• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan WebView Template Pada Android Studio

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Perancangan WebView Template Pada Android Studio"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan WebView Template Pada Android Studio Arctic Fox Studi Kasus: Dagangrumah.com

Raden Bagus Dimas Putra, Eko Setia Budi*, Abdul Rahman Kadafi Program Studi Sistem Informasi, Universitas Nusa Mandiri, Jakarta, Indonesia

Email: 1[email protected], 1,*[email protected], 1[email protected] Email Penulis Korespondensi: [email protected]

Submitted 11-12-2021; Accepted 28-12-2021; Published 30-12-2021 Abstrak

Android adalah salah satu platform sistem operasi seluler terbesar saat ini. Di tengah berkembang pesatnya teknologi pengembangan aplikasi android, banyak programer yang belum mempelajari cara membuat aplikasi android, dibuktikan dengan banyaknya website yang telah beradaptasi dengan layar aplikasi android namun belum memiliki aplikasi android. Dalam teknologi pengembangan aplikasi android terdapat fitur bernama WebView yang memungkinkan pengembang aplikasi untuk dapat menampilkan konten dari laman web secara langsung di dalam aplikasi. Untuk mempermudah pembuatan aplikasi, penulis membuat template dengan cara: membuat prototipe WebView, merumuskan masalah, mempelajari teori pendukung, membuat template, implementasi template, serta dokumentasi penerapan template. Pada Android Studio Arctic Fox, penerapan template dilakukan dengan tiga langkah yaitu: merubah nama proyek, mengganti isi variabel sesuai parameter data website terkait, dan mengganti logo. Dengan menggunakan WebView template, proses pembuatan aplikasi dari website menjadi sangat mudah.

Kata Kunci: WebView; Template; Android; Studio; Arctic Fox Abstract

Android is one of the largest mobile operating system platforms today. In the midst of the rapid development of android application technology, many programmers have not learned how to make android applications, evidenced by the number of websites that have adapted to the android application screen but do not yet have android applications. In android application development technology there is a feature called WebView that allows application developers to be able to display content from web pages directly within the application. To make it easier to create applications, the author creates templates by: prototyping WebView, formulating problems, studying supporting theories, creating templates, template implementation, as well as documentation of template implementation. In Android Studio Arctic Fox, the application of templates is done with three steps: changing the project name, changing the contents of variables according to the parameters of the relevant website data, and changing the logo. By using WebView templates, the process of creating applications from a website becomes very easy.

Keywords: WebView; Template; Android; Studio; Arctic Fox

1. PENDAHULUAN

Android adalah salah satu platform sistem operasi seluler terbesar saat ini. Saat ini banyak teknologi pengembangan program andorid menggunakan template yang dapat ditemukan di mesin pencarian dengan kata kunci “Android Template”. Menurut Raharjo dalam [1] program adalah ”perangkat lunak (software) yang sebenarnya merupakan tuntunan instruksi yang ditulis dalam bentuk kode–kode menggunakan bahasa pemrograman tertentu dan telah dikompilasi dengan menggunakan compiler yang sesuai”. Sedangkan template adalah Sebuah dokumen atau file yang memiliki format preset, digunakan sebagai titik awal untuk aplikasi tertentu sehingga format tidak harus diciptakan kembali setiap kali digunakan. Dengan menggunakan template, proses pengembangan program akan jauh lebih cepat dan mudah. Jika dirancang dengan benar, kode template dapat digunakan sebagai model atau teladan yang memandu pemikiran dan pengkodean [2].

Di tengah berkembang pesatnya teknologi pengembangan aplikasi android, banyak programer yang belum mempelajari cara membuat aplikasi android, dibuktikan dengan banyaknya website yang telah beradaptasi dengan layar aplikasi android namun belum memiliki aplikasi android, seperti yang akan dibahas pada tulisan ini yaitu

“dagangrumah.com”. Dalam teknologi pengembangan aplikasi android terdapat fitur bernama WebView yang merupakan telknologi halaman web yang dibuat secara otomatis dari data dasar yang biasanya disimpan dalam DBMS ke dalam aplikasi android [3]. WebView memungkinkan pengembang aplikasi untuk dapat menampilkan konten dari laman web secara langsung di dalam aplikasi.

Pada pembuatan aplikasi Android, WebView menyediakan sejumlah API(Application Programming Interface) yang memungkinkan kode dalam aplikasi untuk dipanggil dan dipanggil oleh kode JavaScript dalam halaman web, mengatur aktivitas web, dan memodifikasi aktivitas web tersebut. Dengan menggunakan fitur-fitur ini, aplikasi dapat menjadi

"browser" yang disesuaikan untuk aplikasi web yang dimaksudkan. Saat ini, di pasar Android, 86 persen dari 20 aplikasi yang paling banyak diunduh dalam 10 kategori beragam, yaitu aplikasi Android yang menggunakan WebView [4].

Kelebihan penggunaan WebView diantaranya: rasio utilitas yang tinggi dalam penggunaan layar, dukungan navigasi terintegrasi untuk halaman yang bersifat internal maupun eksternal, serta dukungan efektif untuk identifikasi halaman, organisasi tampilan, dan pengambilan halaman [5].

Untuk mempermudah pembuatan aplikasi android, ada sebuah tehnik yang bernama template. Berdasarkan [6] [7]

[8], template telah digunakan untuk memfasilitasi pemahaman konseptual tentang konsep pemrograman. Yuen dan Liu [7]

mempelajari bagaimana template permainan video didukung dan pemahaman konseptual dipandu pemrograman berorientasi objek (PBO) yang kemudian digunakan siswa untuk membuat permainan multimedia interaktif mereka sendiri. Dalam

(2)

menggunakan template, Yuen dan Liu menemukan tiga tingkat interaksi yang menghasilkan pemahaman konseptual yang lebih baik. Pertama, umpan balik visual dari permainan, khususnya perilaku tak terduga, membawa perhatian pada kekurangan dalam desain perangkat lunak. Ketika siswa mengalami kesalahan ini, mereka mulai tingkat lain interaksi dengan template. Kedua adalah untuk mengeksplorasi sumber daya template. Eksplorasi ini dapat mengarah pada penemuan informasi penting, penemuan hubungan antara sumber daya, dan kode model yang nantinya dapat digunakan. Ketiga, ketika mereka menjelajahi, siswa mulai memperbaiki kode mereka serta pemahaman mereka tentang kode. Pada tingkat kognitif, template meningkatkan pemahaman konseptual karena menyediakan dasar atau kode dasar yang tidak lengkap dari mana siswa dapat membangun program mereka. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan template dapat mempermudah proses pembelajaran serta pembangunan program.

Ditengah berkembangnya teknologi template pada pembuatan aplikasi android, pada android studio terbaru saat ini yaitu “Android Studio Arctic Fox 2020.3.1” penerapan template belum didukung oleh alat ini. Pada Android Studio versi sebelumnya, template banyak didugakan bahkan diperjual belikan karena ada teknologi template yang terstandarisasi penulisannya sehingga perkembangan template aplikasi android sangat berkembang. Berdasarkan masalah ini penulis membuat suatu template menggunakan teknologi WebView yang nantinya bisa digunakan untuk mengkonversi halaman website kedalam aplikasi android, serta cara penerapannya menggunakan Android Studio Arctic Fox. Dengan adanya tulisan ini penulis bertujuan memberikan pemahaman kepada pembaca mengenai cara pembuatan template serta penerapannya.

Diharapkan pembaca dapat memahami penggunaan template yang tersebar luas di internet dan juga mengembangkan ide pembaca dalam pembuatan template.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Pada tulisan ini penulis mengunakan teknologi prototipe dimana prototipe adalah sebuah metode dalam pengembangan produk dengan cara membuat rancangan, sampel, atau model dengan tujuan pengujian konsep atau proses kerja dari produk.

Prototipe sendiri bukanlah produk final yang nantinya akan diedarkan. Prototipe dibuat untuk kebutuhan awal pengembangan aplikasi dan untuk mengetahui apakah fitur dan fungsi dalam program berjalan sesuai dengan kebutuhan yang telah direncanakan. Sehingga pengembang produk dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan lebih awal sebelum mengimplementasikan fitur lain ke dalam produk dan merilis produk [9]. Tahap penulis melukakan penelitian yaitu: membuat prototipe WebView, merumuskan masalah, mempelajari teori pendukung, membuat template, implementasi template, serta dokumentasi penerapan template. Adapun alur penelitian dapat juga dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram aktivitas alur penelitian a. Membuat Prototipe WebView

Pada tahap ini, penulis membuat aplikasi android hanya dengan menapilkan halaman website “dagangrumah.com” pada objek WebView tanpa adanya penambahan atau perubahan pengaturan. Prototipe ini bertujuan untuk dipelajari permasalahan yang ada pada aplikasi WebView tanpa merubah konfigurasi, sehingga penulis dapat mengetahui permasalahan atau kekurangan yang terjadi pada aplikasi tersebut untuk pembuatan template.

b. Merumuskan Masalah

Pada tahap ini, penulis berdiskusi dengan tim IT serta admin “dagangrumah.com” unuk mengetahui bug atau permasalahan yang dihadapi. Dari diskusi ini nantinya akan didapatan permasalahan yang bisa dikategorikan menjadi 3 bagian: pertama adalah permasalahan general yang bisa diselesaikan dengan template statis, kedua adalah permasalahan khusus yang bisa diselesaikan dengan template dinamis, dan ketiga adalah permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dengan template(umumnya harus mengganti kode program website tersebut dikarenakan penulis ingin membuat suatu template yang bisa digunakan general tanpa harus merubah website yang ada).

c. Mempelajari Teori Pendukung

Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, penulis mempelajari cara penyeleasian masalah yang dihadapi serta teori- teori untuk keperluan penulisan. Dimana penulis mencari sumber-sumber ilmiah serta sumber yang bisa dibuktikan sendiri kebenarannya. Karena tulisan ini lebih bersifat praktis, maka akan banyak link website tutorial untuk membandingkan apa yang dilakukan penulis dengan yang ada di internet.

d. Membuat Template

Berdasarkan solusi yang ditemukan, penulis membuat template aplikasi WebView pada sistem operasi android. Dimana template yang dibuat tidak sepenuhnya menyelesaikan semua permasalahan yang ada. Template nantinya hanya menyelesaikan permasalahan umum dan khusus yang bisa diselesaikan tanpa harus mengkonfigurasi ulang website yang

(3)

ada. Template juga akan didokumentasikan dalam bahasa Indonesia sehingga pembaca dapat mempelajari kode program serta struktur program yang dibuat. Proses template yang akan diterapkan melalui Android Studio Arctic Fox juga dibandingkan dengan proses pembuatan template terstandarisasi yang bisa digunakan pada Android Studio versi sebelumnya.

e. Implementasi Template

Pada tahap ini, penulis membuat ulang aplikasi android dengan menerapkan template yang menapilkan halaman website

“dagangrumah.com”. Implementasi dilakukan menggunakan Android Studio Arctic Fox. Proses implementasi juga dibandingkan dengan proses implementasi yang terstadarisasi pada Android Studio versi sebelumnya.

f. Dokumentasi Penerapan Template

Pada tahap ini, penulis membuat penjelasan mengenai kode program template, tata cara penerapan template, serta menyimpulkan proses pembuatan dan implementasi template pada Android Studio Arctic Fox yang dibandingkan dengan Android Studio versi sebelumnya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembuatan Prototipe WebView

Pembuatan prototipe dilakukan dengan membuka aplikasi android studio, kemudian membuat projek baru dan memilih

“Empty Activity”. Setelah itu mengisikan parameter dan pilih “Finish”. Langkah selanjutnya adalah membuat blok WebView pada “activity_main.xml”, membuat objeknya di “MainActivity”, dan memanggil fungsi “loadUrl()” pada objek yang dibuat pada “MainActivity” sehingga berbentuk “objek.loadUrl("https://dagangrumah.com");”. Hasil run prototipe bisa dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tampilan utama prototipe 3.2 Hasil Analisa Permasalahan

Berdasarkan hasil diskusi penggunaan prototipe oleh tim IT dan admin dagangrumah.com didapatkan beberapa bug atau permasalahan yang diantaranya adalah:

a. Adanya nama projek pada bar aksi sehingga menjadi redudansi informasi dengan logo yang ada b. Tombol kembali akan menutup aplikasi

c. Link aplikasi atau website lain tidak bekerja, seperti tombol admin pada Gambar 2.

d. Gambar tidak bisa diperbesar atau diperkecil e. Javascript tidak berjalan

f. Notifikasi tidak muncul pada panel notifikasi android 3.3 Pembuatan Template WebView

Pada Android Studio versi sebelumnya, pembuatan template menggunakan file berekstensi “.xml” dan “.ftl” yang teknik pembuatannya bisa dilihat pada [10], secarang singkat langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Membuka folder template yang berada pada tempat penginstallan Android Studio 2. Membuat folder dengan nama template yang diinginkan

3. Membuat file dan folder pengaturan template yang diantarnya adalah:

(4)

a) template.xml

Adalah file yang berisi tampilan dari dialog template layar yang dibuat.

b) resep.xml.ftl

Ini adalah tempat di mana semua file yang bertipe ini akan berubah menjadi file baru dengan ekstensi .java / .xml / .kt, berdasarkan logika yang telah definisikan, dan juga id yang telah ditentukan dalam template.xml.

c) global.xml.ftl

Ini adalah file yang berisi variabel global seperti jalur, paket, dan direktori. Berkas ini bersifat opsional.

d) root/folder

Ini adalah tempat di mana semua file yang berisi kode template yang dibuat akan disimpan.

4. Membuat template sesuai dengan standarisasi penulisan

Proses pembuatan template ini memang terlihat sangat rumit bagi yang belum pernah membuat sebelumnya dikarenakan harus mempelajari bahasa baru yaitu struktur bahasa pembuatan template, kode program yang dibuat harus ditelusuri ulang untuk diperiksa apakah menggunakan parameter yang nantinya akan dirubah, atau apakah kode tersebut bersifat statis. Selain itu sebelum membuat template program harus dibuat sebelumnya lalu diterjemahkan dalam dalam bentuk template yang perlu penyesuaian sehingga tingkat kerumitan meningkat. Akan tetapi, semua kesulitan itu akan membuat proses implementasi menjadi sangat mudah, hanya cukup memasukan parameter saja tanpa harus melihat kode program dan

langsung bisa dijalankan seperti pada

Gambar 3. Dengan adanya standarisasi penulisan template ini banyak bermunculan template yang bisa langsung digunakan ada yang berbayar dan ada pula yang gratis. Dengan tanpa memikirkan kesulitan pembuatan template, pembuatan program akan menjadi sangat mudah dengan menerapkan template yang didapatkan. Pada Android Studio Arctic Fox fungsi ini tidak ada sehingga penulis mengusulkan cara lama pembuatan template yaitu dengan menyalin proyek yang dibuat dan mengganti parameter sesuai dengan arahan dukumentasi template. Cara ini didukung di seluruh versi Android Studio.

Pada tulisan ini, penulis membagi template menjadi dua bagian utama. Bagian pertama adalah bagian pengaturan yang bersifat statis dimana setiap website yang akan menerapkan template WebView akan memiliki pengaturan yang sama. Bagian kedua adalah bagian yang bersifat dinamis, bagian ini biasanya akan dijadikan parameter jika dibuat menggunakan teknik [10]. Bagian dinamis dikodekan dalam satu kelompok statement sehingga proses penyesuaian nantinya menjadi lebih mudah, tidak perlu mencari di banyak file, cukup di file aktifias utama pada bagian inisialisasi variabel. Template yang dibuat oleh penulis juga akan menyesuaikan dengan cara pembuatan template yang lama sehingga ketika template sudah kembali bisa digunakan maka cukup merubah struktur kode pada template pada bagian dinamis. Sehingga proses penyesuaian nantinya tidak perlu memerika seluruh kode program yang ada , cukup memeriksa bagian dinamis saja.

3.3.1 Template Statis

Pada bagian ini penulis membuat fungsi-fungsi untuk permasalahan yang bersifat general yang bisa diimplementasikan di setiap website yang menerapkan template WebView ini. Bagian ini bersifat statis yang artinya tidak diperlukan penyesuaian untuk apapun website yang diterapkan. Bagian ini juga tidak perlu pemeriksaan variabel ketika dijadikan template seperti pada [10]. Fungsi-fungsi yang besifat statis diantaranya adalah:

a. Fungsi menghilangkan bar aksi

Fungsi ini menghilangkan blok biru paling atas pada Gambar 2. Penghapusan dilakukan dengan menyembunyikan bar aksi menggunakan statement pada Gambar 4. Statement dibuat di dalam fungsi “onCreate”.

(5)

Gambar 3. Contoh implementasi template [10]

Gambar 4. Kode program fungsi menghilangkan bar aksi b. Fungsi mengaktifkan tombol kembali

Fungsi ini bertujuan agan tombol kembali tidak langsung menutup aplikasi melainkan kembali ke aktivitas sebelumnya seperti yang ditulis pada Gambar 5. Fungsi ini ditulis didalam kelas “MainActivity”.

Gambar 5. Kode program mengaktifkan tombol kembali c. Fungsi memperbesar dan memperkecil tampilan

Fungsi ini mengaktifkan gesture dua jari pada layar sehingga konten dari layar bisa diperbesar maupun diperkecil. Fungsi ini dibuat menggunakan statement pada Gambar 6 yang diterapkan pada fungsi “onCreate”.

Gambar 6. Kode program memperbesar dan memperkecil tampilan d. Fungsi mengaktifkan javascript

Untuk mengaktifkan javascript digunakan statement seperti Gambar 7 yang diterapkan pada fungsi “onCreate”.

Gambar 7. Kode program mengaktifkan javascript 3.3.2 Template Dinamis

Berbeda dengan penulisan template statis yang kode programnya dikelompokan dan ditulis secara satu kesatuan, untuk template dinamis penulisan dibagi kedalam 3 bagian. Dibuat kedalam tiga bagian untuk memudahkan perubahan data ketika menerapkan template. Adapun ketiga bagian tersebut adalah: Bagian pertama yaitu deklarasi variabel yang akan digunakan sebagai parameter yang berubah untuk setiap website. Bagian kedua adalah inisialisasi variabel yaitu pemberian nilai pada variabel sesuai dengan parameter data yang terdapat pada website yang akan dijadikan aplikasi. Penulisan bagian kedua bisa dilihat pada Gambar 8. Bagian ketiga adalah penggunaan dari variabel tersebut yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi yang diantaranya adalah:

a. Pengaturan nama domain website

(6)

Fungsi ini menggunakan variabel “urlApp” pada Gambar 8, diterapkan dalam fungsi “onCreate” dengan pemanggilan statement “webView.loadUrl(urlApp)”.

Gambar 8. Kode program inisialisasi variabel parameter dinamis b. Fungsi pemanggilan aplikasi atau website lain

Agar terlihat sebagai aplikasi native, pemanggilan link website sebaiknya memanggil aplikasi penjelajah. Selain itu fungsi ini bisa digunakan untuk memanggil aplikasi lain seperti aplikasi chatting, marketplace, sosial media, dan lain sebagainya.

Untuk memanggil aplikasi lain, link website atau link apliaksi tersebut di daftarkan dalam variabel linkApp pada Gambar 8. Kemudian dibuat fungsi untuk memvalidasi link sesuai dengan daftar link yang dimuat. Setiap url kemudian divalidasi menggunakan fungsi pada Gambar 9. Jika hasil validasi menghasilkan nilai “true” maka panggil aplikasi lain menggunakan “Intent” pada fungsi “onCreate” seperti pada Gambar 10.

Gambar 9. Kode program validasi url c. Fungsi notifikasi

Untuk memunculkan notifikasi pada panel notifikasi android bisa menggunakan FireBase yang mengkases database yang digunakan pada website tersebut. Untuk itu perlu penyesuaian database maupun kode program website yang ingin dijadikan aplikasi. Pada tulisan ini penulis hanya berfokus membuat template tanpa harus mengubah website terkait. Oleh karena itu pada tulisan ini, fungsi pemanggilan notifikasi belum diimplementasikan.

3.4 Implementasi WebView

Untuk menggunakan template WebView yang dibuat pada tulisan ini, pengguna harus mengunduh file pada tautan yang ada pada https://dimasrbd.wordpress.com/2021/12/20/rbd-webview-template/. Setelah itu mengsektraknya. Lalu lakukan perubahan nama project sesuai keinginan dengan langkah pada [11]. Secara singkat langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Salin isi folder projectnya dan paste di folder lain dengan nama project yang baru.

2. Import Projectnya di Android Studio dengan File > New > Import Project. Pilih lokasi project. Klik icon gear dan klik

“Compact Empty Middle Packages” untuk menghilangkan tanda centang.

3. Kemudian rename folder package yang mau diganti dengan klik kanan > refactor > rename, pilih “Rename Package”, ganti namanya > refactor, lalu akan muncul peringatan di bawah. Pilih “Do refactor”, maka aplikasi akan otomatis mengubah semua yang terhubung ke package itu.

4. Mengganti application id di build.gradle (app).

Gambar 10. Kode program pemanggilan aplikasi lain

Setelah selesai mengubah nama projek dan package, buka file MainActivity lalu ubah isi data variabel pada Gambar 8 sesuai dengan parameter data website yang dijadikan aplikasi seperti pada Gambar 11 untuk studi kasus

“dagangrumah.com”. Pada kasus tersebut terdapat link pemanggilan aplikasi Telegram dan Whatsapp. Pada tahap ini program sudah bisa dijalankan atau dibentuk aplikasinya, namun untuk membedakan aplikasi yang dibuat, rubah icon

(7)

sesuai dengan program yang dibuat. Mengubah icon dilakukan dengan cara menyalin icon ke folder “res/drawable”

seperti pada Gambar 12.

Gambar 11. Kode program inisialisasi yang dirubah

.

Gambar 12. File icon aplikasi

Gambar 13. Hasil bentukan aplikasi

Langkah terakhir, mengubah isi file “ic_launcher.xml” pada folder “res/mipmap/ic_launcher” dan mengubah

“ic_launcher_foreground” menjadi “icon”. Setelah program dibangun, hasil icon aplikasi yang dibuat dapat dilihat pada Gambar 13.

4. KESIMPULAN

Proses pembuatan serta penggunaan template WebView pada Android Studio Arctic Fox dengan versi sebelumnya sangatlah berbeda. Ini dikarenakan pada versi sebelumnya ada standarisasi penulisan sehingga dari pembahasan pada tulisan ini dapat disimpulkan bahwa: Pembuatan template pada Android Studio Arctic Fox yang dilakukan penulis lebih mudah dibandingkan pembuatan template Android Studio versi sebelumnya yang dilakukan pada [10]. Proses yang dilakukan penulis hanya membuat aplikasi android dan memisahkan bagian-bagian yang harus diubah sesuai dengan website yang dijadikan aplikasi android. Ketika standarisasi penulisan terjadi di versi terbaru nantinya bentuk ini bisa diadaptasi hanya dengan membuat variabel parameter pada bagian yang berubah. Proses implementasi template pada Android Studio Arctic Fox lebih rumit dibandingakan implementasi template pada Android Studio versi sebelumnya yang cukup memasukan parameter dan mengganti logo saja. Pada Android Studio Arctic Fox, penerapan template dilakukan dengan tiga langkah yaitu: merubah nama proyek, mengganti isi variabel sesuai parameter data website terkait, dan mengganti logo. Dengan menggunakan WebView template, proses pembelajaran serta pembuatan aplikasi dari website menjadi sangat mudah. Pembaca dapat mempelajari kode program dan sturktur program pada template, dikarenakan kode program terlihat dan memiliki dokumentasi yang jelas. Pembuatan aplikasi pun menjadi sangat mudah, programer hanya perlu mempelajari konfigurasi template tampa perlu memahami kode program yang ada.

REFERENCES

[1] E. R. Yulia, “PERANCANGAN PROGRAM PENJUALAN PERHIASAN EMAS PADA TOKO MAS DAN PERMATA RENNY MEDAN,” Jurnal Evolusi, vol. 5, no. 2, pp. 27-34, 2017.

(8)

[2] D. Akopian, A. Melkonyan dan S. C. Golgani, “A Template-Based Short Course Concept on Android Application Development,”

Journal of Information Technology Education: Innovations in Practice, vol. 12, pp. 13-28, 2013.

[3] A. Labrinidis dan N. D. Roussopoulos, “WebView materialization,” ACM SIGMOD Record, vol. 29, no. 2, pp. 367-378, 2000.

[4] T. Luo, H. Hao, W. Du, Y. Wang dan H. Yin, “Attacks on WebView in the Android system,” dalam ACSAC '11: Annual Computer Security Applications Conference, Florida, 2011.

[5] A. Cockburn, S. Greenber, B. M. M. Jasonsmith dan S. Kaasten, “WebView: A Graphical Aid for Revisiting Web Pages,” dalam OZCHI'99 Australian Conference on Human Computer Interaction, Wagga Australia, 1999.

[6] S. Al-Imamy, J. Alizadeh dan M. A. Nour, “On the Development of a Programming Teaching,” Journal of Information Technology Education, vol. 5, pp. 271-283, 2006.

[7] T. Yuen dan M. Liu, “A cognitive model of how interactive multimedia,authoring facilitates conceptual understanding of object- Oriented programming in novices,” Journal of Interactive Learning Research, vol. 22, pp. 329-356, 2011.

[8] P. K. Schank, M. C. Linn dan M. J. Clancy, “Supporting Pascal programming with an on-line template library and case studies,”

International Journal of Man-Machine Studies, vol. 38, no. 6, pp. 1031-1048, 1993.

[9] R. Setiawan, “Apa Itu Prototype? Kenapa Itu Penting?,” 11 8 2021. [Online]. Available: https://www.dicoding.com/blog/apa-itu- prototype-kenapa-itu-penting/. [Diakses 30 10 2021].

[10] A. Kurniawan, “Tutorial — Create Your Own Template for Android Studio,” 30 1 2019. [Online]. Available:

https://medium.com/gits-apps-insight/tutorial-create-your-own-template-for-android-studio-1aaa9b4cb18. [Diakses 30 10 2021].

[11] A. A. Faizin, “Cara Mengganti Nama Package di Android Studio,” 7 12 2017. [Online]. Available:

https://medium.com/easyread/cara-mengganti-nama-package-di-android-studio-dd7ae1f9fe8d. [Diakses 30 10 2021].

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,