• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Hutan Adat Berbasis Kearifan Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Pengelolaan Hutan Adat Berbasis Kearifan Lokal"

Copied!
197
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pulau Lombok juga mempunyai komunitas adat yang melakukan pengelolaan hutan adat berdasarkan kearifan lokal, salah satunya adalah komunitas Wetu Telu (KWT) yang tinggal di kawasan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Meski diakui keberhasilannya, namun masih diperlukan kajian ilmiah mengenai pemanfaatan kearifan lokal dalam pengelolaan hutan, terutama untuk menggali informasi terkait: pentingnya pengelolaan hutan adat berbasis kearifan lokal Taman Nasional Bromo, Desa Enklave Tengger Semeru.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Metodologi

Dalam penelitian kehutanan konvensional, data primer adalah data yang diperoleh dari responden dan informan kunci. Dalam penelitian hutan konvensional, data yang ingin diperoleh tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi juga kualitatif, sehingga diperlukan beberapa metode pengumpulan data.

Tabel 1.1. Tahapan untuk validasi data  No.  Kriteria dan
Tabel 1.1. Tahapan untuk validasi data No. Kriteria dan

Teori Mutakhir

Air Terjun Tiu Ngumbak terletak di Dusun Beleq, Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Lokasi Air Terjun Tiu Eja tepat di Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, bisa. Air Terjun Timponan terletak di Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Air Terjun Kumbi terletak di Dusun Kumbi, Desa Pakuan, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Air Terjun Benang Kelambu terletak di Dusun Potot, Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), sekitar 30 km dari kota Mataram. Lokasi Air Terjun Sesere berada di Paok Motoh, Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Air terjun dengan ketinggian sekitar 15 meter ini terletak di bawah air terjun Benang Stokel246 (Gambar 1.30). Air Terjun Semporonan terletak di Kawasan Hutan Lindung Senggigi, tepatnya di Desa Timba Nuh, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Air Terjun Umar Maya terletak di Kabupaten Lombok Timur, tepatnya di Desa Bilok Petung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur.

Gambar  1.2.  Upacara  Maulid  Adat  Bayan,  salah  satu  ritualnya  dilakukan di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani 112
Gambar 1.2. Upacara Maulid Adat Bayan, salah satu ritualnya dilakukan di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani 112

PEMBAHASAN

Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat mempunyai ciri-ciri antara lain: Pertama, kearifan lokal adalah milik masyarakat, kepemilikan individu atas ilmu pengetahuan dan teknologi akan secara sadar mengingkari dan menghancurkan keberadaan kearifan dan pengetahuan tradisional itu sendiri. Kepemilikan bersama atas kearifan lokal berarti menunjukkan keterbukaan untuk diketahui, dipelajari, dimiliki dan diinternalisasikan oleh seluruh anggota masyarakat; Kedua, kearifan lokal juga berarti pengetahuan khusus tentang kearifan praktis, yaitu pengetahuan tentang bagaimana hidup secara baik dalam suatu komunitas ekologis, sehingga menyangkut bagaimana berhubungan baik dengan segala isi alam; Ketiga, kearifan lokal bersifat holistik, alam merupakan “jaring kehidupan” yang lebih luas dari sekedar penjumlahan bagian-bagian individualnya. Alam merupakan rangkaian hubungan yang saling berkaitan sehingga pemahaman dan pengetahuan tentang alam harus merupakan suatu pengetahuan yang komprehensif; Keempat, kearifan lokal merumuskan bahwa seluruh kegiatan masyarakat terhadap alam merupakan kegiatan yang bermoral, perilakunya terbimbing dan berdasarkan pada prinsip-prinsip moral atau pantangan; dan Kelima, kearifan lokal bersifat lokal, berbeda dengan pengetahuan Barat yang mengklaim bersifat universal, kearifan lokal berkaitan dengan kekhususan suatu tempat tertentu dan konkrit.

Meskipun tidak mempunyai rumusan universal seperti yang dikenal dalam ilmu pengetahuan modern, kearifan lokal ada pada seluruh komunitas adat/lokal di seluruh dunia, dengan substansi yang sama270. Praktik kearifan lokal terkait pengelolaan sumber daya alam sebenarnya bukan hal baru karena sudah dikenal sejak zaman dahulu. Kemudian Raja William I dari Inggris (1084 M) memerintahkan penyusunan Buku Kiamat yaitu rencana nasional pengelolaan pembangunan negaranya mengenai inventarisasi tanah, hutan, daerah penangkapan ikan, kawasan pertanian, taman permainan dan sumber daya produktif milik dunia271.

Arti Penting Pengelolaan Hutan Adat Berbasis

Praktik pengelolaan hutan berbasis kearifan lokal merupakan salah satu implementasi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab II Pasal 4 yang menyatakan bahwa setiap pemanfaatan lingkungan hidup harus mempunyai tujuan, misalnya untuk mencapai tujuan. harmoni. , keselarasan dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup;. Faktor ini seringkali menimbulkan konflik dalam pengelolaan sumber daya alam, termasuk pemanfaatan sumber daya hutan. Pengelolaan hutan adat yang berbasis kearifan lokal dapat mencegah terjadinya konflik, baik konflik internal dalam masyarakat adat itu sendiri maupun konflik antara masyarakat adat dengan pihak luar.

Konsep keadilan dalam pengelolaan dan eksploitasi sumber daya alam berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960. Kearifan lokal pelestarian hutan leuweung awisan, leuweung tutupan, leuweung umur yang penguasaannya tetap dipegang oleh aparat adat Kemit Leuweung. Membangun kembali kebijakan pengelolaan kawasan konservasi berbasis kearifan lokal sebagai kontribusi terhadap pengelolaan sumber daya alam Indonesia.

Salah satu solusinya adalah pengelolaan berbasis kearifan lokal yang memaksimalkan peran dan partisipasi masyarakat lokal.

Tabel 2.1. Konflik masyarakat adat dengan pihak eksternal  No.  Kawasan
Tabel 2.1. Konflik masyarakat adat dengan pihak eksternal No. Kawasan

Contoh Implementasi Kearifan Lokal

Hutan dikelola menurut sistem Agdal, yaitu berdasarkan kearifan lokal yang diturunkan dari nenek moyang. Nilai kearifan lokal masyarakat suku Tengger desa Ngadas mengenai sistem pengelolaan dan perlindungan hutan adalah klasifikasi hutan dan pemanfaatannya. Warga Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara memiliki kearifan lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan hutan mangrove di desanya.

Mereka menerapkan kearifan lokal dengan ketentuan sebagai berikut: a) batang dan dahan pohon yang mati dapat digunakan untuk kayu bakar atau keperluan lainnya, b) mengambil kayu untuk alat tangkap, tiang rumah, dan kayu bakar untuk acara pernikahan atau kematian diperbolehkan, namun harus mendapat izin dari pemerintah. pemerintah desa dan pengurus desa, c) tidak diperkenankan mengambil kayu mangrove untuk keperluan lain. Merekonstruksi Kearifan Lokal sebagai Landasan Pembangunan Hukum Kehutanan Lestari: kajian terhadap masyarakat adat Kajang. Suku Dayak Merap dan Dayak Punan, di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, telah mengembangkan kearifan lokal dalam pengelolaan hutan adat, melalui peraturan adat yang melarang pertanian atau pengambilan sumber daya dasar di tempat tertentu, sehingga hutan tersebut dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. .

Kearifan lokal dalam pengelolaan hutan mangrove di Desa Jaring Halus Langkat Sumatera Utara, informasi sosial ekonomi.

Kendala dalam Pengelolaan Hutan

Peningkatan sumber daya manusia penting agar tokoh adat dan masyarakat adat mempunyai kesamaan pandangan terhadap hutan adat, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat adat/desa harus dibarengi dengan terwujudnya pengelolaan kawasan hutan yang berkelanjutan. Perlunya penguatan lebih lanjut pemahaman mengenai pengelolaan hutan adat sebagai bentuk simbiosis mutualisme antara tokoh adat dan masyarakat adat. Masyarakat mendapat manfaat langsung atau tidak langsung dari pengelolaan hutan, sedangkan hutan mendapat manfaat dari pengelolaan konservatif melalui kegiatan terukur dari perspektif masyarakat adat atau desa.

Secara umum, masyarakat yang tinggal di desa-desa di dalam dan sekitar hutan, baik mereka yang mengidentifikasi diri mereka sebagai masyarakat adat maupun komunitas lokal, hidup dalam kemiskinan. Pola perlindungan hutan adat bagi masyarakat adat di Provinsi Riau sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi nomor 35/PUU-X/2012. Untuk itu diperlukan fasilitasi dari pemerintah dan pihak lain khususnya lembaga keuangan yang dapat memberikan akses pembiayaan yang bertujuan untuk memperkuat sosial ekonomi masyarakat adat.

Hal ini terjadi karena para pelaku pengelolaan hutan memiliki hubungan yang kuat dengan para politisi.

Strategi dan Peluang Pengelolaan Hutan Adat

Oleh karena itu, strategi pengelolaan hutan adat ke depan harus mampu menjelaskan dan melaksanakan kegiatan berupa: 1) penetapan masyarakat adat, 2) penetapan batas hutan adat, 3) pembentukan lembaga masyarakat adat. Strategi penting dalam pengelolaan hutan adat ke depan adalah adanya kesepakatan bersama antara pemerintah, LSM dan masyarakat adat mengenai pembentukan masyarakat hukum adat, penetapan batas hutan adat dan pembentukan lembaga masyarakat adat295. Masyarakat adat mempunyai kearifan lokal dalam menjaga dan memanfaatkan sumber daya hutan di habitatnya.

Masyarakat adat dilindungi oleh UUD 1945 yang mewajibkan negara untuk mengakui, menghormati dan melindungi hak-hak tradisional (hak asasi manusia, menurut penjelasan Pasal 18 UUD 1945 sebelum diubah), dan diposisikan sebagai Hak Asasi Manusia (HAM). keduanya pada pasal 28 I ayat (3). Sesuai dengan namanya, AMAN dirancang sebagai rumah bersama oleh dan memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. Pengakuan terhadap hak masyarakat adat Tungkal Ulu Sumatera Selatan dalam pengelolaan hutan adat menyusul putusan Mahkamah Konstitusi nomor 35/PUU-X/2012 tentang hutan adat.

Penegasan Mahkamah Konstitusi atas penjajaran masyarakat adat sebagai subyek hak berserikat di Indonesia (Analisis Keterlibatan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012).

Relevansi Kearifan Lokal dengan Prinsip

Konflik pengelolaan hutan yang paling banyak terjadi adalah antara masyarakat sekitar hutan dengan pengelola hutan, dalam hal ini pemerintah atau pihak swasta, atau dengan satu sama lain. Perhutanan sosial adalah suatu sistem dan bentuk pengelolaan hutan yang melibatkan peran serta beberapa pihak lain (berbagai unsur sosial) dan dapat dilakukan dimana saja, baik di lahan milik pribadi, negara, maupun di kawasan hutan yang diizinkan. Perhutanan sosial sebagai kebijakan pengelolaan hutan mempunyai kelemahan dan dapat menimbulkan konflik, antara lain disebabkan oleh dua permasalahan, yaitu dikotomi ruang lingkup pengelolaan; dalam atau luar.

Kegiatan ritual tersebut dimaksudkan sebagai upaya pembersihan hutan adat dari pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sekaligus sebagai peringatan bagi siapapun yang bermaksud melanggar aturan adat dalam pengelolaan hutan. Contoh lain efektivitas penerapan aturan adat dalam pengelolaan hutan adalah seperti penerapan awig-avig dalam pengelolaan hutan adat di kawasan Bayan. Upaya penguatan kelembagaan adat milik masyarakat adat menjadi salah satu aspek penting dalam pengelolaan hutan karena diyakini mampu memperbaiki tata kelola sekaligus menjamin terwujudnya hutan lestari.

Analisis Transformasi Awig-awig dalam Pengelolaan Hutan Adat (Studi Kasus Masyarakat Wetu Telu di Wilayah Bayan Lombok Utara).

SIMPULAN

Kearifan lokal dalam pengelolaan hutan tersebar luas baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Rendahnya kinerja pengelolaan hutan konvensional disebabkan oleh berbagai kendala yang berasal dari internal dan eksternal masyarakat. Pengelolaan hutan adat oleh masyarakat adat berdasarkan kearifan lokal dikatakan relevan dengan prinsip pengelolaan hutan lestari dengan asumsi: (1) modernisasi ekologi dengan menjadikan hutan adat menjadi destinasi ekowisata, (2) melibatkan anggota masyarakat dalam hutan. pengelolaan melalui program perhutanan sosial, (3) penggunaan sanksi atas pelanggaran aturan adat untuk menghindari risiko sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan yang jika tidak ditangani dapat mengancam keberlanjutan, (4) meningkatkan potensi lokal masyarakat adat, dapat melatih masyarakat untuk memikul tanggung jawab dan wewenang dalam melindungi dan memelihara keberadaan hutan.

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM): Kerjasama antara masyarakat desa hutan dengan Perum Perhutani dalam bidang pengelolaan hutan di Pulau Jawa. Ambivalensi pendekatan hukum normatif dan hukum sosiologis dalam mengkaji sistem kearifan lokal masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya alam. Pengelolaan hutan bersama rakyat (Cooperative Forest Management), teori dan aplikasi hutan jati di jawa.

Untuk mencapai tujuan akhir pengelolaan hutan, yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan, diperlukan solusi untuk mengatasi tantangan utama kehutanan di Indonesia.

Gambar

Tabel 1.1. Tahapan untuk validasi data  No.  Kriteria dan
Gambar  1.2.  Upacara  Maulid  Adat  Bayan,  salah  satu  ritualnya  dilakukan di Danau Segara Anak, Gunung Rinjani 112
Gambar 1.3. Upacara mulang pakelem  umat Hindu di Segara Anak 113
Gambar 1.10. Trenggiling (Manis javanica) 161
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini juga diketahui bentuk- bentuk kearifan lokal lokal yang dapat mendukung pengelolaan hutan seperti Kepercayaan dan/atau pantangan yang ada berupa

Murdiati, C.Woro dan Suliantoro, Bernardus Wibowo., 2008, Potensi Kearifan Lokal Masyarakat Adat Desa Beji Kecamatan Ngawen Gunung Kidul Dalam Melestarikan Hutan Adat.

Murdiati, C.Woro dan Suliantoro, Bernardus Wibowo., 2008, Potensi Kearifan Lokal Masyarakat Adat Desa Beji Kecamatan Ngawen Gunung Kidul Dalam Melestarikan Hutan

5.5.Rencana kegiatan dari langkah-langkah solusi diatas, yang terkait dengan model pengelolaan hutan desa yang berbasis desa adat, yaitu : (a) pembentukan panitya yang

Dalam makalah ini yang akan dibahas yaitu salah satu masyarakat adat yang ada di Riau dengan budayanya yang sarat akan hukum adat sebagai wujud kearifan lokal, yaitu masyarakat

Kearifan Local Masyarakat Adat Dalam Pencegahan Kebakaran Hutan Dan Lahan (Studi Kasus Masyarakat Adat Kesepuhan Ciptagelar Desa Sirnaresmi.. Jurnal

Dalam penelitian ini juga diketahui bentuk- bentuk kearifan lokal lokal yang dapat mendukung pengelolaan hutan seperti Kepercayaan dan/atau pantangan yang ada berupa

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengelolaan madu hutan (Apis dorsata) berbasis kearifan lokal masyarakat di dua desa yang terletak di kawasan