• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN PLTU BIOMASSA BERBAHAN BAKAR TANAMAN KALIANDRA MERAH DI KALIMANTAN TIMUR

N/A
N/A
19@181 Samuel jaya putra sianipar

Academic year: 2023

Membagikan "PERENCANAAN PLTU BIOMASSA BERBAHAN BAKAR TANAMAN KALIANDRA MERAH DI KALIMANTAN TIMUR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PLTU

BIOMASSA BERBAHAN BAKAR TANAMAN KALIANDRA MERAH

DI KALIMANTAN TIMUR

SAMUEL JAYA PUTRA SIANIPAR 191201181

THH 5

(2)

LATAR BELAKANG

Lokasi hutan kota memperhatikan kriteria yaitu: merupakan bagian dari

RTH sesuai peruntukan dalam RTRW Kabupaten/Kota, luas minimal hutan kota adalah 0.25 ha dalam satu hamparan yang kompak (hamparan yang menyatu) atau secara total harus memenuhi luasan minimal 10% dari luas Kota Kalimantan, dan berada pada tanah negara atau tanah hak.Luas wilayah hutan Kota Irang adalah ± 24,9 ha, luasan ini memenuhi kriteria sebagai hutan kota karena melebihi luasan minimal 10% dari luas Kota Kalimantan. Sesuai data Badan Pertanahan Nasional status kepemilikan tanah hutan Kota irang merupakan tanah adat. Menurut

Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) tanah adat adalah tanah bersama para

warga masyarakat adat yang bersangkutan yang memiliki hak penguasaan atas

tanah.

(3)

Permasalahan

Selama kurun waktu 2012-2018, peningkatan jumlah kendaraan berkisar 9

sampai 16 persen setiap tahunnya. Keseimbangan ekosistem kota Tomohon

terganggu yang ditandai dengan meningkatnya suhu udara lebih kurang 2

derajat celcius dan pencemaran udara yang efeknya akan berdampak secara

jangka panjang. Dalam menghadapi permasalahan yang terjadi yang bisa

berakibat fatal ke depannya sehingga dibutuhkan perencanaan yang matang

dari aspek vegetasi, klimatologis serta ditinjau keefektifan terhadap

permasalahan yang terjadi.

(4)

Pemikiran Pemecahan Masalah

Untuk menanggulangi hal diatas sejalan dengan komitmen Pemerintah Kota Kalimantan dalam pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan misalnya dalam rencana kebersihan dan pengelolaan lingkungan

perkotaan, sebagaimana kita tau bahwa kota Kalimantan belum mendapatkan

penghargaan Adipura, yang menjadi penyebab antara lain belum tersedianya

sarana dan prasarana TPA dan Hutan Kota yang representative.

(5)

Strategi pemecahan masalah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan

Kota yang mewajibkan suatu kota memiliki kawasan hutan kota seluas minimal 10% dari luas kota menjadi dasar hukum pembangunan hutan Kota Kalimantan.

Kota Kalimantan memiliki luas 147,21 km2 sehingga luas hutan kota yang

dianjurkan adalah ±14,7 km2. Pemerintah Kota Kalimantan menyediakan lahan untuk dijadikan hutan kota seluas ±25 km2 yang berlokasi di hutan irang

Kecamatan Kalimantan Timur. Untuk mengantisipasi dampak negatif dari

pengembangan hutan.

(6)

Tindak lanjut

Dalam suatu perencanaan yang sudah dirancang ataupun diperlukan tindak lanjut untuk melihat perkembangan sekarang yang terjadi dan kedepannya.

Adapun peninjauan lokasi luasan hutan kota Kalimantan, kondisi fisik, struktur vegetasi, dan tipe bentuk hutan kota Total spesies yang terdapat pada Hutan Kota Irang berkisar 61 spesies dan berdasarkan kondisi segala aspek, maka Hutan Kota irang ini bertipe hutan Kota rekreasi, pelestarian plasma nutfah dan perlindungan.

Agar supaya tipe hutan ini benar benar berdampak positif maka perlu dilakukan pembangunan fasilitas pendukung. Oleh karena itu, dengan melihat kondisi

topografi Hutan Kota ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian A, B dan C.

(7)

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil dari analisis Perencanaan Hutan Kota Irang di Kota

Kalimantan bahwasannya perlu disediakan lahan yang cukup luas sesuai dengan peraturan ysng telah ditetapkan dengan tujuan untuk mengurangi polutan dan global warming yang terjadi dan memberikan efek fatal kedepannya kepada masyarakat. Begitu juga dengan perencanaan yang telah dirancang dan

diimplementasikan, diulas kembali lokasi dan kondisi hutan kota Irang sehinggs perkembangannya dapat dinilai apakah masih perlu ditingkatkan lagi dari aspek vegetasi ataupun eksternal. Adapun saran yang dapat mewujudkan realisasi perencanaan yang telah dibuat yakni kesadaran masyarakat sekarang sangst dibutuhkan mengingat perkembangan industri yang semakin berkembang

sehingga ini menjadi tantangan ke depannya, efek yang ditimbulkan mungkin masih kecil di masa sekarang, apabila dibiarkan terus menerus dan sudah terlalu besar, akan lebih sulit dalam mengantisipasinya.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Budi Hadi N. (2014). Pengaruh Perbaikan Kondisi TanahTerhadap Pertumbuhan

Kaliandra dan Bunidi Kawasan Konservasi Gunung Batur, Bali, Jurnal Penelitian Hutan dan Kosnervasi Alam. 9-2. pp.101-111.

Febijanto, Irhan. (2018), Optimalisasi Pemanfaatan Gas Metana: Sebagai Sumber Energi di Pabrik Kelapa Sawit sebagai Antisipasi Harga Jual Listrik Berdasarkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembangkitan. Jurnal Teknologi Lingkungan. 19-1. pp. 49-60.

Febijanto, Irhan. (2017). Kajian Teknis & Keekonomian Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Sawit, Studi Kasus: Di Pabrik Kelapa Sawit Pinang Tinggi, Sei Bahar, Jambi, Journal of Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular Technology. 2-1. pp.11-22.

Haygreen JG, dkk. (1996). Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press.

Harnowo, S. (2016). Analisis Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga

Biomassa Sawit (PLTBS) Pabatu PT Perkebunan Nusantara IV. Jurnal Mekanika dan Sistem Termal. 1-1. pp. 14-20.

Herdiawan, Iwan., dkk, (2012). Karakteristik Kaliandra dan Pemanfaatan Kaliandra, Lokakarya National Tanaman Pakan Ternak. pp.141-148.

(9)

SEKIAN DAN

TERIMAKASIH

Referensi

Dokumen terkait

PHARMACEUTICAL CHEMISTRY Fundamentals of Organic Chemistry including Reaction Mechanisms Shamim Ahmad Department of Chemistry Faculty of Science Jamia Hamdard New Delhi-110062

Penyediaan Hutan Kota dan Taman Kota Sebagai Ruang Terbuka Hijau RTH Publik Menurut Preferensi Masyarakat di Kawasan Pusat Kota Tangerang.. Analisis Kemampuan Ruang Terbuka Hijau dalam