See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/374476079
PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PREKONOMIAN INDONESIA
Chapter · May 2023
CITATIONS
0
READS
1,503
1 author:
Aditya Wardhana Telkom University
632PUBLICATIONS 1,195CITATIONS SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Aditya Wardhana on 06 October 2023.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
COVER
BUNGA RAMPAI
PEREKONOMIAN INDONESIA
(KONSEPTUAL DAN EMPIRIS)
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PEREKONOMIAN INDONESIA (KONSEPTUAL DAN EMPIRIS)
Yesi Hendriani Supartoyo Eranus Yoga Kundhani Bernadetta Dwi Suatmi
Alamsyah Dessyta Gumanti Aditya Wardhana Musdar M. Amin Affandy Agusman Aris
Acai Sudirman
Penerbit
CV. MEDIA SAINS INDONESIA Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat www.medsan.co.id
Anggota IKAPI No. 370/JBA/2020
PEREKONOMIAN INDONESIA (KONSEPTUAL DAN EMPIRIS)
Yesi Hendriani Supartoyo Eranus Yoga Kundhani Bernadetta Dwi Suatmi
Alamsyah Dessyta Gumanti Aditya Wardhana Musdar M. Amin Affandy Agusman Aris
Acai Sudirman Editor:
Harini Fajar Ningrum Tata Letak:
Syahrul Nugraha Desain Cover:
Qonita Azizah Ukuran:
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm Halaman:
iv, 151 ISBN:
978-623-195-298-1 Terbit Pada:
Mei 2023
Hak Cipta 2023 @ Media Sains Indonesia dan Penulis
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.
PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA (CV. MEDIA SAINS INDONESIA) Melong Asih Regency B40 - Cijerah Kota Bandung - Jawa Barat www.medsan.co.id
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku ini selesai disusun dan berhasil diterbitkan. Kehadiran Buku Perekonomian Indonesia (Konseptual dan Empiris) ini disusun oleh para akademisi dan praktisi dalam bentuk buku kolaborasi. Walaupun masih jauh dari kesempurnaan, tetapi kami mengharapkan buku ini dapat menjadi referensi atau bahan bacaan dalam menambah khasanah keilmuan khususnya mengenai Perekonomian Indonesia (Konseptual dan Empiris).
Sistematika penulisan buku ini diuraikan dalam sembilan bab yang memuat tentang Tinjauan Dasar Perekonomian Indonesia, Sistem Ekonomi di Indonesia, Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi, Teori dan Indikator Pembangunan Ekonomi, Kebijakan Fiskal dan Moneter, Peranan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Indonesia, Fungsi Konsumsi, Tabungan dan Investasi, Inflasi, dan bab terakhir yaitu Digitalisasi Ekonomi di Indonesia.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi dalam seluruh rangkaian penyusunan sampai penerbitan buku ini.
Secara khusus, terima kasih kepada Media Sains Indonesia sebagai inisiator buku kolaborasi ini. Buku ini tentunya masih banyak kekurangan dan keterbatasan, saran dari pembaca sekalian sangat berarti demi perbaikan karya selanjutnya. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca.
Mei, 2023
Editor
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
1 TINJAUAN DASAR PEREKONOMIAN INDONESIA ... 1
Perekonomian Domestik ... 8
Pertumbuhan Ekonomi ... 11
Arah Kebijakan dan Strategi ... 14
2 SISTEM EKONOMI DI INDONESIA ... 19
Sistem Ekonomi ... 19
Sistem Ekonomi Tradisional ... 21
Sistem Ekonomi Pasar ... 22
Sistem Ekonomi Komando ... 23
Sistem Ekonomi Kapitalis ... 24
Sistem Ekonomi Sosialis ... 25
Sistem Ekonomi Campuran ... 26
Sistem Ekonomi di Indonesia ... 27
3 PENDAPATAN NASIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI ... 37
Konsep Pendapatan Nasional ... 37
Manfaat Penghitungan Pendapatan Nasional ... 39
Metode Penghitungan Pendapatan Nasional... 41
Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Ekonomi 47 Kelemahan Pendapatan Nasional ... 49
4 TEORI DAN INDIKATOR PEMBANGUNAN EKONOMI ... 53
Pembangunan Ekonomi ... 53
iii
Hambatan Dan Permasalahan
Pembangunan Ekonomi ... 55
Indikator Pembangunan Ekonomi ... 58
Teori Pembangunan Ekonomi ... 62
5 KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER ... 71
Pendahuluan ... 71
Kebijakan Fiskal ... 72
Tujuan Kebijakan Fiskal ... 73
Jenis Kebijakan Fiskal ... 74
Instrumen Kebijakan Fiskal ... 77
Kebijakan Moneter ... 78
Tujuan Kebijakan Moneter ... 79
Instrumen Kebijakan Moneter ... 80
Interaksi Kebijakan Fiskal dan Moneter ... 82
6 PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PREKONOMIAN INDONESIA ... 87
Peranan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Indonesia ... 87
Kontribusi Sektor Industri terhadap PDB Indonesia Pertumbuhan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Indonesia ... 92
Faktor Pendorong Kemajuan Sektor Industri Terhadap Perekonomian ... 94
Faktor Penghambat Kemajuan Sektor Industri Terhadap Perekonomian ... 96
7 FUNGSI KONSUMSI, TABUNGAN DAN INVESTASI ... 103
Pendahuluan ... 103
Pengeluaran Konsumsi ... 104
iv
Fungsi Konsumsi ... 109
Fungsi Tabungan ... 112
Fungsi Investasi ... 115
8 INFLASI ... 121
Teori-Teori Inflasi ... 127
Pengaruh Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDB) ... 128
Pengaruh Tingkat Bunga Terhadap Inflasi ... 130
9 DIGITALISASI EKONOMI DI INDONESIA ... 135
Pendahuluan ... 135
Pengenalan Bisnis Digital dan Perdagangan Elektronik ... 136
Perkembangan Bisnis dari Masa ke Masa ... 140
Strategi Bisnis Digital ... 142
Bisnis Internasional ... 143
Liberalisasi Perdagangan ... 145
87
6
PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PREKONOMIAN INDONESIA
Dr. Aditya Wardhana, S.E., M.Si., M.M.
Universitas Telkom
Peranan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Indonesia Industrialisasi, didorong oleh inovasi dan teknologi, sangat penting untuk membantu Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi lebih dari 5,5 persen. Dengan memanfaatkan kekuatan teknologi modern dan inovasi dapat meningkatkan efisiensi produksi sektor industri, memperbaiki kualitas produk yang dapat bersaing dengan produk-produk dari negara lain, meningkatkan daya saing industri dalam negeri, dapat menarik investasi asing, menciptakan lebih banyak lapangan kerja baru meningkatkan standar upah yang lebih tinggi, dan juga meningkatkan kualitas hidup bagi semua warga negara Indonesia. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Paul Romer dalam bukunya Endogenous Technological Change pada tahun 1990.
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan agar dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat dan alam sekitar. Selain itu, perlu dipastikan bahwa inovasi dan teknologi yang digunakan tidak merugikan pekerja
88
dan lingkungan, serta dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi negara dan masyarakat. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Jeffrey Sachs dalam bukunya The End of Poverty: Economic Possibilities for Our Time pada tahun 2005.
Sektor industri di Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa sektor berdasarkan jenis kegiatan atau produk yang dihasilkan. Berikut adalah klasifikasi sektor industri di Indonesia:
1. Industri Pengolahan: mencakup kegiatan pembuatan barang dari bahan mentah, seperti makanan, minuman, tekstil, pakaian, kayu, logam, kertas, dan sebagainya.
2. Industri Pertambangan: mencakup kegiatan eksploitasi dan pengolahan bahan tambang, seperti minyak bumi, gas alam, batubara, emas, nikel, timah, dan sebagainya.
3. Industri Konstruksi: mencakup kegiatan pembangunan fisik, seperti bangunan, jalan raya, jembatan, dan proyek infrastruktur lainnya.
4. Industri Listrik, Gas, dan Air: mencakup kegiatan penghasilan dan distribusi listrik, gas, dan air.
5. Industri Pengangkutan dan Komunikasi: mencakup kegiatan transportasi dan komunikasi, seperti penerbangan, kereta api, jasa pos, telekomunikasi, dan sebagainya.
6. Industri Keuangan: mencakup kegiatan perbankan, asuransi, dan jasa keuangan lainnya.
7. Industri Perdagangan: mencakup kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik secara tradisional maupun modern, seperti pasar tradisional, supermarket, toko online, dan sebagainya.
89
8. Industri Jasa: mencakup kegiatan jasa-jasa profesional, seperti jasa konsultan, jasa hukum, jasa akuntansi, jasa teknologi informasi, dan sebagainya.
9. Industri Pertanian: mencakup kegiatan pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
10. Industri Kreatif: mencakup kegiatan yang berbasis pada kreativitas dan inovasi, seperti industri film, musik, seni, desain, dan sebagainya.
Gambar 6.1. Klasifikasi Sektor Industri di Indonesia Pemerintah berdedikasi untuk mempertahankan pemulihan sektor industri nasional dengan fokus pada 3 prinsip utama: industri independen dan berdaulat, industri maju dan kompetitif, dan industri yang adil dan inklusif. Prinsip industri mandiri dan berdaulat menyatakan bahwa keberlanjutan industri manufaktur dalam negeri tidak boleh bergantung pada sumber daya
90
asing dan harus mampu menjadi kekuatan ekonomi yang kuat di dalam negeri. Sangat penting bahwa industri manufaktur domestik menerima dukungan dan investasi untuk memastikan keberhasilan dan pertumbuhan jangka panjangnya, memungkinkannya berkontribusi pada keseluruhan PDB dan menciptakan lapangan kerja baru. Ini pada akhirnya akan mengarah pada masa depan yang lebih makmur dan aman bagi negara.
Sektor industri adalah pendorong penting dan dukungan ekonomi nasional, dengan industri pengolahan non- minyak dan gas terus menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi dengan tingkat pertumbuhan 5,47% pada kuartal pertama 2022, melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01%.
Selanjutnya, nilai ekspor industri hingga Maret 2022 telah mencapai USD 50,52 miliar, terhitung 78,83% dari total ekspor nasional. Selain itu, Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager’s Index) untuk Indonesia tetap dalam keadaan ekspansif di 51,9 untuk April 2022.
Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat kemandirian dan kedaulatan industri dalam negeri.
Untuk itu, pihaknya telah menerapkan berbagai program optimasi, termasuk Program Substitusi Impor 35% pada tahun 2022, Program Peningkatan Produksi Domestik (P3DN), dan Hilir Industri Sumber Daya Alam. Program- program ini dirancang untuk meningkatkan industri yang menghasilkan devisa, termasuk yang didasarkan pada sumber daya alam. Selain itu, Pemerintah menerapkan Program Making Indonesia 4.0 di tujuh sektor industri utama: makanan dan minuman, kimia, tekstil dan fashion, otomotif, elektronik, farmasi, dan perangkat medis. Ketujuh sektor ini menyumbang 70% dari total PDB manufaktur, 65% ekspor manufaktur, dan 60%
pekerja industri. Akhirnya, Pemerintah mengejar prinsip industri yang adil dan inklusif melalui Program
91
Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan dan kesempatan kepada usaha kecil dan menengah dan membantu mereka untuk mencapai potensi penuh mereka. Dengan meningkatkan peran Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam rantai nilai manufaktur nasional, maka dapat membantu memperkuat ketahanan industri dalam negeri. Ini akan memungkinkan bisnis untuk lebih menahan perubahan pasar yang tidak terduga dan memberi mereka keunggulan kompetitif. Selain itu, UKM dapat membawa inovasi, akses ke pasar global, dan berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja, yang selanjutnya akan memperkuat ekonomi domestik.
Ketahanan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah terbukti menjadi tulang punggung ketahanan ekonomi nasional selama krisis ekonomi 1998 dan 2008.
Dukungan Pemerintah untuk UKM selama pandemi semakin menunjukkan ketangguhan mereka.
Selanjutnya, Pemerintah memobilisasi Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah untuk memberdayakan UKM dan memperluas kesempatan kerja. Ini termasuk Pengembangan Kewirausahaan Baru, Pusat SMI, Pusat Material, Tautan & Kecocokan dengan Industri Besar; dan penataan ulang Mesin/Peralatan SMI.
Selain itu, Gerakan Bangga Nasional Indonesia (Gernas BBI) telah diluncurkan untuk mempercepat transformasi digital UMKM pada akhir 2021. Ini telah menghasilkan 9,2 juta unit UMKM on boarding dan 17,2 juta UMKM yang telah memasuki ekosistem ekonomi digital. Dukungan Pemerintah untuk UKM telah terbukti penting untuk memastikan ketahanan ekonomi, memberdayakan masyarakat, dan memberikan kesempatan kerja tambahan.
Untuk mempromosikan pengembangan industri yang mandiri, berdaulat, maju, kompetitif, adil, dan inklusif,
92
sumber daya manusia industri yang unggul harus didukung. Untuk itu, Pemerintah secara konsisten menerapkan pola pendidikan dan pelatihan yang memberikan pembekalan keterampilan dasar, up-skilling, dan re-skilling di sekolah kejuruan, Pusat Pelatihan Industri, dan Politeknik sesuai dengan kebutuhan industri saat ini. Selanjutnya, Pemerintah telah memberikan pajak deduksi super hingga 200% untuk pendidikan dan 300% untuk penelitian, mendorong industri untuk secara langsung berkolaborasi dengan universitas.
Kontribusi Sektor Industri terhadap PDB Indonesia Pertumbuhan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Indonesia
Pertumbuhan Sektor Industri Terhadap Perekonomian Indonesia dapat diuraikan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri merupakan kontributor terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Berikut adalah pertumbuhan sektor industri terhadap perekonomian Indonesia selam 10 tahun terakhir mulai dari tahun 2012 hingga 2020:
1. Tahun 2012: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 28,32%, dengan pertumbuhan sebesar 5,97% dibandingkan tahun sebelumnya.
2. Tahun 2013: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 28,64%, dengan pertumbuhan sebesar 5,84% dibandingkan tahun sebelumnya.
3. Tahun 2014: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 29,18%, dengan pertumbuhan sebesar 5,52% dibandingkan tahun sebelumnya.
93
4. Tahun 2015: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 29,24%, dengan pertumbuhan sebesar 4,59% dibandingkan tahun sebelumnya.
5. Tahun 2016: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 29,12%, dengan pertumbuhan sebesar 4,13% dibandingkan tahun sebelumnya.
6. Tahun 2017: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 29,23%, dengan pertumbuhan sebesar 4,19% dibandingkan tahun sebelumnya.
7. Tahun 2018: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 19,98%, dengan pertumbuhan sebesar 5,11% dibandingkan tahun sebelumnya.
8. Tahun 2019: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 19,50%, dengan pertumbuhan sebesar -0.49% dibandingkan tahun sebelumnya.
9. Tahun 2020: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 19,06%, dengan pertumbuhan sebesar -2,23% dibandingkan tahun sebelumnya.
10. Tahun 2021: Kontribusi sektor industri terhadap PDB Indonesia sebesar 18,00%, dengan pertumbuhan sebesar 4,3% dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurun pada tahun 2018 hingga 2020 tersebut sebagai akibat dampak pandemi COVID-19. Namun, pertumbuhan ini masih terpengaruh oleh situasi pandemi yang belum sepenuhnya teratasi dan tantangan ekonomi global yang masih berlangsung.
94
Gambar 6.2. Kontribusi Sektor Industri terhadap PDB Indonesia dan Pertumbuhan Sektor Industri Terhadap
Perekonomian Indonesia
Sumber: Data Badan Pusat Statistik (BPS)
Faktor Pendorong Kemajuan Sektor Industri Terhadap Perekonomian
Ada beberapa faktor pendorong kemajuan sektor industri terhadap perekonomian Indonesia, di antaranya:
1. Sumber Daya Alam yang Melimpah memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk mineral, bahan tambang, minyak, dan gas. Hal ini menjadi potensi yang besar bagi sektor industri Indonesia, terutama sektor industri pengolahan, karena dapat diolah menjadi produk yang lebih bernilai tambah. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations pada tahun 1776.
2. Kebijakan Pemerintah yang Mendukung. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung kemajuan sektor industri, seperti pemberian insentif investasi, penyederhanaan
95
perizinan, dan upaya peningkatan daya saing industri. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu John Maynard Keynes dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest, and Money pada tahun 1936.
3. Tenaga Kerja yang Berpotensi. Indonesia memiliki jumlah tenaga kerja yang besar dan terus bertambah, dengan kemampuan dan keterampilan yang beragam.
Hal ini menjadi potensi besar bagi sektor industri untuk mempekerjakan tenaga kerja lokal dan mengembangkan sumber daya manusia yang lebih terampil dan berkualitas. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations pada tahun 1776.
4. Perkembangan Teknologi dan Inovasi. Perkembangan teknologi dan inovasi dapat menjadi faktor pendorong kemajuan sektor industri di Indonesia, dengan memungkinkan adanya peningkatan produktivitas, kualitas, dan efisiensi dalam proses produksi. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Joseph Schumpeter dalam bukunya Capitalism, Socialism and Democracy pada tahun 1942.
5. Pasar yang Besar dan Beragam. Indonesia memiliki pasar yang besar dan beragam, dengan kebutuhan dan permintaan yang beragam dari konsumen. Hal ini menjadi potensi besar bagi sektor industri untuk mengembangkan produk yang lebih inovatif dan beragam, dan meningkatkan daya saing produk dalam pasar domestik maupun internasional. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations pada tahun 1776.
6. Akses ke Pasar Internasional. Indonesia memiliki akses ke pasar internasional yang luas dan potensial, terutama melalui keanggotaannya dalam berbagai
96
organisasi regional dan internasional seperti ASEAN, APEC, WTO, dan sebagainya. Hal ini memungkinkan sektor industri untuk mengekspor produk ke pasar internasional dan meningkatkan pemasukan devisa bagi perekonomian Indonesia. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation pada tahun 1817.
Gambar 6.3. Faktor Pendorong Kemajuan Sektor Industri Terhadap Perekonomian
Faktor Penghambat Kemajuan Sektor Industri Terhadap Perekonomian
Beberapa faktor penghambat kemajuan sektor industri terhadap perekonomian Indonesia antara lain:
1. Infrastruktur yang Kurang Memadai. Infrastruktur yang kurang memadai seperti jaringan transportasi dan energi, ketersediaan air bersih, serta keterbatasan
97
fasilitas pendukung lainnya seperti pelabuhan dan bandara dapat menjadi penghambat bagi perkembangan sektor industri. Infrastruktur yang tidak memadai dapat memperumit distribusi barang dan meningkatkan biaya produksi, serta menurunkan daya saing industri. Teori ekonomi yang mendukung pernyataan bahwa infrastruktur yang kurang memadai dapat menghambat kemajuan ekonomi adalah teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik mengemukakan bahwa faktor produksi utama dalam perekonomian adalah modal, tenaga kerja, dan teknologi.
Infrastruktur, seperti jaringan transportasi, komunikasi, dan listrik, merupakan bagian penting dari faktor produksi yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam penggunaan faktor produksi tersebut. Salah satu tokoh yang memperjuangkan pentingnya infrastruktur dalam kemajuan ekonomi adalah John Maynard Keynes dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money pada tahun 1936.
Keynes mengemukakan bahwa investasi dalam infrastruktur yang memadai dapat membantu meningkatkan tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Keynes juga berpendapat bahwa investasi dalam infrastruktur harus menjadi tanggung jawab pemerintah, karena sektor swasta mungkin kurang tertarik dalam membangun infrastruktur yang tidak menghasilkan keuntungan yang besar dalam jangka pendek. Selain Keynes, ada juga tokoh lain seperti Paul Krugman dalam bukunya Increasing Returns and Economic Geography pada tahun 1991 mengemukakan bahwa infrastruktur yang kurang memadai dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, menurunkan
98
daya saing industri dan menurunkan efisiensi dan produktivitas serta menurunkan lapangan kerja.
2. Keterbatasan Sumber Daya Manusia yang Terampil.
Keterbatasan sumber daya manusia yang terampil dan berkualitas dapat menjadi kendala bagi sektor industri dalam mencapai produktivitas dan daya saing yang tinggi. Kualitas pendidikan dan pelatihan yang masih rendah serta kurangnya penekanan pada pengembangan sumber daya manusia dalam sektor industri, dapat memperburuk situasi ini. Beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations pada tahun 1776, David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and Taxation pada tahun 1817, John Stuart Mill dalam bukunya Principles of Political Economy pada tahun 1848, Gary Becker dalam bukunya Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis with Special Reference to Education pada tahun 1964, Theodore Schultz dalam bukunya Investment in Human Capital: The Role of Education and of Research pada tahun 1971, dan Amartya Sen dalam bukunya Development as Freedom pada tahun 1999 mengakui pentingnya keterampilan dan pendidikan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan produktivitas ekonomi dalam menggerakkan kemajuan ekonomi.
3. Birokrasi yang Rumit dan Mahal. Proses perizinan yang rumit dan mahal dapat menjadi hambatan bagi perkembangan sektor industri, terutama bagi industri kecil dan menengah. Biaya tinggi untuk memperoleh izin usaha dan persyaratan administratif yang banyak dan rumit dapat menghambat perkembangan industri dan mendorong pengusaha untuk mencari jalur yang tidak resmi. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Hernando de Soto dalam bukunya yang berjudul The
99
Mystery of Capital: Why Capitalism Triumphs in the West and Fails Everywhere Else pada tahun 2000.
4. Kebijakan Ekonomi yang Tidak Stabil. Kebijakan ekonomi yang tidak stabil seperti fluktuasi kurs rupiah, inflasi yang tinggi, serta ketidakpastian kebijakan pemerintah dapat menyebabkan ketidakpastian investasi dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi investor dalam mengembangkan bisnis mereka. Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu John Maynard Keynes dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and Money pada tahun 1936.
5. Masalah Hukum dan Kebijakan Regulasi yang Tidak Konsisten. Masalah hukum dan kebijakan regulasi yang tidak konsisten seperti terjadinya perubahan kebijakan investasi dan peraturan perpajakan yang sering kali diubah-ubah, dapat menyebabkan ketidakpastian dalam berbisnis dan mendorong investor untuk mencari negara lain yang lebih stabil.
Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Douglas North dalam bukunya Institutions, Institutional Change, and Economic Performance pada tahun 1990.
6. Teknologi dan Inovasi yang Kurang Berkembang.
Kurangnya investasi dalam teknologi dan inovasi juga dapat menjadi penghambat bagi perkembangan sektor industri di Indonesia. Hal ini akan menghambat industri untuk mencapai produktivitas dan daya saing yang tinggi serta berinovasi dalam proses produksi.
Teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu Joseph Schumpeter dalam bukunya The Theory of Economic Development pada tahun 1911.
100
Gambar 6.4. Faktor Penghambat Kemajuan Sektor Industri Terhadap Perekonomian
101 Daftar Pustaka
Becker, Gary. (1964). Human Capital: A Theoretical and Empirical Analysis with Special Reference to Education.
Chicago: The University of Chicago Press
Keynes, John Maynard. (1936). The General Theory of Employment, Interest and Money. London: Macmillan Krugman, P. (1991). Increasing Returns and Economic
Geography. Journal of Political Economy, 99(3), 483–
99.
Mill, John Stuart Mill. (1848). Principles of Political Economy. London. Oxford University Press
North, Douglas. (1990). Institutions, Institutional Change, and Economic Performance. Cambridge: Cambridge University Press
Ricardo, David. (1911). The Principles of Political Economy
& Taxation. London: New York: J.M. Dent; E.P. Dutton Romer, Paul M. (1990). Endogenous Technological Change. Journal of Political Economy, 98(5), S71- S102
Sachs, Jeffrey. (2005). The End of Poverty: Economic Possibilities for Our Time. New York: Penguin Books Schumpeter, Joseph A. (1962). Capitalism, Socialism, and
Democracy. New York: Harper & Row
Schultz, Theodore. (1971). Investment in Human Capital:
The Role of Education and of Research. New York City:
The Free Press
Sen, Amartya. (1999). Development as Freedom. London:
Oxford University Press
Smith, Adam. (1776). The Wealth of Nations: An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
England: Wordsworth Editions. Retrieved from https://trove.nla.gov.au/version/10871990
102 Profil Penulis
Dr. Aditya Wardhana, S.E., M.Si., M.M.
Penulis merupakan dosen tetap Universitas Telkom. Penulis menyelesaikan studi Sarjana Ekonomi (SE) di Universitas Padjadjaran pada tahun 1997 sebagai wisudawan terbaik.
Kemudian, menyelesaikan studi Magister Sains (MSi) di Universitas Padjadjaran tahun 2003 dan Magister Manajemen (MM) di Universitas Pasundan tahun 2012 sebagai wisudawan terbaik. Saat ini penulis sedang melanjutkan studi Doktor Ilmu Manajemen di Universitas Pasundan.
Penulis memiliki kepakaran di bidang manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, dan manajemen strategik.
Penulis memiliki pengalaman praktisi di Citibank dan di PT Perusahaan Gas Negara Tbk di berbagai bidang seperti ISO, Administration, Human Capital, General Affairs, Logistic dan meraih predikat the best employee serta sebagai konsultan di beberapa BUMN seperti Surveyor Indonesia, Badan Klasifikasi Kapal Indonesia, Pertamina, BNI 46, PTPN VIII, Biofarma, Kementerian Koordinator Perekonomian RI dan Kementerian Perhubungan. Penulis juga aktif melakukan berbagai penelitian terindeks Scopus dan Sinta dan telah menulis lebih dari 250 buku dalam bidang bisnis. Penulis mendapatkan penghargaan sebagai dosen dengan kinerja penelitian terbaik tahun 2022 dari LLDIKTI Wilayah 4 Jawa Barat dan memiliki Sertifikasi Penulis Buku Non-Fiksi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) RI.
Email Penulis: [email protected]
View publication stats