Ketimpangan Pemilik Modal dan Buruh
Pemilik modal merupakan individu atau kelompok yang memiliki modal untuk melakukan kegiatan secara terstruktur. Adapun buruh merupakan individu yang bekerja dalam usaha pemilik modal.
Ketimpangan sosial antara pemilik modal dan buruh dapat terjadi apabila pemilik modal tidak memberikan upah sesuai sesuai standar upah yang telah ditetapkan pemerintah daerah dan beban kerja yang diberikan kepada buruh.
Beban pekerjaan yang tidak sebanding dengan upah menyebabkan para buruh tidak mampu meningkatkan kesejahteraan hidup. Realitas ini bebanding terbalik dengan para pemilik perusahaan dan pemegang saham. Makin tinggi keuntungan perusahaan akibat naiknya permintaan pasar, kekayaan mereka makin bertambah.
Ketimpangan antara Golongan Kaya dan Miskin
Sebagian besar masyarakat di perkotaan memiliki kendaraan pribadi seperti motor dan mobil. Di sisi lain, masih terdapat warga miskin yang ditolak memiliki kendaraan pribadi karena berpenghasilan di bawah standar kelayakan dan harus bekerja sebagai pemulung, Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya ketimpangan sosial antara golongan dan miskin.
Suatu golongan dikategorikan kaya atau miskin berdasarkan kriteria tertentu. Menurut Soerjono Soekanto, ukuran kekayaan dilihat dari kepemilikan harta, rumah, kendaraan, tanah, cara berpakaian, dan kebiasaan pemenuhan kebutuhan pokok sehar-hari.
Terjadinya ketimpangan sosial antara golongan kaya dan miskin disebabkan oleh faktor pertumbuhan ekonomi masyarakat menengah ke atas, adanya krisis global, rendahnya tingkat pendidikan, dan mental miskin yang dimiliki masyarakat.
Ketimpangan Pembangunan
Ketimpangan pembangunan terjadi akibat perbedaan laju pembangunan yang dilakukan di setiap daerah. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan seperti perbedaan letak geografis, sumber daya alam yang dimiliki, sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang dimiliki, serta kondisi suatu daerah rawan konflik atau rawan bencana.
Faktor tersebut menyebabkan kegiatan pembangunan antardaerah terganggu sehingga memperlebar ketimpangan pembangunan. Sebagai contoh, ketimpangan pembangunan antara desa dan kota. Laju pembangunan di daerah perkotaan lebih cepat daripada daerah perdesaan atau daerah terpencil.
Ketimpangan tersebut dibuktikan dengan masih adanya kelompok masyarakat desa terpencil yang belum teraliri listrik serta pembangunan infrastruktur yang belum memadai.