• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KEWAJIBAN BERSERTIFIKAT HALAL PADA PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN (STUDI DI KOTA MAKASSAR) - Repository Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KEWAJIBAN BERSERTIFIKAT HALAL PADA PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN (STUDI DI KOTA MAKASSAR) - Repository Universitas Hasanuddin"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

7 Syafrida, Sertifikat Halal Produk Makanan dan Minuman Memberikan Perlindungan dan Kepastian Hukum Terhadap Hak Konsumen Muslim, ADIL: Jurnal Hukum Vol. Saat ini masih banyak beredar produk makanan dan minuman, baik lokal maupun impor, yang belum memiliki sertifikat halal atau diragukan keabsahan sertifikat halal pada kemasan makanan dan minuman. Hal ini menunjukkan bahwa kewajiban pelaku usaha untuk mengikuti ketentuan hukum sertifikat halal masih rendah, terbukti dengan adanya 540.000 (lima ratus empat puluh ribu) usaha kuliner di Sulawesi Selatan, dimana hanya 2000 yang bersertifikat halal.11

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S Lukman mengatakan, saat ini merupakan masa kritis bagi para pengusaha industri makanan dan minuman karena masih ada waktu 10 hari sebelum peraturan wajib diterapkan sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH).

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Orisinalitas Penelitian

Pemahaman pengusaha kuliner terhadap sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada produk makanan di Yogyakarta', lokasi penelitian ini dilakukan di LPPOM MUI Yogyakarta'. Sedangkan data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara tatap muka dengan pelanggan; pengusaha kuliner di Yogyakarta. Sedangkan sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitik dengan pendekatan normatif dan menggunakan model deduktif-induktif sebagai kerangka berpikir.

Moh Hamka, 2007, “Pencantuman Label Halal Pada Pelayanan Makanan dan Restoran (Review UU Perlindungan Konsumen)”, [Disertasi], Universitas Hasanuddin Makassar, hal. iv. .. 14 penelitian menunjukkan bahwa: 1) pemahaman mayoritas pelaku usaha kuliner di Yogyakarta masih didominasi oleh pelaku usaha kuliner yang belum sepenuhnya memahami urgensi sertifikasi halal di Indonesia, 2) pengusaha kuliner di Yogyakarta sepakat bahwa sertifikasi halal adalah proses pemberian atau pembuatan sertifikasi halal terhadap produk pangan oleh pemerintah dan organisasi Islam di Indonesia yang diwakili oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) berdasarkan syariat Islam bagi suatu usaha kuliner yang ingin membuat label halal, dan 3) masih minimnya pelaku usaha kuliner yang memiliki alasan untuk mempertimbangkan label halal karena faktor prosedur hingga sosialisasi kepada pihak terkait mengenai sertifikasi halal yang diatur.19 . Busrah, Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar angkatan 2017, “Pengaruh Label Halal dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Dalam Kemasan di Kalangan Mahasiswa FKIP Unasman. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan kuantitatif. Untuk itu penelitian ini mengukur variabel-variabel yang ada melalui manifestasinya berupa nilai atau angka.

19 Achmad Chanif Luthfi Ardial, 2017 “Pengusaha kuliner memahami sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada produk pangan di Yogyakarta”, [Skripsi], UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, hal. Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai koefisien regresi variabel label halal berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian makanan. Dan tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan antara mahasiswa muslim dan non muslim dalam pengambilan keputusan pembelian makanan berlabel halal pada mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Al-Asy’ariah Mandar. 1) Menghimbau kepada para pedagang pangan yang memasarkan produk pangan di kampus Universitas al-As'yariah Mandar agar memperhatikan setiap produk pangan yang ada di dalamnya.

Perbedaan yang mendasar dengan penelitian terdahulu adalah peneliti lebih spesifik atau fokus mengkaji kewajiban sertifikasi halal terhadap makanan dan minuman untuk menjamin terjaminnya perlindungan konsumen di kota Makassar dan upaya pemerintah terhadap makanan dan minuman yang tidak bersertifikat halal. di kota Makasar. 20 Busrah, 2017, “Pengaruh Pelabelan Halal dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Makanan Dalam Kemasan Di Kalangan Mahasiswa FKIP Unasman”, [Skripsi], Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar, hal.

TINJAUAN PUSTAKA

Perlindungan Konsumen

  • Pengertian Perlindungan Hukum
  • Pengertian Konsumen
  • Hak-hak Konsumen
  • Pengertian Perlindungan Konsumen
  • Asas Perlindungan Konsumen
  • Tujuan Perlindungan Konsumen
  • Itikad Baik (Good Faith)

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.32. 23 Rumusan pengertian perlindungan konsumen yang terdapat dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya disebut UUPK sudah cukup. Kalimat yang berbunyi “segala upaya menjamin kepastian hukum” diharapkan dapat menjadi benteng untuk menghilangkan tindakan sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi perlindungan konsumen.33.

Perlindungan konsumen adalah seperangkat asas dan aturan hukum yang mengatur hubungan dan permasalahan antara berbagai pihak satu sama lain sehubungan dengan barang dan/atau jasa konsumen dalam kehidupan bermasyarakat.34. Karena perlindungan konsumen bukan hanya sekedar hubungan keperdataan tetapi juga menyangkut kepentingan masyarakat pada umumnya, bahkan hubungan manusia dengan Allah SWT.35. Perlindungan konsumen diatur dalam UUPK yang menyatakan bahwa perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya perlindungan konsumen.

Terciptanya sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keamanan hukum dan keterbukaan informasi serta akses terhadap informasi; Meningkatkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan konsumen guna mengembangkan sikap jujur ​​dan bertanggung jawab dalam berusaha; Dan. 27 Tujuan yang harus dicapai dalam perlindungan konsumen adalah menciptakan rasa aman bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Karena perlindungan konsumen tidak hanya sekedar hubungan keperdataan saja, namun juga menyangkut kepentingan masyarakat secara umum, bahkan hubungan manusia dengan Allah SWT 42 7. 44 M.Barri Effendi, 2017, Tanggung Jawab Pelaku Usaha Bakso Babi Berlabel Halal Terkait dengan Undang-Undang Nomor Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen JO.

Sertifikasi Halal

  • Pengertian Sertifikat Halal
  • Dasar Hukum Sertifikat Halal
  • Sertifikasi Pasca Berlakunya UU Nomor 33 Tahun
  • Prosedur Sertifikasi Halal
  • Kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH)
  • Kerjasama BPJPH dengan Lembaga Terkait
  • Implementasi Sertifikasi Halal

Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah terbitnya sertifikat halal apabila produk yang bersangkutan memenuhi persyaratan sebagai produk halal.50. Di Indonesia, lembaga berwenang yang melakukan sertifikasi halal (sebelum terbitnya UU Jaminan Produk Halal) adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian. Pasca terbitnya UU JPH, lembaga yang berwenang melakukan sertifikasi halal adalah Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), LPPOM MUI kemudian bertugas sebagai Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) di bawah BPJPH.52.

55 Dikutip dari website: http://www.halalmui.org/mui14/main/detail/wisata-perunjung-angkatan-pekerja-sistem-halal-di-indonesia (diakses 20 Agustus 2020). Untuk memperjelas penyelenggaraan pelayanan sertifikasi halal di Indonesia, Kementerian Agama menerbitkan Keputusan Menteri Agama (KMA) No. Selain menjelaskan tugas dan fungsi ketiga lembaga tersebut, KMA ini juga mengatur mengenai pembiayaan jasa sertifikasi halal: a) Jasa sertifikasi halal dikenakan biaya layanan yang dibebankan kepada pelaku usaha yang mengajukan sertifikasi halal;

Semula lembaga yang terlibat dalam sertifikasi halal terdiri dari (1) MUI melalui Komisi Fatwa sebagai penerbit fatwa dan sertifikat halal, (2) LPPOM MUI sebagai pemeriksa kehalalan produk mulai dari bahan baku hingga proses produksi, (3) BPOM yang menerbitkan sertifikasi halal. izin pemasangan, tanda halal, (4) Kementerian Agama sebagai pengambil kebijakan dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat, dan (5) kementerian terkait lainnya. 39 dalam proses sertifikasi halal (2) Lembaga inspeksi halal sebagai lembaga yang melakukan audit atau pemeriksaan produk halal. 57Hayyun Durrotul Faridah, “Sertifikasi Halal di Indonesia: Sejarah, Perkembangan dan Penerapannya”, Jurnal Penelitian dan Produk Halal volume 2 nomor 2, Desember 2019, hal.74.

Sumber: https://www.halalmui.org/mui14/main/page/perkerjaan-kerertikan-halal-mui sesuai gambar diatas, secara umum tata cara sertifikasi Halal adalah sebagai berikut: 60. 60 Dikutip dari website: https: //www .halalmui.org/mui14/main/page/perbesaran-halal-mui-certification (diakses 20 Agustus 2020). 62 Dikutip dari website: https://www.halalmui.org/mui14/main/page/perbesaran-halal-mui-certification (diakses 20 Agustus 2020).

Masa transisi lima tahun ini harus dimanfaatkan secara optimal untuk mempercepat sertifikasi halal seluruh produk yang beredar di Tanah Air.

Landasan Teori

  • Teori Efektivitas Hukum
  • Teori Perlindungan Hukum
  • Teori Tanggung Jawab

Pelaku usaha juga dapat memperluas target pasar, meningkatkan daya saing, meningkatkan produksi dan omzet penjualan serta meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap kehalalan produk. KUH Perdata memuat berbagai aturan hukum mengenai hubungan dan permasalahan hukum antara pelaku usaha penyedia barang dan/atau jasa dengan konsumen yang menggunakan barang atau jasa tersebut.72. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tanggung jawab adalah kewajiban menanggung segala sesuatu, jika terjadi sesuatu dapat dituntut, disalahkan dan digugat.

Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keharusan bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang diwajibkan kepadanya.73. Tanggung jawab merupakan kata dasar dari tanggung jawab yang berarti keadaan kewajiban menanggung segala sesuatu yang terjadi. 59 UU Perlindungan Konsumen, pelaku usaha harus dimintai pertanggungjawaban, yaitu apabila perbuatannya melanggar hak dan kepentingan konsumen, menimbulkan kerugian, atau berdampak pada kesehatan konsumen.

Tanggung jawab produk adalah tanggung jawab hukum orang atau badan hukum yang memproduksi suatu produk (produsen) atau orang atau badan yang terlibat dalam proses pembuatan suatu produk (perakitan prosesor) atau orang atau badan yang menjual atau mendistribusikan (penjual, distributor) produk tersebut.76. Asas tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan merupakan asas yang cukup umum yang berlaku dalam hukum pidana dan perdata. 76 M.Barri Effendi, 2017, Tanggung jawab pelaku usaha bakso babi bermerek halal dikaitkan dengan undang-undang nomor 1999 tentang perlindungan konsumen JO.

Prinsip tanggung jawab terbatas sangat disukai oleh para pelaku usaha untuk dimasukkan sebagai klausul eksculpatory dalam perjanjian baku yang mereka buat. Tanggung jawab dalam hukum perdata adalah tanggung jawab hukum yang didasarkan pada hubungan perdata antara para pihak.

Kerangka Pikir

Oleh karena itu, untuk mengetahui kehalalan suatu produk makanan dan minuman perlu dilakukan pengujian melalui sertifikasi Halal. Selain itu, diperlukan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk mencapai jaminan kehalalan produk yang diperjualbelikan. Pemerintah bersama lembaga terkait hendaknya memberikan pendidikan dan pelatihan kepada pelaku usaha tentang pentingnya kewajiban sertifikasi halal suatu produk.

Selain itu, pemerintah memberikan sanksi kepada entitas yang tidak memenuhi kewajibannya setelah memperoleh sertifikasi halal. Pelaku usaha juga dapat memperluas sasaran pasarnya, meningkatkan daya saing, meningkatkan produksi dan omzet penjualan, serta meningkatkan kepercayaan konsumen. Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal yang selanjutnya disingkat BPJPH adalah badan yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengelola JPH.

Lembaga Pemeriksa Halal yang selanjutnya disingkat LPH adalah lembaga yang melakukan kegiatan pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk. Sertifikat Halal merupakan pengakuan kehalalan suatu produk yang dikeluarkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa halal tertulis yang dikeluarkan MUI. Pelaku usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Indonesia.

Sertifikasi halal merupakan proses perolehan sertifikat halal melalui beberapa tahapan untuk membuktikan bahan, proses produksi dan Sistem Jaminan Halal (SJH) memenuhi standar LPPOM MUI. Pada akhirnya sertifikasi halal merupakan salah satu bentuk ibadah yang dapat diamalkan oleh konsumen, khususnya bagi konsumen yang beragama Islam.

Gambar 4  Bagan Kerangka Pikir
Gambar 4 Bagan Kerangka Pikir

Definisi Konseptual

METODE PENELITIAN

Tipe Penelitian

Lokasi Penelitian

Populasi dan Sampel

Jenis dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

HASIL PENELITIAN

Faktor yang menjadi penyebab masih adanya produsen yang belum

Bagaimana Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Terhadap

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 4  Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Jaminan kehalalan suatu produk pangan dapat diwujudkan dalam bentuk sertifikat halal yang menyertai suatu produk pangan sehingga produsen dapat mencantumkan logo halal pada kemasannya.3