• Tidak ada hasil yang ditemukan

perceraian karena beralih agama (murtad)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "perceraian karena beralih agama (murtad)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

DAN DAMPAKNYA TERHADAP HAK asuh ANAK BERDASARKAN UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 TERKAIT PERUBAHAN UNDANG NO. PERCERAIAN AKIBAT Pindah AGAMA (MURTAD) DAN DAMPAKNYA TERHADAP HAK PENGASUHAN ANAK MENURUT UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2019 PERUBAHAN UNDANG NO. Tentang Hak Asasi Anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam.

PENDAHULUAN

Fokus Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat menjadi masukan atau acuan dalam pengambilan kebijakan dan pelaksanaan undang-undang mengenai perceraian karena murtad dan hak asuh anak di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi, pemahaman dan wawasan yang lebih luas kepada masyarakat dan lebih khusus lagi bagi pasangan yang sedang menyelesaikan proses perceraian karena murtad dan memperjuangkan hak asuh anak.

Definisi Istilah

Perkawinan adalah suatu hubungan jangka panjang antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang diakui oleh masyarakat sebagai pasangan yang sah berdasarkan undang-undang perkawinan yang ada 13 Baik dari segi agama maupun kepercayaan. Anak adalah setiap orang yang berumur dibawah 18 (delapan belas tahun) termasuk anak yang belum dilahirkan. Perwalian adalah pengasuhan, pengasuhan, pemberian pelayanan dan pendidikan terhadap seseorang yang bukan mumejiz atau yang belum berumur 12 (dua belas) tahun.

Sistematika Pembahasan

Perbandingan atau persamaan kedua peneliti mengkaji kedua permohonan penentuan hak asuh dalam perceraian beda agama. 19 Yunita Ulin Nayla Fauziyah, “Permohonan hak asuh dalam perkara perceraian beda agama” (Disertasi Universitas Jember, 2019). 21 Husnul Pitalokan, Abdul Halim, “Pengasuhan Anak Perceraian Beda Agama dalam Sistem Hukum Indonesia”, Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora.

Kajian Teori

  • Asas Personalitas Keislaman
  • Tata Cara Percraian dalam Peraturan Perundang-undangan
  • Alasan Hukum Percerain Karena salah satu Pasangan Berbeda Agama (Murtad)

23 Etik Rahmawati, “Penerapan Prinsip Kepribadian Islami di Pengadilan Agama Pontianak dalam Perkara Perkawinan Bagi Pasutri Pindah Agama”, Jurnal Kajian Sinta Vol. 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama untuk mengadakan sidang saksi sumpah cerai. Pengurusan permohonan cerai menurut Pasal 68 UU Peradilan Agma dilakukan oleh majelis hakim pengadilan agama paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah perkara atau permohonan cerai didaftarkan pada Panitera. Kantor Pengurusan permohonan cerai berlangsung dalam sidang tertutup.

Setelah majelis hakim pengadilan agama menyimpulkan bahwa kedua belah pihak tidak mungkin lagi berdamai dan sudah cukup alasan hukum untuk bercerai, maka majelis hakim pengadilan agama berdasarkan Pasal 70 UU Pengadilan Agama memutuskan bahwa petisi itu diakomodir. Terhadap keputusan majelis hakim Pengadilan Agama yang mengabulkan permohonan cerai, pihak istri selaku tergugat dapat mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi. Setelah putusan mengabulkan permohonan cerai menjadi tetap, maka majelis hakim Pengadilan Agama menetapkan tanggal sidang ikrar cerai dengan memanggil suami sebagai pemohon dan istri sebagai tergugat atau kuasanya untuk hadir. pemeriksaan saksi.

Menurut Pasal 96 UU Peradilan Agama, Panitera bertugas menyelenggarakan administrasi perkara dan membantu majelis hakim dengan menghadiri dan mencatat persidangan, termasuk mencatat jalannya sidang sumpah cerai di pengadilan agama. Majelis hakim sesuai dengan Pasal 80 Undang-Undang Peradilan Agama memeriksa perkara perceraian selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berkas atau surat perkara perceraian didaftarkan pada Daftar Peradilan Agama dan pemeriksaannya dilakukan. berlangsung di balik pintu tertutup. Putusan Pengadilan Agama tentang putusnya perkawinan akibat perkara perceraian diucapkan dalam sidang umum berdasarkan Pasal 81 ayat (1) UU Peradilan Agama.

Menurut pasal 84 ayat (4) UU Peradilan Agama, Panitera wajib memberikan akta cerai sebagai bukti perceraian kepada para pihak paling lambat 7 (tujuh) hari setelah putusan Majelis Hakim Pengadilan Agama tentang pembubaran tersebut. perkawinan karena perceraian mempunyai kekuatan hukum tetap bagi para pihak. Andi Tahir mengatakan, berdasarkan Pasal 14 PP Nomor 9 Tahun 1975, laki-laki yang mengawinkan isterinya menurut hukum Islam, apabila ia menceraikan isterinya, wajib membawa perkara itu ke Pengadilan Agama, sekalipun salah satu dari suami isteri tersebut. berpindah agama. 45 Nasrullah, “Legalitas Permohonan Penitipan Anak Oleh Pihak Selain Keluarga Melalui Pengadilan Agama”, jurnal hukum keluarga.

Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan peneliti untuk mengekstraksi data penelitian sesuai dengan kebutuhan pengukuran yang telah ditentukan. Menurut Profesor Sugiono, yang disebut dengan metode penelitian adalah pencarian data yang sesuai secara ilmiah untuk memperoleh informasi dengan tujuan tertentu yang bermanfaat. 64 Berikut berbagai metode yang digunakan peneliti sebagai berikut.

Pendekatan Penelitian

Pendekatan ini ditunjukkan dalam kepentingan mencari pembenaran penyelesaian suatu permasalahan hukum dengan cara: pertimbangan hakim dalam mencapai putusannya atau rasio putusan atau alasan hukum hakim dalam memutus putusannya (dalam hal ini pertimbangan bagian dari putusan). Dalam hal ini Pendekatan Kasus digunakan sebagai pendekatan penelitian yang dapat berujung pada putusan yang dikeluarkan oleh hakim, yang didalamnya terdapat penalaran hukum yang dimasukan berdasarkan alasan hukum yang diputuskan oleh hakim tersebut, sehingga dapat dilihat apa yang akan terjadi. dalam alasan hukum apakah berlaku pasal-pasal yang terdapat dalam Undang-Undang Perkawinan dan KHI khususnya yang berkaitan dengan perceraian beda agama dan hak asuh anak akibat perceraian.

Teknik Pengumpulan Data

Studi literatur dan direkomendasikan untuk digunakan ketika mencari penulis, teori dan bahan pendapat yang berkaitan dengan rumusan masalah. Pertama, mengetahui fakta hukum dan menghilangkan perkara-perkara yang belum terselesaikan yang tidak memenuhi pertanyaan hukum. Kedua pendataan hukum tersebut menggunakan data-data yang berkaitan dengan masalah hukum dan apabila tidak sesuai tidak akan dimasukkan.

Sumber Bahan Hukum

Sumber hukum yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar adalah buku-buku dan literatur lain yang dapat mendukung analisis terkait topik yang dibahas dalam penelitian ini.

Analisi Bahan Hukum

Setelah kedua langkah di atas selesai, dilanjutkan dengan evaluasi sebagai kriteria untuk mempertimbangkan apakah kondisi hukum tersebut benar atau salah.

Tahap-tahap Penelitian

Hal terakhir yang sebaiknya Anda lakukan adalah membuat argumentasi berdasarkan hasil analisis dalam menjawab masalah penelitian. Sebagai landasan ilmu yang memuat ketentuan-ketentuan ilmu hukum, jangan lupa mengkaji tujuan undang-undang ini, mempunyai nilai-nilai keadilan substantif, keabsahan menurut kaidah dan konsep hukum, serta norma-norma yang sesuai dengan undang-undang hukum. . sains.

PEMBAHASAN

Proses penyelesaian Perceraian akibat beralih agama Menurut UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

Salah satu pihak melakukan perzinahan atau menjadi pemabuk, pecandu narkoba, penjudi, dan lain-lain, yang sulit disembuhkan; Salah satu pihak mendapat pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana yang lebih berat setelah perkawinan; Salah satu pihak melakukan perzinahan, atau menjadi pemabuk, pembohong, penjudi, dan lain-lain, yang sangat sulit diperbaiki.

Salah satu pasangannya adalah penyandang disabilitas atau mengidap penyakit menular, sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri. Berkenaan dengan ketentuan perceraian dalam KHI § 116 disebutkan pada huruf (h) bahwa pindah agama atau murtad merupakan salah satu alasan terjadinya perceraian. Meskipun kemurtadan dalam pasal ini menjadi rujukan perselisihan dan pertengkaran, namun hal itu hanyalah salah satu penyebab perceraian.

Penjelasan yang dibahas mengenai perpindahan suami istri adalah berpindah agama dari Islam ke agama non Islam yang bisa disebut dengan murtad. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa peradilan agama merupakan salah satu peradilan negara Indonesia yang sah, yang mempunyai sifat peradilan khusus, bagi setiap orang yang beragama Islam di Indonesia. Hal ini juga dapat kita lihat pada penetapan keputusan hakim mengenai sidang perceraian karena salah satu pasangan berpindah agama.

Hal ini terlihat dari beberapa keputusan yang ada, contohnya adalah keputusan nomor 0166/Pdt.G/2017/PA.Bdg.

Hak Asuh Anak Akibat Perceraian Beda agama

Menurut para ahli fiqh, pengertian perwalian atau hadhanah adalah: mengasuh anak kecil, baik laki-laki maupun perempuan, yang sudah dewasa tetapi belum mumayyiz, tanpa perintah dari mereka, memberi mereka sesuatu yang menjadikannya baik, melindungi mereka dari sesuatu. menyakiti dan mencelakakan mereka, mendidik jiwa, raga dan pikiran mereka agar mampu berdiri sendiri menghadapi kehidupan dan menerima tanggung jawab. Ketentuan hukum hukum Islam atau Kompilasi Hukum Islam memperjelas gambaran hukum perkawinan, yang tidak secara tegas menyebutkan ada atau tidaknya perebutan hak asuh, yang diserahkan kepada ayah atau ibu. 89 Solahudin Pugung, Mewujudkan Hak Asuh Anak dan Harta Masyarakat di Pengadilan Agama, (Jakarta: Indonesia Legal Center Publishing, 2011), 37.

Menurut Pasal 105 di atas, ibu berhak mengasuh anak yang belum mumyyiz atau belum berumur 12 (dua belas) tahun pada dua keadaan pertama. 90https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/It505149bac9cc/hak-asuh-anak-dalam-perceraian-pasganan-beda-agama, diakses Khamis, 11 Ogos 2022. Hak penjagaan anak diberikan kepada bapa jika ini adalah hak ibu yang telah terbukti memeluk agama atau murtad.

Oleh karena itu, tujuan utamanya adalah kemaslahatan anak di kemudian hari.93 Berdasarkan pertimbangan tersebut, ketika menyelesaikan perselisihan mengenai pengasuhan atau perwalian anak, dimana orang tua mempunyai keyakinan yang berbeda. Jika orang tuanya berbeda agama, maka hakim akan memutuskan bahwa orang tua yang beragama Islam akan mendapatkan hak asuh atas anak tersebut. Dalam hal ini hakim akan menentukan hak asuh anak setelah mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang mungkin timbul, sesuai dengan keputusan hakim bahwa orang tua yang diberi hak asuh tidak dapat melarang anak tersebut untuk bertemu dengan orang tua lainnya.

93 Mansari, Pemikiran Yudisial dalam Pemberian Hak Asuh Anak kepada Ayah, Kajian Empiris di Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh, (Fak. Syari’ah dan Hukum UIN Ar-raniry Banda Aceh, 2018), 98.

PENUTUP

Saran

Hak asuh anak (hadhanah) pasca perceraian beda agama harus diatur secara tegas dan rinci dalam undang-undang. Dalam kehidupan masyarakat kita dapat melihat bahwa perceraian tidak hanya berlaku bagi pasangan yang seagama atau seagama saja, namun dapat juga terjadi perceraian karena salah satu pihak menganut agama lain (murtad), sehingga perlu adanya peraturan untuk memperjelas siapa saja yang mempunyai agama lain. hak asuh atas anak tersebut. Memperoleh Hak Asuh Anak dan Harta Bersama di Peradilan Agama”, Jakarta: Penerbitan Indonesia Law Center.

Abdul Halim dan Husnul Pitalokan, “Perawatan anak akibat perceraian beda agama dalam sistem hukum Indonesia,” Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora. Andang Sari dan Anggreany Haryani Putri, “Dampak Hukum Perceraian pada Anak Hasil Pernikahan Beda Agama,” Jurnal Hukum Kenotariatan. I Putu Wina Wirawan, “Putusan Pengadilan Agama Badung Nomor: 0166/Pdt.G/2017/PA.Bdg tentang perceraian karena beda agama”, Jurnal Prefensi Hukum.

Levi Winanda Putri dan Anis Hidayatul Imtihanah, “Hak Anak Yang Belum Mumayiz Kepada Ayah Kandungnya Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Desa Kincang Wetan),” Jurnal Antologi Hukum 1, No.1 (2018) Supardi Mursalin,” Hak Hadhanah Pasca Cerai (Pertimbangan Hak Asuh Ayah dan Ibu)”, Jurnal Ilmiah MIZANI Vol. Mansari, Pertimbangan Hakim dalam Memberikan Hak Asuh Anak kepada Ayah, Kajian Empiris pada Pengadilan Syariah Banda Aceh, (Fak. Syari'ah dan Hukum UIN Ar-raniry Banda Aceh, 2018).

Yunita Ulin Nayla Fauziyah, “Permohonan Hukum Penitipan Dalam Kasus Perceraian Antaragama” (Skripsi, Universitas Jember, 2019).

BIODATA PENULIS

Referensi

Dokumen terkait

HAK ASUH ANAK DI BAWAH UMUR AKIBAT PERCERAIAN (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SRAGEN).. Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pelimpahan hak asuh anak di bawah umur akibat

Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa perlindungan hukum terhadap hak-hak mantan istri dan anak pasca perceraian di Pengadilan Agama Purwokerto tidak diberikan

Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Mataram Nomor :3/PDT.G/2011/PN.MTR terhadap Hak Asuh Anak Setelah Perceraian Karena Salah

Dalam skripsi Hendri Rinaldi membahas tentang kesesuaian hak-hak yang didapat mantan istri pasca perceraian di Pengadilan agama Pekanbaru dengan yang diamanatkan dalam Kompilasi

Pada saat ini, untuk melangsungkan pernikahan beda agama dimungkinkan untuk terjadi yaitu dengan jalan mengajukan permohonan perkawinan beda agama ke pengadilan

Dalam Pertimbangan Majelis Hakim mengenai Hak asuh Anak, dalam ketentuan Hukum di Indonesia (UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan) terhadap perceraian dan

Pada saat ini, untuk melangsungkan pernikahan beda agama dimungkinkan untuk terjadi yaitu dengan jalan mengajukan permohonan perkawinan beda agama ke pengadilan