BAB IV
PENGENDALIAN MUTU
4.1 Kegiatan Pengontrolan Yang Harus Dilakukan Selama Pelaksanaan Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama pelaksanaan perkerasan beton semen sebagai berikut :
4.1.1 Pekerjaan awal
1) Mempelajari gambar rencana dan spesifikasi.
2) Pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan.
3) Peralatan dan organisasi kontraktor.
4) Penentuan tugas dan tanggung jawab.
5) Menentukan pengujian, pencatatan dan laporan yang diperlukan.
6) Peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian.
4.1.2 Bahan
Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan yang ditolak.
1) Semen
Harus dilakukan pengambilan contoh, pengecekan tempat penyimpanan (gudang) terhadap kelembaban dan lama penyimpanan.
2) Agregat
Agregat harus dilakukan pengujian gradasi, bahan organik, material yang tidak diinginkan, soudness, abrasi dan kekuatan.
3) Air.
4) Bahan tambah.
5) Tulangan, ruji, dan bahan pengikat.
6) Material perawatan beton.
7) Bahan sambungan.
4.1.3 Perbandingan campuran
1) Pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar lempung.
2) Data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air, rongga udara, kelecakan dan kekuatan.
3) Volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran dan koreksi kadar air agregat.
4.1.4 Unit penakar / penimbang
1) Pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur : semen, agregat, air dan bahan tambah.
63
2) Pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan skala timbangan.
4.1.5 Unit pencampur
Pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat pengatur waktu dan penghitungan jumlah takaran.
Sebelum pengecoran beton semen
1) Acuan : kecocokan acuan, alinemen, kemiringan dan ruji.
2) Tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air.
3) Sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinemen, dudukan dan ruji.
4.1.6 Pembetonan
1) Persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan pelindung cuaca.
2) Pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan butir (segregasi) dan keterlambatan.
3) Pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan perubahan konsistensi.
4) Pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh, penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan pemeriksaan sambungan.
5) Penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi.
6) Pembentukan sambungan susut : pembentukan sambungan, alinemen, perapian tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan.
4.1.7 Setelah pembetonan
1) Kapan pembongkaran acuan, untuk menghindari kerusakan.
2) Perawatan : metode, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai perawatan dan lama waktu perawatan.
3) Perlindungan : beton basah, hujan, lalu-lintas, cuaca dingin, cuaca panas dan pencatatan temperatur.
4) Sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan pelebaran bagian atas pada sambungan.
5) Penutup sambungan : peralatan, temperatur, bahan penutup, pembersihan sambungan dan penutupan.
6) Pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau penggantian
4.1.8 Pengujian beton semen
1) Campuran beton basah : pengujian konsistensi (slump) dan kadar udara.
64
2) Pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji, penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujian kuat tekan, pengujian kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur.
4.2 Toleransi Penyimpangan 4.2.1 Kerataan permukaan
Penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukan dengan menggunakan mistar pelurus (straight edge) dengan jarak setiap 3 meter.
Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar pelurus 3 meter.
4.2.2 Ketebalan
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan.
Jika dipandang perlu untuk menentukan ketebalan perkerasan setelah penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti (core drill) dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing masing hasil pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174. Penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna. Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan toleransi tebal, harus didasarkan pada spesifikasi umum untuk pembangunan jalan raya.
65