i
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL
TERINTEGRASI ISLAM DAN PBL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SELF-EFFICACY
Oleh
Luthfiyyah Salsabila NIM 180103042
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
ii
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL
TERINTEGRASI ISLAM DAN PBL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SELF-EFFICACY
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Luthfiyyah Salsabila NIM 180103042
PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2022
iv
v
vi
vii
PENGESAHAN
Skripsi oleh: Luthfiyyah Salsabila, NIM: 180103042 dengan judul
“perbandingan Model Pembelajaran PBL Terintegrasi Islam dan PBL Terhadap Hasil Be;ajar Matematika ditinjau dari self efficacy” telah di pertahankan di depan dewan Penguji Prodi Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram pada tanggal:
Dewan Penguji Dr. Nurhardiani, ST., M.Pd.
(Ketua Sidang/Pemb. I) ________________________________
Kiki Riska Ayu Kurniawati, M.Pd.
(Sekertaris Sidang/Pemb. II) ________________________________
Dr. Alkusaeri, S.Pd.I., M.Pd.
(Penguji I) ) ________________________________
Erpin Evendi, M.Pd.
(Penguji II) ________________________________
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dr. H. Jumarim, M.H.I.
NIP. 197612312005011006
viii MOTTO
Tidak ada yang sempurna di Dunia ini, namun tidak ada yang tidak mugkin jika Allah telah berkehendak
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
“Ayahandaku Muhammad Jafar dan Ibundaku Risnawaty Jufri, walaupun begitu banyak yang terjadi di keluarga kami kedua orang tuaku tetap memberikan semangat, dorongan, dukungan, motivasi, bimbingan, do’a, dan kasih sayang yang tak terhingga.
Keluarga besar Dg. Macora dan keluarga besar Dg. Tayang yang begitu banyak memberikan doa dan dukungan.
Serta untuk diriku sendiri, terimakasih banyak karna sudah mampu bertahan dan kuat hingga saat ini”.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang maha kuasa karena telah memberikan penulis kesempatam untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini yang berjudul “Perbandingan Model Pembelajaran PBL Terintegrasi Islam dan PBL Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau dari Self- Efficacy”
penulis ingin memberikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing, membantu serta memberikan dukungan dan doa dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini. ucapan terima kasih ini Penulis tujukan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberikan tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu.
2. Bapak Dr. Jumarim, M.H.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram.
3. Bapak Dr. Al Kusaeri M.Pd. selaku ketua program studi Tadris Matematika dan Ibu Parhaini Andriani, M.Pd.Si. selaku sekertaris jurusan program studi tadris matematika
4. Dr. Nurhardiani, M.Pd. Selaku pembimbing I dan Kiki Ayu Riska Kurniawati, M.Pd. Selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, koreksi serta motivasi dalam penulisan dan penyusunan skripsi penelitian ini secara detail.
5. Kedua Orang tua Ayahanda Muhammad Jafar dan Ibunda Risnawaty Jufri yang membiayai pendidikan hingga mencapai tahap akhir perkuliahan jenjang S-1 ini dan tak pernah berhenti mendoakan, mendukung dan memberikan semangat dalam penulisan dan penyusunan skripsi penelitian ini.
6. Teman-teman, sahabat, saudara dan keluarga besar Dg. Macora dan Dg. Tayang yang telah banyak memberikan kontribusi dalam pnulisan dan penyusunan skripsi penelitian ini.
Mataram, September 2022 Penulis,
Luthfiyyah Salsabila
xi DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN LOGO ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Dan Batasan Masalah ... 6
C. Tujuan Dan Manfaat ... 6
D. Definisi Operasional ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Kajian Pustaka ... 9
B. Kerangka Teori ... 16
C. Kerangka Berfikir ... 30
D. Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel... 34
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35
D. Variabel Penelitian ... 36
E. Desain penelitian ... 36
F. Instrumen dan Bahan Penelitian ... 37
G. Teknik pengumpulan Data ... 42
H. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 53
A. Hasil ... 53
xii
1. Uji Prasyarat ... 53
a. Uji Lilifors ... 53
b. Uji Homogenitas ... 53
2. Analisis Penskoran Angket ... 54
3. Uji Hipotesis ... 55
B. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
E. DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran PBL, 19
Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran PBL terintegrasi islam, 23 Tabel 3.1 Jumlah siswa kelas VII, 35
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian, 36 Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Matematika 37 Tabel 3.4 Penskoran Angket Self Efficacy, 40 Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Self Efficacy, 40 Tabel 3.6 Kategori Tingkat Self Efficacy, 43 Tabel 3.7 Anava 2 Jalan, 49
Tabel 4.1 Rekap Uji Normalitas Sebelum Penelitian, 53 Tabel 4.2 Rekap Uji Normalitas Setelah Penelitian, 53 Tabel 4.3 Rekap Uji Homogenitas Sebelum Penelitian, 54 Tabel 4.4 Rekap Uji Homogenitas Setelah Penelitian, 54 Tabel 4.5 Penetapan Kategori Self Efficacy, 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis, 55
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis Penskoran Angket, 67
Lampiran 2 Uji Normalitas dan Homogenitas Data Sebelum Penelitian, 70 Lampiran 3 Uji Normalitas dan Homogenitas Data Setelah Penelitian, 80 Lampiran 4 Uji Hipotesis, 94
Lampiran 5 Rencana Pembelajaran, 99 Lampiran 6 Instrumen Penilaian, 128 Lampiran 7 Angket Self Efficacy, 133
Lampiran 8 Gambar Tabel Signifikan(0,05), 136 Lampiran 9 Dokumentasi, 137
Lampiran 10 Kartu Konsultasi, 139
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian dan Surat Balasan Penelitian, 141
xv
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN PBL
TERINTEGRASI ISLAM DAN PBL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SELF-EFFICACY
Oleh:
Luthfiyyah Salsabila NIM.180103042
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang lebih baik antara menggunakan PBL terintegrasi islam atau PBL, untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang memiliki self efficacy tinggi, sedang atau rendah dan untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang lebih baik antara menggunakan PBL terintegrasi islam atau PBL ditinjau dari self efficacy. jenis penelitian Quasy Experiment (Eksperimen Semu).
Penelitian ini dilakukan di MTs Nahdlatul Mujahidin Jempong Ampenan Utara. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas MTs Nahdlatul Mujahidin. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling, sampel yang digunakan adalah kelas VII B dan VII C yang berjumlah 38 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan angket. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, tes, dan angket. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis anova dua jalan (two-way anova) sel tak sama dengan taraf signifikasi 0.05. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa : 1) Hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran PBL terintegrasi Islam lebih baik daripada hasil belajar matematika dengan menggunakan PBL. 2) Tidak ada perbedaaan hasil belajar matematika siswa berdasarkan tingkatan self efficacy. 3) Tidak ada interaksi hasil belajar dengan model PBL terintegrasi Islam dan PBL terhadap hasil belajar ditinjau dari self efficacy.
Kata Kunci : Model Pembelajaran PBL, Terintegrasi Islam, Self Efficacy, Hasil Belajar.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Saat mendengar kata matematika pasti yang ada di benak kita yaitu ilmu yang berkaitan dengan bilangan, operasi hitung dengan banyaknya rumus-rumus. Pada hakikatnya matematika itu suatu pola yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia hadir dari proses berpikir yang menghadirkan suatu pola keteraturan dan unsur yang terorganisasi, mulai dari yang tidak terdefinisikan ke postulat sampai pada akhirnya ke dalil.1 Tanpa kita sadari matematika selalu kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari contohnya dalam perdagangan secara tidak langsung disana menggunakan operasi pengurangan, penjumlahan, perkalian dan pembagian. dilain sisi matematika merupakan jantungnya semua bidang ilmu pengetahuan, ibaratnya matematika itu adalah kotak perkakas yang berisi seribu alat yang mempunyai jutaan kegunaan dan alat-alat tersebut yang digunakan oleh para pemimpi di berbagai bidang di dunia dalam menyelesaikan masalahnya. Matematika yang begitu penting dalam dunia pendidikan sehingga tujuan pembelajaran matematika diatur dalam peraturan menteri pendidikan nasional Nomor 22 tahun 2016 tentang standar isi, yaitu agar siswa memiliki kemampuan baik dalam memahami konsep matematika, menggunakan penalaran pada pola dan sifat matematika, memecahkan masalah, mengomunikasikan gagasan serta sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.2 Untuk itu dari TK sampai ke tingkat pendidikan
1 M. Luthfi Ashari, “Analisis Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Sisi Datar Pada Siswa Kelas VIII A-1 MTs Munjungan”, (Skripsi, FTK IAIN Tulungagung, Jawa Timur, 2015), hlm. 14-15.
2 Mariyana Fitriana Nurmalisa, “Reviafifah, Tujuan Pembelajaran Matematika”.
dalam
http://perpus.iainsalatiga.ac.id/lemari/fg/free/pdf/?file=http://perpus.iainsalatiga.ac.id/g/p df/public/index.php/?pdf=7993/1/document, diakses pada tanggal 18 Maret 2022, pukul 23.19.
2
yang lebih tinggi matematika tidak pernah absen dalam pembelajaran.
Matematika masuk dalam kategori pembelajaran paling sulit di kalangan pelajar di Indonesia, karena pembelajarannya yang bergelut dengan angka, operasi hitung-hitungan dan teorema sehingga nilai pembelajaran matematika siswa berada dalam garis bawah kelulusan. Apalagi bagi siswa yang berlatar belakang pesantren yang lebih mendalami atau meningkatkan pembelajaran yang berkaitan dengan agama. MTs Nahdlatul Mujahidin NW merupakan salah satu sekolah yang lebih meningkatkan pembelajaran agama dibanding pembelajaran umum sehingga hasil belajar di pembelajaran umum terbilang sangat rendah terutama pada pembelajaran matematika, ini dibuktikan dengan hasil ulangan matematika semester ganjil di kelas VII. Rata-rata nilai hasil ulangan matematika seluruh siswa kelas VII adalah 42,6 sedangkan standar nilai kelulusan adalah 75.3 Berdasarkan wawancara langsung dengan guru mata pelajaran matematika di kelas VII terkait hasil belajar matematika siswa yang jauh dari standar kelulusan, disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang masih jauh dari kata sempurna sehingga membuat siswa kurang aktif dan tidak menggemari pembelajaran matematika serta ketidak percayaan akan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan permasalahan pada pembelajaran matematika tersebut. Alasan lain dari itu banyak siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran matematika ini sangat tidak penting karena hubungannya tidak ada dengan agama islam, sehingga tak jarang kita jumpai banyak siswa yang bolos pada jam pembelajaran tersebut.
Peneliti juga melihat Banyaknya siswa yang kurang aktif dan tidak menggemari pembelajaran matematika bahkan sampai tidak bersekolah hari dimana ada jam pembelajaran matematika seakan pembelajaran ini sangat menyeramkan bagi mereka.
model pembelajaran yang digunakan oleh guru juga kurang
3 Observasi di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Apenan Utara, 11 Desember 2021, pukul 08.30 pm.
3
mampu mengajak siswa untuk dapat berkontribusi dalam pembelajaran itu.4 maka dari itu diperlukan model pembelajaran yang kreatif dan distingtif agar mampu meningkatkan gairah belajar siswa di dalam kelas, untuk kebanyakan siswa menganggap matematika itu tidak penting karena tidak adanya hubungan dengan nilai keislaman maka diperlukan pengintegrasian pada model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Salah satu model pembelajaran itu adalah menggunakan model pembelajaran PBL yang terintegrasi islam. Model pembelajaran PBL sudah pernah digunakan oleh guru matematika yang peneliti wawancarai namun beliau mengatakan hasil belajar matematika siswa masih saja sama dan alasannya juga masih saja sama. Untuk itu model pembelajaran PBL terintegrasi islam akan mampu mendorong minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika, mampu memberikan kesempatan dalam penyelesaian masalah secara random melalui pilihan guru atau dari siswa itu sendiri, serta mampu mengubah cara pandang siswa yang berlatar belakang pesantren yang menganggap matematika tidak penting dan tidak ada hubungannya dengan agama.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa, baik interaksi secara langsusng seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan berbagai model pembelajaran.5 Model pembelajaran adalah sebuah tutorial dalam sebuah perencanaan berupa pola yang digunakan sebagai pedoman merencanakan pembelajaran di kelas.6 Arends (1997: 7) mengemukakan bahwa model pembelajaran mengaju pada pendekatan pembelajaran yang didalamnya terdapat tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
4 Tarmizi, Wawancara langsung terkait proses pembelajaran matematika kelas VII di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara, 13 Desember 2021, pukul 10.00 pm.
5 Rusman., “Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, dalam Suwito (ed.), (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 333.
6 Trianto, “Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Praktek”, dalam John Wolor (ed.), (Jakarta: Pretasi Pustaka Publisher, 2007), hlm. 1.
4
pengelolahan kelas.7 Dalam proses belajar mengajar guru perlu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswanya karena mmodel pembelajaran sangat berpengaruh akan keberhasilan hasil belajar siswa. sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (dalam siami, 2000) mengemukakan bahwa untuk mengetahui kualitas suatu model pembelajaran perlu dilihat dari dua aspek yaitu proses dan produk, dimana proses ini mengacu pada apakah pembelajaran mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan dan mendorong siswa untuk aktif belajar dan berpikir kreatif, sedangkan aspek produk mengaju pada peningkatan kemampuan siswa sesuai dengan standar kompetensi yang ditentukan.8
Dalam pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruh oleh sifat dari materi yang diajarkan serta tingkat kemampuan peserta didik dalam pembelajaran. Berdasarkan pemaparan masalah siswa model pembelajaran yang akan dipilih adalah model pembelajaran PBL terintegrasi islam. Dimana model pembelajaran ini dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah matematika secara kreatif dan tidak membosankan sehingga mampu membuat siswa aktif dalam pembelajaran matematika terlebih lagi meningkatkan hasil belajar matematika siswa, model pembelajarannya yang diintegrasikan dengan keislaman dapat membantu siswa menyadari bahwa matematika itu bukan hanya ilmu umum namun matematika sangat erat kaitannya dengan agama islam.
Menurut Trianto model pembelajaran PBL adalah model pembelajaran yang di dasarkan pada semua masalah yang membutuhkan penyelidikan autentik.9 Dengan kata lain model pembelajaran ini memiliki penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Boud dan Feletti mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi yang paling
7 Ibid, hlm. 4
8 Ibid., hlm. 5.
9Nurmala Sari, Sri Rezeki, Rezi Ariawan, “Materi Himpunan Terintegrasi Keislaman: Sebuah Studi Pengembangan Model Problem Based Learning”, AKSIOMATK, Vol. 7, Nomor 3, September 2019, hlm. 11.
5
signifikan dalam proses pembelajaran.10 dari pendapat para ahli diatas model pembelajaran PBL memang cocok dalam memberikan solusi dalam pembelajaran serta menyelesaikan masalah dengan cara kreatif dan inovatif sehingga minat belajar siswa dapat meningkat. Dengan pengintegrasiannya dengan nilai keislaman merupakan salah satu strategi untuk lebih mengenalkan pembelajaran matematika ke siswa yang latar belakangnya pesantren sehingga minset mereka terhadap pembelajaran matematika yang tidak ada keterkaitannya dengan agama bisa berubah bahwa ilmu umum seperti matematika sangan ada kaitannya dengan agama. Seperti dalam (Q.S Nuh:
15)
قاَبِط ِتاَواَمَس َعْبَس الله َقَلَخ َفْيَك اْوَرَت ْمَلا Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?.11 Ayat tersebut menampakkan dengan jelas bahwa matematika dalam al-qur’an itu ada disebutkan bahwa Allah menciptakan lapisan langit dengan tujuh lapis. Angka tujuh menunjukkan bilangan dalam matematika. Model pembelajaran PBL terintegrasi islam dapat menjadi solusi dari permasalahan yang dialami guru dan siswa dalam pembelajaran.
Bukan hanya model pembelajaran yang perlu diperhatikan tapi penanaman motivasi dalam diri siswa itu sangat diperlukan.
Dimana motivasi itu berkaitan dengan self efficacy atau efikasi diri yaitu suatu kepercayaan seseorang atas kemampuannya.
Apanila siswa memiliki self efficacy baik maka siswa akan lebih memiliki kepribadian yang lebih kuat dalam mengatasi masalah, tidak mudah terpengaruh akan hal-hal buruk disekitarnya dan lebih termotivasi untuk terus belajar dan mencari tahu.12 Siswa yang memiliki self efficacy sedang dan rendah akan lebih mudah terpengaruh akan hal-hal yang ada disekelilingnya dan
10 Rusman, “Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, dalam Suwito (ed.), (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 334.
11 Kementrian Agama Repulik Indonesia, Qur’an Hafalan, Halim, hlm. 571.
12 Roymond H. Simamora, “Pelatihan Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan Efikasi diri Perawat dalam Pelaksanaan Identifikasi Pasien”, Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, Vol. 12, Nomor 1, 2020, hlm. 50.
6
kurangnya motivasi untuk belajar karena ketidak percayannya akan kemampuannya dan juga bisa menimbulkan sikap negatif dan frustasi.13 Maka dari itu untuk meningkatkan hasil belajar, siswa perlu memiliki tingkat self efficacy yang baik/tinggi dalam dirinya.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti ingin meneliti tentang Perbandingan Model Pembelajaran PBL Terintegrasi Islam dan PBL Terhadap Hasil Belajar Matematika kelas VII Ditinjau dari Self-Efficacy.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Manakah hasil belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan PBL terintegrasi Islam atau siswa yang diberikan pembelajaran dengan menggunakan PBL?
2. Manakah hasil belajar yang lebih baik aantara tiga tingkatan dari self efficacy?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran PBL terintegrasi Islam dan PBL terhadap hasil belajar ditinjau dari self efficacy?
Adapun cakupan permasalahan masih sangat luas, namun karena keterbatasan waktu dan agar tidak meluas ke permasalahan yang lain, maka penulis membatasi sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di seluruh siswa kelas VII MTs Nahdlatul Mujahidin NW.
2. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi bangun datar segiempat dan segitiga.
3. Hasil belajar matematika siswa yang diteliti adalah hasil belajar kognitif berupa hasil tes akhir pembelajaran.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
13Ibid.
7
1. Hasil belajar matematika siswa yang lebih baik antara menggunakan PBL terintegrasi islam atau PBL.
2. Hasil belajar matematika siswa yang lebih baik antara siswa yang memiliki self efficacy tinggi, sedang atau rendah.
3. Hasil belajar matematika siswa yang lebih baik antara menggunakan PBL terintegrasi islam atau PBL ditinjau dari self efficacy.
Adapun manfaat dari penelitian ini:
1. Guru
Penelitian ini guru dapat mengetahui dan mengenal model pembelajaran PBL terintegrasi islam serta dapat menerapkan model pembelajaran itu di kelas untuk mengatasi masalah-masalah siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Siswa
Lebih aktif dalam berkontribusi pada pembelajaran matematika dan dapat merubah pola pikir siswa tentang matematika yang dianggap tidak penting karena tidak ada hubungan dengan agama islam. Serta membuat siswa lebih kreatif dalam penyelesaian masalah pada pembelajaran tersebut.
3. Madrasah
Memberikan informasi terkait model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar matematika siswa serta dapat menjadi Contoh sebagai madrasah dengan penggunaan model pembelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai keislaman.
4. Peneliti
Peneliti bisa lebih banyak belajar, menambah pengetahuan dan melatih diri dalam mempersiapkan menjadi seorang calon guru dimasa yang akan datang.
D. Definisi Operasional
Tujuan dari penegasan istilah dalam judul penelitian agar tidak salah penafsiran di masa yang akan datang saat penginplementasianya, untuk itu perlu adanya definisi operasional sebagai berikut:
8 1. Perbandingan
Perbandingan yang dimaksud disini adalah membandingkan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran PBL dan PBL terintegrasi islam untuk mencari model pembelajaran yang mana yang lebih baik dalam mengatasi masalah siswa pada saat pembelajaran matematika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa yang baik.
2. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika yaitu pencapaian terakhir siswa dalam proses pembelajaran matematika. Hasil belajar yang dimaksud disini adalah hasil belajar kognitif siswa berupa hasil tes akhir pembelajaran. Berupa beberapa butir soal berbentuk uraian dan sudah teruji kevalodatannya.
3. Model Pembelajaran PBL Terintegrasi Islam
Model pembelajaran ini biasa dikenal dengan sebutan model pembelajaran berbasis masalah, suatu pendekatan pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dengan tujuan agar siswa mampu memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah serta menghasilkan pengetahuan dengan esensial dari materi pokok bahasan dalam pembelajaran. Model pembelajarannya yang terintegrasi islam dapat membantu siswa yang berlatar belakang pesantren berpikir realistis tentang hubungan matematika dengan agama islam.
4. Self efficacy
Maksud dari self efficacy dalam penelitian ini adalah suatu kepercayaan akan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu.
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka
1. Kajian Pustaka
a) Isna Lutfinatun Nabila 2020, “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terintegrasi Nilai Keislaman Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau Dari Self Efficacy”.
Terdapat perbedaan model pembelajaran Problem Based Learning terintegrasi nilai keislaman terhadap kemampuan berpikir kritis matematis, ada perbedaan antara peserta didik yang memiliki self efficacy tinggi, sedang, rendah terhadap kemampuan berpikir kritis matematis, tidak ada interaksi antara model pembelajaran PBL dan self efficacy peserta didik terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Perbedaan: Peneliti meneliti terkait perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy, lokasi penelitian peneliti di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Kota Mataram sedangkan Isna Lutfinatun Nabila di MA Miftahul Huda Nambah Dadi, Subyek penelitian peneliti adalah seluruh siswa kelas VII sedangkan Isna Lutfinatun Nabila Seluruh siswa kelas X.
Persamaan: Sama-sama meneliti tentang model pembelajaran PBL terintegrasi islam ditinjau dari self efficacy.
b) Ria Remdhani 2021, “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Self Efficacy Dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran IPA Di SMK Amal Bakti Jatimulyo”. Terdapat pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap self efficacy dan hasil belajar peserta didik. Perbedaan:
Peneliti meneliti terkait perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy sedangkan Ria
10
Remdhani meneliti tentang pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap self efficacy dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA di SMK Amal Bakti Jatimulyo, lokasi penelitian peneliti di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Kota Mataram sedangkan Ria Remdhani meneliti di SMK Amal Bakti Jatimulyo, subyek Penelitian, Bidang studi dalam penelitian peneliti adalah Matematika sedangkan Ria Remdhani bidang studi IPA. Persamaan: meneliti model pembelajaran PBL terhadap Hasil Belajar siswa.
c) Lalu Pradipta Jaya Bahari, bahtiar & Muhammad Kafrawi 2021 “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terintegrasi Islam Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA 1 Di MA Putra Al - Ishaluddiny Kediri Lombok Barat”. Adanya pengaruh model PBM yang diintegrasikan dengan konsep islam terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA I di MA Putra Al Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat. Perbedaan:
Peneliti meneliti terkait perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy, Lokasi penelitian peneliti di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Kota Mataram sedangkan Lalu Pradipta Jaya Bahari, bahtiar & Muhammad Kafrawi meneliti di MA Putra Al Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat, Subyek penelitian Bidang studi dalam penelitian peneliti adalah Matematika sedangkan Lalu Pradipta Jaya Bahari, bahtiar & Muhammad Kafrawibidang studi dalam penelitian mereka adalah IPA. Persamaan:
meneliti tentang Model pembelajaran yang sama terhadap hasil belajar siswa.
d) Ratna Sri Ningsih dan Ratni Purwasih 2017
“Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self Efficacy Mahasiswa Calon Guru”.
11
Pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran PBL lebih baik dari pada yang menggunakan pembelajaran pendekatan ekspositori, Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis yang pembelajarannya menggunakan PBL baik dari pada pendekatan ekspositori, Peneliti meneliti terkait perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy, Subyek dalam penelitian peneliti adalah seluruh siswa kelas VII sedangkan subyek penelitian Ratna Sri Ningsih dan Ratni Purwasih Mahasiswa Calon Guru, Lokasi penelitian peneliti. Obyek penelitian yang peneliti teliti adalah model pembelajaran PBL terintegrasi islam sedangkan obyek dalam penelitian Ratna Sri Ningsih dan Ratni Purwasih adalah PBL, Variabel terikat dalam penelitian peneliti adalah hasil belajar sedangkan dalam penelitian Ratna Sri Ningsih dan Ratni Purwasih variabel terikatnya adalah kemampuan pemecahan masalah matematis dan self efficacy. Persamaan: Model pembelajaran problem based learning ditinjau Self efficacy, Pemecahan masalah dalam matematika.
e) Iyam Martati 2018 “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Pola Bilangan Di Kelas VII Sekolah Menengah Pertama”. Dalam penerapannya model pembelajaran berbasis masalah ini memiliki lima tahapan dalam merangsang berpikir tingkat tinggi saat berorientasi masalah belajar dan bagaimana belajar.
Tahapan itu diantaranya: Tahap berorientasi peserta didik terhadap masalah, Tahap mengorganisasikan peserta didik dalam belajar, Tahap membimbing penyelidikan secara individu maupun kelompok, Tahap mengembangkan dan menyelesaikan hasil karya, Tahap menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Perbedaan: Peneliti meneliti terkait
12
perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy, Lokasi penelitian peneliti di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Kota Mataram, Materi pembelajaran matematika dalam penelitian peneliti adalah Aritmetika sedangkan dalam penelitian Iyam Martati adalah Pola bilangan. Persamaan: Sama- sama meneliti model pembelajaran berbasis masalah dan subyek penelitian yang sama yaitu siswa kelas VII SMP/MTs.
f) Nurmala Sari, Sri Rezeki dan Rezi Ariawan 2019
“Materi Himpunan Terintegrasi Keislaman: Sebuah Studi Pengembangan Model Problem-Based Learning”.
Penelitian pengembangan ini menghasilkan perangkat pembelajaran matematika model Problem Based Learning (PBL) Terintegrasi keislaman pada materi Himpunan kelas VII SMP teruji kelayakannya, Peneliti meneliti terkait perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy, sedangkan penelitian Nurmala Sari, dkk, meneliti tentang materi himpunan terintegrasi keislaman: sebuah studi pengembangan model problem- based learning, Lokasi penelitian peneliti di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Kota Mataram sedangkan penelitian Nurmala Sari, dkk, di SMP Muhammadiyah Pekanbaru, Dalam penelitian Nurmala Sari, dkk, menggunakan modifikasi R&D sedangkan peneliti tidak menggunakan., Materi yang digunakan materi himpunan sedangkan peneliti materi segiempat dan segitiga. Persamaan: Sama-sama meneliti terkait model pembelajaran PBL dan pupulasi mengambil seluruh siswa kelas VII SMP/MTs.
g) Muslimin, Ratu Ilma Indra Putri, Zulkardi dan Nyimas Aisyah 2020 “Learning Integers With Realistic Mathematics Education Approach Based On Islamic Values”. Uji coba Hypothetical Learning Trajectory
13
(HLT) menggunakan konteks berbasis nilai Islam memperlihatkan perkembangan yang signifikan berdasarkan hasil respon siswa. Awalnya siswa mengalami kesulitan memahami bilangan bulat, namun mereka merasa senang mengikuti proses pembelajaran beserta pembiasaannya. HLT yang digunakan dalam pembiasaan adalah melalui percobaan percontohan, dilanjutkan dengan mengajar percobaan. Siswa merespon dengan sangat positif dan senang mengikutinya dengan melihat perkembangan kemampuan mereka yang sangat signifikan selama proses pembelajaran, Peneliti meneliti terkait perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy sedangkan penelitian Muslimin, Ratu Ilma Indra Putri, Zulkardi dan Nyimas Aisyah meneliti tentang uji coba HLT menggunakan konteks berbasis nilai keislaman dengan memperlihatkan perkembangan yang signifikan berdasarkan hasil respon siswa, Materi pembelajaran peneliti aritmetika sedangkan materi dalam penelitian Muslimin, Ratu Ilma Indra Putri, Zulkardi dan Nyimas Aisyah adalah memahami bilangan, Lokasi penelitian. Persamaan: Sama-sama meneliti mengenai model pembelajaran yang di integrasikan dengan nilai keislaman.
h) Ria Nur Fitriani dan Heni Pujiastuti 2021 “Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Hasil Belajar Matematika”.
Adanya berpengaruh yang signifikan antara self-efficacy dengan hasil belajar matematika. Self-efficacy juga berkorelasi sempurna dan positif dengan hasil belajar matematika dengan menyumbang sebanyak 65,3%
dimana sisanya 34,7% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Peneliti meneliti terkait perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy sedangkan penelitian Ria Nur Fitriani
14
dan Heni Pujiastuti meneliti tentang pengaruh self- efficacy terhadap hasil belajar matematika, Lokasi penelitian, Variabel bebas dalam penelitian peneliti adalah model pembelajaran PBL dan PBL terintegrasi islam sedangkan dalam penelitian Ria Nur Fitriani dan Heni Pujiastuti self efficacy menjadi variabel bebasnya, Subyek penelitian peneliti seluruh siswa kelas VII sedangkan di penelitian Ria Nur Fitriani dan Heni Pujiastuti seluruh siswa yang berada di sekolah tempat mereka melakukan penelitiannya. Persamaan: Sama- sama meneliti tentang pengaruh self efficacy terhadap hasil belajar matematika siswa.
i) Fredi Ganda Putra, Santi Widyawati dan Isna Lutfinatun Nabila 2021 “Pembelajaran Problem Based Lerning (PBL) terintegrasi Nilainilai Keislaman dan Self- Efficacy; Dampak dan Interaksinya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis”. Kemampuan berpikir kritis matematis dengan Problem Based Learning terintegrasi nilai-nilai keislaman lebih baik daripada menggunakan pembelajaran konvensional, kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memiliki self- efficacy tinggi lebih baik daripada memiliki kepercayaan diri baik sedang maupun rendah, tidak terdapat interaksi antara penerapan model Problem Based Learning terintegrasi nilai nilai-nilai keislaman dan self-efficacy peserta didik terhadap kemampuan berpikir kritis serta self efficacy yang rendah. Peneliti meneliti terkait perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy sedangkan penelitian Fredi Ganda Putra, Santi Widyawati dan Isna Lutfinatun Nabila meneliti tentang pembelajaran problem based lerning (pbl) terintegrasi nilainilai keislaman dan self-efficacy; dampak dan interaksinya terhadap kemampuan berpikir kritis, Lokasi penelitian peneliti di MTs Nahdlatul Mujahidin Nw Jempong Ampenan Utara Kota Mataram sedangkan
15
penelitian Fredi Ganda Putra, Santi Widyawati dan Isna Lutfinatun Nabila di MA Miftahul Huda Lampung, Subyek penelitian peneliti adalah siswa MTs kelas VII sedangkan subyek penelitian Fredi Ganda Putra, Santi Widyawati dan Isna Lutfinatun Nabila adalah siswa MA, Dalam penelitian peneliti variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika sedangkan dalam penelitian Fredi Ganda Putra, Santi Widyawati dan Isna Lutfinatun Nabila variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis. Sama-sama meneliti terkait model pembelajaran PBL terintegrasi islam dan self efficacy serta tehnik pengumpulan datanya dengan menggunakan Angket dan tes serta uji hipotesis yang digunakan adalah uji hipotesis varian dua arah tak sama.
j) Lasmita Sihaloho, Agus Rahayu dan Lili Adi Wibowo 2018 “Pengaruh Efikasi Diri (Self Efficacy) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Xi Ips Sma Negeri Se-Kota Bandung”. Sebagian besar siswa kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kota Bandung memiliki: tingkat efikasi diri yang tinggi, dan hasil belajar ekonomi berada dalam kategori sedang, Efikasi diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa sebesar 60,5%, sedangkan sisanya 39,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian. Peneliti meneliti terkait perbandingan model pembelajaran PBL terintegrasi islam terhadap hasil belajar siswa ditinjau dari self efficacy sedangkan penelitian Lasmita Sihaloho, dkk. meneliti tentang pengaruh efikasi diri (self efficacy) terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas Xi Ips Sma Negeri Se-Kota Bandung, Lokasi penelitian peneliti di MTs Nahdlatul Mujahidin NW Jempong Ampenan Utara Kota Mataram sedangkan penelitian Lasmita Sihaloho, dkk. di SMA Negeri se-Kota Bandung, Subyek penelitian peneliti kelas VII sedangkan subyek penelitian Lasmita Sihaloho, dkk. dikelas XI, Bidang studi dalam penelitian peneliti adalah matematika sedangkan bidang
16
studi dalam penelitian Lasmita Sihaloho, dkk. adalah ekonomi. Persamaan: Sama-sama meneliti tentang efikasi diri terhadap hasil belajar.
B. Kerangka Teori
a. Model Pembelajaran PBL
1) Definisi Model Pembelajaran PBL
Model pembelajaran PBL (Problrm Based Learning) atau yang biasa dikenal dengan sebutan model pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan model pembelajarannya yang menuntut siswa untuk aktif dalam merumuskan masalah, merancang pemecahan masalah, dan memecahkan masalah sendiri. Hal ini di kuatkan oleh Roebiyanto, Geonawan dan Sri Harmini (2017) pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam pemprosesnya siswa diharapkan mampu mendapatkan pengalaman dari sebuah pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan permasalah dalam pembelajaran.14
Adapun pendapat lain dari Arends dalam penelitian (Warsono dan Haryanti, 2012) mengatakan bahwa pada dasarnya model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran yang berdasarkan kontruktivisme dan menunjang keterlibatan siswa dalam belajar serta terlibat dalam pemecahan masalah yang konstektual.15 Duch (2001) menyatakan bahwa model pembelajaran PBL menuntut aktivitas mental siswa secara optimal dalam belajar berpikir dan memperoleh pengetahuan mengenai esensi dari materi pelajaran dalam memahami suatu konsep, keterampilan dan prinsip matematis siswa
14 Doly Nasution, Wita Oktaviani, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP PAB 9 Klambir V T.P 2019/2020” JMES, Vol. 1, Nomor. 1, 2020, hlm. 47
15 Thania Wulansari, Aan Putra, Nur Rusliah, Habibi, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Statistik Terhadap Kemampuan Penalaran Statistis Siswa”, Aksioma, Vol. 10, Nomor 1, Juli 2019, hlm. 39
17
seperti keahlian dalam penalaran matematis melalui stimulus.16 Menurut Dr. Rusman, M. Pd. (2017) dalam bukunya mengatakan bahwa karakteristik dari model pembelajaran PBL ini adalah permasalahannya yang menjadi starting point dalam belajar, permasalahannya tidak terstruktur karena diangkat dari permasalahan yang ada di dunia nyata, membutuhkan perspektif ganda, menantang pengetahuan yang dimiliki siswa, belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama serta melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.17
Berdasarkan beberapa pendapat di atas mengenai model pembelajaran PBL dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran PBL Merupakan model pembelajaran yang menjadi bagian sangat penting dalam kurikulum matematika karena dapat melatih mental siswa secara optimal untuk berpikir, menalar serta mencari solusi dalam memecahkan permasalahan matematis, untuk itu model pembelajaran ini sangat berperan melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran matematika.
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran PBL
Menurut Piece dan Jones (Howey, 2001) mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul dalam implementasi PBM, yaitu keterlibatan dalam mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah secara kelompok, inkuiri dan investigasi untuk mengeksplorasi dan mendistribusi informasi, performasi untuk menyajikan temuan, Tanya jawab untuk menguji keakuratan dari solusi serta refleksi
16 Vivi Vatillah1, Lukita Ambarwati, Lukman El Hakim, “Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Dan Self Regulated Learning Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika Siswa” , JPPM, Vol.
13, Nomor 2, 2020, hlm. 317.
17 Rusman, “Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, dalam Suwito (ed.), (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 336.
18
terhadap pemecahan masalah.18 berbeda dengan pendapat Fogarty (1997) yang mengatakan bahwa PBM dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur atau dari sesuatu yang kacau, dari kekacauan itu siswa menggunakan kecerdasan dan penelitiannya untuk menentukan isu nyata yang ada.19
Dalam penelitian Langkah-langkah dalam model pembelajaran PBL dimulai dari beberapa Indikator diantaranya indikator mendeskripsikan data: siswa diminta untuk mendeskrpsikan masalah sebelum menelaah dan membalas masalah tersebut, Indikator Mengorganisasikan data: siswa diminta untuk berdiskusi secara berkelompok dalam membahas sebuah permasalahan dengan mengorganisasikan data sesuai dengan jenisnya, indikator merepresentasikan data:
bentuk dari pemikiran siswa pada suatu masalah yang digunakan sebagai alat untuk membantu mencari solusi dalam permasalahan tersebut, indikator menganalisis dan menginterpretasikan data: hampir sama dengan merepresentasikan data namun bagian ini siswa lebih dituntut untuk jeli dan teliti dalam menganalisis suatu masalah yang dihadapi, dan yang terakhir indikator mengaplikasikan pemahaman: bagian ini siswa membahas soal dari sebuah permasalahan matematis dengan pemahaman-pemahaman yang dimiliki dan bimbingan dari seorang guru demi mencapai tujuan pembelajaran.20
Adapun langkah-langkah model pembelajaran PBL disajikan pada tabel 2.1 berikut:
18 Ibid., hlm. 346.
19 Ibid.
20 Thania Wulansari, Aan Putra, Nur Rusliah, Habibi, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Materi Statistik Terhadap Kemampuan Penalaran Statistis Siswa”, Aksioma, Vol. 10, Nomor 1, Juli 2019, hlm. 42.
19
Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran PBL Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Orientasi
Masalah
Guru
menyampaikan tujuan pencapaian pembelajaran serta menyajikan sebuah masalah yang sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator baik berupa teks atau gambar .
Siswa mendengarkan penyampaian dari guru terkait tujuan pembelajaran yang akan mereka capai serta mengamati dan mengidentifikasi permasalahan apa yang akan
diselesaikan.
Mengorg anisasika n
Guru memberikan pengarahan kepada siswa dalam memahami
masalah yang telah disajikan. Guru juga akan membentuk
beberapa kelompok sebagai bentuk diskusi dalam memahami sampai menyelesaikan masalah yang akan diselesaikan
Anggota dalam setiap kelompok saling berdiskusi dalam pembahasan sebuah masalah dengan
mengorganisasikan masalah sesuai jenisnya.
Membim bing
Guru membimbing dalam
mengumpulkan informasi yang nyata, menjadi pengarah dalam jalannya diskusi
Siswa saling bertukar
pikiran/berdiskusi, menyampaikan pendapat/member masukan, menerima masukan tentang
20
Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Siswa hingga siswa
mendapatkan Insight dalam pemecahan masalah
berbagai jalan/cara dalam penyelesaian masalah
Penyajia n Hasil
Guru memberikan arahan terkait penentuan jalan/cara yang paling tepat digunakan dalam menyelesaikan masalah
Siswa
menyelesaikan masalah dengan proses penyelesaian yang telah disepakati serta
mempresentasikan hasil dari
penyelesaian masalah tersebut 3) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran
PBL
Menurut Didin (2013) model pembelajaran PBL memiliki beberapa kelebihan diantaranya:21
a) Siswa didirong memiliki keajlian dalam memecahkan masalah.
b) Siswa memiliki kemampuan dalam membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar.
c) Terjadi aktivitas ilmiah dan kerjama sama dalam kegiatan diskusi kelompok atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
d) Siswa akan terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawncara dan observasi.
21 Dindin Abdul Muiz Lidinillah, “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)” Jurnal Pendidikan Inovatif, Vol. 5, Nomor. 1, 2013, hlm. 5.
21
e) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
f) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran PBL menurut Didin (2013) diantaranya:22
a) PBL tidak dapat diterapkan disemua materi pembelajaran karena model pembelajaran ini lebih cocok dengan materi yang kaitannya ada dengan kemampuan pemecahan masalah.
b) Dalam satu kelas yang memiliki banyak keberanekaragaman tinggi akan sulit dalam membagikan tugas.
c) Kurang cocok untuk diterapkan disekolah dasar.
d) Adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap.
Berbeda dengan pemdapat Alpia dan Reni (2021) dalam penelitian mereka selama menggunakan model pembelajaran PBL ada beberapa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran PBL diantaranya:23 a) Menjadikan suasana kelas lebih aktif dengan siswa
yang akan berusaha untuk mencurahkan perhatian dan pikiran mereka terhadap masalah yang diberikan.
b) Siswa dapat saling bekerja sama dan berdiskusi dalam kegiatan berkelompok terhadap masalah yang diberikan sehin24gga melatih kemampuan pemecahan masalah.
22 Ibid., hlm, 5-6.
23 Alpia Nadia Lesi, Nuraeni, “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Confidence Siswa Antara Model TPS Dan PBL”, Plusminus JPM, Vol. 1, Nomor 2, Juli 2021, hlm. 259.
24 Ibid.
22
Adapun kekurangan dari model pembelajaran PBL dalam penelitian Alpia dan Reni (2021) dalam penelitian mereka diantaranya:
a) Tidak semua kelompok presentasi karena keterbatasan waktu
b) Ada beberapa siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik seperti mengobrol di kelas. Namun, untuk mengatasi hal tersebut guru lebih banyak berkeliling dan bertanya untuk lebih mengetahui permasalahan yang mereka alami.
b. Model Pembelajaran Terintegrasi Islam
1) Pengertian Model Pembelajaran Terintegrasi Islam Model pembelajaran yang terintegrasi islam maksudnya ini adalah model pembelajaran yang dimana di dalamnya terdapat nilai-nilai keislaman. Nilai keislaman dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah sensibilitas terhadap kewaspadaan dalam kemampuan menanyakan sebuah perubahan keci (tentang sebuah arti dan nilai agama.25 Integrasi antara model pembelajaran dengan ilmu agama merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan, karena pembelajaran matematika bernuansa Qur’ani adalah pembelajaran yang mengutamakan perkembangan daya pikir peserta didik.26 menurut Fakhirah (2014) mengemukakan bahwa posisi gradual keislaman yaitu pada penempatan strategi serta pemelihan yang digunakan saat pembelajaran berlangsung, seperti ibrah dengan cerita, mu’zah atau nasihat, dan penggunaan media pembelajaran seperti
25 KBBI, “Kamus versi online/daring (dalam jaringan)”, https://kbbi.web.id/nuansa, diakses tanggal 30 Januari 2022, pukul 18.32.
26 Fredi Ganda Putra, Santi Widyawati, Isna Lutfinatun Nabila, “Pembelajaran Problem Based Lerning (PBL) Terintegrasi Nilainilai Keislaman Dan Self-Efficacy;
Dampak Dan Interaksinya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis”, JEMS, Vol. 9, Nomor 1, 2021, hlm. 68
23
wacana islami, foto dan praktik ibadah sesuai dengan kehidupannyata.27
Dari beberapa pendat diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang terintegrasi nilai keislaman ialah strategi mencampurkan ilmu pengetahuan umum dengan agama yang mengaitkan nilai keislaman dalam proses pembelajarannya, dengan tujuan untuk melatih siswa memiliki pemikiran yang berkembang dalam ilmu pengetahuan umum dan agama.
2) Langkah-Langkah Model Pembelajaran PBL Terintegrasi Islam
Adapun langkah-langkah model pembelajaran PBL terintegrasi islam disajikan pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran PBL terintegrasi islam
Fase Aktivitas Guru Aktivita Siswa Orientasi
Masalah
Guru memberi arahan untuk
mengucapkan salam serta membaca doa sebelum memulai pembelajaran, guru menyampaikan tujuan dari
pembelajaran serta tujuan pentingnya permasalahan matematika yang di selesaikan untuk kedepannya, lalu menyajikan
permasalahan baik itu menggunakan
Siswa
mengucapkan salam dan membaca doa sebelum memulai pembelajaran, mendengarkan penyampaian guru terkait tujuan pembelajaran matematika beserta penyelesaian masalahnya, mengamati
permasalahan yang disajikan oleh guru baik itu melalui
27 As’ari Abdur Rahman, “Pembelajaran Matematika Qur’ani”. Prosiding SI MaNIs, Vol. 1 Nomor 1, 2017, hlm. 9.
24
Fase Aktivitas Guru Aktivita Siswa teks,gambar ataupun
vidio sesuai dengan KD dan indikator pembelajaran,
teks, gambar ataupun video.
Mengorg anisasika
n
Membagi siswa kedalam beberapa kelompok belajar dengan menamakan kelempok tersebut menggunakan nama para ilmuan muslim dibidang matematika.
Siswa berdiskusi secara
berkelompok dengan
mengorganisasikan masalah sesuai jenisya.
Mengapl ikasikan
Guru memberikan pemahaman dari sebuah gambaran untuk menyelesaikan masalah.
Membahas soal dari sebuah permasalahan dengan
menuangkan segala bentuk pemahaman yang dimiliki oleh setiap siswa dalam satu kelompok belajar.
Penyajia n Hasil
Mengarahkan dalam membuat
kesimpulan/laporan dari masalah yang telah diselesaikan.
Membuat
laporan/hasil akhir dari penyelesaian masalah yang telah diselesaikan bersama untuk didiskusikan di depan kelas.
Mengeva Mengarahkan siswa Merefleksi
25
Fase Aktivitas Guru Aktivita Siswa luasi dalam perefleksian
penyelidikan
penyelesaian masalah yang telah dilewati serta memberikan penghargaan terhadap kelompok belajar yang berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik dan benar.
kesimpulan dari hasil penyelesaian masalah.
3) Kelebihan Model Pembelajaran PBL Terintegrasi Islam.
a) Membuat suasana kelas menjadi lebih aktif dan tidak membosankan.
b) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan soft skillnya.
c) Meningkatkan rasa keingintahuan siswa terhadap penyelesaian masalah.
d) Merubah pola pikir siswa terkait pembelajaran yang tidak ada hubungannya dengan agama. Maksud dari ini adalah membuat siswa sadar akan pentingnya pembelajaran matematika dan adanya hubungan matematika dengan agama.
e) Membangun kerja sama yang baik antar siswa dalam menyelesaikan masalah di dalam satu kelompok.
4) Kekurangan Model Pembelajaran Terintegrasi Islam a) Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan
model pembelajaran ini dan tidak semua materi dalam suatu mata pelajaran dapat menggunakan ini.
b) Sulit di realisasikan terhadap siswa yang pemahaman tentanng islamnya kurang.
26
c) Kebanyakan hanya dipergunakan pada sekolah yang bernuansa pondok pesantren.
c. Self efficacy
1) Pengertian Self efficacy
Self efficacy atau yang dikenal dengan keyakinan diri adalah tingkatan keyakinan diri akan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu.28 Menurut Monika (2017) efikasi diri adalah hasil belajar yang bersifat parsial maupun stimultan.29 menurut Stefy (2020) self efficacy ialah keyakinan yang dimiliki oleh seseorang pada kemampuan atau kompetensi dirinya sendiri untuk menyelesaikan suatu tugas dan mencapai hasil dalam kondisi tertentu.30
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa self efficacy merupakan unsur dari kepribadian yang dimiliki oleh seseorang yang dihasilkan dari pengamatan dan penilaian orang-orang di sekitarnya terhadap suatu situasi sebagai akibat dari tindakannya, sehingga terbentuk sebuah keyakinan yentang kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas sebagai bentuk tercapainya suatu tujuan tertentu.
2) Indikator Self efficacy
Dalam memperkuat self efficacy atau keyakinan diri seseorang ada 4 prinsip indikator self efficacy, diantaranya: 31
28 Sri W Rahmawati, “Self-Efficacy dan motivasi Berpretasi Siswa SMA Negeri 7 Purworejo”, Jurnal Psiko Utama, Vol. 5, Nomor 2, Juni 2017, hlm. 53.
29Monika, Adman, “Peran efikasi diri dan motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar siswa sekolah menengah kejuruan”, JP MANPER, Vol. 2, Nomor 2, Juli 2017, hlm. 225.
30 Stefy Falentino Akbar, Dian Purnama Sari, Robby Firdaus, “Pengaruh Kemampuan Penalaran Efikasi Diri dan Kemampuan Memecahkan Masalah Terhadap Penguasaan Konsep Matematika”, JNPM, Vol. 4, Nomor 1, Maret 2020, hlm. 47.
31 Luvy Sylvina Zanthy, Laela Vina Hari, dan Heris Hendriana, “Pengaruh Self- Efficacy Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Matematik Siswa SMP”, JPMI: Jurnal Pendidikan Matematika Inovatif, Vol. 1, Nomor 3, Mei 2018, hlm. 435-436.
27
a) Keberhasilan kerja, seseorang yang berhasil dalam kinerjanya maka akan merasa kalau dia mampu melakukan sesuatu dengan baik.
b) Pencapaian pada pengalaman orang lain, pada dasarnya keberhasilan seseorang dapat meningkatkan keyakinan diri seseorang.
c) Persuasi verbal, keyakinan seseorang dapat menyalurkan kemampuan dalam mewujudkan suatu pencapaian.
d) Dorongan emosional, diperlukan untuk seseorang yang memiliki emosional tinggi dan sedang mengalami tekanan.
3) Sumber Self efficacy
Empat sumber dari self efficacy diantaranya:32
1) Mastery experience, yaitu keberhasilan seseorang dimasa lalu saat menghadapi tugas tertentu.
2) Social modeling, yaitu vicarious experience yang terdapat pada orang lain
3) Social verbal, yaitu individu terarah dengan nasihat, bimbingan dan saran dalam meningkatkan keyakinan akan kemampuan-kemampuan yang ada padanya serta dapat membantu tercapainya suatu tujuan yang diinginkan.
4) Fisical and emotional satate, yaitu suatu keadaan yang meliputu rasa lelah, sakit, dan rasa dimana tubuh tidak bisa bergerak serta meliputi kondisi emosional yang meliputi suasana hati, stress, dll.
4) Aspek-Aspek Self efficacy
Bandura (1997) mengatakan bahwa dimensi- dimensi efikasi diri dapat menjadi dasar dalam , menakar
32 Jess feist and Gregory J.Feist, “Theories Of Personality”, dalam Yudi Santoso S.Fil (ed.), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 416-418.
28
efikasi diri seseorang.33 Dimensi-dimensi itu sebagai berikut:
a) Dimensi magnitude (level), dimana dimensi ini berhubungan dengan keyakinan individu akan kemampuannya dalam menyelesaikan suatu masalah berdasarkan tingkatannya.
b) Dimensi kekuatan (strenght), dimensi ini berhubungan dengan heart ability atau kuat lemahnya keyakinan seseorang dalam menyelesaikan tugas.
c) Dimensi Generalisasi (generality), dimensi ini berkaitan dengan keluasan dari bidang yang dilakukan dalam mengatasi masalah.
d. Hasil Belajar
1) Pengertian Hasil Belajar
Mudjiono (2002) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang mengacu pada interaksi tindak belajar yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.34 Dalam buku Dr. Rusman, M.Pd.
mengatakan bahwa hasil belajar merupakan sejumlah pengalaman yang dihasilkan oleh siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.35
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan pengalaman belajar siswa dari tingkat pemahaman materi yang biasanya mengacu pada interaksi tindak belajar berupa nilai tes yang diberikan oleh guru, dan penilaian itu mengacu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai
33 Nirwana Gita Pertiwi, “Pengaruh Self efficacy Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Daerah Binaan Iv Kecamatan Cilacap Selatan Kabupaten Cilacap", (Skripsi, UNNES, Semarang, 2015), hlm. 18-19.
34 Widi listiani, “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 4”, e-Jurnal Pendidikan, Vol. 1, Nomor 6, Agustus 2017, hlm. 696.
35 Rusman, “Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, dalam Swito (ed.), (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 129.
29
ajuan dari kualitas pemahaman siswa. dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diuji adalah hasil belajar Kognitif.
2) Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Munadi (2008) meliputi dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal.36 Sebagai berikut:
a) Faktor internal, meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis mencakup kondisi kesehatan jasmani dan rohani siswa. Faktor psikologis mencakup intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif, dan daya nalar siswa.
b) Faktor eksternal, meliputi faktor linkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan yang mempengaruhi ada dua yaitu faktor fisik dan faktor sosial. Faktor instrumental yaitu faktor yang keberadaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
3) Klasifikasi Hasil Belajar
Klasifikasi hasil belajar digolongkan ke dalam tiga klasifikasi berdasarkan taksonomi Bloom. Bloom mengatakan “the taxonomy of education objectives”.37 Maksud dari Bloom adalah tujuan pembelajaran itu dapat diklasifikasikan dalam tiga domain, yaitu:
1) Domain Kognitif
Berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan berpikir secara intelektual. Dalam domain ini tergolong atas beberapa kategori dalam mengurutkan keahlian berpikir yang harus siswa kuasai yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis, dan evaluasi.
36 Ibid, hlm. 130.
37 Ibid.,131
30 2) Domain Afektif
Domain afektif berkaitan dengan sikap, kemampuan dan penugasan segi-segi emosional, yaitu perasaan, nilai, dan sikap.
3) Domain Psikomotor
Domain psikomotor berkaitan dengan keterampilan dan aktivitas fisik yang dilakukan siswa.
C. Kerangka Berpikir
a. Hasil belajar matematika dengan menggunakan PBL terintegrasi islam lebih baik dari PBL.
Berdasarkan masalah dan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa model pembelajaran PBL yang pernah digunakan dalam pembelajaran matematika ataupun pembelajaran lainnya memang sangatlah bagus dalam mengatasi atau menyelesaikan permasalahan yang ada. Namun untuk permasalahan bagi siswa yang bernuansa pesantren yang banyak menganggap pembelajaran umum seperti pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang sangat tidak penting dan tidak ada kaitannya dengan agama.
Karena hal tersebut pengaruh terhadap hasil belajar siswa sangat jauh dari standar nilai kelulusan, karena minat belajar mereka dalam pembelajaran matematika sangat kurang.
Maka dari itu diperlukan adanya model pembelajaran yang berbasis masalah dengan integrase keislaman seperti model pembelajaran PBL terintegrasi islam. Seperti yang telah dijelaskan bahwa model pembelajaran PBL terintegrasi islam dapat membantu siswa yang bernuansa pesantren meningkatkan hasil belajar dan minat di pembelajaran matematika.
Model pembelajarannya yang berbasis masalah dapat menghidupkan suasana belajar yang aktif karena semua siswa akan terlibat untuk berpikir, mengamati, menelaah serta mencari solusi dalam setiap penyelesaian masalah dalam matematika dan mereka juga akan dituntut untuk saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Serta model pembelajarannya yang terintegrasi
31
iislam dapat membantu siswa merubah pola pikir mereka tentang pembelajaran matematika yang mereka anggap tidak penting dan tidak ada keterkaitannya dengan agama.
b. Self efficacy tinggi, sedang dan rendah terhadap hasil belajar
Seperti yang telah diketahui bahwa self efficacy merupakan keyakinan seseorang akan kemampuan yang ada dalam dirinya, untuk itu self efficacy sangat penting dimiliki oleh setiap siswa sebagai salah satu faktor keberhasilan dalam hasil belejar mereka. Masing-masing siswa memiliki self efficacy, hanya saja tingkatan self efficacy yang mereka miliki itu pula berbeda. Ada yang hasil belajarnya baik, cukup dan kurang tergantung dari kemampuan memahami pembelajaran yang dipelajari.
Siswa yang memiliki self efficacy tinggi akan memiliki motivasi yang kuat untuk terus menjadi yang terbaik dan memiliki jiwa kompetisi yang besar untuk selalu unggul dalam berbagai bidang. Karena keyakinan mereka bahwa mereka memiliki kemampuan untuk bisa mengatasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam pembelajaran.
Bagi siswa yang memiliki self efficacy rendah mereka masih percaya punya kemampuan dalam menyelesaikan masalah namun terkadang ada saatnya mereka takut untuk mencoba menyelesaikan karena takut kalau yang mereka kerjakan itu tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Sehingga hasil mereka peroleh akan stop disatu sisi saja, tidak akan pernah meningkat. Dan bagi siswa yang memiliki self efficacy rendah, ini adalah mereka yang tidak sama sekali memiliki motivasi untuk belajar dan selalu menganggap dirinya itu jauh dari teman-temannya sehingga hasil belajar yang mereka peroleh akan selalu jauh dari nilai standar kelulusan.
Untuk itu siswa yang memiliki self efficacy tinngi akan lebih baik dari siswa yang memiliki self efficacy sedang dan self efficacy rendah serta self efficacy sedang masih lebih baik dari self efficacy rendah.
32
c. model pembelajaran PBL terintegrasi islam ditinjau dari self efficacy dalam meningkatkan hasil belajar matematika
penggunaan model pembelajaran PBL terintegrasi islam dalam pembelajaran matematika akan lebih membantu siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena dalam pembelajaran ini akan lebih membentuk bagaimana siswa menyelesaikan soal dengan penyelesaian yang benar. Saling kerja sama membentuk sebuah kelompok belajar adalah salah satu cara dalam model pembelajaran ini untuk lebih menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling bertukar ide/pikiran dalam penyelesaian masalah, sehingga cara tersebut dapat memberikah hal positif atau masukan pos