• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permudaan Hutan Secara Alami pada Tegakan Mahoni di Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Marshanda Nurul Azmi

Academic year: 2024

Membagikan "Permudaan Hutan Secara Alami pada Tegakan Mahoni di Universitas Hasanuddin"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Silvikultur

PERMUDAAN HUTAN SECARA ALAMI PADA TEGAKAN MAHONI (Swietenia mahagoni) DI UNIVERSITAS

HASANUDDIN

OLEH :

NAMA : MARSHANDA NURUL AZMI

NIM : M021221014

KELAS/KLP : SILVIKULTUR D/23 (DUA PULUH TIGA)

ASISTEN : WANDA HAMIDAH

LABORATORIUM SILVIKULTUR DAN FISIOLOGI POHON FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2024

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL...iii

I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan...2

II. TINJAUAN PUSTAKA...3

2.1. Mahoni (Swietenia mahagoni)...3

2.2. Tegakan...4

2.3. Permudaan...6

2.4. Peranan Permudaan Hutan...7

III. METODE PRAKTIKUM...8

3.1 Waktu dan Tempat...8

3.2 Alat dan Bahan... 8

3.3 Prosedur Kerja...8

3.4 Analisis Data...9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...10

4.1 Hasil...10

4.2 Pembahasan...11

V. PENUTUP... 13

5.1 Kesimpulan... 13

5.2 Saran...13

DAFTAR PUSTAKA... 14

LAMPIRAN...16

ii

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Olah Data Pohon………12 Tabel 4.2 Hasil Olah Data Tiang………..13 Tabel 4.3 Hasil Olah Data Jenis dan Jumlah Semai...13

iii

(4)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman jenis pohon di hutan tropis ditentukan oleh beberapa hal,yaitu parameter habitat mikro, tingkat gangguan,dan geografi wilayah.

Regenerasi alami di hutan tropis merupakan sebuah proses yang kompleks namun masih dapat dilihat potensi permudaan alamnya, yaitubagian yang dilihat adalah kerapatan dan frekuensi. Kerapatan didefinisikan sebagai jumlah individu suatu jenis dibagi dengan satuan luas, sedangkan frekuensi diartikan sebagai jumlah perjumpaan suatu jenis dalam plot pengamatan dibagi dengan jumlah plot keseluruhan. Kerapatan suatu jenis dalam vegetasi biasanya berkorelasi negative dengan beberapa faktor di sekitarnya, seperti lapisan serasah dan kanopi hutan terutama tumbuhan herba dan Semak, namun berkorelasi positif dengan kanopi pohon. Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan permudaan akan berkurang jika kerapatan semak dan herba meningkat. Penyebab terjadinya fenomena ini diduga karena adanya persaingan terutama terhadap unsur hara dan matahari yang biasanya menyebabkan kurangnya panjang akar atau tinggi yang tidak ideal bagi permudaan alam. Keberadaan permudaan alam di suatu lokasi menunjukkan terjadinya regenerasi dan suksesi pada suatu ekosistem (Orang et al., 2021).

Permudaan merupakan suatu proses peremajaan kembali dari pohon- pohon penyusun tegakan hutan yang telah mati secara alami atau dipanen oleh manusia. Dua jenis pada permudaan, yaitu permudaan alam dan permudaan buatan. Pohon sebagai suatu sumberdaya alam hayati (makhluk hidup) mempunyai rentang waktu tertentu dalam hidupnya. Pohon-pohon secara alamiah yang tua akan mati untuk kemudian diganti oleh anakan dari pohon bersangkutan (Hardiwinoto et al., 2023).

Permudaan alami hutan merupakan proses regenerasi tegakan hutan yang dilakukan secara alami, tanpa campur tangan manusia. Proses ini melibatkan berbagai mekanisme, seperti persebaran biji, perakaran vegetatif, dan pembelahan tunas. Biji pohon yang disebarkan oleh angin, air, hewan, dan gravitasi berkecambah dan tumbuh menjadi anakan pohon baru. Beberapa iv

(5)

jenis pohon memiliki kemampuan untuk beregenerasi dari akarnya, menghasilkan tunas baru yang menjadi pohon baru. Pembelahan tunas pada pangkal batang atau akar pohon juga berkontribusi dalam memperluas tegakan hutan (Timuru, 2018).

Pelaksanaan praktikum ini memberikan pemahaman kepada praktikan mengenai permudaan hutan secara alami. Permudaan hutan secara alami merupakan proses regenerasi pada tegakan yang ada pada hutan secara alami dimana tidak ada camur tangan manusia di dalamnya. Praktikum ini juga memberikan pemahaman tentang pentingnya permudaan dalam hutan agar keberlangsungan ekosistem pada hutan akan tetap selalu terjaga.

1.2 Tujuan dan Kegunaan 1.2.1 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini sebagai berikut :

1. Mengetahui metode permudaan hutan secara alami pada suatu tegakan 2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi permudaan hutan secara alami

pada suatu tegakan 1.2.2 Kegunaan Praktikum

Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui metode permudaan hutan secara alami pada suatu tegakan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permudaan hutan secara alami

v

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mahoni (Swietenia mahagoni)

Mahoni merupakan pohon dengan tinggi rata-rata 25 m (bahkan ada yang mencapai lebih dari 30m), berakar tunggang dengan batang bulat, percabangan banyak dan kayunya bergetah. Daunnya berupa daun majemuk, menyirip genap, helaian daun berbentuk bulat telur, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, tulang menyirip dengan panjang daun 3 -15 cm. Dan yang masih muda berwarna merah dan setelah tua berubah menjadi hijau tua bunga majemuk, tersusun dalam karangan yang keluar dari ketiak daun. Ibu tangkai bunga silindris, berwarna coklat muda. Kelopak bunganya lepas satu sama lain dengan bentuk menyerupai sendok, berwarna hijau. Mahkota bunga silindris, berwarna kuning kecoklatan. Benang sari melekat pada mahkota.

Kepala sari berwarna putih/kuning kecoklatan (Ahmad, et al., 2019).

Taksonomi tumbuhan mahoni (S. Mahagoni (L.) Jacq) diklasifikasikan sebagai berikut (Ahmad, et al., 2019):

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae Genus : Swietenia

Spesies : Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Tanaman mahoni ini baru akan berbunga setelah usia 7 atau 8 tahun.

Buah mahoni merupakan buah kotak dengan bentuk bulat telur berlekuk lima.

Ketika buah masih muda berwarna hijau, dan setelah tua/masak berwarna coklat. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih dengan ujung agak tebal dan warnanya coklat kehitaman dan bersayap. Buah yang tua/masak kulit buahnya akan pecah dengan sendirinya dan biji-biji pipih itu akan bebas berterbangan (Ahmad et al., 2019).

vi

(7)

Secara alami mahoni tumbuh di Meksiko (Yucatan) bagian tengah dan utara Amerika Selatan (Wilayah Amazona), Amerika Tengah, Penanaman secara luas di Asia Selatan clan Pasifik, Afrika Barat . Mahoni di Indonesia mahoni merniliki daerah penyebaran di seluruh wilayah Jawa clan Sumatera (Banten, 2017).

Mahoni dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang terbuka dan cukup mendapat sinar rnatahari langsung. Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tidak memiliki persyaratan tipe tanah secara spesifik, mampu bertahan hidup pada berbagai jenis tanah bebas genangan, dan reaksi tanah sedikit asam - basa tanah, gersang atau marginal, walaupun tidak hujan selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup. Namun demikian, pertumbuhan akan optimal pada tanah subur, bersolum dalam dan aerasi baik pH 6,5 sampai 7,5.

Tumbuh baik sampai ketinggian 1000 meter dari permukaan laut, meski masih tumbuh pada ketinggian maksimum 1.500 meter dpl, banyak terdapat pada daerah iklim tropis basah sampai daerah beriklim musim (tipe iklim A-C menurut Schmidt - Ferguson). curah hujan 1.500 - 5000 mm/ tahun, dan suhu udara rata-rata 11 - 36 C 0 meski pada daerah kura:ng hujanpun (tipe D) jenis mahoni masih dapat tumbuh (Banten, 2017).

2.2. Tegakan

Tegakan adalah sekumpulan pohon yang tumbuh bersama dalam suatu area tertentu, yang memiliki karakteristik dan struktur tertentu yang membedakannya dari area lainnya. Tegakan bisa terdiri dari berbagai spesies pohon atau hanya satu spesies dominan, dan sering kali dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia pohon, jenis tanah, ketinggian tempat, serta iklim.

Tegakan biasanya diidentifikasi dan dipelajari dalam konteks kehutanan dan ekologi hutan untuk memahami dinamika populasi pohon. Karakteristik utama dari tegakan meliputi komposisi spesies, kepadatan pohon, diameter batang, tinggi pohon, dan stratifikasi tajuk. Komposisi spesies merujuk pada jenis-jenis pohon yang terdapat dalam tegakan tersebut, yang bisa beragam atau homogen. Kepadatan pohon mengacu pada jumlah pohon per satuan area, yang mempengaruhi kompetisi antar pohon untuk sumber daya seperti vii

(8)

cahaya, air, dan nutrisi. Diameter batang dan tinggi pohon memberikan indikasi tentang usia dan pertumbuhan pohon, sementara stratifikasi tajuk menggambarkan susunan lapisan tajuk dari bawah ke atas yang mempengaruhi pencahayaan dan habitat bagi fauna (Nurkin, 2019). Tegakan memiliki peran penting dalam ekosistem hutan karena mereka menyediakan berbagai jasa ekosistem, termasuk penyerapan karbon, penyediaan habitat bagi satwa liar, dan menjaga siklus air dan nutrisi. Mereka juga mempengaruhi mikroklimat lokal, seperti suhu dan kelembapan, yang penting bagi keberlangsungan berbagai spesies flora dan fauna. Selain itu, tegakan yang sehat dan beragam dapat meningkatkan ketahanan hutan terhadap gangguan seperti hama, penyakit, dan perubahan iklim (Nurkin, 2019).

Pengelolaan hutan, tegakan sering digunakan sebagai unit dasar untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kehutanan. Penilaian kondisi tegakan, seperti inventarisasi pohon dan analisis struktur tegakan, sangat penting untuk menentukan tindakan pengelolaan yang tepat, seperti penjarangan, pemanenan, atau restorasi. Pengelolaan yang baik dapat membantu mempertahankan produktivitas hutan, melindungi keanekaragaman hayati, dan mendukung kesejahteraan masyarakat yang bergantung pada hutan (Paembonan, 2020).

Tingkat keragaman jenis suatu vegetasi merupakan hasil dari proses ekofisiologis yang dinamis dan korelasi dengan kondisi iklim setempat, kondisi hara, rentang toleransi jenis, faktor biogeografi atau sebaran jenis dan variasi kondisi ekologi hutan. Pemulihan pertumbuhan tegakan hutan berjalan seiring waktu, dengan jangka waktu yang beragam tergantung pada tingkat kerusakan hutan, daya dukung lingkungannya dan keadaan habitat hutan.

Keragaman tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan tegakan menjadi beragam, ada yang tumbuh dengan relatif cepat atau sebaliknya relatif lebih lambat. Kecepatan pertumbuhan itu mencerminkan kemampuan upaya pemulihan hutan alam bekas tebangan untuk mencapai atau mendekati keadaan seperti semula sebelum ditebang atau mencapai kondisi struktur tegakan yang layak tebang sehingga siap untuk mendapat perlakuan penebangan pohon-pohon layak tebang pada rotasi tebang berikutnya. Lama

viii

(9)

waktu pemulihan tersebut adalah beragam, tergantung pada tingkat kerusakan hutan dan daya dukung lingkungan (Kuswandi et al., 2015).

Tegakan juga memiliki nilai ekonomi karena merupakan sumber kayu dan produk hutan lainnya yang penting. Dengan manajemen yang berkelanjutan, tegakan dapat memberikan keuntungan ekonomi tanpa merusak fungsi ekologi dan keanekaragaman hayati hutan. Selain itu, tegakan yang dikelola dengan baik dapat mendukung ekowisata dan pendidikan lingkungan, yang semakin penting dalam upaya konservasi hutan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya hutan yang sehat dan berkelanjutan (Paembonan, 2020).

2.3. Permudaan

Permudaan adalah proses yang krusial dalam siklus kehidupan tumbuhan, di mana generasi baru bibit atau anakan tumbuh untuk menggantikan tumbuhan yang sudah tua atau mati. Proses ini tidak hanya memastikan kelangsungan hidup suatu spesies, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem. Permudaan dapat terjadi secara alami maupun buatan, di mana manusia sengaja menanam bibit baru untuk keperluan tertentu, seperti kehutanan, pertanian, atau restorasi lahan.

Ekosistem alami, permudaan memainkan peran penting dalam dinamika populasi tumbuhan dan stabilitas habitat (Rizky & Suhaidi, 2023).

Permudaan hutan secara alami terjadi ketika hutan menghasilkan bibit- bibit baru tanpa adanya campur tangan manusia. Mekanisme alami yang mendukung proses ini mencakup penyebaran biji oleh angin, air, atau hewan, serta perkecambahan biji yang sudah ada di dalam tanah. Pohon-pohon tertentu memiliki adaptasi khusus untuk memastikan penyebaran bijinya, seperti biji yang ringan dan mudah terbawa angin, atau buah yang menarik bagi hewan yang kemudian menyebarkannya ke tempat lain. Selain itu, kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu, kelembaban, dan jenis tanah juga berperan pada permudaan (Rizky & Suhaidi, 2023).

Permudaan hutan alami sangat penting bagi keberlanjutan ekosistem hutan. Dengan terjadinya permudaan, hutan dapat mempertahankan keanekaragaman hayati, karena berbagai spesies pohon dan tumbuhan dapat ix

(10)

terus beregenerasi dan mempertahankan populasi mereka. Keanekaragaman hayati ini penting untuk menyediakan habitat bagi berbagai jenis satwa, menjaga keseimbangan rantai makanan, dan memastikan fungsi ekosistem berjalan dengan baik. Selain itu, hutan yang sehat dan mampu beregenerasi secara alami juga berperan dalam mitigasi perubahan iklim yang terjadi (Marydi & Nawir, 2017).

Permudaan hutan alami juga memiliki nilai ekonomi dan sosial. Hutan yang mampu beregenerasi secara alami dapat terus menyediakan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh manusia, seperti kayu, buah buahan, dan obat-obatan. Selain itu, hutan yang sehat dan berkelanjutan mendukung jasa ekosistem lain, seperti penyediaan air bersih, pengaturan iklim lokal, dan perlindungan terhadap erosi tanah. Memahami dan mendukung proses permudaan hutan alami sangat penting untuk konservasi lingkungan dan mengurangi kerusakan hutan (Marydi & Nawir, 2017).

2.4. Peranan Permudaan Hutan

Permudaan hutan memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem dan kelangsungan hidup berbagai spesies. Proses ini setelah di lalui hutan mampu memperbarui populasi pohon dan tumbuhan secara alami, sehingga dapat menjaga keanekaragaman hayati. Bibit-bibit yang tumbuh dari permudaan akan menjadi pohon pohon dewasa yang mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh pohon tua yang mati atau terbakar, serta menyediakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna. Dengan demikian, permudaan hutan membantu menjaga keseimbangan ekosistem, menjaga kelestarian lingkungan, dan mendukung kehidupan secara keseluruhan (Pamoengkas, 2022).

Permudaan hutan juga memiliki peran penting dalam mengurangi kerentanan hutan terhadap gangguan eksternal dan perubahan lingkungan.

Dengan adanya populasi pohon yang terus diperbarui, hutan memiliki kemampuan untuk pulih lebih cepat setelah mengalami gangguan seperti kebakaran hutan, penyakit, atau bencana alam lainnya. Selain itu, permudaan hutan juga membantu dalam menjaga stabilitas tanah dan siklus air, mengurangi risiko erosi tanah, serta menyediakan layanan ekosistem penting x

(11)

seperti penyimpanan karbon dan penyediaan air bersih bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian, peran permudaan hutan tidak hanya berdampak pada kelestarian lingkungan, tetapi juga memengaruhi kesejahteraan manusia secara luas (Ariadi et al., 2024).

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari Minggu, 12 Mei 2024 pukul 15.00- selesai di Tegakan Mahoni (Swietenia mahagoni) Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Roll meter, digunakan untuk mengukur jarak atau panjang lokasi yang ditentukan.

2. Tali rafia, digunakan sebagai pembatas plot.

3. Pita meter, digunakan untuk mengukur keliling dan diameter pohon 4. Abney Level, digunakan untuk menghitung tinggi total dan tinggi bebas

cabang pohon

5. Kamera digital, digunakan sebagai alat untuk mendokumentasikan kegiatan praktikum.

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Alat Tulis Menulis, digunakan untuk mencatat hasil pengukuran pada setiap pohon.

2. Tally sheet, digunakan sebagai bahan untuk mencatat data yang diperoleh dari pengukuran

3. Tegakan Mahoni, digunakan sebagai sampel yang akan diukur.

3.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

xi

(12)

1. Membuat petak ukur bersarang (nested sampling) di permudaan alam dibawah tegakan Mahoni dengan ukuran PU 2mx 2m untuk seedling, 5m x 5m untuk sapling. 10m x 10m untuk tiang, 20m x 20m untuk tress.

2. Menghitung jumlah anakan tanaman hutan yang ada di dalam.

3. Mengukur diameter sapling, poles, dan trees yang ada dalam.

4. Memperhatikan dan mencatat jenis-jenis tumbuhan yang ada.

5. Menggambar sketsa letak tanaman yang ada pada petak ukur plot plot, dengan memperhatikan keberadaan pohon induknya di dalamn plot dan di sekitar plot yang diamat.

3.4 Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam mengolah data dalam praktikum ini, antara lain :

1. Mengukur diameter pohon dengan cara mengukur keliling pohon yang dikonversi ke diameter, dengan rumus :

Keterangan :

K : keliling pohon (cm) π : 3,14

2. Menghitung tinggi bebas cabang dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

αtbc : sudut tinggi bebas cabang menggunakan abney level jp : jarak pengamat ke pohon, yaitu 10 meter

tp : tinggi pengamat (sampai mata)

3. Menghitung tinggi total dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

αtt : sudut tinggi pohon menggunakan abney level jp : pengamat ke pohon, yaitu 10 meter

tp : tinggi pengamat (sampai mata)

xii Diameter = k/π

Tbc= (tan αtbc x jp) + tp

TTot= (tan αtt x jp) + tp

(13)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Hasil Olah Data Pohon

No Jenis Keliling TBC TTot Diameter TBC (m) Ttot (m) 1 Switenia

mahagoni 66 8 36 21.02 1.41 7.27

2 Switenia

mahagoni 94 7 36 29.94 1.23 7.27

3 Switenia

mahagoni 65 10 38 20.70 1.76 7.81

4 Switenia

mahagoni 64 9 41 20.38 1.58 8.69

5 Switenia

mahagoni 72 7 45 22.93 1.23 10.00

6 Switenia

mahagoni 90 12 43 28.66 2.13 9.33

7 Switenia

mahagoni 71 9 53 22.61 1.58 13.27

8 Switenia

mahagoni 81 12 49 25.80 2.13 11.50

9 Switenia

mahagoni 115 34 64 36.62 6.75 20.50

10 Switenia

mahagoni 70 5 58 22.29 0.87 16.00

11 Switenia 73 10 52 23.25 1.76 12.80

xiii

(14)

mahagoni

Tabel 4.2 Hasil Olah Data Tiang

No Jenis Keliling TBC TTot Diameter TBC (m) Ttot (m) 1 Switenia

mahagoni 60 12 12 30.25 3.63 13.85

Tabel 4.3 Jenis dan Jumlah Semai

No Jenis Jumlah

1 Switenia mahagoni 4

4.2 Pembahasan

Kegiatan praktikum analisis permudaan hutan secara alami bertujuan untuk menentukan potensi tegakan dan produktivitas tegakan serta menentukan pohon, tiang, pacang dan semai pada tegakan mahoni dengan mengetahui diameter, TBC dan Ttot melalui data hasil inventarisasi tegakan.

Pada tegakan ini diperoleh bahwa pada tegakan yang diamati terdapat tiga jenis tanaman yaitu pohon mahoni (Swietenia mahagoni), Karakteristik utama dari tegakan meliputi komposisi spesies, kepadatan pohon, diameter batang, tinggi pohon, dan stratifikasi tajuk. Komposisi spesies merujuk pada jenis-jenis pohon yang terdapat dalam tegakan tersebut, yang bisa beragam atau homogen. Kepadatan pohon mengacu pada jumlah pohon per satuan area, yang mempengaruhi kompetisi antar pohon untuk sumber daya seperti cahaya, air, dan nutrisi. Diameter batang dan tinggi pohon memberikan indikasi tentang usia dan pertumbuhan pohon, sementara stratifikasi tajuk menggambarkan susunan lapisan tajuk dari bawah ke atas yang mempengaruhi pencahayaan dan habitat bagi fauna.

xiv

(15)

Berdasarakan hasil analisis data pada praktikum ini, hasil rekapitulasi analisis keragaman permudaan hutan denga petak ukur bersarang (nested sampling) di permudaan alam dibawah tegakan Mahoni dengan ukuran PU 2mx 2m untuk seedling, 5m x 5m untuk sapling. 10m x 10m untuk tiang, 20m x 20m untuk tress. Didapatkan sebanyak 11 Swietenia mahagoni (trees), 1 tiang Swietenia mahagoni (tiang), dan 4 jenis Swietenia mahagoni (semai). Kondisi permudaan alam yang minim disebabkan anakan yang tumbuh di bawah tegakan mengalami pertumbuhan yang kurang optimal, karena akan mengalami persaingan yang cukup ketat dalam mendapatkan unsur hara dan cahaya (Ariyanti & Mudiana, 2018). Hal ini mengindikasikan bahwa strata permudaannya mampu secara alami membentuk komunitas vegetasi pohon yang stabil. Meskipun demikian tekanan terhadap keaslian ekosistem di dalamnya masih sangat tinggi. Hal ini dikarenakan semakin banyak aktivitas manusia yang dilakukan di sekitar ataupun di dalam kawasan. Permudaan akan sangat mempengaruhi dinamika hutan di masa yang akan datang.

Semakin tinggi jumlah atau kerapatan, sebaran dan penguasaan daerah suatu jenis anakan vegetasi, maka peluang keberhasilan menjadi pohon akan semakin tinggi

Populasi suatu jenis vegetasi dipengaruhi oleh kompetisi dan distribusi.

Semai yang tumbuh pada daerah yang padat maka faktor kompetisi tinggi, kemungkinan keberhasilan berkembang menjadi pohon lebih rendah.

Sedangkan distribusi wilayah yang luas akan memberikan kesempatan lebih tinggi bagi keberhasilan permudaan alam. Bila suatu jenis tumbuh hanya pada daerah yang spesifik maka bila tumbuh bukan pada daerahnya akan mengalami pertumbuhan yang tidak optimal. Secara biologis dapat diasumsikan bahwa faktor permudaan alam dimana semakin besar diameter batang dan semakin luas tajuk pohon induk akan semakin tinggi potensi permudaan-permudaan alam yang dihasilkan.

Nilai populasi pertumbuhan permudaan alam dalam proses regenerasi akan ditentukan oleh faktor intern pohon induk, menyangkut kematangan (maturasi) yang erat hubungannya dengan umur, tinggi, dan diameter.

Mekanisme alami yang mendukung proses ini mencakup penyebaran biji oleh angin, air, atau hewan, serta perkecambahan biji yang sudah ada di dalam xv

(16)

tanah. Pohon-pohon tertentu memiliki adaptasi khusus untuk memastikan penyebaran bijinya, seperti biji yang ringan dan mudah terbawa angin, atau buah yang menarik bagi hewan yang kemudian menyebarkannya ke tempat lain. Selain itu, kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu, kelembaban, dan jenis tanah juga berperan pada permudaan.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini sebagai berikut:

1. Metode permudaan hutan yang terbaik untuk suatu tegakan terbagi 2 yaitu pembibitan alami dan pembibitan dengan bantuan alam.

Pembibitan alami seperti biji, anakan vegetatif, dan spora. Pembibitan dengan bantuan alam seperti angin, hewan dan air.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi permudaan alami yaitu Jenis pohon seperti setiap jenis pohon memiliki cara permudaan alaminya sendiri, Kondisi tanah seperti kesuburan dan drainase tanah dapat memengaruhi perkecambahan biji dan pertumbuhan bibit, Iklim yaitu curah hujan, suhu, dan cahaya matahari dapat memengaruhi perkecambahan biji dan pertumbuhan bibit, Gangguan seperti kebakaran, hama, dan penyakit dapat menghambat permudaan alami.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Laboratorium

Dalam praktikum ini, diharapkan laboratorium dapat menyediakan alat ukur yang sesuai agar hasil yang didapatkan lebih teliti lagi serta akurat sehingga data yang kami olah benar, lebih jelas dan juga akurat. Semoga kedepannya lebih baik lagi dari praktikum ini.

5.2.2 Saran Asisten

Asisten telah menjelaskan dengan baik saat praktikum langsung di lapangan maupun diluar lapangan sehingga kami mudah memahami apa yang

xvi

(17)

asisten jelaskan. Semoga praktikum selanjutnya dapat lebih baik lagi dari praktikum sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. R., Handayani, V., Syarif, R. A., Najib, A., & Hamidu, L. (2019).

MAHONI (Swietenia mahagoni (L.) Jacq) Herbal Untuk Penyakit Diabetes. Nas Media Pustaka.

Ariadi, H., Fahrurrozi, A., & Ramadhani, F. M. Al. (2024). Outlook Silvofishery.

Adanu Abimata.

Ariyanti, E. E., & Mudiana, D. (2018). VEGETASI TUMBUHAN BLOK HUTAN WARU-WARU ( Plant Vegetation of Waru-Waru Forest Region , Sempu Island Nature Reserve ). Media Konservasi, 23(3), 244–252.

Banten, D. L. H. dan K. P. (2017). Budidaya Mahoni (Swietenia macrophylla King.). Balai Pengelolaan Hutan Wilayah Lebak Dan Tangerang Dinas Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Provinsi Banten, 26.

https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article pdf/ Budidaya Mahoni.pdf Hardiwinoto, S., Widiyanto, Wibisono, M. G., Adriana, Budiadi, Suryanto, P., &

Jihad, A. N. (2023). Silvikultur Ilmu, Seni, dan Teknologi Membangun Hutan. Gadjah Mada University Press.

Kuswandi, R., Sadono, R., Supriyatno, N., & Marsono, D. (2015).

KEANEKARAGAMAN STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM BEKAS TEBANGAN BERDASARKAN BIOGEOGRAFI DI PAPUA (Diversity of Stand Structure in Logged-Over Forest Based on Papua Biogeography).

Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 22(2), 151.

https://doi.org/10.22146/jml.18737

xvii

(18)

Marydi, A., & Nawir, A. A. (2017). Hutan Rakyat Di Simpang Jalan. Gadjah Mada University Press.

Nurkin, B. (2019). Buku Ajar Silvikultur. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.

Orang, A. T., Hitam, K., Park, F., Province, J., & Forest, P. (2021). Identifikasi potensi permudaan alam di hutan rawa gambut taman hutan raya orang kayo hitam provinsi jambi pasca kebakaran hutan. 14(1), 42–51.

Paembonan, S. A. (2020). Silvika Ekofisiologi dan Pertumbuhan Pohon.

Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.

Pamoengkas, P. (2022). Penerapan Pengetahuan Pemulihan Vegetasi dalam Pengembangan Sistem Silvikultur Hutan. IPB Press.

Rizky, F. K., & Suhaidi. (2023). Pertanggungjawaban Negara Terhadap Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. CV. Merdeka Kreasi Group.

Rohmah, S. (2021). Hukum Islam dan Etika Pelesterian Ekologi. UB Press.

xviii

(19)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tally Sheet

xix

(20)

Lampiran 2. Dokumentasi Praktikum

xx

(21)

Lampiran 3. Sampul Buku dan Jurnal

xxi

(22)

xxii

(23)

xxiii

(24)

xxiv

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Olah Data Pohon
Tabel 4.2 Hasil Olah Data Tiang

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cadangan karbon dan nilai ekonomi cadangan karbon di atas dan di bawah permukaan tanah pada tegakan pohon di hutan pendidikan

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis vegetasi pohon, cadangan karbon, dan nilai ekonomi cadangan karbon tegakan pohon di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera