• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kendala/Hambatan UPTD PPA NTB dalam

BAB III ANALISIS PERAN UNIT PELAKSANA TEKNIS

C. Analisis Kendala/Hambatan UPTD PPA NTB dalam

5. Melakukan penjangkauan dan home visit apabila diperlukan.

Dalam home visit pihak konselor hukum bersama dengan konselor psikologis UPTD PPA mendatangi rumah korban, home visit dilakukan untuk mengetahui kondisi korban.74

C. Analisis Kendala/ Hambatan UPTD PPA NTB dalam

kepanjangan tangan pemerintah daerah, UPTD PPA NTB tentunya memiliki kendala/ hambatan dalam penanganan. Salah satunya penanganan kasus KDRT terhadap istri pada masa pandemi Covid-19.

Berdasarkan temuan peneliti pada bab paparan data dan temuan, peneliti menganalisa bahwa kendala/ hambatan yang dihadapi UPTD PPA NTB dalam penanganan kasus KDRT terhadap istri pada masa pandemi Covid-19 ini sangatlah beragam. Baik kendala/ hambatan yang ada pada pihak UPTD PPA sendiri maupun pihak korban dan pelaku.

Apabila pada situasi normal saja korban enggan melaporkan kasus yang dialaminya, maka pada masa pandemi covid- 19 dapat dipastikan upaya penanganan kasus KDRT semakin berat, karena adanya pembatasan dan kekhawatiran tertular covid-19 atau kesulitan ekonomi sebagai dampak adanya pandemi. Salah satu upaya Kementrian PPPA bersama dengan United Nations Fund For Population Activities (UNFPA) adalah membuat protokol penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan, sehingga perempuan yang menjadi korban tetap terlayani serta lembaga-lembaga penyedia

layanan tetap bisa memberikan penanganan kasus dengan merujuk pada protokol yang ada.76

Selain itu, kurangnya sumber daya manusia serta sarana prasarana di UPTD PPA NTB juga merupakan kendala dalam penanganan korban tindak kekerasan. Peranan yang dilakukan oleh UPTD PPA NTB dalam memberikan konseling atau pendampingan psikis terhadap korban kekerasan belum maksimal karena kurangnya konselor psikologi laki-laki. Saat dilakukan konseling, seperti konseling terhadap korban kekerasan dan pasangannya atau suaminya.

UPTD PPA NTB hanya memberikan nasihat nasihat umum karena tidak ada petugas khusus yang ahli sebagai konselor psikologi laki- laki. Hal ini dirasa penting agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. UPTD PPA NTB juga mengalami kendala terkait sarana prasarana seperti meja, kursi dan lemari untuk klien, ruang khusus untuk mediasi juga belum ada.

Selanjutnya, kendala/ hambatan yang dihadapi UPTD PPA NTB ialah kesulitan dalam pembuktian. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa korban melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya jauh setelah korban dianiaya oleh pelaku.

76 Ruthlita Oclifi Rasubala dkk, Kajian Yuridis Kriminologi Mengenai…, hlm. 42

Hal itu membuat pihak UPTD PPA NTB menjadi kesulitan memperoleh hasil visum dari kepolisian. Korban mungkin belum paham dengan apa yang harus dilakukan, untuk itu UPTD PPA NTB berkewajiban menjelaskan bahwa sebagai seorang warga Negara korban juga mempunyai hak-hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan. Adapun hak dan kewajiban korban berdasar Undang- Undang Nomor 23 TAHUN 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang tercantum dalam pasal 10 sebagai berikut:77

Korban berhak mendapatkan:

1. Perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga social atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;

2. Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis;

3. Penanganan secara khusus berkaitan dengan kerahasiaan korban;

4. Pendampingan oleh pekerja sosial dan bantuan hukum pada setiap tingkat proses pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. Pelayanan bimbingan rohani.

77 Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga…., hlm.116

Selain itu, dalam pasal 26 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 menyebutkan:78

1) Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada kepolisian baik ditempat korban berada maupun ditempat kejadian perkara.

2) Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian baik ditempat korban berada maupun ditempat kejadian perkara.

Kendala/ hambatan selanjutnya ialah korban kerap kali mencabut laporannya. Hal ini sering terjadi di UPTD PPA NTB karena dengan berbagai alasan. Salah satunya ialah karena korban atau istri tidak mau suaminya menjadi narapidana. Selain itu, kekhawatiran tidak ada yang menafkahi lagi serta masa depan anak yang kehilangan sosok seorang ayah. Membuat korban berpikir untuk mencabut laporannya. Kendala/ hambatan terakhir yaitu ketidakhadiran pihak terlapor saat dilakukan klarifikasi kasus dan mediasi. Hal ini menghambat proses penanganan yang diberikan UPTD PPA NTB sehingga terlalu banyak membuang-buang waktu.

78 Ibid.,

Untuk itu pihak UPTD PPA NTB menawarkan solusi kepada korban atau pelapor dalam hal ini adalah istri untuk memilih apakah ingin terus dilanjutkan atau tidak. Namun bukan paksaan atau dorongan dari pihak UPTD melainkan atas kemauan si korban.

81 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor yang melatar belakangi kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri pada masa pandemi Covid-19 adalah karena lemahnya ekonomi karena pemasukan dalam rumah tangga menjadi berkurang, suami kawin lagi dan pernikahan dini.

2. Peran UPTD PPA NTB dalam menjalankan tugas dan fungsinya telah sesuai dengan aturan serta tujuannya dibentuk. Hal ini dapat dilihat dari peran yang diberikan UPTD PPA NTB dalam penanganan kasus KDRT terhadap istri pada masa pandemi Covid-19 diantaranya: Pengaduan Masyarakat; Penjangkauan Korban; Pengelolaan Kasus; Penampungan Sementara; Mediasi;

dan Pendampingan Korban. Dalam hal menjalankan peran tersebut UPTD PPA NTB juga tetap mengikuti protokol kesehatan dari pemerintah.

3. Kendala/ hambatan yang dihadapi UPTD PPA NTB dalam penanganan kasus KDRT terhadap istri pada masa pandemi Covid-19 ini sangatlah beragam. Baik kendala yang ada pada

pihak UPTD PPA sendiri seperti keterbatasan dalam melakukan sosialisasi dan kurangnya sumber daya manusia serta sarana prsarana yang memadai, maupun kendala dari pihak korban dan pelaku. Seperti kesulitan dalam pembuktian, korban mencabut kembali laporannya dan ketidakhadiran saat dilakukan mediasi.

B. Saran-saran

Penulis menyadari bahwa penelitian yang dilakukan masih jauh dari kesempurnaan, karena memiliki banyak kekurangan yang aspek penelitiannya belum disentuh oleh penulis. Oleh karena itu, penulis berharap kepada penelitian serupa selanjutnya dapat menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan tersebut dengan mempertajam analisis serta menggunakan referensi-referensi yang jauh lebih bagus lagi. Selain dari itu terdapat beberapa saran peneliti untuk UPTD PPA NTB, Kepolisian, Pengadilan dan masyarakat khususnya korban tindak kekerasan dalam rumah tangga, ialah sebagai berikut:

1. Kepada UPTD PPA NTB agar sekiranya mampu membangun komunikasi yang lebih baik lagi dengan korban tindak kekerasan supaya proses penanganan dan pendampingan berjalan dengan lancar. Sehingga tidak ada lagi keraguan dari korban untuk menceritakan masalah yang dialaminya.

2. Kepada pihak Kepolisian agar sekiranya lebih serius dalam menyikapi persoalan kekerasan. Baik kekerasan seksual, maupun kekerasan dalam rumah tangga mengingat hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

3. Kepada aparatur penegak hukum dalam lingkungan pengadilan agar senantiasa memerhatikan hak-hak dan kewajiban korban tindak kekerasan. Mengingat korban tidak mampu memahami secara jelas apa yang merupakan hak dan apa yang menjadi kewajibannya.

4. Kepada masyarkat agar sekiranya mampu memahami bahwa tindak kekerasan terhadap perempuan merupakan masalah bersama. Oleh karena itu, masyarakat dan juga Negara perlu disadarkan, didesak, dituntut dan diawasi untuk turut bertanggungjawab dalam memerangi kekerasan terhadap perempuan.

5. Kepada korban tindak kekerasan agar segera melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya kepada pihak yang berwenang.

Karena apapun bentuk kekerasan yang dialami tetap merupakan tindakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.

DAFTAR PUSTAKA Buku/ Jurnal

Abdurahman, Aspek-aspek bantuan Hukum di Indonesia, Yogyakarta:

Cendana Press, 1983

Adityo Susilo, Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, (Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jln. Diponegoro No. 71, Jakarta), Vol, 7 No. 1, Maret 2020

Amiruddin dan Zainal Asikin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006

Andana Zwari Limbeng, peran lembaga bantuan hukum asosiasi perempuan untuk keadilan (APIK) Medan dalam memberikan perlindungan hukum terhadap perempuan sebagai korban KDRT, (skripsi, Departemen Hukum PIdana, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, 2017

Deputi Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak R.I, Protokol Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di Masa Pandemi Covid 19

Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2014

Dokumen UPTD PPA NTB, di kutip 31 Maret 2021

Emzir, Metodologi Penelitian Kuaitatif: Analisis Data, Jakarta: PT.

Grafindo Persada, 2010

Evi Tri Jayanthi, Faktor-faktor penyebab terjadinya KDRT, DIMENSIA, volume 3, No. 2, September 2009

Fathia, Dinamika Kekerasan Pada Istri (Sebuah Studi Kualitatif pada Perempuan Korban KDRT yang Bertahan Dalam Perkawinannya). Tesis Program S2 Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang, 2008

Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

Moerti Hadiati Soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Perspektif Yuridis-Viktimologis, Jakarta: Sinar Grafika, 2011 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2004

M. Arif Mansur, Urgensi Perlindungan Korban antara Norma dan Realita, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007

Permen PPPA RI Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak.

Profil Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi NTB, dikutip tanggal 13 Oktober 2021

Ririn Noviyanti Putri, Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19, JIUBJ, Juli 2020

Ruthlita Oclifi Rasubala dkk, Kajian Yuridis Kriminologi Mengenai Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga Selama Situasi Pandemi Covid-19, lex crimen Vol. X/No. 10 September 2021 Septiawan dkk, Gender & Inferioritas Perempuan, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2007

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka, 2014

Soerjono Soekanto, Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2020

To Ihromi, Sosiologi Keluarga Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000

Tutik Hamidah, Fiqh Perempuan Berwawasan Keadilan Gender, Malang: UIN-Maliki Press, 2011

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Website

Publikasi dan Media Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak,

https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2588/resmikan -uptd-ppa-di-ntb-menteri-bintang-apresiasi-pemerintah-provinsi, diakses tanggal 19 Oktober 2021, pukul 15: 55.

https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-19 diakses tanggal 28 Desember 2021 Wawancara

Anugerah Wuri Handayani, (Sarjana Psikolog) Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 07 Desember 2021

Darmiah, Korban, Wawancara, Gomong, Kota Mataram 08 Oktober 2021 Herman Ali, (Kepala Seksi Pengaduan dan Klarifikasi), Wawancara,

Kantor UPTD PPA NTB, 05, Oktober 2021

Jumiati, Korban, Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 07 Desember 2021

Kurniati, (Kepala Seksi Tindak Lanjut Kasus), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 14 Oktober 2021

Munawar, (Pegawai Fungsional), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 08 Oktober 2021

Sri Heny, (Kepala UPTD PPA NTB), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 07 Desember 2021

Sunardi, (Kepala Sub Bagian Tata Usaha), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 08 Oktober 2021

LAMPIRAN-LAMPIRAN

FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN

(Wawancara Dengan Kepala Seksi Pengaduan dan Klarifikasi)

(Wawancara Dengan Sarjana Psikolog)

(Wawancara Dengan Kepala Tata Usaha UPTD PPA NTB)

(Wawancara Dengan Kepala Seksi Tindak Lanjut Kasus)

(Wawancara Dengan Pegawai Fungsional UPTD PPA NTB)

Dokumen terkait