• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK

N/A
N/A
muhamad sufyan

Academic year: 2024

Membagikan "PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2 05TIDM001/2023/21

(2)

ANGGOTA KELOMPOK

MUHAMAD SUFYAN (211010800023)

RENDI ROSIHIN NAIM (211010800028)

RIZKY AGUNG NURPANA (211010800237)

CAHYA FAJAR RAMADAN (211010800245)

YOSEFAT LESI (211010800

(3)

GAMBARAN PERUSAHAAN

pada tugas perancangan tata letak pabrik kali ini, kami akan mencoba merancang perusaan atau pabrik yang kami beri nama PT. Sumber Rasa Unpam.

Pabrik ini memproduksi terasi. Terasi atau belacan adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan atau udang rebon yang difermentasikan. kami akan mencoba menentukan lokasi yang paling strategis, dan layout atau tata letak parik yang baik guna pengoptimalan hasil produksi.

(4)

PERANCANGAN LOKASI PABRIK

Pemilihan lokasi pabrik merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan dan keberhasilan suatu pabrik. Pemilihan lokasi pabrik harus diusahakan sedemikian rupa agar dekat dengan sumber bahan baku, sasaran pasar dan fasilitas transportasi yang memadai serta tersedianya tenaga kerja ahli. Oleh karena itu pemilihan lokasi yang tepat akan meningkatkan efisiensi dari pabrik.

Adapun pemilihan lokasi pabrik PT. Sumer Rasa Unpam adalah di Desa Pelayangan, kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon. Hal ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

(5)

BERIKUT TITIK LOKASI PABRIK

(6)

A. Sumber bahan baku

Bahan baku yang tersedia disekitar lokasi pabrik cukup melimpah Bahan baku berupa udang rebon atau udang pepai, yang dapat diperoleh dari nelayan.

B. Akses transportasi yang mudah

Dalam suatu industri, transportasi merupakan faktor penting karena untuk mengangkut dan memindahkan barang jadi maupun bahan baku ke tempat tujuan. PT. Sumber Rasa Terbilang memiliki lokasi Yang strategis karena memiliki lokasi dekat dengan bahan baku (lokasi pabrik dekat pesisir laut), kemudian 5 menit menuju jalur pantura, 20 Menit menuju Pintu tol Ciledug (Tol Trans Jawa), dan 40 menit menuju pelabuhan Cirebon. Hal ini akan memudahkan distribusi untuk pemasaran.

(7)

C.

Merupakan daerah Kawasan industri

Mengutip dari direktur utama PT. Kawasan industri Cirebon, joko Prabowo mengungkapkan kabupaten Cirebon wilayah timur yang terintegrsi dengan kabupaten brebes akan menjadi new Cirebon city (NCC). Dan menjadi Kawasan industri nasional, sehingga fasilitas komunikasi tersedia dengan baik dan cukup memadai di Kawasan ini.

D. Penyediaan air

Ketersediaan air dalam suatu proses produksi seperti untuk bahan baku, pencucian, dan pendinginan mutlak diperlukan. Kabupaten Cirebon merupakan kota yang dikelilingi laut, maka kebutuhan akan air mudah diperoleh. Selain itu di lingkungan pabrik sendiri tersedia sumur sumber air melalui pengeboran.

(8)

E. Tenaga kerja

Faktor tenaga kerja adalah salah satu faktor yang cukup penting bagi suatu industri. Berhasil tidaknya suatu industri mencapai keuntungan dengan penekanan biaya produksi akan dipengaruhi tenaga kerja di pabrik. Mengingat kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah yang cukup padat di provinsi jawa barat. sehingga hal ini merupakan potensi yang dapat diandalkan sehingga mudah untuk mendapatkan tenaga kerja. Kemudian ditambah lagi gaji UMR Cirebon hanya sebesar 2.456.000, sehinga menurut saya ini tidak terlalu besar dibandingkan kota kota besar lain di jawa barat.

F. Harga tanah

Harga tanah di daerah kabupaten Cirebon wilayah timur masih terbilang sangat murah, berkisar diantara 300.000- 1.000.000 per m2.

(9)

TATA LETAK FASILITAS PABRIK (LAYOUT)

Dalam menentukan letak fasilitas pabrik, ada beberapa paktor yang harus diperhatikan antara lain jenis produk, urutan proses dan peralatan atau fasilitas yang digunakan. Adapun produk yang akan kita produksi adalah terasi, Terdapat dua jenis bahan baku yaitu udang rebon kering dan udang rebon basah yang berhubungan dengan karakter ruang produksi. Kemudian dalam produksi terasi, perusahaan kami akan memproduksi terasi dari udang rebon basah dengan pertimbangan biaya yang jauh lebih murah dari udang kering.

(10)

Proses pembuatan terasi terdiri dari

1. pencucian dan penambahan garam (7% dari berat udang)

2. penjemuran udang, penggilingan pertama sampai menjadi gumpalan (kakal) 3. pembungkusan untuk fermentasi selama ≤4 Hari

4. penjemuran kedua ≤1 hari, penggilingan kedua sampai bertekstur halus dan membentuk adonan 5. pembentukan/pencetakan

6. penjemuran akhir, dan pengemasan.

Fasilitas yang digunakan

7. Dapur Pencucian 6. Ruang Percetakan

8. Ruang penjemuran 7. Ruang pengemasan 9. Ruang pengilingan 8. Gudang barang jadi 10. Gudang bahan baku

11. Ruang fermentasi

(11)

Bagaimana mencapai target 1 juta produk dalam sebulan?

Kapasitas Produk harian Dalam satu hari, pabrik ini biasa memproduksi

sebanyak 400 kg terasi, jika 1 pcs terasi berisi 10 gram.

Maka produk yang

dihasilkan adalah sebanyak 40.000 pcs produk terasi per hari.

Jumlah hari kerja

pabrik ini beroperasi selama 26 hari dalam sebulan. Dengan 1 ship (waktu baku 8 jam)

Total kapasitas produksi dalam sebulian

mengalikan kapasitas produksi harian dengan jumlah hari kerja dalam sebulan.

Dengan perhitungan : 40.000 produk/hari x 26 hari = 1.040.000 pcs

produk per bulan

(12)

Sebelum memulai perancangan tata letak fasilitas pabrik terasi, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan, antara lain;

A. Tinjauan fasilitas industry terasi

Spesifikasi penanganan ruang pada industri terasi adalah tingkat pengeringan pada ruang jemur dan tingkat kelembaban pada ruang fermentasi. Ruang penjemuran dapat berupa ruang terbuka yg dikelilingi dinding dan jauh dari jalan raya untuk menghindari kontaminasi polusi dan hama hewan, sedangkan ruang fermentasi harus bersifat tertutup dan tahan terhadap cuaca. keHigienisan ruang dapat dicapai dengan kondisi permukaan ruang menggunakan material yang mudah dibersihkan, tahan lama.

(13)

B

.

kebersihan fasilitas industri terasi

Kondisi ruang produksi pada industri pangan berpengaruh terhadap kesehatan dan higienis produk maupun pelaku industri. Dalam peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM) No.HK.03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 dinyatakan bahwa bangunan dan fasilitas industri seharusnya menjamin bahwa pangan tidak tercemar oleh bahaya fisik, biologis, dan kimia selama dalam proses produksi serta mudah dibersihkan dan disanitasi.

Perlengkapan pendukung higienis pekerja dapat menggunakan hair net, masker, rubber approan yang merupakan celemek berbahan karet untuk melindungi tubuh dari cairan, sarung tangan berbahan karet atau plastik untuk proses produksi basah dan berbahan kapas untuk ruang produksi yang dingin, dan sepatu boot.

(14)

C

.

penanganan limbah produksi terasi

Limbah padat berkaitan dengan kualitas udang rebon yang akan diolah menjadi terasi. Kualitas terasi terbaik adalah penggunaan udang rebon tanpa kontaminan seperti anak kepiting, ikan kecil dsb, Limbah udang rebon sebesar 5% dalam sekali proses produksi, sehingga setiap 400 kg udang rebon menghasilkan ± 20 kg limbah padat. Secara ekonomis, limbah padat biasanya diolah menjadi pelet ikan atau peyek di Kec.Palang.

Limbah cair berhubungan dengan kapasitas penggunaan air dalam proses produksi.

Limbah cair yang dihasilkan dalam 400 kg produksi terasi adalah sebesar 1.500 – 2.000 liter. Penggunaan karbon aktif sebagai adsorben polutan cair dapat digunakan untuk menyaring limbah organik sehingga tidak meninggalkan baudan jernih.

(15)

Limbah gas bersumber dari senyawa organik yang berada pada limbah padat dan limbah cair. Lemak yang terkandung di dalam daging udang menghasilkan gas ammonia apabila tidak tertangani dengan baik dalam hal pembersihan dan pengawetan. Kondisi pembusukan terjadi apabila pH dalam pengolahan udang tinggi, sehingga menghasilkan kadar ammonia tinggi dan pembusukan terjadi apabila penggunaan garam kurang dari 5%. Penataan lansekap kawasan industri dapat menggunakan tanaman yang dapat menahan atau mereduksi kadar ammonia di udara. Tanaman yang dapat digunakan sebagai peredam bau adalah tanjung, cempaka, kemuning, bahkan NASA menyebutkan bahwa tanaman sansivera mampu menyerap 107 unsur berbahaya di udara.

(16)

D . pengendalian hama industry terasi

Hama jenis serangga dapat dijebak dengan alat mekanis berupa vakum dan lampu ultra violet, sedangkan hama pengerat dapat diatasi dengan repeller

ultrasonic.

Menurut Koswara (2006), metode pencegahan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan hama dengan cara pemasangan konstruksi yang bersifat barrier untuk menghambat hama masuk ke dalam area produksi, kondisi kebersihan sanitasi, serta modifikasi lingkungan.

(17)

E

.

Analisa bangunan

Struktur bangunan produksi menggunakan sistem rigid berupa baja komposit dengan penanganan ruang bentang lebar dan bebas kolom, sedangkan bangunan kantor pengelola dan karyawan menggunakan sistem struktur beton.

Utilitas bangunan industri terasi meliputi jaringan distribusi listrik dan air sesuai dengan kebutuhan pada setiap proses produksi. Kebutuhan daya listrik maksimum untuk pencahayaan kantor sebesaar 15 W/m2, 5 W/m2 untuk gudang, dan 20 W/m2 untuk ruang produksi (SNI 03-6197-2000), sehingga total kebutuhan listrik pada bangunan industri terasi sebesar 47.657 W = 47,7 kW. Jumlah kebutuhan air bersih menentukan jumlah tangki atau tandon air yang dibutuhkan. Kebutuhan air pada industri terasi dalam sekali pengolahan sebesar 2.000 liter air dengan kapasitas pencucian 400 kg bahan baku udang rebon basah dan 10 pekerja pabrik. Material tandon menggunakan material yang mampu menghindari kontaminasi di dalam air dan mencegah pertumbuhan lumut serta jamur berupa fiber dengan sistem tandon air atas.

(18)

DESAIN PABRIK

(19)

Zona penunjang terbagi menjadi area karyawan, area peristirahatan, Toilet dan Masjid. Arah orientasi bangunan menuju kearah Pusat Pendaratan Ikan (PPI) disesuaikan dengan arah pintu masuk ke dalam area industri. Peletakan zona pada tapak disesuaikan dengan kondisi penerimaan bahan baku basah yang memerlukan jangkauan pendek dari pelabuhan menuju area penerimaan untuk memperkecil area basah dan penyebaran limbah cair.

(20)

Karakteristik ruang

Ruang pencucian: kondisi proses produksi basah berdampak pada kondisi sanitasi limbah cair sehingga menggunakan rubber floor pada zona transisi antara area basah dan kering.

Ruang penggilingan: material produk berupa gumpalan dengan kadar air 5% menggunakan lantai epoxy sehingga mudah dibersihkan dan tidak berbekas.

Ruang penjemuran: Ruang terbuka guna optimalisasi panas matahari dari berbagai sudut penyinaran,

serta adanya kenaikan lantai untuk menghindari kelembaban .

Ruang fermentasi: ruangan yang menuntut kondisi kedap udara dan tahan terhadap suhu tinggi sehingga

seluruh bidang dinding dan plafon menggunakan pelapis vynil dan lantai menggunakan keramik dan epoxy. Penggunaan automatic sliding door untuk mengurangi masuknya udara saat operator memasuki ruangan.

(21)

TERIMAKASIH

Referensi

Dokumen terkait

Pada perancangan tata letak bagian produksi, dilakukan perancangan ulang lintasan produksi dengan penambahan mesin dan operator berdasarkan analisis line balancing

Perancangan tata letak ini dilakukan dengan merancang tata letak fasilitas bagian produksi termasuk lintasan produksi, merancang tata letakkantor, merancang tata letak gudang

Teknik konvensional merupakan salah satu metode untuk mengetahui total material handling yang terjadi pada proses produksi dan dengan metode ini nantinya akan

Pada saat ini aliran proses produksi ada yang terlihat kurang baik sehingga kurang efektif dan efisiennya pekerjaan yang dilakukan serta terlalu sempit ruang pergerakan para

Teknik konvensional merupakan salah satu metode untuk mengetahui total material handling yang terjadi pada proses produksi dan dengan metode ini nantinya akan

Dalam tahapan identifikasi visual ini didapatkan beberapa hasil pengamatan yaitu padatnya lalu lintas bahan pada salah satu gang pada ruang produksi, beberapa ruangan yang

Tata letak pabrik berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan letak dari pada mesin-mesin, peralatan, aliran bahan, dan orang-orang

Rata-Rata Penerimaan Pada Usaha Terasi Udang Rebon di Desa Lhok Bani Kecamatan Langsa Baro Harga Rp/Kg Produksi Kg/Tahun Penerimaan Rp/Tahun 40.750,00 382,50 61.888.000,00 Sumber :