Perpajakan Internasional
Pertemuan ke 7:
Pemajakan atas Pemajakan atas Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA):
a. Pajak Penghasilan Perusahaan PMA b. Fasilitas Pajak bagi Perusahaan PMA
Pertemuan ke 7:
Pemajakan atas Pemajakan atas Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA):
a. Pajak Penghasilan Perusahaan PMA
b. Fasilitas Pajak bagi Perusahaan PMA
Pengertian PMA (UU No.25/2007) Pengertian PMA (UU No.25/2007)
• Yaitu kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI yg dilakukan oleh penanam modal asing, baik yg menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yg berpatungan dg penanam modal dalam negeri.
• PMA wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan dlm wilayah negara RI, kecuali ditentukan lain oleh UU. Dg cara mengambil bagian saham pada saat pendirian perusahaan, atau membeli saham, atau cara lain sesuai UU.
• Yaitu kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI yg dilakukan oleh penanam modal asing, baik yg menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yg berpatungan dg penanam modal dalam negeri.
• PMA wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan
hukum Indonesia dan berkedudukan dlm wilayah negara
RI, kecuali ditentukan lain oleh UU. Dg cara mengambil
bagian saham pada saat pendirian perusahaan, atau
membeli saham, atau cara lain sesuai UU.
OBJEK PPh ATAS PMA OBJEK PPh ATAS PMA
Karena PMA berbentuk badan maka objek PPh Badan akan meliputi:
1. Laba Usaha
2. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dg penggunaan harta.
3. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak.
4. Keuntungan karena penjulan atau karena pengalihan harta.
5. Apabila WP PMA adalah pemilik hak penambangan, kmdn mengalihkan sebagian/seluruh hak tsb kpd WP lain, mk keuntungan tsb merupakan objek pajak.
Karena PMA berbentuk badan maka objek PPh Badan akan meliputi:
1. Laba Usaha
2. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dg penggunaan harta.
3. Royalty atau imbalan atas penggunaan hak.
4. Keuntungan karena penjulan atau karena pengalihan harta.
5. Apabila WP PMA adalah pemilik hak penambangan,
kmdn mengalihkan sebagian/seluruh hak tsb kpd WP
lain, mk keuntungan tsb merupakan objek pajak.
PPh Final atas badan PPh Final atas badan
1. Penghasilan dari bunga deposito, tabungan, obligasi dan surat utang negara, tarif 20%.
2. Hadiah undian, dg tarif 25% dr bruto hadiah.
3. Transaksi saham di bursa efek, tarif 0,1% x nilai transaksi, dan tambahan 0,5% utk saham pendiri.
4. Transaksi penjualan saham pada perusahaan pasangannya yg diterima oleh perusahaan modal ventura, dg tarif 0,1% x jlh bruto nilai transaksi penjualan penyertaan modal.
5. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta (tanah/bangunan) dgn tarif 5%.
6. Penghasilan dari usaha jasa konstruksi 4%.
7. Penghasilan dari sewa tanah dan bangunan, dg tarif 10% dari penghasilan bruto.
1. Penghasilan dari bunga deposito, tabungan, obligasi dan surat utang negara, tarif 20%.
2. Hadiah undian, dg tarif 25% dr bruto hadiah.
3. Transaksi saham di bursa efek, tarif 0,1% x nilai transaksi, dan tambahan 0,5% utk saham pendiri.
4. Transaksi penjualan saham pada perusahaan pasangannya yg diterima oleh perusahaan modal ventura, dg tarif 0,1% x jlh bruto nilai transaksi penjualan penyertaan modal.
5. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta (tanah/bangunan) dgn tarif 5%.
6. Penghasilan dari usaha jasa konstruksi 4%.
7. Penghasilan dari sewa tanah dan bangunan, dg tarif 10% dari penghasilan bruto.
Penghasilan bukan objek pajak Penghasilan bukan objek pajak
1. Harta termasuk setoran tunai yg diterima oleh badan sbg pengganti saham atau sbg pengganti penyertaaan modal.
2. Dividen atau bagian laba yg diterima/diperoleh perseroan terbatas sbg WP DN dari penyertaan modal pd badan usaha yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia, dg syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yg ditahan,
b. Bagi PT yg menerima dividen, kepemilikan saham pd badan yg meberikan dividen paling rendah 25% dr jmlah yg disetor.
3. Iuran yg diterima/diperoleh dana pensiun yg pendiriannya telah disyahkan menteri keuangan.
4. Penghasilan dari modal yg ditanam dana pensiun dalam bidang bidang tertentu yg ditetapkan menteri keuangan.
5. Penghasilan yg diterima oleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yg didirikan dan menjalankan usaha di
Indonesia, dg syarat perusahaan kecil dan saham tdk diperdagangkan di bursa efek Indonesia.
1. Harta termasuk setoran tunai yg diterima oleh badan sbg pengganti saham atau sbg pengganti penyertaaan modal.
2. Dividen atau bagian laba yg diterima/diperoleh perseroan terbatas sbg WP DN dari penyertaan modal pd badan usaha yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia, dg syarat:
a. Dividen berasal dari cadangan laba yg ditahan,
b. Bagi PT yg menerima dividen, kepemilikan saham pd badan yg meberikan dividen paling rendah 25% dr jmlah yg disetor.
3. Iuran yg diterima/diperoleh dana pensiun yg pendiriannya telah disyahkan menteri keuangan.
4. Penghasilan dari modal yg ditanam dana pensiun dalam bidang bidang tertentu yg ditetapkan menteri keuangan.
5. Penghasilan yg diterima oleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yg didirikan dan menjalankan usaha di
Indonesia, dg syarat perusahaan kecil dan saham tdk diperdagangkan di bursa efek Indonesia.
Biaya atau pengurang penghasilan bruto
1. Biaya yg secara langsung/tdk langsung berfkaitan dg kegiatan usaha (pembelian bahan, gaji, bonus, biaya administrasi, bunga, sewa, premi asuransi dll.)
2. Penyusutan dan amortisasi.
3. Iuran kpd dana pensiun.
4. Kerugian krn penjulan, peralihan harta yg dimiliki dan digunakan dalam perusahaan.
5. Kerugian selisih kurs.
6. Biaya litbang di Indonesia.
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dpt ditagih.
9. Sumbangan (bencana nasional, pembangunan infrastruk-tural sosial, fasilitas pendidikan, pembinaan olah raga).
1. Biaya yg secara langsung/tdk langsung berfkaitan dg kegiatan usaha (pembelian bahan, gaji, bonus, biaya administrasi, bunga, sewa, premi asuransi dll.)
2. Penyusutan dan amortisasi.
3. Iuran kpd dana pensiun.
4. Kerugian krn penjulan, peralihan harta yg dimiliki dan digunakan dalam perusahaan.
5. Kerugian selisih kurs.
6. Biaya litbang di Indonesia.
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dpt ditagih.
9. Sumbangan (bencana nasional, pembangunan infrastruk-tural sosial, fasilitas pendidikan, pembinaan olah raga).
Yang tidak boleh dikurangkan sebagai biaya
1. Pembagian laba dg nama dan dlm bentuk apapun.
2. Biaya yg dikeluarkan utk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota.
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan.
4. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa , dwiguna yg dibayar oleh wajib pajak pribadi.
5. Penggantian/imbalan sehubungan dg pekerjaan/jasa yg diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan.
6. Jumlah yg melebihi kewajaran yg dibayarkan kpd pemegang saham.
7. Harta yg dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan.
8. Pajak Penghasilan, sanksi administrasi (bunga, denda).
1. Pembagian laba dg nama dan dlm bentuk apapun.
2. Biaya yg dikeluarkan utk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota.
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan.
4. Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa , dwiguna yg dibayar oleh wajib pajak pribadi.
5. Penggantian/imbalan sehubungan dg pekerjaan/jasa yg diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan.
6. Jumlah yg melebihi kewajaran yg dibayarkan kpd pemegang saham.
7. Harta yg dihibahkan, bantuan, sumbangan, dan warisan.
8. Pajak Penghasilan, sanksi administrasi (bunga, denda).
Tarif Pajak PPh Badan Tarif Pajak PPh Badan
1. Tarif pasal 17 ayat (1) b dan (2) a untuk th 2010 sebesar 25%.
Mulai tahun 2021 menjadi 22%.
2. Tarif pasal 17 ayat (2b), bagi WP Badan DN yg berbentuk
perseroan terbuka paling sedikit 40% dr jlh keseluruhan saham yg disetor dan diperdagangkan di bursa efek Indonesia, dan
memenuhi persyaratan tertentu lainnya dg tarif 5% lebih rendah dp tarif sbgmn dikmsd pd ps 17 ayat (2a) UU PPh berdasarkan PP.
3. Tarif ps 31e. WP DN yg memiliki peredaran bruto s.d. Rp 50 m, mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif 50% dari tarif ps 17 ayat (2a) yg dikenakan atas PKP dari bagian peredaran bruto sd Rp 4,8 milyar.
1. Tarif pasal 17 ayat (1) b dan (2) a untuk th 2010 sebesar 25%.
Mulai tahun 2021 menjadi 22%.
2. Tarif pasal 17 ayat (2b), bagi WP Badan DN yg berbentuk
perseroan terbuka paling sedikit 40% dr jlh keseluruhan saham yg disetor dan diperdagangkan di bursa efek Indonesia, dan
memenuhi persyaratan tertentu lainnya dg tarif 5% lebih rendah dp tarif sbgmn dikmsd pd ps 17 ayat (2a) UU PPh berdasarkan PP.
3. Tarif ps 31e. WP DN yg memiliki peredaran bruto s.d. Rp 50 m, mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif 50% dari tarif ps 17 ayat (2a) yg dikenakan atas PKP dari bagian peredaran bruto sd Rp 4,8 milyar.
Contoh kasus
Peredaran bruto PT AHA dalam tahun pajak 2022 Rp 30 m dg PKP Rp 3 m. Hitung PPh terutang?
Jawab:
• Jlh PKP dari bagian peredaran bruto yg memperoleh fasilitas: 4,8 m : 30 m x 3 m = Rp 480.000.000
• Jlh PKP peredaran bruto yg tdk memperoleh fasilitas:
3 m – 480 jt = Rp 2.520.000.000.
PPh terutang:
(50% x 22%) x Rp 480.000.000 = Rp 52.800.000 22% x Rp 2.520.000.000 = Rp 554.000.000
Jumlah PPh terutang = Rp 606.000.000
Peredaran bruto PT AHA dalam tahun pajak 2022 Rp 30 m dg PKP Rp 3 m. Hitung PPh terutang?
Jawab:
• Jlh PKP dari bagian peredaran bruto yg memperoleh fasilitas: 4,8 m : 30 m x 3 m = Rp 480.000.000
• Jlh PKP peredaran bruto yg tdk memperoleh fasilitas:
3 m – 480 jt = Rp 2.520.000.000.
PPh terutang:
(50% x 22%) x Rp 480.000.000 = Rp 52.800.000 22% x Rp 2.520.000.000 = Rp 554.000.000
Jumlah PPh terutang = Rp 606.000.000
Kredit Pajak bagi WP Badan (PMA) (1)
1. PPh pasal 22 yg dipungut pihak ketiga sbb:
a. Pembelian barang oleh Bendaharawan dan BUMN/-BUMD: 1,5
% dari harga pembelian.
b. Impor barang. Importir dg API 2,5% dari nilai impor, bagi yg tdk memiliki API 7,5%.
c. Impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh Importir yg menggunakan API: 0,5% dr nilai impor.
d. Industeri Semen 0,25%, Kertas 0,1%, Baja 0,3%, otomotif 0,45%
dr dsr pengenaan pajak PPN.
e. Bahan bakar minyak dan gas: Premium, solar, premix atau super TT: 0,3% x penjualan bagi swasta dan 0,25% x penjualan bagi Pertamina, sedangkan gas (LPG), pelumas 0,3% bagi Pertamina.
1. PPh pasal 22 yg dipungut pihak ketiga sbb:
a. Pembelian barang oleh Bendaharawan dan BUMN/-BUMD: 1,5
% dari harga pembelian.
b. Impor barang. Importir dg API 2,5% dari nilai impor, bagi yg tdk memiliki API 7,5%.
c. Impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh Importir yg menggunakan API: 0,5% dr nilai impor.
d. Industeri Semen 0,25%, Kertas 0,1%, Baja 0,3%, otomotif 0,45%
dr dsr pengenaan pajak PPN.
e. Bahan bakar minyak dan gas: Premium, solar, premix atau super TT: 0,3% x penjualan bagi swasta dan 0,25% x penjualan bagi Pertamina, sedangkan gas (LPG), pelumas 0,3% bagi Pertamina.
Kredit Pajak bagi WP Badan (PMA) (2)
2. PPh pasal 23 yg dipungut pihak ketiga sbb:
a. Dividen, bunga, royalty, hadiah, penghargaan, bonus (selain yg dikenakan PPh 21 dan PPh final) sebesar 15% dari jumlah bruto.
b. Sewa dan jasa lainnya 2% dari jumlah bruto.
3. PPh pasal 24
Jumlah yang dibayar/dipotong/terutang di LN atas penghsilan yg diterima atau diperoleh di LN dalam thn pajak ybs. Dapat
dikreditka sebesar jlh pajak penghsilan yg dibayar tapi tdk boleh melebihi penghitungan pajak terutang berdasarkan PPh.
4. PPh 25:
Angsuran PPh yang dibayar sendiri oleh WP dalam th berjalan.
2. PPh pasal 23 yg dipungut pihak ketiga sbb:
a. Dividen, bunga, royalty, hadiah, penghargaan, bonus (selain yg dikenakan PPh 21 dan PPh final) sebesar 15% dari jumlah bruto.
b. Sewa dan jasa lainnya 2% dari jumlah bruto.
3. PPh pasal 24
Jumlah yang dibayar/dipotong/terutang di LN atas penghsilan yg diterima atau diperoleh di LN dalam thn pajak ybs. Dapat
dikreditka sebesar jlh pajak penghsilan yg dibayar tapi tdk boleh melebihi penghitungan pajak terutang berdasarkan PPh.
4. PPh 25:
Angsuran PPh yang dibayar sendiri oleh WP dalam th berjalan.
Fasilitas Pajak bagi perusahaan PMA
(1)1. Fasilitas yg diberikan melalui UU PPh:
a. Pengurangan penghasilan neto 30% dari jumlah penanaman modal, dibebankan selama 6 th masing-masing 5% per th.
b. Penyusutan dan amortisasi yg dipercepat:
1. Fasilitas yg diberikan melalui UU PPh:
a. Pengurangan penghasilan neto 30% dari jumlah penanaman modal, dibebankan selama 6 th masing-masing 5% per th.
b. Penyusutan dan amortisasi yg dipercepat:
Kelompok Harta
Berwujud Masa Manfaat
Menjadi Tarif Penyusutan & Amortisasi
Garis lurus Saldo menurun I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
2 tahun 4 tahun 8 tahun 10 tahun
50%
25%
12,5%
10%
100%
50%
25%
20%
II. Bangunan Permanen
Tidak Permanen 20 tahun
10 tahun 5%
10%
Fasilitas Pajak bagi perusahaan PMA (2)
c. Kompensasi kerugian yg lebih lama dari 5 tahun, tetapi tidak lebih dari 10 tahun, dg ketentuan:
1) Tambahan 1 th; apabila penanaman modal baru pada bidang usaha yg diatur dlm ps 2 ayat (1) huruf a dilakukan dikawasan industri dan kawasan berikat.
2) Tambahan 1 th; apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 org tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun berturut-turut.
3) Tambahan 1 th; apabila penanaman modal baru memerlukan investasi atau pengeluaran utk infrastruktur ekonomi dan sosial dilokasi usaha paling sedikit sebesar Rp 10 m.
4) Tambahan 1 th; apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di DN dlm rangka pengembangan produk atau efesiensi produksi paling sedikit 5% dr investasi dl wkt 5 th.
5) Tambahan 1 th; bhn baku yg dipakai 70% produksi DN di th 4.
c. Kompensasi kerugian yg lebih lama dari 5 tahun, tetapi tidak lebih dari 10 tahun, dg ketentuan:
1) Tambahan 1 th; apabila penanaman modal baru pada bidang usaha yg diatur dlm ps 2 ayat (1) huruf a dilakukan dikawasan industri dan kawasan berikat.
2) Tambahan 1 th; apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 org tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun berturut-turut.
3) Tambahan 1 th; apabila penanaman modal baru memerlukan investasi atau pengeluaran utk infrastruktur ekonomi dan sosial dilokasi usaha paling sedikit sebesar Rp 10 m.
4) Tambahan 1 th; apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di DN dlm rangka pengembangan produk atau efesiensi produksi paling sedikit 5% dr investasi dl wkt 5 th.
5) Tambahan 1 th; bhn baku yg dipakai 70% produksi DN di th 4.
Studi kasus
PT X (PMA) mendapat fasilitas pengurangan penghasilan neto 30% dari penanaman modal. Penanaman modal yg dilakukan adalah sebesar Rp 50 m. Th 2022, perusahaan melaporkan penghasilan neto komersial Rp 25 m, terdiri atas penghasilan neto DN Rp 20 m dan pengasilan neto LN Rp 5 m dg pajak yg telah dibayar di LN Rp 750 jt.
Koreksi fiskal positif sebesar Rp 2 m dan koreksi fiskal negatif Rp 500 jt. Kredit pajak atas PPh yg dipotong/di- pungut pihak lain, PPh 22 Rp 200 jt dan PPh 23 Rp 500 jt. Angsuran PPh 25 Rp.3.750.000.000. Hitung PPh
badan kurang/lebih bayar?
PT X (PMA) mendapat fasilitas pengurangan penghasilan neto 30% dari penanaman modal. Penanaman modal yg dilakukan adalah sebesar Rp 50 m. Th 2022, perusahaan melaporkan penghasilan neto komersial Rp 25 m, terdiri atas penghasilan neto DN Rp 20 m dan pengasilan neto LN Rp 5 m dg pajak yg telah dibayar di LN Rp 750 jt.
Koreksi fiskal positif sebesar Rp 2 m dan koreksi fiskal negatif Rp 500 jt. Kredit pajak atas PPh yg dipotong/di- pungut pihak lain, PPh 22 Rp 200 jt dan PPh 23 Rp 500 jt. Angsuran PPh 25 Rp.3.750.000.000. Hitung PPh
badan kurang/lebih bayar?
Perhitungan PPh kurang/lebih bayar:
Penghasilan Neto Komersial:
Penghasilan neto DN Rp 20.000.000.000
Penghasilan neto LN Rp 5.000.000.000 Jumlah
penghasilan neto komersial Rp 25.000.000.000 Koreksi fiskal
positif Rp 2.000.000.000 Koreksi fiskal negatif Rp (500.000.000) Penghasilan neto Rp 26.500.000.000
Fasilitas PMA Rp 2.500.000.000 Penghasilan neto fiskal (PKP) Rp 24.000.000.000 PPh terutang 22%
Rp 5.280.000.000 Kredit pajak: PPh 22, 23, 24, 25:
(200 jt +500 Jt + 750 jt + 3.750 jt) = Rp 5. 200.000.000 PPh kurang bayar (pasal 29) Rp 80.000.000
Penghasilan Neto Komersial:
Penghasilan neto DN Rp 20.000.000.000
Penghasilan neto LN Rp 5.000.000.000 Jumlah
penghasilan neto komersial Rp 25.000.000.000 Koreksi fiskal
positif Rp 2.000.000.000 Koreksi fiskal negatif Rp (500.000.000) Penghasilan neto Rp 26.500.000.000
Fasilitas PMA Rp 2.500.000.000 Penghasilan neto fiskal (PKP) Rp 24.000.000.000 PPh terutang 22%
Rp 5.280.000.000 Kredit pajak: PPh 22, 23, 24, 25:
(200 jt +500 Jt + 750 jt + 3.750 jt) = Rp 5. 200.000.000 PPh kurang bayar (pasal 29) Rp 80.000.000
Penjelasan studi kasus
Dari contoh kasus tsb perusahaan medapatkan fasilitas pengurangan penghasilan neto sebesar 30% x Rp 50 m, dibebankan masing-masing
sebesasr 5% per thn selama 6 tahun, sehingga setiap tahun mendapatkan fasilitas tambahan
pengurangan penghasilan neto Rp 2.500.000.000.
Pada akhir thn pajak, PT X (PMA) harus menyetor PPh kurang bayar Rp 800.000.000 dan
melaporkan SPT Tahunan PPh Badan.
Dari contoh kasus tsb perusahaan medapatkan fasilitas pengurangan penghasilan neto sebesar 30% x Rp 50 m, dibebankan masing-masing
sebesasr 5% per thn selama 6 tahun, sehingga setiap tahun mendapatkan fasilitas tambahan
pengurangan penghasilan neto Rp 2.500.000.000.
Pada akhir thn pajak, PT X (PMA) harus menyetor PPh kurang bayar Rp 800.000.000 dan
melaporkan SPT Tahunan PPh Badan.
Fasilitas yg diberikan melalui UU PMA (1)
Dikenal fasilitas tax holiday bagi PMA dikenal sejak UU No.1 Th 1967, sebgmn diubah dg UU No.11 Thn 1967 tentang PMA.
Dalam UU tsb kpd perusahaan2 asing diberikan kelonggaran pembebasan berikut:
1. Pajak perseroan atas keuntungan utk jangka waktu 5 th terhitung dari saat usaha tsb mulai berproduksi.
2. Pajak devisa atas bagian laba yg dibayarkan kpd pemegang
saham sejauh laba tsb diperoleh dlm jangka wkt yg tdk melebihi wkt 5 th dari saat usaha tsb dimulai berproduksi.
3. Pajak Perseroan atas keuntungan termaksud dalam Ps 10 sub a, yang ditanam kembali dalam perusahaan ybs di Indonesia, utk jangka wkt tertentu yg tdk melebihi jangka wkt 5 th terhitung dari saat penenaman kembali.
Dikenal fasilitas tax holiday bagi PMA dikenal sejak UU No.1 Th 1967, sebgmn diubah dg UU No.11 Thn 1967 tentang PMA.
Dalam UU tsb kpd perusahaan2 asing diberikan kelonggaran pembebasan berikut:
1. Pajak perseroan atas keuntungan utk jangka waktu 5 th terhitung dari saat usaha tsb mulai berproduksi.
2. Pajak devisa atas bagian laba yg dibayarkan kpd pemegang
saham sejauh laba tsb diperoleh dlm jangka wkt yg tdk melebihi wkt 5 th dari saat usaha tsb dimulai berproduksi.
3. Pajak Perseroan atas keuntungan termaksud dalam Ps 10 sub a, yang ditanam kembali dalam perusahaan ybs di Indonesia, utk jangka wkt tertentu yg tdk melebihi jangka wkt 5 th terhitung dari saat penenaman kembali.
Fasilitas yg diberikan melalui UU PMA (2)
4. Bea masuk pada waktu perusahaan barang-barang
perlengkapan tetap ke dalam wilayah Indonesia spt. Mesin- mesin, alat-alat kerja, pesawat-pesawat yg diperlukan utk menjalankan perusahaan itu.
5. Bea materai modal atau penempatan modal yg berasal dari PMA.
Fasilitas tax holiday dicabut berdasarikan UU No 7 Th 1983 ttg PPh.
Tahun 2011, kembali diberikan fasilitas tax holiday, melalui PP
No.94 th 2010, bhw kpd WP yg melakukkan penanaman modal baru, yg mrpkn industeri pioner yg tdk mendptkan fasilitas (UU PPh ps 31), mk diberikan fasilitas pembebasan atau
pengurangan PPh Badan (ps 18 ayat 5 UU No.25/2007 tentang Penanaman Modal).
4. Bea masuk pada waktu perusahaan barang-barang
perlengkapan tetap ke dalam wilayah Indonesia spt. Mesin- mesin, alat-alat kerja, pesawat-pesawat yg diperlukan utk menjalankan perusahaan itu.
5. Bea materai modal atau penempatan modal yg berasal dari PMA.
Fasilitas tax holiday dicabut berdasarikan UU No 7 Th 1983 ttg PPh.
Tahun 2011, kembali diberikan fasilitas tax holiday, melalui PP
No.94 th 2010, bhw kpd WP yg melakukkan penanaman modal baru, yg mrpkn industeri pioner yg tdk mendptkan fasilitas (UU PPh ps 31), mk diberikan fasilitas pembebasan atau
pengurangan PPh Badan (ps 18 ayat 5 UU No.25/2007 tentang Penanaman Modal).