• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Budaya Material dan Non-Material dalam Pariwisata

N/A
N/A
najwa humairah

Academic year: 2024

Membagikan " Perbedaan Budaya Material dan Non-Material dalam Pariwisata"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

NAMA: JOHANNA CHRISTIN SIMORANGKIR NIM: 23480680

MATA KULIAH: LINTAS BUDAYA PARIWISATA

1. Perbedaan Antara Budaya Material Dan Non-Material Dalam Konteks Pariwisata

 Budaya material merujuk pada benda-benda fisik yang diciptakan oleh masyarakat, seperti bangunan, artefak, pakaian, peralatan, dan karya seni. Dalam dunia pariwisata, budaya material mencakup semua yang bisa dilihat dan dirasakan oleh wisatawan. Sebagai contoh, patung Buddha di Borobudur dan lukisan-lukisan tradisional Bali dapat ditampilkan di museum atau galeri seni sebagai lambang warisan budaya yang kaya dan menarik bagi para pengunjung

 Budaya non-material meliputi aspek-aspek yang tidak berwujud, seperti tradisi, bahasa, kepercayaan, nilai-nilai, norma, dan sistem keagamaan. Dalam sektor pariwisata, budaya non-material seringkali menarik perhatian wisatawan melalui berbagai upacara adat, tarian, musik, atau festival lokal. Sebagai contoh, wisatawan dapat berpartisipasi dalam upacara adat seperti Ngaben di Bali atau ritual tradisional lainnya, yang memberikan mereka kesempatan untuk merasakan langsung pengalaman budaya non-fisik

Sumber:https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7413627/budaya-benda-dan-non-benda- dari-tari-hingga-batik

Garuda.kemdikbud.go.id - Wisata Budaya dan Kesejahteraan

2. Wisatawan yang memiliki pemahaman tentang budaya lokal cenderung mendapatkan pengalaman yang lebih autentik, seperti ikut serta dalam upacara adat atau belajar kerajinan tangan, yang membantu mereka memahami masyarakat setempat dan tradisinya dengan lebih baik. Selain itu, pemandu wisata yang menguasai budaya lokal dapat memberikan informasi yang lebih menarik dan mendalam, sehingga meningkatkan kualitas narasi dan keseluruhan pengalaman wisatawan. Dengan demikian, pengetahuan tentang budaya lokal

(2)

dapat memperkaya pengalaman berwisata, sementara kurangnya pemahaman tersebut dapat mengurangi kedalaman dan makna dari pengalaman yang diperoleh

Sumber: https://www.gramedia.com/literasi/wisata-budaya-indonesia/#google_vignette https://lsppariwisata.com/id/keutamaan-pengetahuan-budaya-dalam-profesi-pemandu- wisata/

3. Warisan budaya sangat penting untuk pengembangan destinasi pariwisata dan harus dilestarikan. Selain monumen dan situs sejarah, warisan budaya juga meliputi tradisi, ritual, dan kegiatan sosial yang menarik bagi wisatawan. Pelestariannya dapat meningkatkan ekonomi lokal, karena wisatawan bersedia membayar biaya masuk dan mendukung usaha kecil. Selain itu, warisan budaya dapat meningkatkan nilai properti, karena banyak wisatawan yang mencari lokasi dengan nilai historis. Pelestarian ini juga vital untuk menjaga identitas nasional dan lokal serta meneruskan kebudayaan antar generasi. Dengan demikian, melestarikan warisan budaya tidak hanya memperkaya pengalaman wisata, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekonomi dan sosial suatu destinasi

Sumber:https://www.panda.id/dampak-pariwisata-terhadap-pelestarian-warisan-budaya- di-desa/

4. Cultural exchange dalam pariwisata adalah proses di mana wisatawan dan masyarakat lokal saling berinteraksi serta bertukar pengalaman, nilai, dan praktik budaya. Salah satu contoh positif dari pertukaran budaya ini adalah ketika wisatawan berpartisipasi dalam upacara tradisional. Contohnya, dalam upacara Ngaben di Bali, wisatawan dapat terlibat dalam ritual pemakaman tradisional, yang tidak hanya berkontribusi pada pelestarian tradisi, tetapi juga meningkatkan pemahaman mereka tentang makna spiritual yang ada di dalamnya. Interaksi seperti ini dapat memperdalam wawasan wisatawan tentang budaya lokal dan memperkuat hubungan antara mereka dan komunitas setempat.

Sumber:https://www.antaranews.com/berita/213891/turis-eropa-senang-saksikan- upacara-ngaben

(3)

5. Globalisasi memiliki dampak yang kompleks terhadap budaya lokal di destinasi wisata, dengan aspek positif dan negatif. Di satu sisi, globalisasi mempermudah akses ke pengetahuan dan inovasi dari seluruh dunia, yang dapat memperkuat dan melestarikan kearifan lokal. Misalnya, alat dan teknik baru bisa digunakan untuk meningkatkan metode tradisional dan menjaga warisan budaya dengan lebih baik. Namun, di sisi lain, globalisasi juga bisa menyebabkan ketimpangan ekonomi dan sosial. Kerajinan tangan tradisional sering kali kehilangan makna dan nilai seninya karena dikomersialkan untuk memenuhi selera pasar global, yang lebih menguntungkan segmen kecil dibandingkan dengan produksi massal yang lebih murah. Dengan demikian, globalisasi membawa dampak positif dan negatif bagi kelestarian budaya lokal, sehingga penting untuk menyeimbangkan pemanfaatan inovasi global dengan perlindungan identitas budaya yang ada

Sumber:https://pemerintahan.uma.ac.id/2024/07/dampak-globalisasi-terhadap-kearifan- lokal/

6. Interaksi antara wisatawan dan masyarakat lokal dapat memberikan dampak baik dan buruk, tergantung pada konteks sosial budaya setiap destinasi. Dari sisi positif, interaksi ini dapat meningkatkan ekonomi lokal, seperti yang terlihat di Desa Tongke-tongke, di mana kedatangan wisatawan mendorong masyarakat untuk membuka usaha baru dan menciptakan lapangan kerja. Namun, dampak negatifnya mencakup eksploitasi budaya, di mana masyarakat merasa bahwa budaya mereka hanya dianggap sebagai objek konsumsi, serta perubahan sosial yang dapat mengubah nilai-nilai tradisional. Contoh konkret dari interaksi ini dapat dilihat di Desa Tongke-tongke, yang terkenal dengan hutan mangrove- nya, di mana masyarakat merasakan manfaat ekonomi tetapi juga menghadapi tantangan dalam mempertahankan identitas budaya mereka di tengah pengaruh luar

Sumber: https://jurnal-umsi.ac.id/index.php/administrasita/article/download/349/272

7. Perbedaan budaya memiliki pengaruh besar terhadap cara wisatawan memandang masyarakat lokal di Indonesia, yang sering kali mengakibatkan kesalahpahaman. Misalnya, wisatawan yang tidak memahami norma berpakaian di suatu daerah mungkin mengenakan

(4)

pakaian yang dianggap tidak sopan, seperti bikini di tempat umum, yang bisa menyinggung perasaan masyarakat setempat. Kesalahpahaman semacam ini dapat menyebabkan konflik sosial dan merusak pengalaman wisatawan. Sebagai contoh, ketika turis duduk di tempat suci tanpa mengetahui makna tempat tersebut, tindakan ini bisa dianggap sebagai pelanggaran. Oleh karena itu, sangat penting bagi wisatawan untuk memahami dan menghormati norma-norma lokal agar interaksi menjadi lebih harmonis dan pengalaman mereka lebih memuaskan

Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-43895528

8. Pengabaian terhadap sensitivitas budaya oleh wisatawan dapat berdampak buruk bagi masyarakat lokal, termasuk konflik sosial dan ancaman terhadap identitas budaya. Ketika wisatawan tidak mengenal norma dan tradisi setempat, mereka berisiko melakukan tindakan yang dianggap tidak pantas, yang dapat merusak hubungan dengan komunitas.

Oleh karena itu, sangat penting bagi wisatawan untuk menghormati norma lokal agar dapat berinteraksi dengan baik dan membantu pelestarian budaya. Selain itu, memahami budaya lokal juga memberikan wisatawan kesempatan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam dan autentik selama perjalanan mereka

Sumber: https://baraka.uma.ac.id/mengenal-budaya-lokal

9. Budaya lokal meningkatkan pengalaman wisatawan dengan memberikan pemahaman mendalam tentang kehidupan masyarakat setempat. Tiga elemen budaya yang paling berpengaruh meliputi:

 Makanan dan Kebiasaan Makan: Menikmati masakan lokal tidak hanya memuaskan selera, tetapi juga mencerminkan tradisi dan nilai-nilai Masyarakat

 Musik dan Kesenian: Pertunjukan seni tradisional, seperti tari dan musik, menyediakan pengalaman unik yang menggambarkan sejarah dan budaya daerah

 Kerajinan Tangan: Produk kerajinan lokal mencerminkan keahlian masyarakat dan memberikan wisatawan kesempatan untuk membawa pulang kenang-kenangan yang autentik

Sumber: https://eticon.co.id/pariwisata-berbasis-budaya

(5)

10. Festival budaya tahunan di sebuah kota besar di Asia menarik ribuan wisatawan dengan menampilkan tarian dan musik tradisional, serta menggabungkan unsur modern untuk menarik generasi muda. Namun, beberapa anggota masyarakat lokal merasa khawatir bahwa unsur modern ini dapat mengancam keaslian dan identitas festival.

 Keaslian Budaya: Unsur modern, seperti musik elektronik dan kostum trendi, bisa mengubah esensi festival, tetapi juga dapat menjadikannya lebih relevan bagi generasi muda, meningkatkan partisipasi, dan menarik lebih banyak wisatawan, yang berdampak positif pada ekonomi lokal.

 Identitas Budaya: Penggabungan unsur modern dapat membingungkan pemahaman tentang identitas festival. Namun, budaya yang dinamis memungkinkan adaptasi tanpa mengorbankan inti budaya. Di sisi lain, terlalu banyak pengaruh modern dapat menyebabkan homogenisasi budaya, yang menghilangkan keunikan lokal Sumber:https://pssat.ugm.ac.id/id/pariwisata-dan-komodifikasi-budaya-di-asia- tenggara/

https://kumparan.com/kabar-harian/apa-manfaat-diadakannya-acara-festival-budaya- berikut-jawaban-selengkapnya-1wTch6W0JIN

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Salah Wahab (1992), berdasarkan maksud perjalanan yang dilakukan pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang maksud dan tujuan perjalanannya adalah dalam rangka

Perda Bali Nomor 3 tahun 1991 tentang Pariwisata Budaya Sudah memberikan perlindungan hukum budaya lokal masyarakat Kabupaten Badung terhadap pengembangan pariwisata tetapi

Salah satu hal yang dapat dikembangkan dalam bidang pariwisata adalah keberagaman budaya. Kawasan situs Trowulan merupakan salah satu pariwisata budaya yang dapat diunggulkan

Hasil yang dapat disuguhkan adalah dunia pariwisata Indonesia dapat belajar banyak dari negara-negara yang memposisikan pariwisata sebagai modal budaya dan modal

Berawal dari aktifitas pariwisata yang dirintis oleh Puri, Ubud kemudian menjadi model bagi pengembangan pariwisata yang lebih spesifik, yaitu pariwisata berbasis budaya

Salah satu hal yang dapat dikembangkan dalam bidang pariwisata adalah keberagaman budaya. Kawasan situs Trowulan merupakan salah satu pariwisata budaya yang dapat diunggulkan

Dokumen ini membahas konsep dasar asimilasi dan akulturasi dalam pembelajaran budaya, menjelaskan perbedaan dan persamaan kedua istilah

Dokumen ini membahas tentang adaptasi skala Psychological Well-Being (PWB) ke dalam bahasa Indonesia untuk mengukur keberfungsian psikologis individu dalam konteks budaya