PERILAKU ORGANISASI
MODUL 3 : GAYA KEPEMIMPINAN
Terdiri dari :
– KB 1 : Perbedaan Manajer dan Pemimpin – KB 2 : Gaya Kepemimpinan
– KB 3 : Kepemimpinana Situasional atau
Kontingensi
Pendahuluan
Secara umum, sedikitnya ada empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang manajer atau pemimpin dalam menggerakkan unsur manusia dalam organisasi yaitu:
1.Kemampuan memimpin 2.Kemampuan memotivasi
3.Kemampuan berkomunikasi
4.Kemampuan mengambil keputusan
KB 1 : Perbedaan Manajer dan Pemimpin
Menurut Paul Hersey dan Ken blanchard (1988:3) manajemen adalah "proses kerjasama dengan dan melalui orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi”.
Harold Koontz dan Heinz Weihrich (1990:4) menyebutkan bahwa manajemen adalah “proses merancang dan memelihara lingkungan di mana individu bekerja sama dalam kelompok, secara efisien mencapai tujuan yang dipilih”.
Abraham Zaleznik dari Harvard berpendapat bahwa pemimpin dan manajer sangat berbeda.
Manager cenderung mengambil sikap impersonal, jika tidak pasif terhadap tujuan. Manajer cenderung memandang kerja sebagai suatu proses yang memungkinkan mencakup suatu kombinasi dari orang dan gagasan yang berinteraksi untuk menetapkan strategi dan mengambil keputusan.
John Kotter juga beragumen bahwa kepemimpinan dan manajemen berbeda.
Menurutnya manajemen menyangkut hal mengatasi kerumitan seperti menghasilkan tata tertib dan konsistensi dengan menyusun rencana-rencana formal, merancang struktur organisasi yang ketat dan memantau hasil lewat pembandingan dengan rencana. Sedangkan kepemimpinan menyangkut hal mengatasi perubahan seperti menetapkan arah dengan mengembangkan visi terhadap masa depan.
Di dalam organisasi, manajer bertugas mengelola organisasi dengan cara menggunakan kemampuan menjalankan fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian/pengawasan) serta memanfaatkan unsur-unsur manajemen (manusia, material, uang, mesin, metode, dan pasar), secara efisien dan efektif yang dilandasi oelh aspek legalitas, artinya ada surat keputusan yang mengesahkan kewenangannya.
Pemimpin adalah orang yang mempunyai kemampuan menggerakkan orang lain tanpa dilandasi oleh aspek legalitas, tetapi oleh aspek pengakuan dan kesetujuan.
Letak perbedaan manajer dam pemimpin adalah manajer bertugas mengelola secara luas organisasi yang ia pimpin, antara lain dengan cara melakukan assessment antara fungsi-fungsi dan unsur-unsur manajemen serta melaksanakan kewenangan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan assessment tersebut.
Sedangkan pemimpin adalah orang yang bertugas dan mampu menggerakkan unsur manusia di dalam organisasi, tanpa dilandasi oleh aspek legalitas.
KB 1 : Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah seni dan kemampuan mempengaruhi orang lain. kunci kepemimpinan yang paling efektif adalah mampu menuju ke arah
"mengharmonisasikan kepentingan pencapaian tujuan seseorang dan kepentingan pencapaian tujuan organisasi". Kemampuan yang perlu dimiliki seorang pemimpin :
1.Kemampuan atau power ;
2.Memahami manusia secara menyeluruh yang berbeda kekuatan motivasinya;
3.Kemampuan menggali inspirasi bawahan ;
4.Kemampuan menciptakan iklim dan situasi yang kondusif.
Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Penggunaan Wewenang 1.Gaya otokratik
menitikberatkan penggunaan sistem imbalan dan hukuman terhadap para pengikutnya serta menggunakan cara komando tanpa pertanyaan lebih lanjut dari bawahan.
Semua kegiatan kerja ditentukan oleh atasan, termasuk adanya pengawasan yang ketat.
2.Gaya demokratik (partisipasif)
menekankan kepada cara konsultasi dengan bawahan tentang kegiatan mendatang, pengambilan keputusan, dan mendorong tumbuhnya peran serta bawahan. Semua kegiatan diputuskan berdasarkan usulan bawahan, atau sama sekali tidak melakukan kegiatan tanpa usulan bawahan.
3. Gaya bebas ( free-rein )
menggunakan sedikit kewenangannya terhadap bawahan. Semua keputusan diserahkan kepada bawahan, sehingga atasan sangat bergantung kepada bawahan dalam hal pengambilan keputusan, penetapan tujuan, dan cara mencapainya.
SISTEM KEPEMIMPINAN MODEL ALERT
Likert menemukan gaya kepemimpinan atau sistem manajerial berdasarkan pada analisis atas delapan variabel manajerial, yaitu
1. Kepemimpinan, 2. Motivasi,
3. Komunikasi, 4. Interaksi,
5. Pengambilan keputusan, 6. Penentuan tujuan,
7. Pengendalian 8. Kinerja.
Rensis Likert menguraikan tentang empat sistem manajemen dan kepemimpinan yang secara kontinum berada mulai dari sistem otokratik sampai dengan sistem partisipatif.
Keempat sistem tersebut adalah :
1. Sistem 1 : Otokrasi Eksploitif
Sistem ini menimbun pengendalian rumah pengarahan, dan pengambilan keputusan manajemen paling Puncak sehingga disebut sebagai modal penguasa mutlak titik komunikasi yang terjadi menunjukkan ada beberapa komunikasi vertikal tetapi komunikasi ini dilakukan dan dicurigai oleh bawahan sebagai usaha mencapai tujuan titik motivasi kerja muncul karena adanya ketakutan karena besarnya kekuasaan atasan, dan karena adanya kebutuhan uang.
2. Sistem 2 :Otokrasi Bijak
Hampir mirip dengan sistem 1 bedanya pengambilan keputusan dilakukan oleh manajemen puncak titik kebijakan umum dibuat oleh manajemen puncak rumah sedangkan beberapa keputusan pelaksanaan dibuat oleh tingkat lebih bawah.
3. Sistem 3 : Konsultatif
merupakan perbaikan dari sistem dua dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan yang bersifat umum dilakukan oleh manajemen tingkat atas titik keputusan khusus dibuat oleh manajemen tingkat di bawahnya.
Informasi yang tersedia untuk pengambilan keputusan cukup akurat dan banyak. Pengambilan keputusan dilakukan oleh kelompok sehingga dapat menumbuhkan motivasi yang sebenarnya Cuma dan tidak ada rasa ketakutan atau keterpaksaan untuk bekerja.
4. Sistem 4 : Kelompok Partisipatif
Merupakan sistem paling demokratis efektif dan paling baik pengambilan keputusan dilakukan di seluruh Tingkat atau jenjang organisasi, dan dihubungkan dalam kelompok yang dibuat untuk maksud tersebut informasi mengalir secara baik dan bebas ke segala arah baik ke bawah ke atas atau ke samping. Semua berlangsung terbuka informasi yang terbentuk sangat positif, dan tidak ada rasa ketakutan dan keterpaksaan penyelesaian tugas.
KISI-KISI KEPEMIMPINAN MODEL BLAKE DAN MOUTON
Robert R. Blake dan Jane S. Mouton menguraikan kisi-kisi manajerial, yang kemudian hari disebut dengan kisi-kisi kepemimpinan untuk memberikam sumbangan pada pengetahuan tentang gaya kepemimpinan. Model Blake dan Mouton didasarkan pada dua sisi, yaitu :a. Pertama, kisi-kisi tersebut berasal dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer atau pimpinan pada tugas atau pada segala hal yang telah direncanakan untuk dilaksanakan dan diselesaikan oleh organisasi.
b. Kedua, didasarkan perhatian manajer pada anggota- anggota organisasi dan unsur-unsur organisasi yang mempengaruhi para anggotanya.
Konsep kepemimpinan kontinum yang dikemukakan oleh Tannenbaum dan Schmidt mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan ditentukan oleh pemimpin itu sendiri, bawahan, dan situasi.
KB 1 : Kepemimpinan Situasional/
Kontingen
GAYA KEPEMIMPINAN KONTINGENSI
Teori The Great Man menyatakan bahwa orang yang dilahirkan sebagai pemimpin kelak akan menjadi pemimpin rumah tidak peduli Apakah ia mempunyai sifat atau tidak sebagai pemimpin. Pada kenyataannya sifat-sifat kepemimpinan tidak sepenuhnya "sebab dilahirkan" tetapi dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman rumah atau dari situasi tertentu yang membentuknya.
PENDEKATAN KONTINGENSI MODEL FIEDLER
Pendekatan ini muncul didasarkan oleh suatu dugaan bahwa orang menjadi pemimpin tidak hanya disebabkan oleh kepribadiannya saja tetapi juga oleh faktor-faktor situasional dan interaksi antara pemimpin dan anggota kelompoknya. Fiedler menguraikan tiga dimensi kritik situasi kepemimpinan yang membantu menentukan gaya kepemimpinan paling efektif sebagai berikut:
1. Kekuasaan Posisi
memungkinkan seorang manajer memperoleh kekuasaan atas bawahan agar bawahan mau mengikuti perintahnya. Diperoleh melalui otoritas formal. Manajer lebih mudah memperoleh kepatuhan bawahan dibanding bila ia tidak mempunyai kekuasaan posisi.
2. Struktur Tugas
Menyatakan sejauh mana cara-cara melaksanakan pekerjaan dijelaskan secara rinci, tahap demi tahap.
Semakin besar tugasnya terstruktur semakin besar pengaruh manajer/pimpinan atas suatu kelompok.
3. Hubungan/relasi Pemimpin-Anggota
Dimensi hubungan antara pemimpin dan anggota merupakan dimensi paling penting ditinjau dari kepentingan manajer, disebabkan oleh adanya rasa percaya dan senang dari bawahan terhadap pemimpinnya, sehingga mereka mau mengikuti perintah manajer.
TINGKAT KEMATIAN BAWAHAN
1. Teori ‘X’ danTeori ‘Y’ (Douglas McGregor)
Hasil kerja Elton Mayo, dalam penelitian di industri alat-alat listrik di Hawthorne memberikan kesimpulan bahwa unsur manusia dalam organisasi apapun adalahunsur yang paling vital. Dari hasil penelitiannya itulah kemudian muncul gerakan hubungan kemanusiaan yang memberikan apresiasi tinggi kepada manusia. Dari hasilkerja Elton Mayo tersebut, kemudian, Douglas McGregor (1967), telah mengembangkan suatu asumsi tentang manusia yang disebutnya dengan teori ‘X’ asumsi teori ‘Y’, yaitu suatu asumsi yang dihubungkan dengan hakikat manusia dan motivasinya.
Dengan kata lain, manusia dengan asumsiteori ‘X’
harus diberi reward and punishment agar mau bekerja.
Untuk mencapa itujuannya, manusia akan mengawasi diri sendiri, mampu dan kreatif memecahkan organisasi, termasuk mendistribusikan kepada karyawan lainnya.
2. Gaya Kepemimpinan Tiga Dimensi (3-D)
Para pakar manajemen dan kepemimpinan di Universitas Ohio memperkenalkan suatu model kepemimpinan yang didasarkan kepada dua pendekatan, yaitu pendekatan kepada
hubungandengan orang-orang yang bekerja dengan manajer, dan pendekatan kepada
tugas-tugas yang harusdiselesaikan oleh orang-orang dalam organisasi.
Dengan pendekatan tersebut, maka tugas-tugas dapat selesai dengan baik, dan tujuan orang-orang juga dapat dicapai. Artinya, tujuan manusi adan tujuan organisasi tercapai sama baiknya, sehingga secara keseluruhan kinerja organisasi tercapai.
Dengan demikian, seorang manejer tidak cukup
hanya bersanda rkepada
dimensi hubungandan
dimensi tugassaja untuk menggerakkan orang-
orangnya kearah yang diinginkan.
Dari gaya kepemimpinan situsional model Reddin tersebut, kemudian dapat diperoleh empat gaya kepemimpinan situsional yang efektif dan empat gaya yang tidak efektif. Empat gaya yang efektif, adalah eksekutif, pengembang(developer), birokrat, dan otokratik bijak atau lunak(benevolent autocratic).
Sedangkan empat gaya kepemimpinan yang tidak efektif, adalah otokratik, pencarikompromi(compromiser), pembawamisi(missionary), dan penyendiri atau laridaritugas(deserter).
3. Gaya Kepemimpinan Situasional Model Hersey & Blanchard Konsep Kepemimpinan Situasional Model Hersey
&Blanchhard ini didasarkan kepada tingkat kematangan bawahan yang dapat dilihat dari tingkat dukungan yang diberikanatasan. Konsep kepemimpinan situasional model ini mirip dengan yang disampaikanoleh WJ Reddin, termasuk interpretasi mereka yang serupa mengenai kepemimpinan yang “efektif”.
Menurut Hersey & Blanchard (1986: 178-179) model ini didasarkan adanya saling keterkaitan faktor-faktor:
a. Besar atau kecilnya dukungan (perilaku hubungan) pimpinan;
b. Besar atau kecilnya pengarahan (perilaku tugas) pimpinan;
c. Tingkat kematangan dan kesiapan bawahan (mau dan mampu) bawahan dalam pelaksanaan tugas, fungsi, dan tujuan tertentu.
Konsep tersebut menjelaskan hubungan antara gaya yang efektif dan kadar kematangan para bawahan. Konsep tersebut dapat membantu manajer melaksanakan kepemimpinannya tanpa mempersoalkan peranan mereka, agar lebih efektif dalam memimpin. Oleh karena itu, model kepemimpinan situsional ini menekankan pada perilaku manajer dalam hubungannya dengan para karyawan.
KONSEPKEPEMIMPINAN ING-ING-TUT
Ki Hadjar Dewantoro, adalah seorang yang dikenal sebagai tokoh pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar Dewantoro menyampaikan sifat-sifat pemimpin yang unggul, yang merupakan satu sistem yang tidak dapat dipisahkan satu sama yang lain (manunggal), dan juga merupakan pendekatan kepemimpinan yang dikaitkan dengan tingkatk ematangan bawahan.
Konsep tersebut, adalah:
1. Ing Ngarso Sung Tulodho
Sifat kepemimpinan ini menunjukkan sifat keteladanan seorang pemimpin terhadap bawahan yang masih belum matang.
2. Ing Madyo MangunKarso
Sifat kepemimpinan ini menunjukkan bahwa pemimpin menumbuhkan inisiatif dan menggali kreativitas para bawahan yang sedang berkembang kematangannya.
3. Tut Wuri Handayani
Sifat kepemimpinan ini menunjukkan apabila bawahan sudah berada pada tingkat kematangan yang tinggi, maka sebaiknya seorang pemimpin berada di “belakang”
bawahannya, dalam artiian menjadi penyedia fasilitas kegiatan bawahan, pelatih, pendukung, dan penasihat bawahan saja.
Konseping-ing-tut diatas merupakan “model”
kepemimpinan bagi bangsa Indonesia yang patut dikembangkan. Kemungkinanya dapat “match” dengan kepemimpinan situsional model Hersey & Blanchard.
Kedua model mempertimbangkan tingkat kematangan dan kesiapan bawahan untuk melaksakan tugas-tugas organisasi.
PENDEKATANJALAN KECIL-TUJUAN (PATH-GOAL APPROACH)
Teori Jalan Kecil-Tujuan (Path-Goal Theory) berdasarkan konsep bahwa fungsi utama seorang pemimpin, adalah menetapkan dan menjelaskan tujuan-tujuan yang akan dicapai kepada bawahannya, membantu mereka menemukan jalan keluar untuk mencapai tujuan, dan menghilangkan hambatan-hambatan yang ditemukan (Koontz danWeihrich, 1990: 360-361).
Dalam pendekatan path-goal inia da 4 kategori perilaku pemimpinya itu sebagai berikut;
1. Perilaku Kepemimpinan Mendukung (Supportive Leadership)
2. Kepemimpinan Partisipatif (Participative Leadership) 3. Kepemimpinan Instrumental (Instrumental Leadership)
4. Kepemimpinan Berorientasi Prestasi (Achievement-Oriented Leadership)
Perilaku pemimpin dapat menjadif aktor yang memotivasi bawahan, apabila;
1. Perilaku tersebut memuaskank ebutuhan bawahan, sehingga dapat memberikan kemungkinan terwujudnyae fektivitas kerja;
2. Perilaku tersebut menumbuhkan dan meningkatkan lingkungan bawahan melalui pelatihan, pengarahan, dukungan, dan pemberian imbalan yang sepadan.
GAYA KEPEMIMPINAN MBWA 1. Organisasi Unggul
Menghadapi persaingan yang ketat dan tantangan global oleh adanya kemajuan-kemajuan teknologi komunikasi, transportasi, dan oleh perjanjian-perjanjian yang bersifat global, maka mau tidak mau setiap organisasi harus adaptif mengantisipasi perubahan yang terjadi oleh perubahan lingkungan eksternal tersebut.
Organisasi yang unggulmenurut Tom Peters & Robert Waterman, (1982: 13-17), dengannilai-nilaiatauciri-cirinya, antara lain;
1. Kecenderungan untuk bertindak cepat dan tepat menangani permasalahan;
2. Mau mendengarkan keinginand an saran para pelanggan;
3. Seluruh jajaran organisasi berjiwa mandiri dan wiraswasta yang inovatif;
4. Produktivitas melalui penghargaan manusiawi;
5. Berorientasi pada mutu;
6. Tetap pada bisnis kunci yang telah ditekuni dan berhasil;
7. Menjaga nilai-nilai inti dan mengembangkan inisiatif pribadi dalam pengendalian yang ketat sekaligus longgar;
8. Bentuk organisasi yang sederhana dan ramping.
2.KepemimpinanBerdasarkanKunjungankeSekeliling (Managing By Wandering Around=MBWA)
Untuk menjadi organisasi yang unggul di atas dengan budaya organisasi yang kuat, diperlukan manajer yang memiliki jiwa kepemimpinan yang juga unggul dan mumpuni (excellence leadership).Ciri-ciri kepemimpinan unggul ini, adalah mampu memuaskan pelanggan, bekerja keras bersama-sama seluruh jajaran organisasi untuk mencapai kinerja organisasi yang baik berjiwa otonomi, danwiraswasta, sangat hati-hati membuat prakiraan (prediksi) di masa depan, dan kegiatan- kegiatannya selalu inovatif.
Sehubungan dengan kepemimpinan yang bercirikan seperti disebutkan di atas,Thomas J. Peters bersama Nancy Austin (1985) menawarkan gaya kepemimpinan baru yang;
1. Memiliki kemampuan memadukan kepentingan karyawan dan kepentingan organisasi.
2. Memiliki kemampuan mendorong seluruh jajaran organisasi agar memberikan pelayanan prima kepada para pelanggan.
3. Memiliki kemampuan mendorong seluruh jajaran organisasi untuk selalu berkreasi dan berkarya secara inovatif.