• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perishable Product Supply Chain

N/A
N/A
DIAN NUR AZIZAH

Academic year: 2024

Membagikan "Perishable Product Supply Chain"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Perishable Product Supply Chain

Tugas Kelompok SCM

Kelompok B Kelas A

(2)

H1E021003

Dian Nur Azizah

H1E021031

Mohammad Ghiyats Athoillah

H1E021005

Anugrah Gusti Ramadhan

H1E021043

Rayhan Hanifan Putra

H1E021057

Herfini Fauzia Hamnah

Anggota

Kelompok

(3)

PERISHABLE PRODUCT

Perishable Product adalah barang dengan umur simpan pendek dan rentan mengalami

penurunan nilai akibat kerusakan, kegagalan, atau penguapan seiring waktu. Sifat mudah busuk dan rusak selama transportasi dan

penyimpanan membuat rantai pasokan mereka kompleks, tidak pasti, dan rentan. Produk

semacam ini memiliki persyaratan waktu yang

ketat, struktur rantai pasok yang kompleks, serta ketergantungan tinggi pada faktor lingkungan

(Deng et al., 2019).

(4)

KONSEP PERISHABLE

PRODUCT SUPPLY CHAIN

Cold Chain Management : Memastikan produk mudah rusak tetap dalam kondisi baik dengan mengawasi suhu, kelembaban, dan waktu pengiriman dari produsen hingga konsumen.

Traceability : Kemampuan untuk melacak jejak produk mudah rusak dari awal hingga akhir, termasuk informasi tentang asal, kualitas, dan kondisi produk.

Quality Management : Memastikan kualitas produk mudah rusak melalui pengujian, pengawasan, dan kontrol yang cermat.

Inventory Management : Mengendalikan stok produk mudah rusak dengan bijaksana, termasuk pengaturan ulang persediaan dan manajemen risiko persediaan.

Transportation Management : Menangani perpindahan produk mudah rusak dengan memilih moda transportasi yang tepat, merencanakan rute dengan bijaksana, dan

mengelola risiko transportasi.

Perishable products supply chain memiliki beberapa konsep penting yang harus diperhatikan, yakni sebagai berikut:

1.

2.

3.

4.

5.

(5)

Karakteristik Perishable Product

Produk memiliki tanggal kadaluarsa yang terbatas.

Rentan terhadap faktor suhu, kelembaban, dan cahaya.

Memerlukan kondisi penyimpanan tertentu.

Masa pakai relatif pendek dibandingkan un-perishable product.

Bergantung pada rantai pasokan yang efisien.

Memerlukan kontrol kualitas yang ketat.

Perlu rotasi stok untuk menghindari penumpukan produk lama.

Rentan terhadap fluktuasi pasar.

Memerlukan prediksi permintaan yang tepat.

Harga dapat berubah sesuai kondisi pasar atau musim.

Perishable Product memiliki karakteristik khas yang perlu diperhatikan, yakni sebagai berikut:

1. 2.

3. 4.

5. 6.

7. 8.

10. 9.

(6)

Tantangan Perishable Product dalam Supply Chain

Mengelola inventaris barang yang mudah rusak memiliki sejumlah tantangan

unik yang harus diatasi oleh perusahaan. Beberapa masalah utamanya termasuk batasan umur simpan, fluktuasi permintaan yang sulit diprediksi, risiko

pemborosan jika barang tidak terjual sebelum tanggal kadaluarsa, persyaratan

penyimpanan khusus yang perlu dipenuhi, serta kebutuhan untuk menjaga rotasi stok yang tepat. Selain itu, kompleksitas pengelolaan persediaan meningkat

karena barang-barang mudah rusak harus diperlakukan secara terpisah. Rantai pasokan untuk barang-barang ini juga lebih rentan terhadap gangguan, seperti masalah pengiriman atau kekurangan bahan baku.

Tantangan lainnya mencakup risiko kehilangan kualitas selama penyimpanan dan distribusi, yang dapat terjadi akibat suhu yang tidak tepat atau kerusakan fisik.

Oleh karena itu, perusahaan perlu mengimplementasikan strategi dan sistem

manajemen yang efektif untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan menjaga

kelancaran operasional dalam mengelola inventaris barang yang mudah rusak.

(7)

Inventory Perishable Product dalam Supply Chain

Prediksi Permintaan yang Tepat

Penandaan dan Penyusutan yang Baik Teknologi untuk Pemantauan Real-Time Perencanaan Produksi yang Tepat

Manajemen Stok yang Aktif Penyimpanan yang Sesuai Perluas Jaringan Distribusi Pelatihan Karyawan

Kolaborasi dengan Pemasok Pengelolaan Risiko

Berikut dibawah ini merupakan beberapa strategi sederhana dalam mengelola perishable inventory dengan lebih baik:

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

(8)

Optimasi Rute Transportasi dalam Supply Chain

Bertujuan untuk merencanakan rute dengan biaya minimal dan kinerja maksimal, dengan mempertimbangkan berbagai kendala. Dalam melakukan optimalisasi ini, langkah pertama adalah mengatur dan menyusun urutan rute pengiriman suatu bisnis. Selain itu, penting juga untuk memilih moda transportasi yang sesuai

dengan wilayah yang akan dijangkau. Gunakan partner optimalisasi rute yang tepat untuk membantu Anda.

Dalam proses optimalisasi rute, software perencanaan rute dapat menjadi alat yang sangat berguna. Software ini membantu menemukan rute terbaik bagi

pekerja lapangan seperti kurir, pengemudi, atau teknisi. Mereka dapat

mengantarkan barang, melakukan kunjungan pelanggan, atau inspeksi mesin

dengan efisien. Software ini mempertimbangkan sumber daya yang tersedia,

kondisi jalan, dan kendala operasional untuk menentukan kombinasi rute dan

pemberhentian yang optimal. Hasilnya, pesanan dapat dipenuhi dengan efisien

dan hasil terbaik.

(9)

Efisiensi Operasional Perishable Product

dalam Supply Chain

Manajemen yang efisien terhadap stok barang yang mudah rusak dapat

memberikan dampak positif pada efisiensi operasional perusahaan. Hal ini melibatkan perencanaan produksi yang lebih baik,

pengawasan persediaan yang teliti, dan

distribusi yang tepat waktu.

(10)

SCM

Ruang Lingkup

Perishable Product

Supply Chain

(11)

Perilaku Konsumen

Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca Pembelian

Dalam menentukan keputusan, menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003) mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua

atau lebih alternatif pilihan. Keputusan konsumen melewati lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian dan perilaku pasca pembelian (Kotler, 2003).

1.

2.

3.

4.

5.

(12)

Ruang Linkup Supply Chain Perishable Products

Ruang lingkup Supply Chain dapat dirujuk dari Ballou (2007) yang mendefinisikan ruang lingkup rantai pasok disusun atas aspek berikut: Logistic, Strategic Planning, Information

Technology, Marketing dan Finance. Ruang lingkup Supply Chain dapat dilihat pada gambar berikut:

(13)

Ruang Linkup Supply Chain Perishable Products

Produksi dan Pengumpulan Penyimpanan

Distribusi

Manajemen Persediaan Pemasaran dan Penjualan Pengelolaan Limbah

Rantai pasok Perishable Products meliputi beberapa tahap utama, yakni sebagai berikut:

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Faktor yang sangat berpengaruh dalam Supply Chain Perishable Products adalah kecepatan, keakuratan, dan ketepatan waktu dalam setiap langkah proses. Kesalahan atau keterlambatan dalam salah satu tahapan dapat mengakibatkan kerugian besar dalam bentuk pemborosan,

penurunan kualitas produk, atau bahkan risiko kesehatan bagi konsumen.

Oleh karena itu, Supply Chain Perishable Products membutuhkan koordinasi yang ketat,

teknologi pemantauan yang canggih (seperti sensor suhu pada pengiriman produk), perencanaan yang akurat, serta kerja sama erat antara produsen, distributor, pedagang, dan konsumen akhir.

(14)

STUDI KASUS

Deskripsi Masalah Penelitian

(15)

STUDI KASUS

Deskripsi Masalah Penelitian

Rantai pasok adalah suatu siklus pengiriman produk yang melibatkan Procurement Centers, Distribution Center, dan komponen lainnya. Dalam penelitian ini, dirancang sebuah rantai pasok dengan beberapa procurement center, supplier, Distribution

Center, dan retailer. Logistik dan pengiriman melibatkan penentuan lokasi supplier dan retailer, pendirian Distribution Center dan procurement center di lokasi kandidat, serta penyediaan bahan baku oleh berbagai supplier. Penggunaan kendaraan mekanis

untuk produk yang mudah rusak menjadi bagian dari strategi pengiriman. Distribusi produk dapat dilakukan langsung dari procurement center ke retailer atau melalui Distribution Center, dengan tingkat kerusakan produk tergantung pada tanggal

kadaluarsa. Model optimasi diusulkan untuk menempatkan procurement center dan Distribution Center secara optimal, dengan fokus pada maksimalisasi keuntungan dan meminimalkan biaya pendirian, pembelian, pemesanan, penyimpanan, transportasi, dan pengolahan limbah. Aspek sosial dan lingkungan diperhatikan dengan menjadikan procurement center dan Distribution Center sebagai indikator sosial, serta dengan

memaksimalkan indeks ketenagakerjaan dan pembangunan daerah.

(16)

STUDI KASUS

Deskripsi Masalah Penelitian Pada studi kasus ini, peneliti mengimplementasikan model penelitian pada sebuah

perusahaan makanan olahan, yang digunakan sebagai studi kasus. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi efisiensi model yang diusulkan dalam kondisi dunia nyata dan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang bersangkutan. Untuk itu, peneliti

menggunakan data aktual yang disediakan oleh perusahaan. Rantai pasok perusahaan ini terdiri dari empat level: pemasok, produsen, distributor, dan pengecer. Perusahaan ini memproduksi tiga jenis produk daging olahan: 90% sosis daging sapi, 97% daging sosis daging sapi, dan 97% daging sosis daging ayam (b = 3). Produk-produk tersebut berasal dari dua jenis bahan baku: daging ayam dan daging sapi (a = 2), yang masing- masing disediakan oleh tiga pemasok (s = 3). Dua kandidat lokasi (m = 2)

dipertimbangkan di kota-kota industri di sekitar Teheran untuk mendirikan PC. Produk jadi didistribusikan di provinsi Teheran, Alborz, Qazvin, dan Qom (d = 4). Jika pengecer berada dalam radius cakupan PC, mereka menerima produk jadi langsung dari PC. Jika tidak, DC didirikan untuk mengirimkan produk ke pengecer secara tidak langsung.

(17)

STUDI KASUS

Deskripsi Masalah Penelitian Secara keseluruhan, ada 12 pengecer yang terlibat (r = 12). Produk jadi didistribusikan

di provinsi Teheran, Alborz, Qazvin, dan Qom (d = 4). Jika pengecer berada dalam radius cakupan PC, mereka menerima produk jadi langsung dari PC. Jika tidak, DC didirikan untuk mengirimkan produk ke pengecer secara tidak langsung. Secara

keseluruhan, ada 12 pengecer yang terlibat (r = 12). Produk jadi akan kadaluarsa dalam 42 hari (6 minggu) dari tanggal produksi. Karena bahan baku dan produk jadi mudah rusak, armada kendaraan bermotor dengan tiga tingkat kapasitas yang berbeda (n = 3) digunakan untuk mengangkut bahan dan produk. Produk jadi disimpan di DC dan

bahkan mungkin tetap berada di sana setelah tanggal kadaluarsa. Jika produk tidak terjual selama masa pakainya, maka produk tersebut akan membusuk dan

membebankan biaya kepada SC. Biaya pembusukan produk adalah sama untuk semua DC. Gambar di bawah menunjukkan gambar grafis dari struktur studi kasus kami.

Karena pentingnya publikasi data studi kasus, rincian data studi ini disediakan dalam Lampiran S1. Peneliti menggunakan program SimaPro Environmental Impact

Calculation Program untuk menghitung semua nilai emisi Co2 dari konstruksi dan transportasi oleh kendaraan dengan kapasitas yang berbeda.

(18)

STUDI KASUS

Deskripsi Masalah Penelitian

(19)

Metode Penyelesaian Masalah

Metode

Probabilistic Fuzzy Goal Programming (PFGP) adalah perluasan yang relatif baru dari1.

pemrograman tujuan fuzzy dengan tingkat signifikansi dan preferensi yang berbeda (Mohammadi et al., 2023). Hal ini disusun terutama dengan tujuan untuk menghindari batasan-batasan dari metode lama untuk memecahkan masalah multi-tujuan. Dalam PFGP, tujuan-tujuan diprioritaskan dan tujuan yang paling penting diberi nilai prioritas yang lebih tinggi daripada yang lain. Ketika prioritas masuk ke dalam model sebagai batasan melalui beberapa persamaan, PFGP dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah multi-objektif dengan tujuan yang tidak pasti dan tujuan dengan tingkat

signifikansi yang berbeda.

(20)

Metode Penyelesaian Masalah

2. Fungsi Objektif

(21)

Metode Penyelesaian Masalah

2. Fungsi Objektif

(22)

Metode Penyelesaian Masalah

2. Fungsi Objektif

(23)

Metode Penyelesaian Masalah

3. Batasan

(24)

Metode Penyelesaian Masalah

3. Batasan

(25)

Metode Penyelesaian Masalah

3. Batasan

(26)

Metode Penyelesaian Masalah

3. Batasan

(27)

Metode Penyelesaian Masalah

3. Batasan

(28)

Metode Penyelesaian Masalah

3. Batasan

(29)

Metode Penyelesaian Masalah

3. Batasan

(30)

Metode Penyelesaian Masalah

3. Batasan

(31)

Hasil Penelitian

(32)

Hasil Penelitian

(33)

Hasil Penelitian

(34)

Hasil Penelitian

(35)

Hasil Penelitian

(36)

Hasil Penelitian

(37)

Hasil Penelitian

(38)

Hasil Penelitian

(39)

Hasil Penelitian

(40)

KESIMPULAN

Penelitian mengusulkan location-inventory model untuk perishable product supply chain

dengan tujuan memaksimalkan keuntungan, mencapai tujuan sosial, dan meminimalkan total biaya dan dampak buruk terhadap lingkungan.

Perishable product supply chain melibatkan berbagai tahap, dari produksi hingga konsumsi, dan melibatkan banyak pihak yang memiliki peran penting dalam menjaga kualitas produk

Location-inventory model yang diajukan pada studi kasus mempertimbangkan tanggal

kadaluarsa produk, lokasi optimal fasilitas sisi pasokan, laju aliran antar fasilitas, dan cara pengiriman.

Studi kasus yang disediakan menunjukkan penerapan model ini dalam kondisi dunia nyata, dengan analisis sensitivitas terhadap hasilnya.

Tantangan utama dalam manajemen produk ini adalah menjaga kualitasnya selama umur simpan yang terbatas agar produk tetap aman dikonsumsi dan tidak mengalami kerusakan Location-inventory model ini berlaku untuk rantai pasokan barang yang mudah rusak dan memiliki tanggal kadaluarsa.

Dokumen juga membahas masalah limbah industri di Iran dan memberikan rekomendasi untuk penelitian masa depan di bidang ini.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

(41)

SEKIAN &

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Product and Vendor Development Programme in Encouraging Supply Chain Management: A Case

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sistem supply chain adalah berupa peramalan permintaan yang tidak tepat, bahan baku yang telat, jumlah produksi dan permintaan yang tidak

A supply chain is the system of organizations, people, activities, information and resources involved in moving a product or service from supplier to customer.. Supply

The results revealed that the supply chain development strategy of MSMEs in banana chip food includes product development, inventory, distribution and marketing, as well

Konsep rantai pasok (supply chain) adalah salah satu pendekatan yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah permintaan konsumen akan komoditas kedelai. Adapun tujuan

Supply Chain Inventory (Rantaian Pembekal Inventori) Minimizes inventory to reduce inventory carrying costs (Mengurangkan inventory untuk mengurangkan kos)3. Uses safety stock as

A real-time SPC inventory replenishment system to improve supply chain performances Francesco Costantinoa, Giulio Di Gravioa, Ahmed Shabana,b,⇑, Massimo Troncia aDepartment of

m LIST OF FIGURES Page Figure 1.1 Supply Chain of Fresh Produce 7 Figure 2.1 Conceptual of Standard in Agricultural Supply Chain 28 Figure 2.2 Integrated Farm Assurances IFA