terlihat bahwa masing-masing variabel independen yang terdiri dari Proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit memiliki nilai
tolerance di atas 0,10 dan nilai variance inflation factor di bawah 10. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini terbebas dari
multikolinieritas.
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Keterangan Sig Alpha Kesimpulan
Proporsi dewan komisaris independen 0,805 0,05 Tidak Terjadi Heteroskedesitas Jumlah dewan komisaris 0,740 0,05 Tidak Terjadi Heteroskedesitas Jumlah komite audit 0,568 0,05 Tidak Terjadi
Heteroskedesitas
Sumber : Hasil data pengolahan SPSS
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa
masing-masing variabel independen
menghasilkan nilai signifikan di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel independen yang akan dibentuk ke dalam model persamaan regresi berganda telah terbebas dari heteroskedastisitas
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Autokorelasi
Model Durbin-Watson
1 2.144
Sumber: Data sekunder diolah melalui SPSS
Dari tabel hasil penelitian uji autokorelasi untuk persamaan pertama diatas didapatkan nilai Durbin - Watson
sebesar 2.144. Nilai tersebut
mengindikasikan tidak adanya masalah autokorelasi pada model regresi, untuk itu agar lebih meyakinkan dan memastikan ada atau tidaknya masalah autokorelasi, maka peneliti menggunakan pengukuran melalui formula du<d<(4 - u). Nilai DU peneliti dapatkan dari melihat tabel, dengan cara menggunakan jumlah data (N)
sebanyak 88 dan jumlah variabel
independen sebanyak 3, maka diperoleh nilai DU sebesar 1,726. setelah didapatkan nilai DU, selanjutnya diuji dengan menggunakan formula du<d<(4 - du) , maka akan didapat 1,726 < 2,144 < (4 – 1,726) atau 1,726< 2,144 < 2,274 Hasil dari formula tersebut memastikan bahwa kriteria tidak terjadinya autokorelasi sudah terpenuhi, sehingga model regresi disimpulkan terbebas dari masalah autokorelasi.
Keterangan Tolerance VIF Kesimpulan
Proporsi dewan komisaris independen 0,908 1,102 Tidak Terjadi Multikolinear itas Jumlah rapat dewan komisaris 0,659 1,517 Tidak Terjadi Multikolinear its Jumlah rapat komite audit 0,644 1,553 Tidak Terjadi Multikolinear itas
11 | P a g e
Pengujian Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Koefisien Determinasi
Pada tabel 4.7 terlihat bahwa nilai koefisien determinasi yang diperoleh dalam tahapan pengujian adalah sebesar 0,063. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa variabel independen dalam
penelitian ini memiliki variasi kontribusi untuk mempengaruhi variabel dependen yaitu corporate environmental
disclosure sebesar 6,3% sedangkan sisanya
adalah sebesar 93,7% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Uji F
Tabel 4.7 Hasil Pengujian F
Keterangan Sig Alpha Kesimpul an Proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit 0,139 0,05 Tidak signifikan
Dari tabel 4.7 diatas tingkat signifikan 0,139 jika dibandingkan dengan alpha 5% atau 0.05 maka nilai tersebut lebih besar dari alpha, artinya tidak
terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel Proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit terhadap
variabel corporate environmental
disclosure pada alpha 5%
Uji t
Tabel 4.8 Hasil Pengujian t-Statistik
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian hipotesis pertama
membuktikan bahwa variabel
proporsi dewan komisaris
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate environmental disclosure.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua
membuktikan bahwa variabel
jumlah rapat dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap
corporate environmental disclosure.
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga
membuktikan bahwa variabel
Keterangan
R-Square
Proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit
0,063
Keterangan Kofefisien
Regresi Sig Alpha Kesimpulan (Constant) 0,190 0,012 0,05 - Proporsi dewan komisaris independen 0,221 0,108 0,05 Hipotesis ditolak Jumlah rapat dewan komisaris 0,155 0,270 0,05 Hipotesis ditolak jumlah rapat komite audit 0,021 0,341 0,05 Hipotesis ditolak
12 | P a g e
jumlah rapat komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
corporate environmental disclosure.
Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki sejumlah keterbatasan yang mempengaruhi hasil penelitian. Secara umum keterbatasan di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga indikator dari corporate governance yakni proporsi dewan
komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, jumlah rapat komite audit sebagai variabel bebas
dalam pengaruhnya terhadap
corporate environmental disclosure.
Indikator dari corporate governance
lainnya diduga juga akan
berpengaruh pada hasil penelitian. 2. Penelitian ini hanya menggunakan
data dengan jangka waktu
pengamatan selama empat tahun, dimana pergantian anggota dewan komisaris, dewan komite audit akan berpengaruh pada hasil penelitian. Penelitian ini hanya terfokus terhadap
pada perusahaan manufaktur yang
bergerak dibidang tambang sebagai objek penelitian, sektor industri lainnya diduga juga akan berpengaruh pada hasil penelitian.
Saran
Berdasarkan kepada hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran penting yang merupakan inti dari permasalahan yang diajukan didalam penelitian ini. Maka diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Untuk penelitian dimasa yang akan datang agar menambahkan variabel
lainnya seperti kepemilikan
institusional, kepemilikan
manajerial dan ukuran perusahaan
sehingga akan menghasilkan
penelitian yang lebih berkembang. 2. Untuk peneliti di masa mendatang
disarankan untuk memperpanjang
jangka waktu observasi
penelitiannya, hal ini dikarenakan semakin panjang jangka waktu penelitian akan diketahui variasi yang terjadi pada suatu perusahaan sehingga berdampak pada akurasi hasil penelitian.
3. Bagi penelitian selanjutnya agar menambahkan objek penelitian sehingga tidak terfokus terhadap perusahaan tambang, sehingga memungkinkan penelitian ini jauh
lebih berkembang, seperti
perusahaan manufaktur sektor aneka industri, sektor industri barang konsumsi, sektor properti dan real estate.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Antaranews. 27 Febuari 2008. Limbah
Tambang PT Galauh Ancam Kerusakan Syaraf Warga Banjar. Diakses Pada 13 Mei
2014 dari
http://www.antaranews.com/be rita/94881
Arinigtika, Predesta dan Kiswara , Endang. 2013. Pengaruh Praktik Tata
Kelola Perusahaan yang Baik Terhadap Pengungkapan Lingkungan Perusahaan.
Jurnal Diponegoro Vol 2, No 2. Ayuna, Nur, Nisya. 2008. Praktik Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Di Indonesia. Skripsi Univesitas
Diponegoro
Azheri, Busyra. 2012. Corporate Social
Responsibility. Jakarta: PT.
Raja Grafindo
Fatayatinigrum, Desie dan Prabowo,W, J, T. 2011. Analisis Pengaruh
Manajemen Laba dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Environmental Disclosure. Jurnal Universitas
Diponegoro Semarang
Forum Corporate Governance Indonesia (FGCI). 2002. Peran Dewan
Komisaris dan Komite Audit Dalam Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan ( Corporate Governance). FCGI
Booklet: Seri Tata Kelola Perusahaan Jilid II, Jakarta Komite Nasional Kebijakan Governance.
2006. Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia. www.governance-indonesia.or.id
Muntoro, Ronny Kusuma. 2006.
Membangun Dewan Komisaris
yang Efektif. Oecp principles of
corporate governance, OECP Pubticantion Service
Pratama, G, A. 2013. Pengaruh Good
Corporate Governance dan Kinerja Lingkungan Terhadap Pengungkapan Lingkungan.
Jurnal Diponegoro Vol, 2 No, 2.
Sanjaya, P, T. 2013. Analisis Pengaruh
Corporate Governance Terhadap Corporate Environmental Disclosure.
Skripsi Universitas Diponegoro Sekaran, Uma. 2011. Research Methods
For Business (Metodologi Penelitian Untuk Bisnis ).Jakarta : Selemba Empat
Sutedi, Adrian. 2012. Good
Corporate Governance.Jakarta:
Sinar Grafik
Sugiyono. 2012. “Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D”. Bandung: Alfabeta.
Suhardjanto, D. (2008), Environmental
Reporting Practies: An Evidence From Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 8 (1), 33-46
Suhardjanto, Djoko. 2010. Corporate
Governance Karakteristik Perusahaan dan
Environmental Disclosure.
Jurnal Vol.6 No.1-Juni.
Sutedi, Adrian. 2012. Good Corporate
Governance. Jakarta: Sinar Grafika