PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan mengenai apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini.
Faedah Penelitian
Secara lebih mendalam, manfaat teoritisnya adalah untuk lebih memahami peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan, khususnya dalam hal perjanjian kredit kerja. Agar pekerja lebih memahami hak-hak yang seharusnya diperolehnya dalam pelaksanaan perjanjian kredit kerja pada saat melakukan kontrak dan diharapkan lebih cermat dalam membaca kontrak kerja dalam perjanjian tersebut.
Tujuan Penelitian
Definisi Operasional
Pengusaha berdasarkan Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lain yang mempekerjakan pekerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Perjanjian uitzendverhooding adalah perjanjian pengiriman/peminjaman tenaga kerja pada saat melakukan outsourcing, dimana pekerja/buruh dipekerjakan pada suatu perusahaan dengan sistem kontrak, melainkan kontrak.
Keaslian Penelitian
S20172036, Mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, 2021 dengan judul “Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja Asing di PT. Skripsi ini merupakan penelitian hukum empiris yang mengkaji tentang Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Asing dalam Kontrak Kerjasama di PT. .
Metode Penelitian
- Jenis dan pendekatan penelitian
- Sifat Penelitian
- Sumber data
- Alat pengumpul data
- Analisis data
Sumber data yang digunakan untuk melakukan penelitian hukum empiris ini berasal dari hukum Islam, data primer dan juga data sekunder yang menggunakan bahan hukum berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan atau diambil langsung dari sumbernya yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan Dinas Ketenagakerjaan Kota Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum Ketenagakerjaan
Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilaksanakan dalam rangka pembangunan bangsa Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya. untuk meningkatkan kehormatan, martabat dan harga diri. -menghargai tenaga kerja dan mewujudkan masyarakat sejahtera, berkeadilan, sejahtera dan berkeadilan, baik materil maupun rohani. Perkembangan ketenagakerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga hak-hak dasar dan perlindungan pekerja dan pekerja/buruh terpenuhi dan pada saat yang sama dapat tercipta kondisi yang kondusif bagi perkembangan usaha. Keterkaitan tersebut tidak hanya berkaitan dengan kepentingan pekerja pada saat, sebelum dan sesudah masa kerja, tetapi juga dengan kepentingan pengusaha, pemerintah, dan masyarakat.
Hal ini memerlukan pengaturan yang komprehensif dan komprehensif yang mencakup antara lain pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia, upaya perluasan kesempatan kerja, pelayanan penempatan tenaga kerja, dan peningkatan hubungan industrial.25. Di bidang ketenagakerjaan, Peraturan MPR ini merupakan tonggak penting dalam mendukung demokrasi di tempat kerja. Mendukung demokrasi di tempat kerja diharapkan dapat mendorong partisipasi optimal seluruh pekerja Indonesia dan pekerja/buruh dalam membangun negara Indonesia yang ideal.26 Untuk mempertimbangkan hal tersebut di atas, pemerintah Indonesia telah menetapkan undang-undang ketenagakerjaan dalam bentuk Undang-Undang TIDAK. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. UU No. 13 Tahun 2003 merupakan salah satu undang-undang yang mengatur masalah ketenagakerjaan dengan tujuan agar pekerja dapat mewujudkan hak-haknya dan mendapatkan perlindungan dasar sekaligus menciptakan kondisi yang mendukung bagi perkembangan dunia usaha.
Kebijakan ketenagakerjaan saat ini merupakan kelanjutan dari kebijakan ketenagakerjaan yang ada pada pelayanan ketenagakerjaan di Kementerian Sosial, yaitu untuk menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan tenaga kerja dan kesempatan kerja, jaminan sosial, dan perselisihan perburuhan. Selain itu juga terdapat pertanyaan mengenai pengorganisasian kerja, penyediaan lapangan kerja dan bantuan pada saat menganggur, serta hal-hal lain mengenai hubungan kerja dan perekrutan personel.27. Pada hakekatnya tujuan undang-undang ketenagakerjaan adalah terwujudnya keadilan sosial di bidang pekerjaan yang dilakukan dengan cara melindungi pekerja dari kekuasaan majikan.
Hubungan Kerja
Dengan demikian hukum ketenagakerjaan (hukum ketenagakerjaan) dapat bersifat privat/perdata dan juga bersifat publik. Dikatakan bersifat perdata karena undang-undang ketenagakerjaan juga mengatur tentang hubungan antar individu, dalam hal ini antara pekerja dan pengusaha, dimana dalam hubungan kerja tersebut mereka mengadakan suatu perjanjian yang biasa disebut perjanjian kerja, sekaligus mengatur syarat-syarat mengenai perjanjian tersebut. dalam Buku III KUHPerdata.28. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terdapat tiga model hubungan kerja, yaitu hubungan kerja tetap, hubungan kerja berdasarkan jangka waktu tertentu (kontrak), dan hubungan kerja penempatan (outsourcing).
Dalam UU Ketenagakerjaan, pasal 56 ayat Melihat pasal tersebut tentu menimbulkan penafsiran bahwa adanya kebebasan bagi para pihak untuk membuat perjanjian kerja, baik itu dalam bentuk PKWT maupun PKWTT, padahal sebenarnya tidak demikian, karena pada pasal-pasal berikut ternyata terdapat syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan agar suatu hubungan kerja dapat dilaksanakan secara sah, tetap atau untuk jangka waktu terbatas.30. Selain yang disebutkan di atas, terdapat juga hubungan kerja yang subjek hukumnya adalah pekerja outsourcing dalam pekerjaannya pada perusahaan pengguna outsourcing harus mematuhi peraturan perusahaan (PP) atau perjanjian kerja bersama (PKB) yang berlaku pada perusahaan pengguna. secara hukum tidak ada hubungan kerja antara keduanya.
Terdapat kesamaan utama antara bunyi Undang-undang tersebut dengan praktek industri, yaitu bahwa yang dialihdayakan pada umumnya (tidak seluruh) kegiatan penunjang (non-core business), sedangkan kegiatan utama (core business) pada umumnya (tidak seluruhnya) masih adalah. dilakukan oleh perusahaan itu sendiri.31. Berdasarkan rangkaian penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa hubungan kerja yang dimaksud di sini pada dasarnya adalah hubungan antara seorang buruh (pegawai) dengan pemberi kerja (employer) setelah adanya suatu perjanjian kerja, yaitu 'perjanjian yang didalamnya pihak pertama, yaitu pekerja, mengikatkan dirinya kepada pihak lain, yaitu pemberi kerja, untuk bekerja memperoleh upah, dan pemberi kerja menyatakan kesanggupannya mempekerjakan pekerja tersebut dengan membayar upah.
Perjanjian Kerja
UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah mengatur segala permasalahan yang berkaitan dengan pekerja dan pengusaha serta segala hak dan kewajiban yang ada/melekat pada masing-masing pihak sehubungan dengan tindakan yang boleh atau tidak boleh dilakukan, serta mengatur tentang syarat-syarat kondisi kerja yang layak dan layak. upah.33. Penyelenggaraan usaha oleh suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan perekonomiannya dengan dibantu oleh para pekerja tentunya tidak dapat berjalan sebelum adanya perjanjian kerja yang dituangkan dalam perjanjian kerja tertulis. Lain halnya dengan perjanjian kerja pada pasal 1 angka 14 undang-undang no. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah perjanjian antara pekerja atau pekerja dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak.34.
Secara hukum kedudukan pekerja dan pengusaha adalah sama di mata hukum, namun secara sosiologis hubungan antara pekerja dan pengusaha terkadang tidak seimbang dalam keadaan tertentu, karena seringkali pekerja berada pada posisi yang lemah dibandingkan dengan pengusaha. Hubungan yang timbul antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan kerja berdasarkan kontrak kerja yang mengandung unsur pekerjaan, penugasan, dan upah. Ada pekerja dengan kontrak kerja waktu tertentu (pekerja kontrak), ada pula pekerja dengan kontrak kerja waktu tidak tertentu. pegawai tetap) yang dipekerjakan langsung oleh perusahaan tempatnya bekerja, namun ada juga pegawai yang menggunakan sistem outsourcing.35.
Masih berkaitan dengan kontrak pekerjaan ini, dalam undang-undang buruh seseorang pekerja membuat kontrak pekerjaan dengan syarikat atau majikan dengan mengikat dirinya dengan perjanjian dengan tujuan untuk mendapatkan upah. Kontrak pekerjaan adalah sah jika ia memenuhi keperluan undang-undang perjanjian dan prinsip undang-undang perikatan.37 Subjek undang-undang dalam kontrak pekerjaan sebenarnya adalah subjek undang-undang dalam hubungan pekerjaan. Berdasarkan tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja/buruh, pekerja menerima upah.38 Dengan kata lain: objek kontrak pekerjaan ini adalah hak dan kewajipan setiap pihak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Disebutkan, istilah perjanjian hubungan kerja sementara sebenarnya tidak dikenal dalam undang-undang ketenagakerjaan, baik dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, maupun dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Ketentuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2. tahun 2022 tentang penciptaan lapangan kerja. hukum. 42 Penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Ketentuan Peraturan Negara Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja dalam Peraturan Perundang-undangan. Menurut pemerintah, dalam rangka mendukung implementasi kebijakan strategis penciptaan lapangan kerja beserta peraturannya, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang menggunakan metode omnibus (omnibus lau).
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pembukaan Lapangan Kerja tetap berlaku sampai dilakukan perbaikan sesuai batas waktu; Dan. 51 Penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja dalam Undang-Undang. Sikap tersebut terlihat dari ketentuan Pasal 1601b KUHPerdata, Pasal 64 dan Pasal 66 UU No. 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 2 Tahun 2022 tentang penciptaan lapangan kerja dalam undang-undang.
Berkenaan dengan kewajiban perusahaan penyedia tenaga kerja sesuai dengan ketentuan Pasal 66 ayat Khusus perlindungan pekerja di Medan disebutkan bahwa pengaturan hukum yang digunakan pemerintah dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja Kota Medan untuk melindungi pekerja outsourcing masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-undang Nomor 6. mulai tahun 2023 tentang penetapan peraturan. Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penciptaan Lapangan Kerja. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Pasar Tenaga Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Pengalihan Sebagian Tenaga Kerja prestasi kerja ke perusahaan lain.67.
Berdasarkan peraturan terbaru yang diatur pemerintah yaitu pada Pasal 64 dan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja. Menjadi undang-undang yang mengharuskan perjanjian dibuat secara tertulis guna memberikan kepastian hukum kepada pekerja/buruh, agar perusahaan pemberi pekerjaan atau perusahaan penyedia tenaga kerja tidak lalai dalam memenuhi hak-hak pekerja. Kedudukan hukum perjanjian hubungan kerja dalam hukum perdata di Indonesia tercermin dalam ketentuan Pasal 1601b KUH Perdata, Pasal 64 dan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Penciptaan Lapangan Kerja. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Ketentuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi Undang-Undang.