• Tidak ada hasil yang ditemukan

peran unit pelaksana teknis daerah perlindungan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "peran unit pelaksana teknis daerah perlindungan"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Wabah Covid-19 pertama kali terdeteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada 1 Desember 2019. Hal itu dialami kaum perempuan pasca keluarnya penetapan Covid-19 sebagai bencana nasional dalam Keputusan Presiden (Keppres) 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Tidak Alami Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai bencana nasional. Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perlindungan yang ditawarkan oleh UPTD PPA NTB kepada perempuan korban KDRT di masa pandemi Covid-19.

Dengan tema: “Peran Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) NTB dalam menangani kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga terhadap Perempuan di masa pandemi Covid-19”.

Rumusan Masalah

Namun permasalahan yang sering terjadi di masyarakat, khususnya korban KDRT adalah mereka tidak mau terbuka mengenai permasalahan yang dialaminya. Sehingga menjadi sulit bagi UPTD PPA NTB untuk mendeteksi kasus KDRT yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, UPTD PPA NTB juga harus mampu membangun hubungan emosional sebagai sahabat atau pasangan korban, sehingga korban merasa didampingi.

Apa kendala/kendala PPA UPTD NTB dalam menangani kasus KDRT terhadap perempuan di masa pandemi Covid19.

Tujuan dan Manfaat

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian serupa di masa yang akan datang. Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan oleh lembaga-lembaga sosial dan aparat penegak hukum terkait dengan isu kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, khususnya terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga yang sering dialami. oleh istri. .

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) NTB, Jln. Alasan peneliti memilih tempat ini karena UPTD PPA NTB merupakan lembaga sosial yang relatif baru dan kasus KDRT di NTB semakin banyak. Berawal ketika peneliti membaca berita di website Suara NTB bahwa banyak karyawan yang di-PHK akibat wabah Covid-19 sehingga memicu kekerasan dalam rumah tangga.

Telaah Pustaka

Penelitian sebelumnya membahas tentang peran Pengacara LBH Apik NTB dalam pendampingan kasus KDRT. Kemiripan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama membahas tentang tindak pidana kekerasan terhadap perempuan (perempuan) dalam rumah tangga. Dan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah peneliti membahas peran UPTD PPA NTB dalam penanganan kasus KDRT terhadap perempuan pada masa pandemi Covid-19, sedangkan penelitian sebelumnya mengkaji penegakan hukum terhadap tindak pidana KDRT terhadap perempuan dibahas berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2004 di Pengadilan Negeri Kelas 1A Palembang.

Pemikiran dan implementasi aktivis gender melawan kekerasan dalam rumah tangga (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang).

Kerangka Teori

Namun terdapat banyak perbedaan yaitu pada penelitian sebelumnya peneliti memfokuskan penelitiannya pada pemikiran dan implementasi aktivis gender terhadap kekerasan dalam rumah tangga. 15Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan dalam rumah tangga dalam perspektif hukum-korban, (Jakarta: Sinar Grafik, 2011), hal. Kejahatan dalam keluarga diatur dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (selanjutnya disebut: UU No. 23 Tahun 2004).

Mengenai bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga, yaitu berdasarkan UU No. 23 Tahun 2004, bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga khususnya terhadap perempuan.

Metode Penelitian

Dalam penelitian kualitatif instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri 27 Oleh karena itu kedudukan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci. Sumber data adalah tempat diperolehnya data yang digunakan dalam penelitian 28 Sumber data harus diperoleh dari sumber yang tetap dan sesuai. Sumber data yang diperoleh tidak tetap dan akurat sehingga mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diteliti. 29.

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari sumber pertama.30 Data ini diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di lapangan. Dalam penelitian ini sumber atau informan data primer adalah kepala UPTD PPA NTB, kepala tata usaha, kepala bagian tindak lanjut kasus, kepala bagian pengaduan dan klarifikasi, staf fungsional, derajat psikolog, pengacara dan korban atau kerabat korban dan pelaku KDRT di wilayah NTB. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku dan jurnal yang berkaitan dengan Profil Instansi UPTD PPA NTB, seperti Peraturan PPPA RI Nomor 4 Tahun 2018.

Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data terkait pelayanan dan penanganan kasus KDRT pada masa pandemi Covid 19 yang diberikan oleh UPTD PPA NTB kepada perempuan sebagai korban. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala UPTD PPA NTB, Kepala Tata Usaha, Kepala Bagian Tindak Lanjut Kasus, Kepala Bagian Pengaduan dan Penyelesaian, Staf Fungsional, Sarjana Psikologi, Advokat dan korban atau kerabat korban dan pelaku kekerasan dalam rumah tangga di wilayah NTB. Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen dan data yang diperlukan dalam penelitian kemudian secara intensif menelitinya untuk menambah keyakinan dan bukti atas suatu kejadian.

Dokumentasi yang dapat diperoleh dalam pemeriksaan ini meliputi arsip, dokumen dan data, serta foto/gambar yang diperoleh dari kegiatan sosial UPTD PPA NTB, termasuk profil kelembagaan, dan hasil pemeriksaan jenazah korban yang dapat digunakan. sebagai obyek investigasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Sistematika Pembahasan

Sehingga peneliti menggunakan triangulasi sumber dalam penelitian ini yaitu pengecekan data keabsahannya, membandingkan hasil wawancara informan satu dengan informan lainnya. Bab ini menyajikan data dan temuan penelitian, seperti pemaparan hasil penelitian di UPTD PPA NTB, baik mengenai sejarah terbentuknya PPA UPTD NTB maupun data terkait kasus KDRT di wilayah NTB pada masa Pandemi Covid -19 . Bab ini berisi analisis mengenai proses pelayanan dan penanganan yang dilakukan oleh UPTD PPA NTB dalam memberikan perlindungan hukum kepada istri korban KDRT pada masa pandemi Covid-19.

AWAL MULA KEBERADAAN UPTD PPA NTB DAN

Sejarah Berdiri dan Gambaran Umum UPTD PPA

Kendala/ Hambatan UPTD PPA NTB dalam

ANALISIS PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS

Analisis Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi KDRT

Analisis Peran Unit Pelaksana Teknis Daerah

Berdasarkan temuan peneliti pada bab sebelumnya mengenai peran UPTD PPA NTB dalam penanganan kasus KDRT yang dialami istri pada masa pandemi Covid-19, hal ini sesuai dengan fungsi pelayanan UPTD PPA itu sendiri. Setelah menerima laporan pengaduan dari masyarakat, UPTD PPA akan mengkonfirmasi laporan tersebut dengan terlapor untuk menghindari kesalahpahaman antara pelapor dan terlapor. Bantuan medis yang diberikan oleh UPTD PPA NTB adalah melakukan tindakan pertolongan pertama untuk kesehatan fisik para korban.

Perempuan korban kekerasan yang terluka akan dirujuk oleh UPTD PPA NTB ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa terlebih dahulu. Petugas UPTD PPA NTB mendampingi korban mulai dari proses pendaftaran di rumah sakit hingga pemeriksaan dan visum oleh pihak rumah sakit dan kepolisian. Dalam proses pendaftaran, perempuan korban kekerasan diberikan kemudahan oleh pihak rumah sakit karena merupakan rujukan dari UPTD PPA NTB agar segera tertangani kesehatannya.

UPTD PPA NTB melakukan pendekatan kepada para korban kekerasan untuk mengetahui kebutuhan para korban dan memberikan bantuan kepada para korban dengan memberikan bantuan agar kesehatan mereka pulih. UPTD PPA NTB menyediakan tempat terapi agar perempuan korban kekerasan yang melakukan konseling dapat merasa lebih tenang dan terapi dapat berjalan lancar. Korban kekerasan yang terancam jiwanya mendapat perlindungan sementara di rumah aman sampai korban merasa aman.

Dalam kunjungan rumah, penasehat hukum bersama penasehat psikologis UPTD UJP berkunjung ke rumah pihak yang dirugikan, kunjungan rumah dilakukan guna mengetahui kondisi pihak yang dirugikan. Analisis hambatan/hambatan UPTD PPA NTB dalam menangani kasus KDRT terhadap istri di masa pandemi.

Analisis Kendala/Hambatan UPTD PPA NTB dalam

Berdasarkan temuan peneliti pada bab penyajian data dan temuan, peneliti menganalisis bahwa hambatan/kendala yang dihadapi UPTD PPA NTB dalam menangani kasus KDRT terhadap istri di masa pandemi Covid-19 sangat berbeda. Baik kendala/kendala yang ditemukan pada UPTD PPA itu sendiri, maupun korban dan pelaku. Selain itu, kurangnya SDM dan sarana prasarana di UPTD PPA NTB juga menjadi kendala dalam menangani korban tindak kekerasan.

Peran UPTD PPA NTB dalam memberikan konseling atau pendampingan psikologis kepada korban kekerasan belum maksimal karena kurangnya pendamping psikologis laki-laki. UPTD PPA NTB hanya memberikan penyuluhan umum karena tidak ada petugas khusus yang ahli sebagai konselor psikologis laki-laki. Hal ini menghambat proses penanganan yang diberikan oleh UPTD PPA NTB sehingga membuang banyak waktu.

Peran UPTD PPA NTB dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sesuai dengan aturan dan tujuan tertentu. Hal ini terlihat dari peran UPTD PPA NTB dalam penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan di masa pandemi Covid-19, antara lain: pengaduan masyarakat; bantuan kepada korban; manajemen kasus; Tempat penampungan sementara; Mediasi;. Terkait pelaksanaan peran UPTD ini, PPA NTB tetap mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah.

Rintangan/kendala yang dihadapi UPTD PPA NTB dalam menangani kasus KDRT terhadap istri di masa pandemi Covid-19 sangat beragam. Kepada UPTD PPA NTB agar mampu membangun komunikasi yang lebih baik dengan korban tindak kekerasan, agar proses penanganan dan pendampingan berjalan lancar.

PENUTUP

Kesimpulan

Faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan di masa pandemi Covid-19 adalah karena ekonomi yang buruk akibat pendapatan rumah tangga yang berkurang, laki-laki menikah lagi dan pernikahan dini.

Saran-saran

Baik kekerasan seksual maupun kekerasan dalam rumah tangga adalah pengingat bahwa ini adalah pelanggaran hak asasi manusia. Kepada aparat penegak hukum di lingkungan peradilan agar selalu memperhatikan hak dan kewajiban korban tindak kekerasan. Karena korban tidak dapat memahami dengan baik apa hak dan kewajibannya.

Oleh karena itu, masyarakat dan juga negara harus disadarkan, didorong, dituntut dan diawasi untuk bertanggung jawab dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan. Korban kekerasan harus segera melaporkan kekerasan yang dialaminya kepada pihak berwajib. Andana Zwari Limbeng, Peran Lembaga Bantuan Hukum (APIK) Asosiasi Perempuan Medan Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Korban KDRT, (Disertasi, Jurusan Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2017.

Deputi Perlindungan Hak Perempuan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Protokol Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di Masa Pandemi Covid 19 Peraturan PPPA RI No. 4 Tahun 2018 tentang Pedoman Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak. Ruthlita Oclifi Rasubala dkk, Kajian kriminologi hukum tentang tindak kekerasan dalam rumah tangga pada masa pandemi Covid-19, lex crimen Vol.

Darmiah, Korban, Wawancara, Gomong, Kota Mataram 8 Oktober 2021 Herman Ali, (Kepala Divisi Pengaduan dan Clearance), Wawancara,.

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar

Lampiran 7  Foto Dokumentasi Penelitian
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

LAYERS IN THE SLAG FILM BETWEEN STEEL SHELL AND MOULD IN CONTINUOUS CASTING OF STAINLESS STEEL Paavo Hooli Outokumpu Stainless Oy, Finland ABSTRACT In order to investigate the