• Tidak ada hasil yang ditemukan

AWAL MULA KEBERADAAN UPTD PPA NTB DAN

35

PPA) NTB dibentuk pada tanggal 8 Februari 2020 bersdasarkan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 30 Tahun 2019 tentang perubahan kedua atas Peraturan Gubernur Nomor 29 Tahun 2018 tentang pembentukan, kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas pada dinas-dinas daerah dan unit pelaksana teknis badan pada badan-badan daerah provinsi Nusa Tenggara Barat.

Siaran Pers Nomor: B-030/ Set/Rokum/ MP 01/02/2020 “Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI PPA), per 15 Januari 2020, jumlah laporan kasus kekerasan terhadap anak sepanjang tahun 2019 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencapai 218 kasus. Sementara, kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 213 kasus. Angka yang cukup tinggi ini perlu menjadi perhatian kita bersama untuk dapat memberikan layanan yang maksimal kepada korban,” tutur Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga.39

39Publikasi dan Media Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, https://kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2588/resmikan- uptd-ppa-di-ntb-menteri-bintang-apresiasi-pemerintah-provinsi, diakses tanggal 19 Oktober 2021, pukul 15: 55.

Menindaklanjuti hal tersebut, menteri bintang hadir di kota mataram untuk meresmikan Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Provinsi NTB.

Satu bulan setelah Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak NTB dibentuk, dilantik kepala UPTD PPA NTB yaitu pada tanggal 20 Maret 2020. UPTD PPA NTB memiliki moto yaitu; Jangkau Korban Keseluruh Pelosok NTB Sedangkan Maklumat UPTD PPA Memberi layanan bagi perempuan dan anak sepenuh hati, ikhlas, akuntabel, disiplin dan senyum.

Sasaran pelayanan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak NTB adalah perempuan dan anak yang mengalami kekerasan, penelantaran, diskriminasi dan masalah lainnya serta memberikan perlindungan hukum. Adapun alur rujukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak NTB yaitu menerima rujukan dari UPTD Kab./Kota/ P2TP2A, Unit PPA Polda dan Polres.

2. Visi Misi UPTD PPA NTB

Adapun visi dan misi UPTD PPA NTB yaitu :40

40Profil Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi NTB, dikutip tanggal 13 Oktober 2021

Visi: Membangun NTB yang gemilang.

Misi: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi NTB yang ke-3 dan ke-6 sebagai misi karena sesuai dengan tugas dan fungsi (TUSI) UPTD PPA yaitu:

a. NTB sehat dan cerdas melalui peningkatan kualitas SDM sebagai fondasi dasar daerah.

b. NTB aman dan berkah, salah satunya menangani perempuan dan anak yang mengalami masalah.

3. Kondisi Geografis

Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) NTB beralamat di Jalan Kaktus Nomor 4 Gomong, Kota Mataram dengan jumlah tenaga sebanyak 15 orang terdiri dari 6 (enam) orang PNS, yaitu 1 (satu) orang pejabat administrator atau kepala UPTD PPA NTB, 3 (tiga) orang pejabat pengawas, 2 (dua) orang pelaksana pengadministrasi perempuan dan anak dan pengelola keuangan serta 9 (sembilan) orang tenaga penugasan dan tenaga kontrak.

Adapun sarana yang tersedia yaitu dua unit komputer, tiga unit laptop, enam lemari untuk klien, dua puluh kursi rapat untuk mediasi, satu set meja dan kursi untuk tamu, dua buah meja rapat, dan delapan meja kerja. Kemudian prasarana terdiri dari

tujuh kamar penginapan klien, satu unit mobil operasional UPTD PPA dan tiga unit motor perlindungan.

4. Alur Layanan Pengaduan Masyarakat

Adapun alur layanan pengaduan masyarakat yaitu melalui proses seperti dibawah ini:

5. Struktur Organisasi UPTD PPA NTB

Berdasarkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 4 Tahun

UPTD PPA NTB

KEMENTRIAN PPA RI KLIEN/KELUARGA 1. UPTD PPA KAB/KOTA 2. UNIT PPA POLDA NTB

KEPALA DP3AP2KB PROVINSI NTB

2018, UPTD PPA NTB merupakan UPTD PPA tingkat daerah provinsi yang mempunyasi susunan organisasi yang terdiri dari Kepala UPTD PPA, Subbagian tata usaha, Seksi Pengaduan dan Klarifikasi, Seksi tindak lanjut kasus dan kelompok jabatan fungsional.

Dalam mengoperasikan UPTD PPA, diperlukan sumber daya manusia yang handal, memiliki keahlian, dan pengetahuan yang cukup untuk melakukan tugasnya. Berikut adalah daftar jabatan pelaksana dan fungsional yang diperlukan dalam UPTD PPA:

a. Psikolog Klinis (JF) b. Pekerja Sosial (JF)

c. Konselor Psikologi dan Hukum d. Mediator

e. Pengadministrasi Umum f. Pengemudi

g. Penjaga Keamanan h. Penjaga Asrama

Untuk memenuhi standar sumber daya manusia dimaksud, pemerintah daerah dapat mengadakan tenaga professional sesuai

standar biaya daerah di wilayahnya, atau mengacu pada standar biaya umum Kementerian Keuangan. Adapun struktur organisasi UPTD PPA NTB adalah sebagai berikut:

UPTD PPA NTB saat ini dipimpin oleh Sri Heny, adapun tugas kepala UPTD PPA yaitu memimpin, mengoordinasikan dan mengendalikan UPTD dalam menyelenggarakan layanan perlindungan bagi perempuan dan anak yang mengalami masalah kekerasan, diskriminasi, perlindungan khusus dan masalah lainnya. Dalam melaksanakan tugas diatas, Kepala UPTD PPA memiliki fungsi Mengoordinasikan dan mengendalikan semua kegiatan penyelenggaraan layanan di UPTD PPA; Menyusun

KEPALA UPTD PPA

KEPALA SUB BAGIAN TATA

USAHA

SEKSI PENERIMAAN DAN KLARIFIKASI

SEKSI TINDAK LANJUT KASUS

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

program kerja UPTD PPA; Menyusun rekomendasi hasil pengelolaan kasus; Mengevaluasi hasil kerja UPTD PPA;

Membina dan meningkatkan kemampuan para pegawai dalam lingkungan UPTD PPA; dan Melaksanakan administrasi UPTD PPA.

Selanjutnya Subbagian tata usaha UPTD PPA NTB saat ini diisi oleh Sunardi yang mempunyai tugas untuk melakukan seluruh kegiatan terkait tata usaha seperti, Penyiapan penyusunan rencana program dan anggaran; Pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan; Penyiapan bahan administrasi sumber daya manusia; Pelaksanaan ketatausahaan dan pencatatan data korban;

dan Pelaksanaan kerumahtanggaan.

Seksi pengaduan dan klarifikasi di UPTD PPA NTB saat ini diisi oleh Herman Ali, S.Sos yang mempunyai tugas untuk Melakukan penerimaan dan klarifikasi pengaduan masyarakat;

Melakukan penjangkauan korban yang dilaporkan secara tidak langsung; Melakukan pengelolaan kasus; dan Melindungi korban di penampungan sementara.

Seksi tindak lanjut di UPTD PPA NTB saat ini diisi oleh Kurniati, SH yang mempunyai tugas untuk Melakukan mediasi;

Melakukan pendampingan hukum pada saat proses diversi, restitusi dan pendampingan pada saat proses peradilan, serta bantuan hukum lainnya; dan Melakukan pendampingan korban dalam upaya pemulihan.

6. Data Kasus KDRT Di UPTD PPA NTB

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dalam penelitian, terkait kasus KDRT yang diterima UPTD PPA NTB dalam rincian tabel berikut:41

No. Tahun Jumlah kasus

Penanganan

1. 2020 10 7 kasus berhasil dimediasi 3 Kasus berakhir di

pengadilan

2. 2021 15 13 kasus berhasil dimediasi 2 kasus ke pengadilan

Tabel.2.1

Kasus KDRT yang ditangani UPTD PPA NTB tahun 2020- 2021

41 Dokumen UPTD PPA NTB, di kutip 12 Oktober 2021

B. Faktor-Faktor Yang Melatar Belakangi Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Istri Pada Masa Pandemi Covid-19

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa narasumber, adapun indikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi kekerasan dalam rumah tangga pada masa pandemi Covid-19 yaitu:

1. Faktor Ekonomi

Meningkatnya kasus covid-19 pada awal tahun 2020 di Indonesia, berdampak terhadap sektor-sektor dalam kehidupan. Salah satunya sektor ekonomi, sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh ibu kurniati selaku kepala seksi tindak lanjut kasus di UPTD PPA NTB, beliau mengatakan bahwa:

“Seringkali kasus KDRT yang masuk (ke UPTD PPA NTB) selalu dipicu oleh masalah ekonomi. Dimulai dari banyaknya pegawai yang di PHK karena pandemi covid-19 kemudian kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi dan memicu percekcokan sehingga terjadilah KDRT. Biasanya istri yang banyak mendapat uang belanja, ya tiap bulan mungkin ada 15 juta dan sekarang menjadi 5 juta.

Contohnya, Ada suami yang memukul istrinya karena selalu dimintai uang, ada suami yang pergi dari rumah karena tidak sanggup menafkahi dan masih banyak lagi. Ya

itu semua memang sering terjadi ditambah lagi dengan keadaan dunia seperti ini (covid-19)”.42

Kepala sub bagian tata usaha juga menambahkan bahwa:

“Jadi, masalah yang melatarbelakangi KDRT ini adalah ekonomi keluarga. Seperti kasus yang di Narmada, Ada pasangan suami istri awalnya rumah tangga mereka baik- baik saja. Namun seiring berjalannya waktu suami korban tidak lagi bekerja sehingga nafkah juga tak diberikan. Lalu suami korban kerap memukul korban karena sering berhutang untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga. dan puncaknya suami Korban menjatuhkan talaknya kepada Korban. Atas dasar cerita tersebut Korban ingin mengajukan gugutan perceraian di Pengadilan Agama.

Namun karena terbatasnya kemampuan finansial dan keterbatasan wawasan hukum yang Korban miliki sehingga Korban memberanikan diri untuk melapor. Selanjutnya kasus ini sampai pada kami dan segera ditangani sehingga hak-hak korban dapat terpenuhi”.43

42 Kurniati, (Kepala Seksi Tindak Lanjut Kasus), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 12 Oktober 2021

43 Sunardi, (Kepala Sub Bagian Tata Usaha), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 08 Oktober 2021

Selanjutnya, ibu Sri Heny selaku Kepala UPTD PPA NTB juga memberi keterangan bahwa:

“Seperti yang kita ketahui bersama bahwa selama pandemi seluruh pegawai diperintahkan untuk WFH (Work From Home) atau berkerja dari rumah dan bahkan ada yang diberhentikan. Itu menjadikan intensitas pertemuan antara suami dan istri meningkat. Itu berpengaruh terhadap peningkatan KDRT. Karena dalam beberapa kasus, intensitas pertemuan yang bertambah akan menimbulkan gesekan dalam keharmonisan rumah tangga. Sehingga akibat dari tidak ada lagi pekerjaan dan tidak ada pemasukan membuat suami dan istri sering bertengkar serta emosi dan akhirnya terjadilah KDRT”.44

2. Faktor Suami Kawin Lagi.

Selain faktor ekonomi, suami kawin lagi juga merupakan faktor yang melatarbelakangi kekeraan dalam rumah tangga. Berdasaran keterangan yang disampaikan oleh ibu Kurniati bahwa:

“Untuk faktor kedua ini, memang tidak banyak kami terima. Namun berdasarkan pengalaman dari kasus serupa

44 Sri Heny, (Kepala UPTD PPA NTB), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 07 Desember 2021

sebelumnya, korban mengalami gangguan pada psikisnya.

Saya sebagai perempuan, atau kita sebagai perempuan pasti sedih melihat kejadian-kejadian seperti ini”. Apalagi kasus yang sedang kami tangani sekarang, istri kedua diajak tinggal satu rumah dengan istri pertama.45

Sesuai dengan keterangan di atas, peneliti juga memperoleh keterangan dari korban beliau menyampaikan bahwa:

“Saya sudah menikah selama lima tahun. Awal pernikahan kami baik baik saja, tapi setelah suami saya mulai berani berhubungan dengan wanita lain bahkan secara terang terangan. Disitulah kami sering bertengkar dan saya memutuskan untuk melapor”46

Seanjutnya, hal senada juga disampaikan oleh bapak Herman Ali selaku staf penerima pengaduan. Beliau mengatakan bahwa:

“untuk kasus suami kawin lagi saat kami terima pengaduannya, korban datang bersama dengan seorang kakak laki-lakinya dan seorang anak laki-laki. Lalu saya tanya, rujukan dari kabupaten/kota mana pak? Beliau menjawab kami sudah pernah pergi ke DP3A kota Mataram

45 Kurniati, (Kepala Seksi Tindak Lanjut Kasus), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 12 Oktober 2021

46 Darmiah, Korban, Wawancara, Gomong, 08 Oktober 2021

dan kami diminta untuk kesini. Setelah kami berbincang menanyakan soal alamat korban dan lain sebagainya, kemudian kakak korban menceritakan bahwa adiknya sering ditekan dan dimarahi oleh suaminya sehingga membuat mentalnya terganggu. Tidak hanya itu, suami korban malah kawin lagi dan yang paling parahnya lagi istri keduanya diajak tinggal serumah. Setelah mendengarkan cerita dari kakaknya, saya melihat kondisi korban sangat memprihatinkan”.47

3. Faktor Perkawinan Usia Muda

Secara psikologis, anak belum siap untuk menjadi ibu, kehamilan usia dini dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian mereka. Jika kelak dilanjutkan dengan pernikahan, usia remaja yang masih labil memungkinkan terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), kekerasan terhadap anak, perselingkuhan, bahkan sampai perceraian. Sesuai dengan keterangan yang disampaikan oleh sarjana psikolog UPTD PPA NTB bahwa:

47 Herman Ali, (Kepala Seksi Pengaduan dan Klarifikasi), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 05, Oktober 2021

“Pernikahan anak memang kerap terjadi apalagi didesa desa yang masih kental akan adat istiadatnya. Jadi ketika mereka memilih untuk menikah diusia yang masih sangat muda, hal-hal yang dapat mengakibatkan percekcokan akan sulit untuk dihindari. Pasalnya anak-anak yang beranjak remaja akan sangat mudah terganggu mentalnya. Seperti contoh kasus yang pernah kami tangani korban mengeluh suaminya sering memperhatikan wanita lain dan bertindak sesuka hatinya. Sehingga korban merasa cemburu dan sakit hati terhadap suaminya. Hal itu membuat mereka sering bertengkar”.48

Bapak Kepala Tata Usaha juga menambahkan bahwa:

“Perkawinan dibawah umur ini dampaknya besar dalam berumah tangga, yang pertama itu kemiskinan bertambah.

Kita lihat saja contoh kecilnya di pulau Lombok ini, semakin banyak anak yang menikah diusia muda maka semakin rendah pendidikannya, nah itu membuat mereka sulit memperoleh pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sehingga apa yang terjadi? Anak keturunannya

48 Anugerah Wuri Handayani, (Sarjana Psikolog) Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 07 Desember 2021

juga ikut membantu mencari nafkah. Kemudian yang kedua, meningkatnya kekerasan. Karena menikah diusia yang masih muda, emosi belum stabil sehingga sangat rentan melakukan kekerasan”.49

Ibu Sri Heny juga memberi keterangan terkait perkawinan dini yang menjadi faktor terjadinya KDRT pada masa pandemi.

Beliau menyatakan bahwa:

“Masa Pandemi ini sangat berpengaruh dalam seluruh aspek kehidupan, salah satunya sektor pendidikan. Dimana seluruh sekolah baik SD, SMP, SMA bahkan sampai perguruan tinggi terpaksa ditutup. Hal itu memang perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran covid-19. Sehingga pelajar diarahkan untuk sekolah secara daring dan itu menjadi celah anak untuk berpacaran. Dan yang terjadi saat ini karena akibat dari pergaulan yang bebas, orangtua terpaksa menikahkan anaknya yang masih dibawah umur.

Karena menikah diusia yang masih muda dan emosi yang tidak stabil, sehingga KDRTpun tak terelakkan”.50

49 Sunardi, (Kepala Sub Bagian Tata Usaha) Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 08 Oktober 2021

50 Sri Heny, (Kepala UPTD PPA NTB), Wawancara, kantor UPTD PPA NTB, 07 Desember 2021

Berdasarkan faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas, faktor ekonomi merupakan faktor utama atau akar dari faktor yang lain. Untuk itu, UPTD PPA NTB terus berupaya melakukan sosialisasi terkait bahayanya pandemi Covid-19 selain untuk kesehatan juga untuk kelangsungan rumah tangga kedepan.

C. Peran UPTD PPA NTB Dalam Penanganan Kasus KDRT Terhadap Istri Pada Masa Pandemi Covid-19

Korban kekerasan dalam rumah tangga berhak untuk melaporkan kekerasan yang terjadi pada dirinya serta mendapatkan pendampingan dari berbagai pihak baik keluarga, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, advokat, lembaga sosial maupun pihak lainnya, sesuai dengan ketentuan yang ada dalam UUPKDRT.

UPTD PPA bertugas melaksanakan kegiatan teknis operasional di wilayah kerjanya dalam memberikan layanan bagi perempuan dan anak yang mengalami masalah kekerasan, diskriminasi, perlindungan khusus, dan masalah lainnya. UPTD PPA dalam melaksanakan tugasnya yaitu menyelenggarakan fungsi layanan sebagai berikut:

1. Pengaduan masyarakat;

Dalam hal pengaduan masyarakat, berikut keterangan yang disampaikan oleh bapak Herman Ali bahwa:

“Jadi dalam pelayanan kami sesuai alur layanan pengaduan masyarakat, kami menerima rujukan dari kab/kota atau unit PPA Polda NTB kemudian di analisa, apakah kasus ini layak atau tidak untuk ditindaklanjuti. Mengapa demikian, karena ada kadang-kadang laki laki yang melapor, tapi tidak di tanggapi karena dalam lembaga ini khusus perlindungan perempuan dan anak. selanjutnya kita klarifikasi misalnya kasus KDRT apa betul, karena kami tidak mau mendengar sepihak, setelah mendengarkan klarifikasi itu nanti kami pertemukan atau kadangkala kami panggil lagi si pelapor untuk memberikan arsip klarifikasi sesuai dengan si terlapor. Atau ada kalanya kami langsung yang mengklarifikasi kedua belah pihak. Karena semua laporan sudah kami dapatkan”.51

Selanjutnya, ibu kurnia menerangkan bahwa:

“Untuk prosedur pengaduan masyarakat, karena masa pandemi kita harus mentaati protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker dan lain sebagainya, untuk mempermudah kadang kami minta untuk mengisi biodata

51 Herman Ali, (Kepala Seksi Pengaduan dan Klarifikasi) Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 05 Oktober 2021

dan keterangan yang sudah kami siapkan. Karena pasti kami perlukan untuk berkas dan arsip”.52

Beliau juga menambahkan bahwa:

“Kadang memang ada 2/3 kasus yang korbannya tidak berani melapor tapi nanti kepala dusunnya yang melapor ke kami. Nanti dia yang menyelamatkan dan bawa langsung korbannya kesini, karena pernah ada korban yang disulut pake rokok oleh suaminya. Dan istrinya tidak berani melapor takut suaminya di penjara, harusnya kita berikan efek jera suaminya, jangan semena-mena. Nah sampai sini kita klarifikasi kemudian dimasukan laporan ke Polda untuk memberi efek jera kepada suaminya dan kita minta untuk ditahan dulu beberapa hari.

Hal diatas dikonfirmasi oleh kadus Temas Desa Narmada, beliau menyatakan bahwa:

“Memang benar bahwa saya serta RT dan RW setempat telah mengantar salah satu warga kami yang dianiaya oleh suaminya ke UPTD PPA”.53

2. Penjangkauan Korban;

52 Kurniati, (Kepala Seksi Tindak Lanjut Kasus), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 13 Oktober 2021

53 Muhaimin Haliq, (Kadus Temas Desa Narmada), Wawancara, Narmada, 08 Desember 2021

Keterangan dari bapak Sunardi terkait penjangkauan korban bahwa:

“Maksud dari penjangkauan korban ini yaitu UPTD PPA NTB harus mampu menjangkau dimanapun si korban ini berada, tentunya masih di wilayah NTB. Jadi, dimanapun, kapanpun kami mendapat laporan terkait korban kekerasan, baik itu korban KDRT, dan masalah serupa kami tindaklanjuti. Contoh kemarin, pihak UPTD ke KLU untuk menemui korban karena perjalanan cukup jauh dan lokasinya juga desa terpencil. Kemudian saya juga pernah menjemput korban KDRT malam-malam keKLU dan kami bawa ke rumah aman. Karena memang korban butuh tempat yang aman juga pada saat itu kondisinya darurat”.54 Hal di atas dikonfirmasi oleh bapak Junaidi selaku pegawai fungsional di UPTD PPA NTB, beliau mengatakan bahwa:

“Memang benar bahwa dimanapun dan kapanpun ketika kami menerima laporan terkait masalah perempuan dan anak kami akan tangani. Baik didalam kota maupun

54 Sunardi, (Kepala Sub bagian Tata usaha), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 08 Oktober 2021

dipelosok pedesaan. Karena itu tugas dan fungsi kami untuk menjangkau korban dimanapun berada”.55

3. Pengelolaan Kasus;

Dalam pengelolaan kasus, ibu Kurniati menerangkan bahwa:

“Dalam pengelolaan kasus, setelah semua sudah diklarifikasi selanjutnya kita panggil suami korban.

Kemudian apa yang diperoleh dari keterangan suaminya, dapat diketahui apa sebenarnya yang menyebabkan terjadi KDRT. Selanjutnya untuk kasus-kasus tertentu yang membuat kita harus ke Polda kita ke Polda, ke rumah sakit kita ke rumah sakit, dan ke pengadilan kita ke pengadilan, itu pentingnya UPTD PPA NTB menjalin kerjasama atau bermitra dengan lembaga lain”.

Selanjutnya, beliau menambahkan bahwa:

“Disini kami mengutamakan pentingnya mediasi, kami panggil kedua belah pihak, kalau bisa diselesaikan disini kita selesaikan. Jadi ketika di mediasi disini dan kita buat surat perjanjian, nanti ada saksi-saksi yang tandatangan dan seandainya setelah kedua pihak keluar dari sini umpamanya

55 Munawar, (Pegawai Fungsional), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 08 Oktober 2021

dari perjanjian ada yang melanggar, maka pihak lainnya berhak untuk melapor kembali. Kita bisa mendampingi ke polda jika ada yang ingin meneruskan.

Contoh kasus yang diceritakan oleh bapak Herman Ali beliau mengatakan bahwa:

“Ketika memperdalam kasus, dalam proses mengklarifikasi kasus tersebut sembari kami berikan penguatan bagi kedua pihak, jangan sampai terjadi perceraian karena tanggungjawab daripada rumahtangga itu jangan sampai terjadi perceraian. Kasihan anak-anak masih balita dan itu masih sangat memerlukan figur orangtua. Karena ada beberapa kasus disini, tumbuh kembang anak yang tinggal dengan neneknya karena kehilangan figur orangtua sehingga sering terjadi perkawinan dini dan sebagainya”.56 4. Penampungan Sementara;

Keterangan yang disampaikan oleh ibu Kurniati selaku Kasi Tindak Lanjut Kasus di UPTD PPA NTB beliau mengatakan bahwa:

56 Herman Ali, (Kepala Seksi Pengaduan dan Klarifikasi), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 05 Oktober 2021

“Lembaga ini merupakan lembaga perlindungan, jadi kami harus menyediakan tempat aman untuk melindungi korban yang mengalami kekerasan. Ketika ada kasus kekerasan dalam rumah tangga misalnya, kemudian si korban tidak berani pulang ke rumahnya karena khawatir suaminya mukul, dan lain sebagainya. Maka dari itu, disini kami sudah siapkan rumah perlindungan. Selain itu, terkadang rujukan dari kabupaten/kota juga diarahkan kesini”.57

Keterangan diatas juga dibenarkan oleh bapak Herman Ali bahwa:

“Disini perlindungan perempuan dan anak dan merupakan UPTD PPA rujukan, kalau terjadi misalnya Kekerasan Dalam Rumah Tangga tetap tidak lepas dari dimana dia berdomisili. Domisilinya misalnya kota mataram maka kami tetap berkoordinasi dengan kabupaten/kota. Misalnya di kota Mataram, ke DP3A atau P2TP2nya itu kami koordinasi kesana karena kalau sampai korbannya menginap disini dirumah perlindungan ini, kami harus ada rujukan dari DP3A atau UPTD Kabupaten/Kota. Karena

57 Kurniati, (Kepala Seksi Tindak Lanjut Kasus), Wawancara, Kantor UPTD PPA NTB, 13 Oktober 2021

Dokumen terkait