• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK KEKERASAN SEKSUAL

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK KEKERASAN SEKSUAL"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

257 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK

KEKERASAN SEKSUAL

Protection of law for child as victim of hard sexual Salamiah dan Muthia Septarina

Fakultas Hukum Universitas Islam Kalimantan MAB Email: salamiahhamberi @gmail.com

Abstract

The child is the next generation of nation that will became the modality of development for keeping, defending, and development product. That is why the child keep of protection and special attention in keep of growth and development of physical, mentality, and social as intact, matching, and equal. That is why the protection law of child is needed because that is protection of preventive, and refresive for child.

Key Words : Protection of law, child, victim of hard sexual.

Abstrak

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi modal pembangunan untuk memelihara ,mempertahankan,dan mengembangkan hasil pembangunan yang ada . Oleh karena itulah anak memerlukan perlindungan dan perhatian khusus dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik , mental, dan social secara utuh,serasi dan seimbang.Karena itulah UU Perlindungan anak sangat dibutuhkan karena merupakan perlindungan preventif dan refresif bagi anak.

Kata Kunci : Perlindungan hukum,anak, korban kekerasan seksual

PENDAHULUAN

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan menjadi modal pembangunan untuk memelihara ,mempertahankan,dan mengembangkan hasil pembangunan yang ada . Oleh karena itulah anak memerlukan perlindungan dan perharian khusus dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik , mental, dan social secara utuh,serasi, dan seimbang . Perlindungan ini sebaiknya tidak hanya sebagai tugas pmerintah dan orang tua saja tetapi juga seluruh lapisan masyarakat diharapkan mampu berperan secara aktif dalam melindungi dan menjaga hak hak anak.(Naufal el hakim.Tinjauan yuridis terhadap tindak pidana phedofilia,http;www penjabaran blogspot.com.diakses pada tgl 27 mei 2014.)

Keadaan anak saat ini akan menggambarkan bagaimana corak sebuah bangsa yang akan dating,anak sebagai amanah dari Allah SWT mesti diasuh, diperlakukan dan dididik dengan sebaik-baiknya .Pembentukan dan pembinaan anak yang pertama adalah dimulai dari

(2)

258 keluarga,kemudian adalah lingkungan yang menjadi tempat selanjutnya dimana anak melakukan interaksi social .Pemerintah dengan kebijakannya memiliki peran yang tidak kalah penting dalam menyempurnakan tumbuh kembang anak secara layak dan kondusif bagi anak.Komitmen pemerintah untuk memberikan hak-hak anak dengan mengeluarkan kebijakan maupun peraturan perUndangaUndangan sangat dibutuhkan.

Dalam kurun waktu tahun 1990an masalah perlindungan anak ini baru menjadi perhatian masyarakat Indonesia karena makin maraknya bentuk kekerasan terhadap anak di Indonesia . Permasalahan ekonomi dan social yang melanda Indonesia juga berdampak pada peningkatan skala dan kompleksitas yang dihadapi khususnya oleh anak Indonesia yang ditandai dengan semakin maraknya anak yang mengalami perlakuan salah,ekploitasi, tindak kekerasan,perdagangan anak ,penelantaran. Kekerasan ,pelecehan dan ekploitasi tidak hanya menimpa perempuan dewasa saja tapi juga perempuan yang tergolong dibawah umur(anak- anak) bahkan tidak hanya anak perempuan saja tapi juga anak laki-laki tidak terlepas juga dari tindak kekerasan kejahatan seksual.terjadinya tindak kkerasan seksual ini tidak hanya ditempat tempat tertentu saja tapi bahkan juga dilingkungan keluarga bisa terjadi yng seharusnya lingkungan keluarga lah yang lebih aman .Akibat dari tindak kekerasan seksual ini sendiri selain merusak mental dan jiwa korban dari kejahatan Tindak kekerasan seksual ini juga dapat mengganggu ketrentaman orang tua yang takut akan terjadi pada anak mereka.

Melihat kejahatan ini dilakukan tidak hanya oleh orang asing saja tetapi bahkan orang terdekat juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan tindakan kejahatan seperti ini.Meskipun cukup berat tugas yan dipikul aparat kepolisian didalam memberantas tindak kekerasan seksual, namun dengan adanya peran serta masyarakat baik didalam memberikan informasi mengenai keberadaan pelaku,maupun penjagaan khusus dari masing-masing oramng tua didalam menjaga anak mereka diharapkan mampu meminimalisir kasus kejahatan seksual ini.

Meningkatnya kualitas dan kuantitas tindak kekerasan seksual terhadap anak menjadi keprihatinan tersendiri,dari satu sisi dimana anak sebagai korban akan menjadi trauma dan menimbulkan kerugian dan keburukan karena kemungkinan besar akan menjadi pelaku.

Lahirnya Undang-Undang no 23 tahun 2002 dan yang telah diperbaharui yaitu Undang-Undang no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak sebagai dasar penegakn hukum terhadap aksi kekerasan seksual terhadap anak memang dirasakan kurang maksimal ,hal ini masih terlihat dari masih adanya pelanggaran kekerasan terhadap anak.

(3)

259 Dalam pasal 65 Undang-Undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia berbunyi bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan ekploitasidan pelecehan seksual,penculikan ,perdagangan anak,serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika,psikotropika dan zat adiktif lainnya.Pasal tersebut menyatakan bahwa seorang ank juga memiliki hak yang harus dilindungi sebagaiWarga negara .Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang tercantum dalam UUD 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak anak-anak.

Pada hakekatnya anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai macam tindakan yang menimbulkan kerugian mental ,fisik,social dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan .Anak harus dibantu oleh orang lain dalam melindungi dirinya sendiri,mengingat situasi dan kondisinya khususnya dalam hal mndapatkan keadilan.

Dalam Undang-Undang perlindungan anak no 35 tahun 2014 berfungsi melindungi anak dalam kontek yang menjadi korban kejahatan ,dengan harapan dapat menopang upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada anak.

Sebagai sebuah penelitian hukum ,penelitian ini memfokuskan kepada bagaimana perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban dari tindak kekerasan seksual.

METODELOGI PENELITIAN

Metode Penelitian yang dilakukan adalah yuridis normative, maka dalam penyusunan pembahasan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Sumber data

Data yang diambil dan dipergunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah : Undang- Undang no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak,Undang-Undang no 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pendapat para ahli hukum,buku,Koran, serta majalah serta peristiwa yang terjadi dimasyarakat yang terkait dengan anak,khususnya bagi anak sebagai korban tindak kekerasan seksual.

2. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data.

Adapun prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah dengan melakukan study kepustakaan dan memperhatikan peristiwa yang terjadi dimashyarakat kemudian diolah dengan jalan menganalisa dan diuraikan dalam pembahasan.

PEMBAHASAN

(4)

260 A.Perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban tindak kekerasan seksual

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang membutuhkan perlindungan hukum khusus yang berbeda dari orang dewasa, dikarenakan alasan fisik dan mental anak yang belum dewasa dan matang.Perlindungan hukum anak diartikan sebagai upaya perlindungan hukum terhadap kebebasan dan hak asasi anak yang berhubungan dengan kesejahteraanya.

Anak –anak perlu mendapatkan suatu perlindungan yang telah termuat dalam suatu peraturan perundang-undangan .Setiap anak kelak memikul tanggung jawab tersebut , maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal .

Tindak kekerasan pada anak di Indonesia masih sangat tinggi .Salah satu penyebabnya adalah paradigm atau cara pandang yang keliru mengenai anak. Hal ini menggambarkan seolah-olah kekerasan terhadap anak sah-sah saja karena anak dianggap sebagai hak milik orang tua yang dididik dengan sebaik-baiknya termasuk dengan cara salah sekalipun.

Anak sebagai korban kekerasan seksual sebagai pihak yang lemah dan dirugikan dalam terjadinya tindak pidana ,seharusnya mendapat perhatian dan perlindungan hukum .Hal ini karena negara berkewajiban memelihara keselamatan dan meningkatkan kesejahteraan Warga Negaranya.Perlindungan anak sebagai korban kekerasan seksual dalam proses penyelesaian perkara pidana sangat penting bagi korban dan keluarganya.

Di Indonesia Undang-Undang anak sangat dibutuhkan karena merupakan perlindungan preventif dan refresif bagi anak. UU anak telah tersebar diberbagai bidang hukum atau aturan perundang-undangan misalnya dalam pasal 68 dan pasal 69 UU no 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan, UU no 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak,,UU no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak.

Saat ini ada kecendrungan mengenai bagaimana anak diperlakukan dan bagaimana terabaikannya mereka ketika menjadi korban kekerasan seksual , Seperti kasus yang terjadi di PN Malang terjadi kasus kekerasan seksual pada anak umur 14 tahun.Dimana dalam penjatuhan pidana yang diutamakan adalah sebagai bentuk tanggungjawab dari perbuatan yang dilakukannya dengan dipenjara sekian tahun , sedangkan korban hanya dapat menerima tindakan pembalasan tersebut dengan penjatuhan hukuman yang diberikan hakim kepada pelaku ,Setelah mendapat putusan yang telah incraht dari pengadilan, si anak sebagai korban dikembalikan pada orang tuanya tanpa direhabilitasi, seharusnya anak tersebut mendapat bantuan hukum lainnya.(Sumber putusan no 404/pidsus/2012/PN kpj Mlg)

(5)

261 Oleh karena itu perhatian dan perlindungan hukum terhadap kepentingan korban tindak kekerasan seksual baik melalui proses peradilan pidana maupun melalui sarana kepedulian tertentu merupakan bagian mutlak yang perlu dipertimbangkan dengan kebijakan hukum pidana, dan kebijakan-kebijakan social, baik oleh lembaga eksekutif ,legewslatif, dan yudikatif,maupun lembaga-lembaga social yang ada berdasarkan tujuan untuk mewujudkan pemerataan keadilan dan kesejahteraan umum ,maka hak korban untuk dilindungi pada dasarnya merupakan bagian integral dari hak asasi dibidang jaminan social .

Ada bentuk-bentuk perlindungan hukum yang dapat diberikan menurut UU no 35 tahun 2014 pasal 64(3), bahwa anak sebagai korban berhak mendapatkan :

1. Rehabilitasi baik dalam lembaga maupun luar lembaga

2. Upaya perlindungan dari pemberitaan indentitas melalui media masa untuk menghindari labelisasi.

3. Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban baik fisik,mental , maupun social . 4. Pemberian aksebilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan

perkara.

Perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban tindak kekerasan seksual dalam pembe

ritaan media masa menurut Undang-Undang diatur dalam pasal 64 UU Perlindungan anak no 35 tahun 2014, pasal 48 UU no 32 tahun 2002 tentang penyiaran , pasal 14 dan 29 pedoman perilaku penyiaran dan standart program siaran (P3SPS) tahun 2012,pasal 5 UU Pers no 40tahun 1999, dan pasal 4 dan 5 kode etik jurnalistik tahun 2006.

Indonesia telah membentuk UU no 23 tahun 2002 yang telah diperbaharui dengan UU no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak sebagai bentuk perhatian serius dari pemerintah dalam melindungi hak-hak anak. Dimana dalam UU perlindungan anak tersebut telah ditentukan adanya perlindungan terhadap anak dari pemberitaan identitas anak sebagai korban kekerasan seksual, penyimpangan , atau pelanggaran terhadap hak-hak anak banyak terjadi, terbukti dengan banyaknya kasus –kasus kriminalitas di televise ataupun Koran yang tidak melakukan perlindungan terhadap identitas anak sebagai korban.

Tujuan perlindungan anak menurut Undang-Undang adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan , serta mendapat perlindungan darikekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas , berakhlak mulia, dan sejahtera.

(6)

262 Perlindungan anak secara nasional telah memperoleh dasar pijakan yuridis diantaranya UUD NRI 1945 sebagai landasan konstitusional , serta pasal 21-24 UU no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak . Adapun pengertian anak menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak adalah seseorang yang belum dewasa 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan . pasal 17 ayat 2 juga mengatur bahwa “Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan .Selain itu pasal 64 ayat 2 hurup g juga mengatur “Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi.”

Adapun yang dimaksud dengan labelisasi adalah tindakan yang memberikan image atau kesan tersendiri dari masyarakat yang akan menimbulkan suatu penilaian dari masyarakat terhadap anak korban kekerasan seksual , Karena pandangan masyarakat terhadap anak korban kekerasan seksual ini akan berubah drastis , Masyarakat akan menganggapnya sebagai orang yang kotor ,Penilaian masyarakat ini akan terus mengikuti anak tersebut bahkan hingga si anak dewasa.

Dalam pasal 59 UU No 23 tahun 2002, tentang perlindungan anak diatur perihal kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan lembaga negara lainnya,untuk memberikan perlindungan khusus kepada :

a. Anak dalam situasi darurat

b. Anak yang berhadapan dengan hukum.

c. Anak dari kelompok minoritas dan terisolasi

d. Anak yang tereksploitasi secara ekonomi dan atau seksual e. Anak yang diperdagangkan .

f. Anak-anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika , alcohol,psikotropika, dan zat adiktif lainnya.(NAPZA).

g. Anak korban penculikan ,penjualan, dan perdagangan.

h. Anak korban kekerasan , baik fisik dan atau mental.

i. Anak yang menyandang cacat , dan

j. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran.

Peraturan yang dibuat KPI dalam rangka memberikan perlindungan terhadap anak-anak adalah peraturan komisi penyiaran Indonesia tentang pedoman perilaku penyiaran (P3) tahun 2012 yakni didalam pasal 14 dan pasal 29.Dalam pasal 31 tentang pedoman perilaku penyiaran (P3) tahun 2012 diatur tentang aturan melakukan wawancara terhadap narasumber

(7)

263 yaitu Lembaga penyiaran didalam menyiarkan wawancara atau percakapan langsung dengan penelpon atau narasumber wajib mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1. Memperoleh dan menyimpan identitas nama,alamat,dan nomor telepon penelepon atau narasumber sebelum percakapan atau wawancara disiarkan ,

2. Memiliki kemampuan untuk menguji kebenaran identitas penelpon atau narasumber tersebut.

Pasal 8 UU no 2002 ayat 2 butir d salah satu wewenang KPI adalah memberikan sanksi Terhadap pelanggaran peraturan dan pedoman prilaku penyiaran serta standart program siaran.Sanksi yang dapat dikenakan kepada lembaga penyiaran terdapat dalam pasal 34 ayat 5 butir f UU penyiaran yaitu berupa sanksi administratif.

UUD NRI 1945 mengamanatkan ,setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,tumbuh ,dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

B.Faktor-faktor yang menghambat dalam memberikan perlindungan hukum kepada anak sebagai korban tindak kekerasan seksual.

Karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap UU perlindungan anak, Sehingga banyak sebagian masyarakat yang tidak berani melaporkan kepada polisi dengan berbagai alasan diantaranya karena rasa malu,takut, trauma, dan sebagainya. Hal ini tentunya yang menjadi hambatan bagi penegak hukum untuk mencari bukti-bukti, karena biasanya laporan dilakukan sangat terlambat artinya kejadiannya sudah berlangsung lama baru dilaporkan.

Dengan melihat hal demikian maka tugas KPAI lah sebagai lembaga yang berkompetan dengan masalah perlindungan anak ini untuk mensosialisasikan kepada masyarakat agar diketahui. Karena semua UU apabila telah diundangkan maka seluruh peraturannya akan mengikat secara menyeluruh kepada masyarakat Indonesia.Yang perlu diperhatikan pemerintah adalah pelaksanaan dan pengawasan terhadap jalannya UU ini sudah berjalan dengan baik atau tidak.

Seperti yang diketahui maksud dan tujuan KPAI adalah lembaga independen yang kedudukannya setingkat dengan komisi negara yang dibentuk berdasarkan amanat kepres 77/2003 dan pasal 74 UU perlindungan anak dalam rangka meningkatkan efektifitas penyelenggaraan perlindungan anak di Indonesia . Lembaga ini bersifat independen tidak boleh dipengaruhi oleh siapa dan darimana serta untuk kepentingan apapun kecuali satu yaitu demi kepentingan terbaik bagi anak ,seperti yang diamanatkan oleh CRC(KHA) 1989.Yang mempunyai visi dan misi yaitu meningkatnya efektifitas penyelenggaraan perlindungan anak

(8)

264 demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas ,berakhlak mulia, dan sejahtera.Melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan per Undang-Undangan yang terkait dengan perlindungan anak.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari uraian pembahasan diatas ,maka terdapat kesimpulan yang dapat diambil yaitu : 1. Selain itu juga perlindungan hukum bagi anak terhadap tindakan kekerasan seksual

ini idealnya juga harus dilakukan baik secara preventif dan revresif..Dalam upaya preventif yang perlu diperhatikan adalah sanksi pidana yang harus dijatuhkan bagi pelaku sebaiknya diberikan hukuman yang seberat-beratnya untuk menimbulkan efek jera. Dan kebijak revrensif dalam mengani masalah kekerasan seksual terhadap anak ini harus berupa pemberian restitusi,kompensasi ,rehabilitasi,pelayanan dan bantuan medis,pemberian informasi terkait dengan perkembangan perkara pidana yang dihadapi dan juga diperlukan perlindungan yang diberikan oleh keluarga dan masyarakat untuk menghindari libelisasai dan pemberitahuan dari media massa.Undang-Undang Perlindungan Anak yang merupakan langkah pemerintah untuk meningkatkan perlindungan terhadap anak mengenai tindak pidana ini. Diatur lebih spesifik dan lebih melindungi bagi anak.

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang UU perlindungan anak sehingga itu menjadi factor penghambat bagi penegak hukum dalam memberikan perlindungan yang maksimal, karena kejadian yang dilaporkan biasanya sudah berlangsung lama sehingga sulit mencari bukti-bukti. Sejak diberlakukannya UU perlindungan anak maka tugas pemerintahlah bagaimana melakukan pengawasan terhadap UU tersebut apakah berjalan baik atau tidak. Karena setelah UU itu diundangkan maka akan mengikat seluruh masyarakat Indonesia oleh karena itulah harus ada lembaga yang berkompetan dalam hal ini KPAI bertugas untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat agar diketahui.

Saran

(9)

265 Pengaturan kembali mengenai tindak kekerasan seksual terhadap anak dalam ketentuan perUndangUndangan sehingga lebih dapat mencakup banyak prilaku yang sampai kini belum mencakup dalam peraturan perUndang-Undangan.

1. Untuk menangani masalah perlindungan hukum terhadap anak hendaknya penegak hukum semakin meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang Undang- Undang No 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak serta akibat hukum dan sanksinya yang bertujuan melindungi anak.

2. Orang tua hendaknya memberikan perlindungan terhadap anak dengan memenuhi hak-hak anak serta semakin meningkatkan pengwasan terhadap lingkungan brmain anak.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Yesmin,Adang,Kriminologi,Bandung,Refika Aditama,2010

Enrico Fermi,Fernando.2008.Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No 23/2002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP ,Skripisi FH Universitas SUMUT,Medan.

Konvensi Hak anak.

Lamintang,P.A.F.1997.Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia.Bandung,Citra Aditya Bakti.

Marpaung,Leden.2008,Asas Teori Praktek Hukum Pidana,Jakarta,Sinar Grafika.

Nunuk Tri .K.2015 Perlindungan Hukum Terhadap Anak Korban Tindak Pidana Paedofilia di Indonesia.

Sumber putusan no 404/pidsus/2012/Pn kpj, artikel jurnal Novi Febriani .

Sadhi Astuti, Made 2013.Hukum Pidana Anak dan Perlindungan Anak.Universitas Negeri Malang.

Undang-Undang no 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak.

Undang-undang no 32 tahun 2002 tentang penyiaran.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari data mengenai upaya kepolisian dalam memberikan perlindungan terhadap anak sebagai korban kejahatan kekerasan seksual. Penelitian

Dalam memberikan perlindungan pada anak yang menjadi korban kekerasan seksual, kepolisian melakukan upaya-upaya sebagai berikut:a. Memberikan akses pada lembaga dan/atau

Selain pentingnya membuat PP yang komprehensif, perlindungan hukum bagi perempuan penyandang disabilitas korban kekerasan seksual juga dapat dilakukan dengan segera

Penelitian ini mengambil judul “Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Perempuan Korban Kekerasan Seksual” dan studi yang dilakukan di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan

KUHP KUHP memberikan perlindungan kepada korban kekerasan terhadap anak dalam lingkup rumah tangga yang masih bersifat umum yaitu terdapat pada pasal-pasal yang mengatur tentang

Berkaitan dengan tanggungjawab tersebut, salah satu bentuk upaya melindungi korban kekerasan seksual khususnya pada anak juga harus diperhatikan terkait tanggungjawab terhadap anak oleh

Sedangkan, kekerasan seksual pada anak yang melanggar hak asasi manusia telah tercantum pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM Pasal 65 yang mengatur tentang hak anak untuk

23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan adapun faktor yang menjadi kendala dalam perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban kekerasan seksual di Kota Makassar adalah sulitnya