• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permohonan Sebagai Editor Buku dan Jemputan Mesyuarat FTK UIN Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Permohonan Sebagai Editor Buku dan Jemputan Mesyuarat FTK UIN Mataram"

Copied!
427
0
0

Teks penuh

Hasil penelitian Sahlan (2012) terhadap suku Wana di Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa praktik pengelolaan hutan berbasis kearifan lokal berhasil menjaga kelestarian hutannya. Di Pulau Lombok juga terdapat komunitas adat yang melakukan pengelolaan hutan adat berdasarkan kearifan lokal, salah satunya adalah Komunitas Wetu Telu (KWT) yang bermukim di kawasan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.

Rumusan Masalah

Meski diakui keberhasilannya, namun kajian ilmiah mengenai penerapan kearifan lokal dalam pengelolaan hutan masih diperlukan, terutama untuk keperluan pengumpulan informasi mengenai: pentingnya pengelolaan hutan adat berbasis kearifan lokal, contoh penerapan kearifan lokal dalam pengelolaan hutan. pengelolaan hutan adat, hambatan, strategi dan peluang penerapan kearifan lokal dalam pengelolaan hutan adat di masa depan, serta pentingnya pengelolaan hutan adat berdasarkan kearifan lokal dengan prinsip pengelolaan hutan lestari. Apa pentingnya pengelolaan hutan adat berdasarkan kearifan lokal dengan prinsip pengelolaan hutan lestari?

Tujuan

Dalam penelitian kehutanan konvensional, data primer adalah data yang diperoleh dari responden dan informan kunci. Dalam penelitian hutan konvensional, data yang dikumpulkan melalui wawancara terstruktur adalah: profil responden dan kondisi sosial budaya responden.

Studi Literatur

Melengkapi laporan penelitian dengan foto-foto kegiatan penelitian di lapangan. menganalisis data yang berbeda atau. bertentangan dengan data yang ditemukan. Jika memungkinkan, buatlah laporan hasil penelitian. mendekati kondisi nyata di lapangan 3. meningkatkan kredibilitas penelitian melalui audit proses &. laporan hasil penelitian secara umum. melakukan penelitian) dan audit produk (melaporkan hasil penelitian).

Tabel 1.1. Tahapan untuk validasi data  No.  Kriteria dan
Tabel 1.1. Tahapan untuk validasi data No. Kriteria dan

Tinjauan Pustaka

Deskripsi kearifan lokal

Landasan hukum kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya alam

Minyak dan Gas Bumi Kegiatan usaha minyak dan gas bumi tidak dapat dilakukan di atas tanah pemakaman, tempat yang dianggap keramat, tempat, sarana dan prasarana umum, cagar alam, cagar budaya, dan tanah milik masyarakat hukum adat (Pasal 33). Panas Bumi - Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat pesisir yang telah tinggal di wilayah geografis tertentu selama beberapa generasi karena ikatan asal usul leluhur, hubungan yang kuat dengan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, serta adanya sistem nilai yang menentukan institusi ekonomi. , politik, sosial dan hukum (Pasal 1 angka 35).

Pengertian Pengelolaan Hutan Lestari

Unsur -unsur Pengelolaan Hutan Lestari

Pembentukan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR)

Menangani kawasan Taman Nasional di Kabupaten Lombok Barat dengan luas Ha (30%) yang terbagi dalam 3 (tiga) Resort (Anyar, Santong, Senaru) dan beberapa pos penjagaan. Jamur yang tergolong hanya mampu tumbuh di daerah tropis tertentu ini pertama kali ditemukan oleh Kepala Divisi Pengelolaan Wilayah I Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Teguh Rianto. Penemuan salah satu jenis jamur termahal di dunia ini hanya terjadi secara kebetulan saat patroli kawasan taman nasional pada tahun 2009118.

Diperkirakan terdapat 100 individu yang tinggal di Pulau Lombok, di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak, Kabupaten Lombok Tengah, namun ada juga yang berada di Taman Nasional Gunung Rinjani. Laporan Identifikasi Musang Rinjani (Paradoxurus. Hermaphroditus rindjanicus) di kawasan hutan Resor Sembalun, Departemen Pengelolaan Taman Nasional, Wil. 146 Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR). 2002) Musang Rinjani warnanya sangat gelap dari kepala hingga ekor, bahkan hampir hitam.

Jenis Burung Beo Jambul Belerang Kecil ini banyak ditemukan di Kecamatan Jereweh, Kabupaten Sumbawa Barat, kawasan Gunung Tambora (Dompu) dan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani di Pulau Lombok. Merpati ini merupakan subspesies Ducula lacernulata endemik Taman Nasional Gunung Rinjani.

Gambar 1.2.  Upacara Maulid Adat Bayan,  salah  satu ritualnya  dilakukan di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani 112
Gambar 1.2. Upacara Maulid Adat Bayan, salah satu ritualnya dilakukan di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani 112

Air Terjun Tiu Ngumbak terletak di Dusun Beleq, Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Air Terjun Timponan terletak di Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Air Terjun Kumbi terletak di Dusun Kumbi, Desa Pakuan, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Air terjun ini merupakan gabungan dari beberapa air terjun yang berada dalam satu tebing yang sama. Lokasi Air Terjun Sesere berada di Paok Motoh, Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB). Air Terjun Umar Maya berada di wilayah Lombok Timur, tepatnya di Desa Bilok Petung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.

Tabel 1.4. Penutupan Lahan pada KPHL Rinjani Barat
Tabel 1.4. Penutupan Lahan pada KPHL Rinjani Barat

PEMBAHASAN A. Pengertian Kearifan Lokal

Arti Penting Pengelolaan Hutan Adat Berbasis Kearifan Lokal

  • Menjamin terpeliharanya ekosistem secara berkelanjutan
  • Menjamin pemanfaatan sumberdaya hutan secara berkeadilan
  • Mencegah terjadinya konflik antar masyarakat adat dengan multipihak
  • Relevan dengan Agenda Abad 21

Pengelolaan hutan adat yang berbasis kearifan lokal dapat dijadikan sebagai model pengelolaan hutan, karena mempunyai beberapa manfaat antara lain: menjamin terjaganya ekosistem secara lestari, menjamin pemerataan sumber daya hutan, mencegah konflik antara masyarakat adat dengan multipihak, dan bersifat relevan dengan Agenda Century 21. Kearifan lokal yang dimiliki suatu masyarakat berhasil mencapai harmonisasi antara ekosistem hutan dengan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Pengelolaan hutan adat yang berbasis kearifan lokal dapat mencegah terjadinya konflik, baik konflik internal dalam masyarakat adat itu sendiri, maupun konflik antara masyarakat adat dengan pihak eksternal.

Kearifan lokal pelestarian hutan leuweung awisan, leuweung penutup, leuweung garapan yang penguasaannya tetap dijaga oleh petugas adat Kemit Leuweung. Membangun kembali kebijakan pengelolaan kawasan konservasi berbasis kearifan lokal sebagai kontribusi terhadap pengelolaan sumber daya alam Indonesia. Salah satu solusinya adalah pengelolaan berbasis kearifan lokal dengan memaksimalkan peran dan partisipasi masyarakat lokal.

Tabel  2.1.  Konflik  masyarakat  adat  dengan  pihak  eksternal
Tabel 2.1. Konflik masyarakat adat dengan pihak eksternal

Contoh Implementasi Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Hutan

Suku Ban Nong Hua Khon dan Tambon Nong Muen Than merupakan dua dari sejumlah suku di Thailand yang masih mengelola hutan berdasarkan kearifan lokalnya. Mereka mengelola hutan dengan sistem Agdal berdasarkan kearifan lokal warisan nenek moyang. Nilai kearifan lokal masyarakat suku Tengger Desa Ngadas mengenai sistem pengelolaan dan perlindungan hutan adalah dengan mengelompokkan dan memanfaatkan hutan.

Masyarakat Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara memiliki kearifan lokal dalam mengelola dan memanfaatkan hutan mangrove di desanya. Rekonstruksi Kearifan Lokal Sebagai Landasan Pembangunan Hutan Lestari: ..kajian masyarakat adat Kajang. Kearifan lokal dalam pengelolaan hutan mangrove di Desa Jaring Halus Langkat Sumatera Utara, informasi sosial ekonomi.

Kendala dalam Pengelolaan Hutan Adat Berbasis Kearifan Lokal

  • Sistem kelembagaan yang lemah
  • Rendahnya tingkat pendidikan
  • Derasnya intervensi pasar dan politik

Misalnya, tokoh masyarakat adat seringkali dibujuk untuk menduduki jabatan tertentu oleh tokoh-tokoh pesaing, sehingga kepengurusan organisasi kelembagaan terpecah karena munculnya persaingan dalam organisasi. Peningkatan sumber daya manusia penting dilakukan agar tokoh adat dan masyarakat adat memiliki kesamaan pandangan terhadap hutan adat, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat adat/pedesaan harus dibarengi dengan terwujudnya pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. Pemahaman mengenai pengelolaan hutan adat sebagai bentuk simbiosis mutualisme antara tokoh adat dan masyarakat adat harus terus diperkuat.

Secara umum, masyarakat yang tinggal dan tinggal di desa-desa di dalam dan sekitar hutan, baik yang mengidentifikasi diri mereka sebagai masyarakat adat maupun komunitas lokal, hidup dalam kemiskinan. Pola perlindungan hutan adat bagi masyarakat adat di Provinsi Riau menurut putusan Mahkamah Konstitusi no. 35/PUU-X/2012. Hal ini memerlukan bantuan dari pemerintah dan pihak lain, khususnya lembaga keuangan, yang dapat memberikan akses pendanaan yang bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat adat.

Strategi dan Peluang Pengelolaan Hutan Adat Berbasis Kearifan Lokal di Masa Depan

  • Peluang di masa depan

Strategi penting dalam pengelolaan hutan adat ke depan adalah adanya kesepakatan bersama antara pemerintah, LSM dan masyarakat adat mengenai pembentukan masyarakat hukum adat, penetapan batas hutan adat dan pembentukan lembaga masyarakat adat295. Masyarakat adat mempunyai kearifan lokal dalam menjaga dan memanfaatkan sumber daya hutan di habitatnya. Sesuai dengan namanya, AMAN dirancang sebagai rumah bersama dan memperjuangkan hak-hak masyarakat adat.

Pengakuan terhadap hak masyarakat adat Tungkal Ulu Sumatera Selatan dalam pengelolaan hutan adat menyusul putusan Mahkamah Konstitusi nomor 35/PUU-X/2012 tentang hutan adat. Salah satunya dengan terbitnya putusan Mahkamah Konstitusi nomor 35/PUU-X/2012 yang bertujuan untuk menjadi landasan bagi masyarakat adat untuk mempertahankan haknya. Peran kelompok masyarakat adat terkait advokasi hak-hak masyarakat adat dalam pengelolaan hutan salah satunya ditunjukkan dari hasil penelitian Malkab (2019) yaitu dalam proses penerbitan Peraturan Daerah tentang Pengakuan Ammatoa Kajang. Masyarakat Adat, Sulawesi Selatan.

Relevansi Kearifan Lokal dengan Prinsip Pengelolaan Hutan yang Lestari

Mengenai peran AMAN, dapat dipahami bahwa keberadaan lembaga non pemerintah yaitu AMAN, termasuk lembaga lain yang melakukan pengawasan dan penyusunan naskah akademik serta perancangan peraturan daerah, sangat penting untuk menghindari konflik sesuai dengan peraturan daerah. akibat yang ditimbulkan oleh diundangkannya peraturan daerah.

Berkelanjutan)

Modernisasi ekologi dengan menjadikan hutan adat sebagai destinasi ekowisata

Kedua daya tarik tersebut dapat bersumber dari keindahan dan keunikan sumber daya alam dan benda sosial budaya masyarakat setempat, baik berupa flora, fauna, maupun bentang alam, serta nilai tambah daya tarik budaya yang ada. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya hutan dapat menimbulkan konflik kepentingan bagi masing-masing individu pemangku kepentingan yang kemudian menimbulkan konflik. Konflik sumber daya merupakan hubungan antara sumber daya dan kekerasan yang tidak selalu sederhana dan linier, ketika ada sumber daya pasti ada juga kekerasan, dan juga dari berbagai kasus ditemukan bahwa ketika ada tempat yang sumber dayanya melimpah, sering kali terlihat kekerasan.

Dengan kata lain, konflik sumber daya disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain; (1) pola dan akumulasi modal yang bernuansa distribusi spasial yang tidak merata, (2) bentuk penguasaan atas akses terhadap sumber daya yang juga tidak setara termasuk hak milik dan hak penguasaan, (3) aktor yang muncul dari relasi sosial produksi yang timpang . Program pemberdayaan melalui perhutanan sosial; yang merupakan salah satu strategi penyelesaian konflik yang mencakup partisipasi masyarakat lokal. Perhutanan Sosial tidak hanya memperhatikan peran dan hak masyarakat, namun juga keterlibatan dan perhatian berbagai pihak dalam pengelolaan sumber daya hutan, yang menggabungkan kegiatan perlindungan, kesejahteraan masyarakat lokal dan tujuan produksi berkelanjutan313 .

Penerapan sanksi terhadap pelanggaran aturan adat dalam pengelolaan hutan

Oleh karena itu, dalam menjaga hutan, pemerintah harus memperhatikan pluralitas nilai-nilai hukum lokal yang hidup dalam masyarakat sebagai hukum yang hidup (living law), agar tercapainya penyelenggaraan perlindungan hutan yang sebesar-besarnya315. Selain itu, Yamani (2011) menyebutkan studi kasus di daerah Bengkulu bahwa peraturan daerah yang secara efektif diatur di bawah pemerintahan adat berhasil menanamkan nilai-nilai moral pada setiap anggotanya yang menjadi dasar pemikirannya. Kesimpulannya adalah: pertama, model perlindungan hukum dalam hukum lokal pada enam komunitas adat wilayah Bengkulu dilaksanakan secara preventif; kedua, nilai-nilai hukum lokal masyarakat adat wilayah Bengkulu dapat diadopsi menjadi peraturan perundang-undangan daerah sebagai model perlindungan hutan di Indonesia.

Contoh lain efektivitas penerapan aturan adat dalam pengelolaan hutan adalah seperti penerapan awig-avig dalam pengelolaan hutan adat di kawasan Bayan. Penerapan aturan adat tersebut dapat mencegah terjadinya konversi/konversi lahan pada hutan biasa. Atas dasar itu, Masyarakat Adat Bayan saat ini mempunyai hutan adat terluas di Kabupaten Lombok Utara NTB 317.318.319.

Pemaksimalan potensi lokal yang dimiliki oleh masyarakat adat

Oleh karena itu, upaya penguatan kelembagaan adat tetap perlu didorong agar tercipta lembaga yang dinamis dan anggotanya terlibat aktif. Penataan sistem kelembagaan dalam pembangunan dan pengelolaan hutan bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi masyarakat sehingga benar-benar mempercepat pemerataan dan adaptasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan hutan. Dengan demikian, penataan sistem kelembagaan yang tepat akan memberikan keleluasaan bagi tumbuhnya partisipasi, tanggung jawab, dan pemberdayaan masyarakat320.

SIMPULAN

Kearifan lokal dalam pengelolaan hutan telah tersebar luas, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Hambatan internal masyarakat antara lain: lemahnya kelembagaan, rendahnya tingkat pendidikan, bertambahnya jumlah penduduk dan rendahnya tingkat sosial ekonomi masyarakat.

Gambar

Tabel 1.1. Tahapan untuk validasi data  No.  Kriteria dan
Gambar 1.2.  Upacara Maulid Adat Bayan,  salah  satu ritualnya  dilakukan di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani 112
Gambar  1.12.  Burung  cikukua  tanduk  (Philemon  buceroides  neglectus 183 )
Tabel  1.3.  Status  konservasi  dan  penyebab  menurunnya  populasi satwa endemik TNGR
+6

Referensi

Dokumen terkait