• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

N/A
N/A
Maharani Endah

Academic year: 2024

Membagikan "PERATURAN TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

Perencanaan kebutuhan SDM di tingkat institusi merupakan perencanaan kebutuhan SDM yang dilakukan dalam kerangka institusi pelayanan kesehatan. Perencanaan kebutuhan SDMK tingkat kabupaten/kota adalah proses perencanaan kebutuhan SDMK menurut jenis, jumlah dan kualifikasi yang dilakukan di wilayah kabupaten/kota. Perencanaan kebutuhan SDM tingkat provinsi adalah proses perencanaan kebutuhan SDM menurut jenis, jumlah dan kualifikasi yang dilakukan di provinsi.

Perencanaan kebutuhan SDM disusun secara berkala dengan jangka waktu 1 (satu) tahun untuk perencanaan kebutuhan jangka pendek (tahunan) dan jangka waktu 5 (lima) atau 10 (sepuluh) tahun untuk perencanaan kebutuhan jangka menengah.

MEKANISME PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDMK

Penyusunan dokumen perencanaan kebutuhan SDM dilakukan secara bertahap mulai dari pemerintah daerah kabupaten/kota hingga pemerintah provinsi dan pusat. Anggota tim yang memerlukan peningkatan kapasitas dapat menerima pelatihan tentang cara merencanakan kebutuhan staf langkah demi langkah. Teknik dan rincian mengenai langkah-langkah penghitungan standar minimum tenaga kerja dapat dilihat pada “Buku Pedoman Perencanaan Kebutuhan SDM Berdasarkan Standar Minimum Tenaga Kerja”.

Upaya redistribusi SDM sejenis dari institusi/fasilitas kesehatan yang mempunyai kelebihan jenis dan jumlah SDM ke institusi/layanan kesehatan yang kurang mempunyai hasil perencanaan SDM jangka menengah.

PENUTUP

LATAR BELAKANG

Perencanaan sumber daya manusia adalah tentang mendapatkan jenis dan jumlah staf yang tepat dengan keterampilan, pengalaman dan kompetensi yang mereka perlukan untuk tugas mereka dan untuk mampu melaksanakan beban kerjanya dengan tepat. Oleh karena itu, selain bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengadaan dan pendayagunaan SDM pada UPTD Kesehatan dan faskes vertikal di wilayah provinsi, pemerintah provinsi juga bertanggung jawab terhadap fungsi koordinasi, pengawasan dan pengarahan perencanaan SDM antar kabupaten/kota dalam lingkup provinsi. wilayahnya. . Untuk mendapatkan perencanaan kebutuhan SDM yang memadai sesuai situasi dan kondisi di masing-masing daerah, maka perlu dilakukan perencanaan kebutuhan SDM dengan pendekatan bottom-up, dimulai dari perencanaan kebutuhan SDM di lembaga pelayanan kesehatan, perencanaan kebutuhan SDM di kabupaten/kota. tingkat kota, perencanaan kebutuhan SDM di tingkat provinsi sehingga dapat disusun rencana kebutuhan SDM di tingkat nasional.

Untuk memperoleh perencanaan SDM pemerintah provinsi yang komprehensif sesuai keadaan dan kondisi wilayah provinsi, maka perlu adanya pedoman perencanaan kebutuhan SDM di tingkat provinsi.

TUJUAN DAN SASARAN

TAHAPAN PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDMK TINGKAT PROVINSI

23-. e. Perencanaan SDM pada tingkat provinsi belum mencerminkan perencanaan SDM pada kabupaten/kota di daerah; . F. belum adanya konsensus di antara para pemangku kepentingan mengenai penggunaan metode perencanaan kebutuhan SDM; .. Tn. Dokumen perencanaan kebutuhan SDM belum sepenuhnya sesuai dengan format yang diharapkan oleh SKPD yang bertanggung jawab di bidang kepegawaian; . H. jumlah dan kapasitas perencana SDM di tingkat provinsi masih kurang; . Saya. Data dan informasi HRK tidak lengkap, akurat dan terkini; . J. tidak ada review dan masukan dari BKD terhadap dokumen/proposal yang diajukan untuk kebutuhan HRK; Dan . k. Belum adanya payung hukum terkait konsep daerah untuk mengatur mekanisme koordinasi rumah sakit vertikal, rumah sakit pemerintah provinsi yang berada di wilayah provinsi, dalam pelaksanaan perencanaan SDM di wilayah provinsi. Output pada tahap ini adalah komitmen dan dukungan pemangku kepentingan untuk menindaklanjuti implementasi kebijakan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan yang mencakup lintas sektoral dan lintas program di tingkat provinsi. Pembentukannya bertujuan untuk menyiapkan dokumen perencanaan kebutuhan SDM di tingkat provinsi dan merumuskan usulan rekomendasi politik penataan kelembagaan dan manajemen personalia dalam meningkatkan kinerja organisasi.

Tim Pelaksana terdiri dari pemangku kepentingan pada tingkat penyiapan dokumen perencanaan kebutuhan SDM Provinsi, yang berasal dari Badan Kepegawaian Daerah, Biro Organisasi dan Tata Usaha, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas Kesehatan Provinsi, Sarana Kesehatan Pemerintah Provinsi dan fasilitas kesehatan vertikal. Tim pelaksana merupakan bagian dari Tim Perencanaan Kebutuhan SDM di tingkat pemerintah provinsi, yang seharusnya mempunyai kemampuan menghitung rencana kebutuhan SDM di daerahnya. ABK Kesehatan, merencanakan kebutuhan sumber daya manusia fasilitas kesehatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Standar minimal ketenagakerjaan, untuk perencanaan kebutuhan SDM pada fasilitas kesehatan baru, peningkatan klasifikasi fasilitas kesehatan dan untuk fasilitas kesehatan di daerah perbatasan yang terpencil, sangat terpencil, daerah tertinggal dan daerah yang tidak ada permintaan. Metode Ratio to Population untuk menyusun proyeksi kebutuhan SDM jangka menengah 5 atau 10 tahun, serta menampilkan peta sebaran ketersediaan dan kebutuhan SDM di wilayah administrasi wilayah kabupaten/kota se-provinsi. Output pada tahap ini merupakan rangkuman hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan sumber daya manusia pada tingkat pemerintah provinsi.

Pemasukan data, informasi dan hasil analisis pada HRK tingkat provinsi memerlukan bentuk dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan kebutuhan HRK yang telah disusun dilaporkan oleh tim pelaksana perencanaan kebutuhan HRK kepada steering group perencanaan kebutuhan HRK untuk dijadikan pedoman/rekomendasi.

TINDAK LANJUT

Pengelolaan bidang kesehatan merupakan suatu hal yang wajib dan kewenangannya diserahkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 14 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan, pemerintah daerah kabupaten/kota mempunyai segala wewenang dan tanggung jawab, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat pertama, bahwa urusan pemerintahan yang dipercayakan kepada daerah disertai dengan sumber pembiayaan, transfer dana, dan sumber pembiayaan. sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasi. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya manusia (SDM) bidang kesehatan merupakan kewajiban, tanggung jawab dan amanah pemerintah daerah kabupaten/kota masing-masing.

Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota menyatakan bahwa kesehatan merupakan suatu hal yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Oleh karena itu, pentingnya penyusunan rencana kebutuhan sumber daya manusia merupakan langkah strategis yang harus dilaksanakan dalam upaya mendukung pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, setiap satuan organisasi pemerintah daerah kabupaten/kota wajib merencanakan kebutuhan sumber daya manusianya setiap tahun anggaran.

Hasil perencanaan kebutuhan personel di bidang kesehatan kemudian diusulkan sebagai bagian dari usulan pembentukan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang berwenang. Selain perencanaan SDM, pemerintah daerah kabupaten/kota harus berdasarkan Keputusan Kepala Badan Administrasi Negara No. 37 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Pegawai Negeri Sipil mengatur SDM, termasuk SDM di lingkungannya untuk memperoleh sumber daya manusia yang tepat baik dari segi kuantitas, kualitas, komposisi dan distribusinya secara proporsional. Berdasarkan kebijakan hukum tersebut di atas, maka kewenangan, kewajiban, dan tanggung jawab pokok pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan bidang kesehatan di daerahnya, termasuk pengelolaan sumber daya di bidang kesehatan, termasuk pengelolaan SDM, sangat penting. jernih.

Pedoman ini bertujuan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat pemerintah kabupaten/kota. Sasaran dari pedoman ini adalah pemangku kepentingan yang mempunyai tanggung jawab dan kewenangan dalam pengelolaan MSDM pada tingkat pemerintah kabupaten/kota dan perencana kebutuhan MSDM pada institusi kesehatan milik negara dan swasta.

TAHAPAN PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDMK TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Tim Perencanaan Kebutuhan HRK Tingkat Kabupaten/Kota-Kota-Daerah terdiri atas Tim Pengarah dan Tim Pelaksana yang pembentukannya bertujuan untuk menyusun Dokumen Perencanaan Kebutuhan HRK Tingkat Kabupaten/Kota-Pemerintah Daerah serta merumuskan usulan rekomendasi kebijakan penataan kelembagaan dan pengelolaan kepegawaian di bidang rangka meningkatkan kinerja organisasi. Tim perencana kebutuhan SDM pada tingkat pemerintah kabupaten/kota-daerah ditetapkan melalui keputusan bupati/walikota. Tim pelaksana terdiri dari pemangku kepentingan di tingkat pelaksana pada saat menyusun dokumen perencanaan dan menghitung kebutuhan SDM di tingkat kabupaten/kota-daerah.

HRK memerlukan tim perencana di tingkat pemerintah daerah kabupaten/kota untuk meningkatkan kapasitasnya dalam perencanaan HRK. Luaran pada tahap ini adalah kemampuan tim perencanaan kebutuhan HRK, khususnya tim pelaksana, dalam menyusun dokumen perencanaan kebutuhan HRK. ABK Kesehatan, untuk perencanaan kebutuhan pegawai pada fasilitas kesehatan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota; Dan.

Output pada tahap ini merupakan rangkuman hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan sumber daya manusia pada tingkat pemerintahan kabupaten/kota. Dokumen perencanaan kebutuhan SDM yang dihasilkan merupakan dokumen perencanaan kebutuhan SDM tahunan yang disusun setiap tahunnya. Kelompok perencanaan kebutuhan SDM pemerintah daerah kabupaten/kota melaporkan kepada sekretaris daerah pemerintahan daerah kabupaten/kota untuk menjadi bahan pertimbangan tertulis dalam HRK mengenai hasil penyusunan dokumen perencanaan kebutuhan SDM di tingkat kabupaten/kota. pemerintahan daerah. pengelolaan di kabupaten/kota.

Dokumen perencanaan kebutuhan SDM pada tingkat pemerintah daerah kabupaten/kota yang telah ditetapkan oleh bupati/walikota disampaikan kepada pemerintah provinsi sebagai dasar pengelolaan SDM pada tingkat pemerintah provinsi.

PENDAHULUAN berisi

GAMBARAN SDM KESEHATAN berisi

KEBUTUHAN SDM KESEHATAN berisi

RSU Kabupaten/Kota di Provinsi (bagi RSU yang klasifikasinya ditingkatkan dan bagi RSU yang izin pendiriannya baru). Puskesmas Kabupaten/Kota di Provinsi (bagi Puskesmas yang belum terakreditasi dan usulan akreditasi Puskesmas). Menganalisis kesenjangan ketersediaan dan kebutuhan lembaga SDM dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (termasuk permasalahan termasuk kesenjangan antara ketersediaan dan kebutuhan menurut jenis dan jumlah SDM).

Jika kapasitas produksi lebih rendah dari beban kerja yang seharusnya, maka akan banyak waktu luang atau tidak produktif yang dapat menurunkan kualitas pekerjaan. Jika kapasitas produksi sesuai dengan beban kerja yang seharusnya, maka kualitas pekerjaan baik, karena HRK melakukan pekerjaan dengan normal, tidak ada tekanan kerja atau waktu luang. Rencana redistribusi HRK antar Fasilitas Pelayanan Kesehatan sejenis dalam wilayah pemerintah daerah kabupaten/kota seluruh provinsi atau antar wilayah pemerintah daerah provinsi.

Sp.A Sp.OG Sp.PD Sp.B Sp.An .dll Dr.Perawat Umum Sp.PD Apoteker Bidan.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI berisi

Jumlah penduduk tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 yang penghitungannya berdasarkan laju pertumbuhan penduduk provinsi tersebut, akan dijadikan dasar penghitungan jumlah penduduk tahun 2014 sampai dengan tahun 2025 yang menjadi dasar penghitungan jumlah penduduk sedang. -kebutuhan jangka menengah HRK dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2025. Data/informasi ini digunakan dalam perhitungan proyeksi kebutuhan jangka menengah HRK selama 5 atau 10 tahun, berdasarkan metode rasio kesehatan diri terhadap jumlah penduduk. Standar ketenagakerjaan ini digunakan sebagai dasar penghitungan prakiraan kebutuhan HRK jangka menengah (jenis HRK apa pun) untuk tahun 2014-2019 dan 2019-2025).

KEBUTUHAN SDM KESEHATAN berisi

Perhitungan Proyeksi Penduduk Jawa Timur Tahun 2014-2025

Tahun

Catatan: Penghitungan proyeksi kebutuhan SDM Kesehatan jangka menengah Provinsi “A” (contoh: Jawa Timur) Tahun dapat mengacu pada Pedoman 3 Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Jangka Menengah berdasarkan metode rasio HRK terhadap jumlah penduduk. Rekomendasi tersebut memuat rencana pemenuhan kebutuhan, pendistribusian dan redistribusi, dan lain-lain sesuai dengan prioritas masalah yang ditemukan.

PENDAHULUAN Berisi

TUJUAN Berisi

KEADAAN SDM KESEHATAN Berisi Keadaan SDM Kesehatan

Sebaran sumber daya manusia kesehatan pada fasilitas kesehatan swasta (rumah sakit, rumah bersalin, puskesmas, dan lain-lain) pada kabupaten/kota “X”.

PERENCANAAN KEBUTUHAN Isi dari Perencanaan Kebutuhan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan dan Rekomendasi berisi

Referensi

Dokumen terkait

1. Perencanaan tugas belajar disusun mengacu pada dokumen perencanaan SDM kesehatan yang menyeluruh sesuai dengan kajian kebutuhan organisasi dari Unit Kerja

Merupakan kegiatan memadukan jumlah tenaga kerja yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan. Tujuannya untuk mendapatkan gambaran mengenai kebutuhan

Sedangkan dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja di masa datang, perencanaan SDM lebih menekankan adanya usaha peramalan (forecasting) mengenai ketersediaan tenaga kerja yang

Komponen utama dari perencanaan SDM adalah menentukan tipe SDM yang dibutuhkan suatu organisasi atau perusahaan dalam jangka waktu tertentu.. Untuk menyusun rencana tenaga

Sumber dasar dari data tenaga kerja adalah data Sumber Daya Manusia pada.. Perencana dapat menggunakan inventarisasi ini untuk menentukan kebutuhan jangka panjang

metode analisis kebutuhan organisasi, analisis kebutuhan pekerjaan dan analisis kebutuhan personal, didapatkan hasil kebutuhan pengembangan SDMK di Puskesmas

Adapun manfaat dari perencanaan kebutuhan dan penjadwalan biaya upah (biaya tenaga kerja) pada tahap pelaksanaan proyek konstruksi adalah untuk dapat mengurangi

Terdapat 6 langkah dalam metode ABK Kes sesuai yang tertuang dalam buku manual ABK Kes yaitu menetapkan fasilitas pelayanan kesehatan dan jenis SDMK, menetapkan Waktu Kerja Tersedia