• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Hukum Tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

SRI YULIATI

117011155/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI YULIATI

117011155/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN 2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn

(5)

Nama : SRI YULIATI

Nim : 117011155

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISIS HUKUM TENTANG PEMILIKAN SAHAM

PADA PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri

bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena

kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi

Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas

perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan

sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :SRI YULIATI

(6)

sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk

mendatangkan investor asing. Para investor asing datang ke Indonesia akan

membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa Negara, dan lain-lain. Dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan dibidang penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif memegang peranan penting. Salah satu yang menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal sehingga banyak menimbulkan kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal. Harus diakui bahwa pembaharuan substansi hukum semata tidak akan cukup dapat menarik investor.

Hal ini harus didukung oleh aparatur hukum yang bersangkutan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu satu aspek yang penting dari pembangunan hukum adalah penegakkan hukum (law enforcement). Dalam kaitannya dengan memberikan jaminan dan kepastian hukum. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Pertama, Bagaimana pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia. Kedua, Bagaimana bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam modal dalam Negeri. Ketiga, Bagaimana pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di Indonesia.

Untuk mengkaji hal-hal tersebut diatas, dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Lokasi penelitian di kepustakaan (Library Research). Metode pendekatan penelitian adalah pendekatan yuridis normatif. Data primer , selain data primer untuk mendukung penelitian juga digunakan data yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah serta

aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan Penanaman Modal asing. Bahan hukum

(7)

masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Disarankan meskipun kegiatan penanaman modal memberikan sumbangan positif bagi pembangunan nasional, kegiatan tersebut perlu diatur dan diawasi secara seksama karena motif utama para pemilik dana untuk menanamkan modalnya adalah untuk mencari keuntungan. Motif mencari keuntungan sering menjadikan penanam modal mengabaikan pemenuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modalnya. Khususnya mengatur dan mengawasi tentang divestasi saham.

(8)

with their dollars so that they can finance various projects in Indonesia. The projects invested by the investors will greatly influence various kinds of national and social life, such as workforce, local socio-economy, the increase of regionally generated revenue, the increase of national reserves, and so on. In order to obtain more attractive investment climate, it is very important to implement legal provisions in investment which are stable and complete and to give legal certainty effectively in its implementation. One of the obstacles in investment climate is the incorrect implementation of making the investment policy and regulations so that they will cause worry and uncertainty for investors. It is undeniable that the renewal of legal substance per se is not sufficient enough to attract investors. The government agencies should support it in order to meet the needs of the society. Therefore, one of the important aspects of judicial development is law enforcement, related to the giving of legal security and legal certainty. The problems in this research were as follows: first, how about the regulation of foreign investment ownership in Foreign Capital Investment companies in Indonesia; secondly, what will happen if foreign investors sell their stocks to Indonesian investors; and thirdly, how about the regulation of divestment of capital investment companies in Indonesia.

In order to study these problems, the researcher conducted descriptive analytic and library research method, using judicial normative approach. The primary data comprised literature materials such as scientific knowledge and legal provisions which were related to foreign capital investment. The secondary data comprised some books, personal documents, and legal experts’ opinions which were relevant to the subject matter of the analysis. The tertiary data as the supporting data comprised some writings related to law such as dictionaries, magazines, and internet. The result of the research showed that capital investment should be a part of the national economic implementation and functioned as an effort to increase the national economic growth, to create jobs, to build sustainable economy and the capacity of national technology, to encourage economic populist, and to actualize the people’s welfare in a competitive economic system. Although the activities of foreign investment give positive contribution to the national development, it is recommended that these activities, especially the activities which regulate and control divestment, should be regulated and controlled carefully because the main purpose of the fund owners in investing their capital is to obtain profit. The motive of obtaining profit usually makes them not comply with any legal provisions related to their activities in the capital investment.

(9)

Segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan yang menguasai segala ilmu

pengetahuan dan memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-nya. Tidak ada

sebab utama selesainya penulisan tesis ini, kecuali karena ridha Allah SWT semata.

Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW ketegaran dan

kesabaran beliau senantiasa menjadi teladan bagi penulis dalam menyelesaikan tesis

ini.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kuliah di

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Tesis ini

berjudul “ANALISIS HUKUM TENTANG PEMILIKAN SAHAM PADA

PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING.”

Dalam penulisan tesis ini penulis telah berusaha dengan segala upaya agar

tulisan ini dapat selesai dalam susunan yang sempurna. Namun penulis menyadari

bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat beryukur karena tidak

sendiri dalam proses penyelesaian tesis ini. Tesis ini diselesaikan berkat bimbingan,

bantuan dan dukungan banyak orang. Karenanya tidak pantas jika penulis tidak

memberikan ucapan terima kasih pada kesempatan ini.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan

(10)

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., MS, CN, selaku Ketua Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi

Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Komisi Pembimbing

dan Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, atas segala waktu, bimbingan, saran, pengarahan dan

kesabarannya.

6. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Komisi Pembimbing,

atas segala waktu, bimbingan dan sarannya.

7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum, selaku Komisi Pembimbing dan,

atas segala waktu, bimbingan dan saran untuk memperkaya penulisan tesis ini.

8. Kedua Orang tua penulis, Perkenankan penulis mengenang Bapaknda Drs.

Muhammad Yunus (almarhum) dan Ibunda Astina tersayang. Yang semasa

hidup bapaknda berupaya keras ditengah keterbatasan ekonomi mereka untuk

(11)

perkuliahan ini.

10. Seluruh Dosen di Program Studi Magister Kenotariatan yang telah mendidik

penulis.

11. Serta semua pihak yang telah membantu , memberikan data-data, informasi dan

mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang nama-namanya tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Rasanya tidak mungkin penulis membalas semua kebaikan mereka yang

disebutkan diatas.

Semoga bantuan dan dukungan serta kebaikan mereka mendapat imbalan dan

rahmat dari Allah SWT. Akhirnya Penulis memohon do’a kiranya Allah SWT tetap

menunjuki jalan yang benar bagi penulis dalam melaksanakan kewajiban penulis dan

diharapkan kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis maupun praktisi

dimasa kini dan mendatang.

Medan, Januari 2013

Penulis

(12)

Tempat/tgl lahir : 15 November 1968

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Taman Setia Budi Indah II Blok I Nomor 14 Medan

II. KELUARGA

Nama Ayah : Drs. Muhammad Yunus (Alm)

Nama Ibu : Astina

Nama Suami : H. Muhammad Syafii Lubis

Nama Anak-Anak : 1. Ahmad Ridho Lubis

2. Annisaa’ Lubis

3. Muhammad Fayyadh Lubis

4. Almira Lubis

III. PEKERJAAN

Notaris Kota Medan sejak tahun 2002 sampai sekarang

PPAT Kota Medan sejak tahun 2006 sampai sekarang

IV. PENDIDIKAN

SD Swasta Taman Harapan I Medan Tamat Tahun 1981

SLTP Swasta Muhammadiyah I Medan Tamat Tahun 1984

SLTA Swasta YP. Medan Putri Medan Tamat Tahun 1987

S-1 Fakultas Hukum UMSU Tamat Tahun 1992

Program Kekhususan Notariat Fakultas Hukum USU Tamat Tahun 2000

(13)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

1. Manfaat Teoritis ... 13

2. Manfaat Praktis ... 13

E. Keaslian Penelitian ... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 15

1. Kerangka Teori ... 15

2. Konsepsi ... 16

G. Metode Penelitian ………. ... 19

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 19

2. Sumber Data ... 20

3. Analisis Data ... 21

BAB II PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM ASING DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING . 22 A. Penanaman Modal Asing ……… 22

(14)

SAHAMNYA KEPADA PENANAMAN MODAL

DALAM NEGERI ... 84

A. Pengertian Saham ... 84

B. Bentuk Kerja Sama Penanaman Modal ……… 90

C. Ketentuan Tentang penjualan Saham kepada Penanaman Modal Dalam Negeri ... 101

BAB IV PENGATURAN DIVESTASI SAHAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA ... 111

A. Kedudukan Penanaman Modal Asing Dan Penanaman Modal Dalam Negeri ………. 111

B. Pengertian Divestasi Saham ... 122

C. Ketentuan Divestasi Saham Perusahaan Penanaman Modal Di Indonesia ………... 140

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 146

A. Kesimpulan ... 146

B. Saran ... 147

(15)

sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk

mendatangkan investor asing. Para investor asing datang ke Indonesia akan

membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa Negara, dan lain-lain. Dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan dibidang penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif memegang peranan penting. Salah satu yang menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal sehingga banyak menimbulkan kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal. Harus diakui bahwa pembaharuan substansi hukum semata tidak akan cukup dapat menarik investor.

Hal ini harus didukung oleh aparatur hukum yang bersangkutan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu satu aspek yang penting dari pembangunan hukum adalah penegakkan hukum (law enforcement). Dalam kaitannya dengan memberikan jaminan dan kepastian hukum. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Pertama, Bagaimana pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia. Kedua, Bagaimana bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam modal dalam Negeri. Ketiga, Bagaimana pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di Indonesia.

Untuk mengkaji hal-hal tersebut diatas, dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Lokasi penelitian di kepustakaan (Library Research). Metode pendekatan penelitian adalah pendekatan yuridis normatif. Data primer , selain data primer untuk mendukung penelitian juga digunakan data yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah serta

aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan Penanaman Modal asing. Bahan hukum

(16)

masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Disarankan meskipun kegiatan penanaman modal memberikan sumbangan positif bagi pembangunan nasional, kegiatan tersebut perlu diatur dan diawasi secara seksama karena motif utama para pemilik dana untuk menanamkan modalnya adalah untuk mencari keuntungan. Motif mencari keuntungan sering menjadikan penanam modal mengabaikan pemenuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modalnya. Khususnya mengatur dan mengawasi tentang divestasi saham.

(17)

with their dollars so that they can finance various projects in Indonesia. The projects invested by the investors will greatly influence various kinds of national and social life, such as workforce, local socio-economy, the increase of regionally generated revenue, the increase of national reserves, and so on. In order to obtain more attractive investment climate, it is very important to implement legal provisions in investment which are stable and complete and to give legal certainty effectively in its implementation. One of the obstacles in investment climate is the incorrect implementation of making the investment policy and regulations so that they will cause worry and uncertainty for investors. It is undeniable that the renewal of legal substance per se is not sufficient enough to attract investors. The government agencies should support it in order to meet the needs of the society. Therefore, one of the important aspects of judicial development is law enforcement, related to the giving of legal security and legal certainty. The problems in this research were as follows: first, how about the regulation of foreign investment ownership in Foreign Capital Investment companies in Indonesia; secondly, what will happen if foreign investors sell their stocks to Indonesian investors; and thirdly, how about the regulation of divestment of capital investment companies in Indonesia.

In order to study these problems, the researcher conducted descriptive analytic and library research method, using judicial normative approach. The primary data comprised literature materials such as scientific knowledge and legal provisions which were related to foreign capital investment. The secondary data comprised some books, personal documents, and legal experts’ opinions which were relevant to the subject matter of the analysis. The tertiary data as the supporting data comprised some writings related to law such as dictionaries, magazines, and internet. The result of the research showed that capital investment should be a part of the national economic implementation and functioned as an effort to increase the national economic growth, to create jobs, to build sustainable economy and the capacity of national technology, to encourage economic populist, and to actualize the people’s welfare in a competitive economic system. Although the activities of foreign investment give positive contribution to the national development, it is recommended that these activities, especially the activities which regulate and control divestment, should be regulated and controlled carefully because the main purpose of the fund owners in investing their capital is to obtain profit. The motive of obtaining profit usually makes them not comply with any legal provisions related to their activities in the capital investment.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan berusaha merupakan suatu jenis kegiatan yang sangat kompleks

sifatnya, karena meliputi berbagai jenis kegiatan yang melibatkan banyak orang dan

pihak, baik pada cakupannya maupun jangka waktunya yang panjang dan terus

menerus.

Kegiatan berusaha tersebut dapat dilakukan secara pribadi dengan segala

konsekuensinya dan dapat pula dilakukan dalam bentuk kerjasama antar pribadi atau

antar kelompok, di samping itu mengenai bentuk usaha yang dipilih pada dasarnya

sangat bergantung pada berbagai hal baik faktor internal maupun eksternal dari para

pihak yang mendirikan perusahaan. Bentuk badan usaha yang paling banyak

dipergunakan dalam dunia usaha adalah Perseroan Terbatas (untuk selanjutnya

disingkat dengan PT).

Bertolak dari beberapa nilai lebih yang melekat pada PT, yaitu bahwa PT pada

umumnya mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri, mampu mengadakan

kapitalisasi modal dan sebagai wahana yang potensial untuk memperoleh keuntungan

baik bagi institusinya sendiri maupun bagi para pendukungnya (pemegang saham).

Oleh karena itu bentuk badan usaha ini PT sangat diminati oleh masyarakat.1

1

(19)

Bentuk Perseroan Terbatas atau PT merupakan bentuk yang lazim dan

banyak dipakai dalam dunia usaha di Indonesia karena PT merupakan asosiasi modal

dan badan hukum yang mandiri.2

Perseroan Terbatas (Limited Liability Company, Naamloze Vennootschap)

adalah bentuk yang paling popular dari semua bentuk usaha bisnis.3 Perseroan

Terbatas menurut hukum Indonesia adalah Badan Hukum yang merupakan

persekutuan modal didirikan berdasarkan perjanjian melakukan usaha dengan modal

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya.4

Lahirnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

yang menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan

Terbatas tidak melepas kaitannya dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan,

informasi dan teknologi yang tersebar ke seluruh penjuru dunia melalui globalisasi

dan timbulnya perkembangan terhadap kegiatan bisnis internasional.5

Sebelum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas

dilahirkan, di Negara kita berlaku peraturan Perseroan Terbatas yang berasal dari

jaman penjajahan Belanda dahulu. Peraturan tersebut sebagaimana diatur dalam kitab

2

I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas khusus Pemahaman atas

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2000), hal. 1

3

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis.Menata Bisnis Modern di era Global, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 35

4

Undang-Undang no 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, bab 1 ketentuan umum, pasal 1 ayat 1

5

Bismar Nasution, Makalah; UU No 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukum Bisnis

(20)

Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek Van Koophandel-Staatsblad 1847-23)

dalam Buku Kesatu Titel Ketiga bagian Ketiga pasal 36 sampai dengan pasal 56.6

Dapat dikatakan bahwa hampir semua ketentuan dalam KUHDagang diambil

alih sehingga menjadi pasal-pasal dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Bahkan pada prinsipnya pasal-pasal dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas

merupakan ketentuan dalam KUHDagang yang telah dikembangkan atau dijabarkan

selanjutnya.7

Dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1329 menyebutkan

bahwa: “Setiap orang berwenang untuk membuat suatu perikatan, kecuali ia

dinyatakan tidak cakap untuk itu”. Demikian pula halnya dengan badan hukum,

bahwa suatu badan hukum bisa membuat suatu perikatan atau bisa melakukan suatu

tindakan hukum atau hubungan hukum, seperti lazimnya manusia atau orang.

Badan hukum bisa mempunyai harta dan juga bisa mempunyai piutang

maupun utang seperti halnya manusia atau orang. Bila seseorang sebagai subjek

hukum hendak melakukan suatu tindakan hukum atau perikatan , maka ia harus

memenuhi suatu syarat yaitu disebut kecakapan (bekwaamheid). Dengan kata lain

bahwa subjek hukum harus cakap (bekwaam/ mempunyailegal capacity).8

6

Gatot Supramono,Hukum Perseroan Terbatas,(Jakarta:Penerbit Djambatan,1996),hal 1

7

Munir Fuady,Hukum Perusahaan dalam paradigm hukum bisnis,(Bandung:Pt.Citra Aditya bakti,1999), hal 1

8

(21)

Kelahiran perseroan sebagai badan hukum (rechtspersoon, legal entity),

karena dicipta atau diwujudkan melalui proses hukum (created by legal process)

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.9

Keberadaanya sebagai badan hukum dibuktikan berdasar Akta Pendirian yang

di dalamnya tercantum Anggaran Dasar Perseroan. Apabila Anggaran dasar telah

mendapat pengesahan menteri yaitu dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia, Perseroan menjadi subjek hukum korporasi (subject to

corporation law).10

Oleh karena itu, dalam pergaulan hukum manusia ternyata bukan satu-satunya

pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Disamping manusia, masih ada lagi

pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dinamakan badan hukum

(rechtspersoon) untuk membedakan dengan manusia (naturlijk person). Jadi bentuk

badan hukum (rechtsfiguur) yaitu badan hukum yang dapat mempunyai hak-hak,

kewajiban-kewajiban hukum dan dapat mengadakan hubungan hukum.11

Kata ”perseroan” menunjuk kepada modal yang terdiri atas sero (saham).

Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang

tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimiliki.12 Dengan

demikian pengertian Perseroan Terbatas itu sendiri dapat diartikan sebagai bentuk

usaha yang modalnya terdiri dari saham-saham yang masing-masing pemegangnya

9

M.Yahya Harahap,Hukum Perseroan Terbatas, Cetakan ke 2, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2009), hal. 36

10

Ibid

11

Ali Ridho, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni, 1983), hal.9

12

(22)

atau anggotanya bertanggung jawab terbatas sampai pada nilai saham/modal yang

dimilikinya.13Dari pengertian tersebut Perseroan Terbatas sangat jelas sekali sebagai

Kumpulan (Akumulasi) modal yang mengandung karakteristik.14

Dibandingkan dengan bentuk usaha badan yang lain maka bentuk PT lebih

mudah dalam mengumpulkan dana untuk modal usaha dari bentuk badan usaha yang

lain. Hal ini di sebabkan karena pemilik dana (investor) menginginkan resiko dan

biaya sekecil mungkin dalam melakukan investasi(risk-averse investor).15

Perseroan Terbatas merupakan asosiasi yang bersifat komersial dan berbadan

hukum.16 Perseroan Terbatas merupakan suatu badan usaha yang sempurna baik

sebagai kesatuan ekonomi maupun sebagai kesatuan hukum. PT sebagai kesatuan

ekonomi ditata oleh pranata hukum agar dapat berfungsi dan bertanggung jawab

secara sempurna pula. Sebaliknya PT sebagai kesatuan hukum mempunyai

kedudukan sebagai badan hukum yaitu sebagai subjek yang mampu melakukan

perbuatan hukum, sebagai pendukung hak dan kewajiban di dalam lalu lintas hukum.

Dalam hal ini kedudukannya saling mengisi dan melengkapi tanpa dapat

dipisahkan.17

13

R.Murjiyanto,Pengantar Hukum Dagang Aspek-Aspek Hukum Perusahaan dan larangan praktek monopoli,(Yogyakarta:Liberty bekerjasama dengan Badan Penerbitan Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta,2002),hal 17

14

Abdul R.Saliman,Hermansyah,Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus,cetakan ke 4,(Jakarta:Prenada Media Group,2008),hal 115

15

Chatamarrasjid Ais, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate veil) Kapita selekta Hukum Perusahaan,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2000), hal 5

16

Asosiasi adalah suatu wadah kerja sama untuk jangka waktu relatif lama dan berkesinambungan antara dua orang atau lebih dengan maksud agar lebih mudah tercapainya suatu tujuan yang dikehendaki, dengan jalan mendirikan satu badan yang berbadan hukum . Rudhi prasetya,

Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, (Jakarta:Sinar Grafika,2011), hal 6

17

(23)

Perseroan Terbatas adalah perusahaan yang modalnya dibagi-bagi atas

saham-saham dengan harga nominal yang sama besarnya dan yang para pemiliknya

bertanggung jawab secara terbatas sampai sejumlah modal yang setorkan atau

sejumlah saham yang dimiliki.18

Hal ini berarti bahwa PT dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti

seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau utang.19

Perseroan Terbatas adalah badan hukum (rechtspersoon). Sebagai badan

hukum, ia oleh hukum diakui sebagai subjek hukum seperti halnya orang (naturlijk

person). Oleh karenanya bukan “orang sungguhan”, maka agar dapat bertindak

seperti “orang sungguhan” diperlukan organ. Organ PT adalah Rapat Umum

Pemegang Saham, komisaris dan direksi.20

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum

yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan

kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan

pelaksanaannya. Lihat pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Bertitik dari ketentuan pasal 1 ayat 1 UUPT 2007 diatas, elemen pokok yang

melahirkan suatu perseroan sebagai badan hukum (rechtspersoon, legal person, legal

entity), didirikan berdasarkan perjanjian.21

18

Wasis,Pengantar Ekonomi Perusahaan,cetakan ke 6, (Bandung:Penerbit Alumni,1997), hal 22

19

C.S.T.Kansil dan Christine.S.T.Kansil,Hukum Perusahaan Indonesia(Aspek Hukum dalam ekonomi)Bagian I,cetakan ke 7(Jakarta:PT Pradnya paramita,2005), hal 92

20

Nindyo Pramono,Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hal 69-70

21

(24)

Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akte notaris yang dibuat

dalam bahasa Indonesia. Yang dimaksud dengan “orang” disini adalah orang

perseorangan atau badan hukum.22 Dan didalam Perseroan Terbatas (PT ) ada di

kenal dengan PT yang umum atau non fasilitas, PT dengan fasilitas khusus, PT

dengan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), PT dengan fasilitas

Penanaman Modal Asing (PMA).

Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh

penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha

di wilayah Negara Republik Indonesia.23 Tesis ini membahas tentang Pemilikan

Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing.

Di Indonesia, Penanaman Modal Asing pada mulanya diatur dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang diundangkan

pada tanggal 10 Januari 1967, pengaturannya diperbaharui dengan Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan, dan kemudian diperbaharui

lagi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang

diundangkan pada tanggal 26 April 2007, serta diatur dengan Peraturan Presiden

Nomor 77 Tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha

yang terbuka dengan persyaratan dibidang Penanaman Modal sebagaimana Peraturan

Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang perubahan peraturan atas Persetujuan

Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dalam

22

I.G.Rai Widjaja,Op.cit,hal 14

23

(25)

bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dibidang Penanaman Modal, berkaitan

dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun

2009 tentang Pedoman dan tata cara permohonan Penanaman Modal, dan Peraturan

Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar bidang usaha tertutup dan terbuka

tentang pasar modal.

Untuk badan usaha yang berstatus sebagai penanaman modal asing ,

pembentuk undang-undang mensyaratkan badan usahanya berbentuk hukum

Perseroan Terbatas (PT).24 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal, ada diatur ketentuan hukum tentang penanaman modal asing dan

usaha patungan atau kerjasama (Joint Venture), pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa

“penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di

wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik

yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan

penanam modal dalam negeri”.

Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa “penanaman modal asing wajib dalam

bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam

wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang”.

Pasal 5 ayat 3 menyebutkan bahwa “Penanam modal dalam negeri dan asing

yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas” dilakukan

dengan:

24

(26)

a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;

b. Membeli saham; dan

c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Salah satu syarat dari badan hukum asing untuk menjadi perseroan terbatas

adalah badan hukum asing itu harus melakukan kerja sama dengan badan hukum

domestik. Kerja sama antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik

dituangkan dalam kontrak joint venture. Dalam kontrak ini diatur tentang pembagian

saham. Pihak asing dapat memiliki saham maksimal 95% dan domestik minimal 5%.

Dari kerja sama ini akan membentuk badan hukum baru, yang merupakan perpaduan

antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik.25

Investasi asing sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia karena keberadaan

investasi asing memberikan dampak positif dalam pembangunan bangsa dan negara

sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk

mendatangkan investor asing. Para investor asing datang ke Indonesia akan

membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai

sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan

memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa

dan bermasyarakat, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat

25

(27)

lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa Negara, dan

lain-lain.26

Oleh sebab itu penerima modal harus menyiapkan berbagai sarana dalam

menarik investor.27Sementara itu selama bertahun-tahun paradigma yang dianut oleh

para praktisi pembangunan di Indonesia bahwa, Indonesia kaya akan sumber daya

alam (natural resources) dan tenaga kerja (manpower) yang murah.Tentunya

pandangan semacam ini, perlu dirumuskan kembali sehingga menarik investor asing.

Selain itu berbagai kebijakan ekonomi suatu Negara pun pada saat ini telah mulai

mengaitkan antara perdagangan dengan investasi.28

Salah satu konsep dari globalisasi adalah meletakkan segala kegiatan dan

hubungan ekonomi pada peran masyarakat. Berdasarkan konsep ini maka kesiapan

materi hukum harus disatu pihak diarahkan pada mempersiapkan masyarakat untuk

menjadi pelaku ekonomi yang utama termasuk hubungan-hubungan ekonomi

global.29

Dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih

menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan dibidang

penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan

penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut

ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif memegang peranan penting. Salah satu yang

26

Bagirmanan, Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi Nasional dalam Globalisasi,

(28)

menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan

kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal sehingga banyak menimbulkan

kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal.30

Dalam beberapa tahun terakhir ini, mulai tampak bahwa keinginan

pembaharuan hukum melalui perundang-undangan disatu pihak dan kesadaran

masyarakat atau nilai-nilai dan kenyataan yang hidup dalam masyarakat harus

diperhatikan. Hanya saja dalam hal ini, tidak perlu ada pertentangan antara

pembangunan hukum melalui perundang-undangan dengan penyaluran nilai-nilai atau

aspirasi yang hidup dalam masyarakat (volksgeist).31

Harus diakui bahwa pembaharuan substansi hukum semata tidak akan cukup

dapat menarik investor. Hal ini harus didukung oleh aparatur hukum yang

bersangkutan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh

karena itu satu aspek yang penting dari pembangunan hukum adalah penegakkan

hukum (law enforcement). Dalam kaitannya dengan memberikan jaminan dan

kepastian hukum.32

Melihat latar belakang yang tersebut diatas, banyak timbul

pertanyaan-pertanyaan tentang bentuk hukum, kepemilikan saham asing dan peraturan-peraturan

tentang perseroan terbatas dengan fasilitas penanaman modal asing. Peneliti merasa

30

Sumantoro,Kerja Sama Patungan dengan modal asing, (Bandung: Alumni, 1984), hal. 671

31

Mochtar Kusumaatmadja,Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi, (Bandung: Fakultas Hukum UNPAD, 1976)

32

(29)

tertarik untuk meneliti mengenai Analisis Hukum Tentang Pemilikan Saham Pada

Perusahaan Penanaman Modal Asing.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi

permasalahan dalam tulisan ini yang perlu mendapat kajian lebih lanjut adalah:

1. Bagaimana pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan

Penanaman Modal Asing di Indonesia?

2. Bagaimana bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam

modal dalam negeri?

3. Bagaimana pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di

Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat

dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan

Penanaman Modal Asing di Indonesia.

2. Untuk mengetahui bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada

penanam modal dalam negeri.

3. Untuk mengetahui pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal

(30)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan

praktis, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan secara akademis

dalam memberikan gambaran terhadap perkembangan mengenai ilmu Hukum

Perusahaan khususnya mengenai Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman

Modal Asing.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharap dapat memberi masukan serta pertimbangan dalam

ilmu pengetahuan bagi kalangan praktisi hukum mengenai Pemilikan Saham Pada

Perusahaan Penanaman Modal Asing.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan sebelumnya pada

perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera

Utara di Medan, Penelitian tentang “Analisis hukum tentang Pemilikan Saham pada

Perusahaan Penanaman Modal Asing” merupakan hal yang baru, belum pernah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan asli, sehingga penelitian ini dapat

dipertanggung jawabkan keasliannya dan kalaupun ada lokasinya berbeda maka

keaslian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. Dan juga

(31)

dan permasalahan dalam penelitian ini. Namun penelitian tentang penanaman modal

asing memang sudah ada yang meneliti atau membahas dalam bentuk disertasi,

makalah, majalah, arikel, bahan-bahan diskusi , namun dengan pokok permasalahan

yang berbeda dengan penelitian ini. Untuk melihat studi terdahulu, ditemukan

penelitian yang pernah dilakukan sekaligus menjadikan literatur tersebut sebagai

bahan pendukung dalam penelitian ini, seperti:

1. Budiman Ginting, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Medan, dengan judul Perlindungan hukum Pemegang saham Minoritas dalam

Perusahaan Joint Venture: Studi Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara.

2. Mahmul Siregar, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Medan, dengan judul Perdagangan Dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap

Kesiapan Hukum Di Indonesia Dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan

Multilateral Yang Terkait Dengan Peraturan Penanaman Modal.

Oleh karenanya maka peneliti berkeyakinan bahwa penelitian yang peneliti

lakukan ini jelas dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, karena senantiasa

memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus di junjung tinggi

bagi peneliti atau akademis.

Dengan ini peneliti memberikan pernyataan apabila tesis ini kedapatan meniru

atau mencuri ide (Plagiat) dari tulisan orang lain maka penulis bersedia

(32)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai

landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan

postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga

penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa

dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.33Teori memberikan petunjuk-petunjuk

terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.34

Kerangka teori yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori

kepastian hukum.35

Menurut Radbruch dalam Theo Huijbers adalah hubungan antara keadilan dan

kepastian hukum perlu diperhatikan. Oleh sebab kepastian hukum harus dijaga demi

keamanan dalam Negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, pun pula kalau

isinya kurang adil, atau juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi terdapat

kekecualian, yakni bilamana pertentangan antara isi tata hukum dan keadilan menjadi

begitu besar, sehingga tata hukum itu tampak tidak adil pada saat tata hukum itu

boleh dilepaskan.36

Selanjutnya Sudikno Mertokusumo juga menyatakan bahwa tanpa kepastian

hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan.

Tetapi terlalu menitikberatkan kepada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati

33W. Friedman,Teori dan Filsafat Umum, (Jakarta:Raja Grafindo, 1996), hal. 2 34Soerjono Soekanto,

Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris,(Jakarta: IND-HILL-CO, 1990), hal. 67

35M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80 36Theo Huijbers,

(33)

peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang

terjadi peraturannya adalah demikian dan harus ditaati atau dilaksanakan.

Undang-undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat“Lex dura, set tamen

scripta”(undang-undang itu kejam, tetapi demikianlah bunyinya).37

Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam

manifrestasinya bisa berwujud konkrit. “Suatu ketentuan hukum baru dapat di nilai

baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan,

kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.38

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Karena konsep adalah

sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada

dalam pikiran. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia

teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.39

Dalam kerangka Konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau

pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. Guna

menghindari perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga

dipergunakan sebagai pegangan dalam proses penelitian ini. Suatu konsep pada

seketika itu membentuk suatu pengertian tertentu di kepala orang yang

menangkapnya, oleh karena itulah disebut sebagai “mengandung arti”.

37

Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty, 1988), hal. 58

38

Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra,Hukum Sebagai Suatu Sistem,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal.79.

39

(34)

Seperti juga dalam artinya sebagai “pengetahuan” tersebut di atas, maka untuk

bisa mempunyai arti yang demikian itu, konsep harus bisa dikembalikan kepada

empiris atau pengalaman. Pengembalian kepada pengalaman ini merupakan ujian

terhadap kebenaran dan konsep tersebut.40yang dimaksud dengan:

1. Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan

modal didirikan berdasarkan perjanjian melakukan usaha dengan modal dasar

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam Undang-undang ini serta Peraturan Pelaksanaannya.

2. Badan Hukum adalah suatu badan (entity) yang keberadaannya terjadi karena

hukum atau undang-undang.

3. Perusahaan, menurut Molengraaft yang memandang pengertian perusahaan

dari sudut ekonomi, bahwa perbuatan yang dilakukan secara terus menerus

bertindak keluar untuk memperoleh penghasilan dengan memperniagakan

atau menyerahkan barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian

perniagaan.41

4. Penanaman Modal adalah: Segala bentuk kegiatan menanam modal ,baik oleh

penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan

usaha diwilayah Negara Republik Indonesia.

40

Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 312

41

(35)

5. Penanam Modal adalah: Perseorangan atau badan usaha yang melakukan

penanaman modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan

penanaman modal asing.

6. Penanaman Modal Asing adalah: Kegiatan menanam modal untuk melakukan

usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan penanaman

modal asing , baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang

berkepentingan dengan penanaman modal dalam negeri.

7. Penanam Modal Asing adalah: Perseorangan warga Negara asing, Badan

usaha asing, dan atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di

wilayah Negara Republik Indonesia.

8. Joint ventures adalah suatu usaha kerjasama yang dilakukan antara

penanaman modal asing dan nasional semata-mata berdasarkan suatu

perjanjian atau kontrak belaka (kontraktual), dimana tidak membentuk suatu

badan hukum baru seperti halnya pada joint enterprise.42

9. Modal adalah: Aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang

yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.

10. Saham adalah: Secarik atau selembar kertas yang sengaja dibuat, dibentuk,

dan dicetak dengan indah yang memberikan dua macam bukti kepada pemilik

atau pemegangnya.43

42

Aminuddin Ilmar,Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal 100

43

(36)

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan

maupun tehnologi, hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan untuk

mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten melalui

proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah

dikumpulkan dan diolah.44

Penelitian ini termasuk kategori yang bersifat yuridis normatif. Meneliti pada

hakekatnya berarti mencari, yang dicari dalam penelitian hukum adalah kaedah,

norma atau Das Sollen, bukan peristiwa, perilaku dalam arti fakta atau Das Sein.

Deskriptif artinya mampu memberi gambaran secara jelas dan sistematis tentang

masalah yang akan diteliti. Analisis artinya menganalisis secara teliti permasalahan

berdasarkan gambaran dan fakta sehingga mampu menjawab permasalahan yang

berkaitan dengan Analisis Hukum tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan

Penanaman Modal Asing.

“Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya” untuk

mencapainya penelitian ini, sangat ditentukan dengan metode yang dipergunakan

dalam memberikan gambaran dan jawaban atas masalah yang dibahas.

44 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamuji,

(37)

“Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris research (re berarti kembali dan

searchberati mencari). Dengan demikianresearchberarti mencari kembali. Penelitian adalah

suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam

mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu.”45

Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat “deskriptif analitis, yaitu

analisis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan

teori atau konsep yang bersifat umum.”46

2. Sumber Data

Penelitian normatif ini dilakukan dengan batasan studi dokumen atau bahan

pustaka saja yaitu berupa data primer. Data sekunder yang digunakan terdiri dari

bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang

digunakan berupa norma dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan,

bahan hukum yang tidak dikodifikasikan dan bahan hukum dari zaman penjajahan

hingga kini masih berlaku. Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan berupa

buku, makalah, dan hasil penelitian di bidang hukum.

Bahan utama dari penelitian ini adalah Data Primer yang dilakukan dengan

menghimpun bahan-bahan berupa:

a. Bahan hukum primer yaitu berupa undang-undang dan peraturan-peraturan

yang terkait dengan objek penelitian.

45

http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script,php/view/metoda-penelitian-sosial,html. Diakses tanggal 12 Mei 2012.

46

(38)

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang

bahan hukum primer antara lain: tulisan atau pendapat para pakar hukum.

c. Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif, yaitu penelitian

dilakukan dengan menganalisis terhadap data-data. Selanjutnya, ditarik kesimpulan

dengan metode deduktif, yakni berfikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang

khusus atau spesifik dengan menggunakan perangkat normatif. Analisis data

dilakukan setelah diperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan

tertier sehingga memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan

(39)

BAB II

PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM ASING DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

A. Penanaman Modal Asing

Isu penanaman modal asing (untuk selanjutnya disingkat dengan PMA)

dewasa ini semakin ramai dibicarakan. Hal ini mengingat, bahwa untuk kelangsungan

pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk

investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini

yang makin mendorong untuk mengupayakan semaksimal mungkin menarik

Penanaman Modal Asing ke Indonesia.47

Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia, usaha untuk menarik investasi

. Beberapa andalan utama yang selama ini menjadi insentif dalam menarik investor

asing seperti pasar dalam negeri yang cukup aktif dan berpeluang untuk berkembang

pesat, tenaga kerja yang relatif murah, sumber daya alam yang cukup besar dan

beraneka ragam, tidak lagi dapat diandalkan dengan sepenuhnya.

Persyaratan-persyaratan tertentu dalam investasi asing bagi negara

berkembang bukanlah untuk menghambat kegiatan perdagangan dari perusahaan

investasi asing, akan tetapi adalah untuk memastikan kontribusi yang lebih efisien

dari modal asing untuk pembangunan ekonomi, untuk mempertinggi dan

memaksimalkan peluang kerja, mengurangi kerugian industrial, ekonomi dan sosial

dari daerah-daerah tertentu, mengurangi tekanan atas mata uang asing dan membuat

47Pandji Anoraga,

(40)

penggunaan mereka lebih efisien, mempertinggi kontribusi investor asing dalam

pengembangan kemampuan tehnologi dalam negeri dan untuk memastikan lebih

efisiennya penggunaan sumber daya alam untuk memperluas pasar ekspor.48

Tidak hanya pembenahan infrastruktur sebagai langkah peningkatan investasi

asing, kesiapan perangkat hukum sangat menunjang agar calon investor tidak

ragu-ragu atau melirik negara lain yang lebih siap. Paket Kebijakan 23 Oktober 1993

(Pakto II), yang mencakup enam bidang usaha, termasuk deregulasi investasi

merupakan langkah maju mengikis hambatan-hambatan dibidang investasi. Tinggal

bagaimana calon investor khususnya investor asing memanfaatkan setiap peluang

bisnis dan investasi yang ditawarkan.49

Pemerintah telah mengeluarkan enam paket deregulasi pada tanggal 23

oktober 1993 (Pakto 1993). Paket deregulasi itu meliputi bidang ekspor- impor,

bidang tarif dan tata niaga impor, bidang penanaman modal, bidang perizinan, bidang

farmasi dan bidang amdal.50

Berbagai ketentuan yang diatur dalam Pakto ini antar lain adalah sebagai

berikut:51

1. Izin investasi langsung dapat diurus di tingkat kabupaten dan kotamadya, tidak

perlu melalui instansi di tingkat propinsi. Izin ini meliputi: izin mendirikan

bangunan (IMB), izin lokasi, izin Undang-Undang gangguan (HO). Urusan lain

48

Mahmul Siregar, Disertasi Perdagangan Dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Kesiapan Hukum Di Indonesia dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral Yang Terkait Dengan Peraturan Penanaman ModalMedan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2005, hal 158

49

Pandji Anoraga,Op.cit,hal 130

50

Ibid, hal 157

51

(41)

yang berkaitan dengan izin investasi juga ditangani oleh instansi tingkat

kabupaten dan kotamadya, seperti sertipikat tanah, Hak guna bangunan.

Sedangkan Hak guna usaha tetap harus diselesaikan di instansi pusat dan atau

propinsi.

2. Penghapusan surat pencadangan tanah dari gubernur. Sebelumnya surat ini

menjadi syarat untuk penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal baik asing

(PMA) maupun dalam negeri (PMDN).

3. Penghapusan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) proyek. BKPMD dan instansi lain

di daerah tidak perlu lagi melakukannya sebagai syarat bagi penerbitan Izin

Usaha Tetap (IUT). Sekarang penerbitan IUT cukup dilampiri Laporan Kegiatan

Penanaman Modal yang di susun oleh setiap pengusaha.

4. Penghapusan permohonan persetujuan penanaman modal, khususnya

menyangkut pemilikan saham yang sekarang dibolehkan untuk koperasi.

Latar belakang dikeluarkannya paket deregulasi ini antara lain untuk lebih

menggairahkan dan meningkatkan efisiensi kinerja perekonomian nasional. Sebab

selama ini prosedur perizinan yang terkait dengan birokrat dirasakan berbelit-belit

dan terlalu panjang. Untuk memperoleh izin mendirikan perusahaan misalnya,

dibutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan, karena

(42)

Pemerintah daerah Tingkat I menjadi mata rantai panjang dalam perizinan untuk

investasi.52

Kondisi demikian mendorong para pengusaha melakukan jalan pintas

berkolusi dengan oknum pejabat. Akibatnya budaya sogok dan suap merajalela. Hal

ini menyebabkan timbulnya ekonomi biaya tinggi, dalam jangka panjang kondisi

yang demikian sangat merugikan perekonomian nasional.

Dalam iklim investasi yang tidak kondusif seperti itu, tidak aneh bila para

konglomerat melarikan modalnya ke luar negeri.

Paket kebijakan diatas merupakan pengembangan dari peraturan-peraturan

bidang penanaman modal sebelumnya seperti : Peraturan Pemerintah (PP) Nomor

24/1986 tentang jangka waktu izin perusahaan PMA, kemudian PP Nomor 24/1987

tentang kegiatan perusahaan PMA dibidang usaha perdagangan ekspor, PP Nomor

15/1990 tentang usaha perikanan yang juga dapat dimasuki PMA, PP Nomor 17/1992

tentang pemilikan saham dalam rangka PMA, Keppres Nomor 34/1992 tentang

pemanfaatan tanah HGU dan HGB atas usaha patungan dalam rangka PMA, Keppres

Nomor 37/1992 tentang usaha penyediaan listrik oleh swasta.53

Disamping itu beberapa peraturan BKPM tentang PMA juga telah disiapkan

untuk meningkatkan arus investasi asing seperti SK BKPM Nomor 5/SK/1987

tentang persyaratan pemilikan saham nasional dalam perusahaan PMA, SK BKPM

Nomor 9/SK/1989 tentang persyaratan minimal investasi PMA yang ditetapkan

52

Ibid

53

(43)

minimal US$ 250.000.Dilihat dari segi lokasi, berdasarkan data BKPM, lebih dari

60% nilai PMA dialokasikan ke kawasan Barat Indonesia (KBI), sementara

selebihnya ditujukan ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Tahun 1992, nilai total

PMA yang disetujui pemerintah di wilayah kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa

tenggara, Maluku, Irian Jaya dan Timor-Timur sebesar Rp.1.869,9 miliar dengan 27

proyek. Sedangkan jumlah PMA yang disetujui pemerintah tahun 1992 di Jawa dan

Sumatera masing-masing Rp. 5.992,0 miliar (230 proyek) dan Rp. 2.452,4 miliar (48

proyek).54

Dengan semakin maraknya PMA di Indonesia dan penyebarannya lebih

merata di seluruh wilayah jelas akan memberikan kontribusi cukup besar bagi

pertumbuhan ekonomi daerah-daerah, khususnya daerah yang relatif belum

berkembang. Manfaat ekonomi lainnya dari investasi asing ini adalah,

dimungkinkannya transfer teknologi dari negara asal, peningkatan skala produksi

untuk tujuan ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, serta mempengaruhi

perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.55

Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang penanaman modal asing

menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, untuk mendapat

perbandingan dengan diberlakukannya undang-undang tersebut.

A.1 Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967.

54Ibid, hal 131 55

(44)

1. Pengertian

Dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (untuk selanjutnya disingkat

dengan PMA) hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang

dilakukan berdasarkan ketentuan UU No. 1 tahun 1967 dan yang digunakan

menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung

menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.56

Sedangkan pengertian modal asing disini ialah:

b. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan

devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk

pembiayaan perusahaan di Indonesia;

c. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik orang

asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah

Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa

Indonesia;

d. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang No 1 tahun

1967 diperkenankan di transfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai

perusahaan di Indonesia.

Istilah penanaman modal asing sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa

Inggris yaitu Investment. Penanaman modal asing atau investasi seringkali

dipergunakan dalam artian yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan istilah

investasi terletak pada cakupan dari makna yang dimaksudkan.

56I.G.Rai Widjaja,

(45)

2. Bentuk Hukum, Kedudukan dan Daerah Berusaha

Perusahaan PMA yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di

Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk badan hukum

Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Pemerintah menetapkan apakah sesuatu

perusahaan dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai

kesatuan perusahaan tersendiri.57

Pemerintah menetapkan daerah berusaha perusahaan-perusahaan modal asing

di Indonesia dengan memperhatikan perkembangan ekonomi nasional maupun

ekonomi daerah, macam perusahaan, besarnya penanaman modal dan keinginan

pemilik modal asing sesuai dengan rencana pembangunan ekonomi nasional dan

daerah.

3. Bidang Usaha Modal Asing

Dalam Undang-undang tentang penanaman modal asing, pemerintah

menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing menurut

urutan prioritas dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi penanam modal

asing dalam tiap-tiap usaha tersebut. Perincian menurut urutan proritas ditetapkan tiap

kali pada waktu pemerintah menyusun rencana-rencana pembangunan jangka

menengah dan jangka panjang, dengan memperhatikan perkembangan ekonomi serta

teknologi.58

57Ibid, hal 30 58I

(46)

1) Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing secara

penguasaan penuh ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan

menguasai hajat hidup rakyat banyak sebagai berikut:

a. Pelabuhan-pelabuhan;

b. Telekomunikasi;

c. Pelayanan;

d. Penerbangan;

e. Air minum;

g. Mass media;

h. Pembangkitan tenaga atom;

i. Produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum.

2) Bidang-bidang yang menduduki peranan penting dalam pertahanan negara

antara lain produksi senjata, mesiu, alat-alat peledak dan peralatan perang

dilarang sama sekali bagi modal asing.

Selain yang telah disebutkan diatas, pemerintah dapat menetapkan

bidang-bidang usaha tertentu yang tidak boleh lagi di tanam modal asing.

Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerja

sama dengan pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

Sistem kerja sama atas dasar kontrak karya atau dalam bentuk lain dapat

(47)

4. Tenaga Kerja

Pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk menentukan direksi

perusahaan-perusahaan dimana modalnya ditanam.

Perusahaan-perusahaan modal asing:

a. Wajib memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara

Indonesia.

b. Di izinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan

tenaga-tenaga ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat

diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia.

c. Berkewajiban menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan

dan pendidikan di dalam dan/atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi

warga negara Indonesia dengan tujuan agar berangsur-angsur dapat diganti oleh

tenaga-tenaga warga negara Indonesia.

Terhadap penggunaan tenaga kerja warga negara asing tersebut pemerintah

mengawasi pelaksanaannya.

5. Pemakaian Tanah

Demi keperluan perusahaan-perusahaan modal asing dapat diberikan tanah

dengan Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai menurut peraturan

perundangan yang berlaku.

Namun, salah satu hal yang tidak kalah kompleks dalam menarik investor

adalah terkait dengan penggunaan tanah. Untuk menggunakan tanah dibutuhkan izin.

(48)

Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi. Dalam pasal 1 butir 1 dijelaskan:

izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah

yang diperlukan dalam rangka penanaman modal tersebut guna keperluan usaha

penanaman modalnya.59

Dalam bukunya Erman Rajagukguk menjelaskan tentang hak-hak atas tanah

bagi investor dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) antara lain menyatakan:

“...UUPA Tahun 1960 adalah anti modal asing. Menteri Agraria Mr.Sadjarwo

dalam pidatonya tanggal 14 September 1960 mengantarkan jawaban pemerintah atas

Pemandangan Umum Anggota DPR-GR mengenai Naskah RUU Pokok Agraria di

muka Sidang Pleno DPR-GR antara lain menyatakan:”...Rancangan Undang-Undang

ini selain akan menumbangkan puncak kemegahan modal asing yang telah

berabad-abad memeras kekayaan dan tenaga bangsa Indonesia, hendaknya akan mengakhiri

pertikaian dan sengketa-sengketa tanah antara rakyat dan pemerintah dengan

rakyatnya sendiri, yang akibatnya mencetus sebagai peristiwa-peristiwa berdarah dan

berkali-kali pentraktoran-pentraktoran yang sangat menyedihkan”.

Selanjutnya ia mengatakan:

“...Kami hanya ingin menambahkan beberapa soal yang belum kami singgung diatas

ialah persoalan modal asing. Soal ini dalam pasal-pasal yang bersangkutan serta

penjelasannya sudah terang, yaitu pasal-pasal 28,35 dan dalam hubungannya dengan

peralihan 55, yang pada pokoknya bahwa modal asing hanya mempunyai sifat

59

(49)

sementara,sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh Pembangunan Semesta

Berencana. Yang sudah ada disini mempunyai afloopend karakter (untuk

menghabiskan sisa jangka waktunya), dengan maksimum 20 tahun.”

Dalam Sidang terakhir di parlemen mengenai perdebatan tentang UUPA tahun 1960.

Menteri Agraria Mr.Sadjarwo menyatakan kembali:

“...dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria ini, kita mengeliminasi investasi

asing...”.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, hak atas tanah paling

lama 35 tahun dan setelah itu dapat diperpanjang 25 tahun lagi. Jangka waktu ini

tidak memadai lagi untuk investor. Dinegara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura,

Vietnam dan Cina hak atas tanah untuk investor berkisar antara 75 tahun sampai

dengan 90 tahun.60

Pada masa akhir pemerintahannya, Soekarno berada dibawah tekanan

pemerintahan baru dibawah pimpinan Soeharto. Presiden Soekarno menandatangani

kelahiran Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

Indonesia kembali lagi mengundang investor asing. Periode hak atas tanah bagi

investor dianggap tidak lagi memadai. Pada tahun 1996 pemerintah Indonesia

berusaha untuk memodifikasi hak atas tanah bagi investor dengan mengeluarkan

Peraturan pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.61

60

Erman Rajagukguk,Hukum Investasi Di Indonesia:Anatomi Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,(Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia,2007), hal 64

61

(50)

Didalam Pasal 11, pasal 28,dan pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 40

Tahun 1996 ada istilah pembaharuan hak yang tidak didapati dalam Undang-Undang

Pokok Agraria tidak bertentangan dengan Undang-Undang Pokok Agraria

berdasarkan dua alasan. Pertama, Undang-Undang Pokok Agraria sendiri tidak

mengatur apakah yang akan terjadi setelah Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan

itu berakhir setelah diperpanjang jangka waktunya kecuali menyebutkan bahwa Hak

Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan akan dihapus apabila jangka waktu berakhir.

Logikanya adalah, dengan hapusnya Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan

tersebut, diatas tanah bekas Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan yang

statusnya kini menjadi tanah negara dapat diberikan sesuatu hak atas tanah, termasuk

kemungkinan diberikan Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan baru, baik kepada

pemohon baru, maupun pemohon bekas pemegang hak. Jika pemohonnya adalah

bekas pemegang hak hak yang lama yang masih memenuhi persyaratan, maka istilah

yang tepat digunakan adalah pembaharuan hak, mengingat bahwa Hak Guna Usaha

atau Hak Guna Bangunan itu tidak dimohon untuk pertama kali, tetapi di mohon

menjelang berakhirnya perpanjangan waktu Hak Guna Usaha atau hak Guna

Bangunan tersebut. Kedua, penggunaan istilah pembaharuan hak, yang tentunya juga

masih membuka kemungkinan untuk diberi perpanjangan apabila syarat-syaratnya

dipenuhi.62

62

(51)

6. Perpajakan dan Pungutan Lain

Perusahaan-perusahaan modal asing yang bergerak di berbagai bidang usaha

yang telah ditetapkan oleh pemerintah, diberikan kelonggaran-kelonggaran

perpajakan sebagai berikut:63

a. Pembebasan bea materai modal atas penempatan modal yang berasal dari

penanaman modal asing.

b. Pembebasan atau keringan bea masuk dan pembebasan pajak penjualan

(impor) pada waktu pemasukan barang-barang perlengkapan tetap kedalam

wilayah Indonesia seperti mesin-mesin, alat kerja atau pesawat-pesawat yang

diperlukan untuk menjalankan perusahaan itu.

c. Pembebasan bea balik nama atas akte pendaftaran kapal untuk pertama

kalinya di Indonesia yang dilakukan dalam masa sampai dua tahun setelah

saat mulai berproduksi satu dan lain dengan memperhatikan jenis usahanya.

7. Jangka Waktu PMA, Hak Transfer dan Repatriasi

a. Dalam setiap izin PMA ditentukan jangka waktu berlakunya.

b. Kepada PMA diberikan hak transfer dalam valuta asli dari modal dasar nilai

tukar yang berlaku untuk :

1) Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan

kewajiban-kewajiban pembayaran lain di Indonesia.

2) Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang diperkerjakan

di Indonesia.

63

Referensi

Dokumen terkait

Data parameter kesesuaian wisata snorkeling yang terdiri dari: kecerahan perairan, kecepatan arus, kedalaman terumbu karang, lebar hamparan dasar karang, tutupan karang,

[4.32] Menimbang bahwa dalam persidangan Pemohon menyatakan yang dimaksud objek sengketa informasi gambar ukur tanah yang terlewati proyek pembangunan jaringan SUTET di

Tahap 2: Pembuatan Aturan Word Graph Kata Sifat pada Bahasa Indonesia Tahap kedua dalam proses pembuatan aturan word graph kata sifat pada bahasa Indonesia adalah

Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) Saluran pemasaran garam rakyat di Desa Pangarengan terdiri dari dua bentuk saluran pemasaran yaitu saluran pemasaran yang melalui

This permission does not extend to binding multiple chapters of the book, photocopying or producing copies for other than personal use of the person creating the copy, or

Satelit adalah suatu benda yang ada di ruang angkasa yang mengitari benda lain dan akan tetap pada gaya tarik benda lain yang ukurannya lebih besar. Planet yang memiliki

Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang. telah memberikan ilmu kepada penulis dan

Sesuai dengan pengertian tersebut, dalam penelitian ini digunakan dua variabel, terdiri dari variabel terikat, yaitu Motivasi Kerja (Y), dan variabel bebas yang