TESIS
Oleh
SRI YULIATI
117011155/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SRI YULIATI
117011155/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH
Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN 2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn
Nama : SRI YULIATI
Nim : 117011155
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS HUKUM TENTANG PEMILIKAN SAHAM
PADA PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama :SRI YULIATI
sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mendatangkan investor asing. Para investor asing datang ke Indonesia akan
membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa Negara, dan lain-lain. Dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan dibidang penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif memegang peranan penting. Salah satu yang menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal sehingga banyak menimbulkan kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal. Harus diakui bahwa pembaharuan substansi hukum semata tidak akan cukup dapat menarik investor.
Hal ini harus didukung oleh aparatur hukum yang bersangkutan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu satu aspek yang penting dari pembangunan hukum adalah penegakkan hukum (law enforcement). Dalam kaitannya dengan memberikan jaminan dan kepastian hukum. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Pertama, Bagaimana pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia. Kedua, Bagaimana bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam modal dalam Negeri. Ketiga, Bagaimana pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di Indonesia.
Untuk mengkaji hal-hal tersebut diatas, dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Lokasi penelitian di kepustakaan (Library Research). Metode pendekatan penelitian adalah pendekatan yuridis normatif. Data primer , selain data primer untuk mendukung penelitian juga digunakan data yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah serta
aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan Penanaman Modal asing. Bahan hukum
masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Disarankan meskipun kegiatan penanaman modal memberikan sumbangan positif bagi pembangunan nasional, kegiatan tersebut perlu diatur dan diawasi secara seksama karena motif utama para pemilik dana untuk menanamkan modalnya adalah untuk mencari keuntungan. Motif mencari keuntungan sering menjadikan penanam modal mengabaikan pemenuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modalnya. Khususnya mengatur dan mengawasi tentang divestasi saham.
with their dollars so that they can finance various projects in Indonesia. The projects invested by the investors will greatly influence various kinds of national and social life, such as workforce, local socio-economy, the increase of regionally generated revenue, the increase of national reserves, and so on. In order to obtain more attractive investment climate, it is very important to implement legal provisions in investment which are stable and complete and to give legal certainty effectively in its implementation. One of the obstacles in investment climate is the incorrect implementation of making the investment policy and regulations so that they will cause worry and uncertainty for investors. It is undeniable that the renewal of legal substance per se is not sufficient enough to attract investors. The government agencies should support it in order to meet the needs of the society. Therefore, one of the important aspects of judicial development is law enforcement, related to the giving of legal security and legal certainty. The problems in this research were as follows: first, how about the regulation of foreign investment ownership in Foreign Capital Investment companies in Indonesia; secondly, what will happen if foreign investors sell their stocks to Indonesian investors; and thirdly, how about the regulation of divestment of capital investment companies in Indonesia.
In order to study these problems, the researcher conducted descriptive analytic and library research method, using judicial normative approach. The primary data comprised literature materials such as scientific knowledge and legal provisions which were related to foreign capital investment. The secondary data comprised some books, personal documents, and legal experts’ opinions which were relevant to the subject matter of the analysis. The tertiary data as the supporting data comprised some writings related to law such as dictionaries, magazines, and internet. The result of the research showed that capital investment should be a part of the national economic implementation and functioned as an effort to increase the national economic growth, to create jobs, to build sustainable economy and the capacity of national technology, to encourage economic populist, and to actualize the people’s welfare in a competitive economic system. Although the activities of foreign investment give positive contribution to the national development, it is recommended that these activities, especially the activities which regulate and control divestment, should be regulated and controlled carefully because the main purpose of the fund owners in investing their capital is to obtain profit. The motive of obtaining profit usually makes them not comply with any legal provisions related to their activities in the capital investment.
Segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan yang menguasai segala ilmu
pengetahuan dan memberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-nya. Tidak ada
sebab utama selesainya penulisan tesis ini, kecuali karena ridha Allah SWT semata.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW ketegaran dan
kesabaran beliau senantiasa menjadi teladan bagi penulis dalam menyelesaikan tesis
ini.
Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan kuliah di
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Tesis ini
berjudul “ANALISIS HUKUM TENTANG PEMILIKAN SAHAM PADA
PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING.”
Dalam penulisan tesis ini penulis telah berusaha dengan segala upaya agar
tulisan ini dapat selesai dalam susunan yang sempurna. Namun penulis menyadari
bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat beryukur karena tidak
sendiri dalam proses penyelesaian tesis ini. Tesis ini diselesaikan berkat bimbingan,
bantuan dan dukungan banyak orang. Karenanya tidak pantas jika penulis tidak
memberikan ucapan terima kasih pada kesempatan ini.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister Kenotariatan
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., MS, CN, selaku Ketua Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan
tesis ini.
4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, S.H., CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi
Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah
memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan
tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, atas segala waktu, bimbingan, saran, pengarahan dan
kesabarannya.
6. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Komisi Pembimbing,
atas segala waktu, bimbingan dan sarannya.
7. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum, selaku Komisi Pembimbing dan,
atas segala waktu, bimbingan dan saran untuk memperkaya penulisan tesis ini.
8. Kedua Orang tua penulis, Perkenankan penulis mengenang Bapaknda Drs.
Muhammad Yunus (almarhum) dan Ibunda Astina tersayang. Yang semasa
hidup bapaknda berupaya keras ditengah keterbatasan ekonomi mereka untuk
perkuliahan ini.
10. Seluruh Dosen di Program Studi Magister Kenotariatan yang telah mendidik
penulis.
11. Serta semua pihak yang telah membantu , memberikan data-data, informasi dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang nama-namanya tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Rasanya tidak mungkin penulis membalas semua kebaikan mereka yang
disebutkan diatas.
Semoga bantuan dan dukungan serta kebaikan mereka mendapat imbalan dan
rahmat dari Allah SWT. Akhirnya Penulis memohon do’a kiranya Allah SWT tetap
menunjuki jalan yang benar bagi penulis dalam melaksanakan kewajiban penulis dan
diharapkan kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis maupun praktisi
dimasa kini dan mendatang.
Medan, Januari 2013
Penulis
Tempat/tgl lahir : 15 November 1968
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Taman Setia Budi Indah II Blok I Nomor 14 Medan
II. KELUARGA
Nama Ayah : Drs. Muhammad Yunus (Alm)
Nama Ibu : Astina
Nama Suami : H. Muhammad Syafii Lubis
Nama Anak-Anak : 1. Ahmad Ridho Lubis
2. Annisaa’ Lubis
3. Muhammad Fayyadh Lubis
4. Almira Lubis
III. PEKERJAAN
Notaris Kota Medan sejak tahun 2002 sampai sekarang
PPAT Kota Medan sejak tahun 2006 sampai sekarang
IV. PENDIDIKAN
SD Swasta Taman Harapan I Medan Tamat Tahun 1981
SLTP Swasta Muhammadiyah I Medan Tamat Tahun 1984
SLTA Swasta YP. Medan Putri Medan Tamat Tahun 1987
S-1 Fakultas Hukum UMSU Tamat Tahun 1992
Program Kekhususan Notariat Fakultas Hukum USU Tamat Tahun 2000
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii
DAFTAR ISI... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 13
1. Manfaat Teoritis ... 13
2. Manfaat Praktis ... 13
E. Keaslian Penelitian ... 13
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 15
1. Kerangka Teori ... 15
2. Konsepsi ... 16
G. Metode Penelitian ………. ... 19
1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 19
2. Sumber Data ... 20
3. Analisis Data ... 21
BAB II PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM ASING DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING . 22 A. Penanaman Modal Asing ……… 22
SAHAMNYA KEPADA PENANAMAN MODAL
DALAM NEGERI ... 84
A. Pengertian Saham ... 84
B. Bentuk Kerja Sama Penanaman Modal ……… 90
C. Ketentuan Tentang penjualan Saham kepada Penanaman Modal Dalam Negeri ... 101
BAB IV PENGATURAN DIVESTASI SAHAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA ... 111
A. Kedudukan Penanaman Modal Asing Dan Penanaman Modal Dalam Negeri ………. 111
B. Pengertian Divestasi Saham ... 122
C. Ketentuan Divestasi Saham Perusahaan Penanaman Modal Di Indonesia ………... 140
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 146
A. Kesimpulan ... 146
B. Saran ... 147
sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mendatangkan investor asing. Para investor asing datang ke Indonesia akan
membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa Negara, dan lain-lain. Dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan dibidang penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif memegang peranan penting. Salah satu yang menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal sehingga banyak menimbulkan kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal. Harus diakui bahwa pembaharuan substansi hukum semata tidak akan cukup dapat menarik investor.
Hal ini harus didukung oleh aparatur hukum yang bersangkutan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh karena itu satu aspek yang penting dari pembangunan hukum adalah penegakkan hukum (law enforcement). Dalam kaitannya dengan memberikan jaminan dan kepastian hukum. Adapun permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Pertama, Bagaimana pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing di Indonesia. Kedua, Bagaimana bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam modal dalam Negeri. Ketiga, Bagaimana pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di Indonesia.
Untuk mengkaji hal-hal tersebut diatas, dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Lokasi penelitian di kepustakaan (Library Research). Metode pendekatan penelitian adalah pendekatan yuridis normatif. Data primer , selain data primer untuk mendukung penelitian juga digunakan data yang terdiri dari bahan hukum primer yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah serta
aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan Penanaman Modal asing. Bahan hukum
masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Disarankan meskipun kegiatan penanaman modal memberikan sumbangan positif bagi pembangunan nasional, kegiatan tersebut perlu diatur dan diawasi secara seksama karena motif utama para pemilik dana untuk menanamkan modalnya adalah untuk mencari keuntungan. Motif mencari keuntungan sering menjadikan penanam modal mengabaikan pemenuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan kegiatan penanaman modalnya. Khususnya mengatur dan mengawasi tentang divestasi saham.
with their dollars so that they can finance various projects in Indonesia. The projects invested by the investors will greatly influence various kinds of national and social life, such as workforce, local socio-economy, the increase of regionally generated revenue, the increase of national reserves, and so on. In order to obtain more attractive investment climate, it is very important to implement legal provisions in investment which are stable and complete and to give legal certainty effectively in its implementation. One of the obstacles in investment climate is the incorrect implementation of making the investment policy and regulations so that they will cause worry and uncertainty for investors. It is undeniable that the renewal of legal substance per se is not sufficient enough to attract investors. The government agencies should support it in order to meet the needs of the society. Therefore, one of the important aspects of judicial development is law enforcement, related to the giving of legal security and legal certainty. The problems in this research were as follows: first, how about the regulation of foreign investment ownership in Foreign Capital Investment companies in Indonesia; secondly, what will happen if foreign investors sell their stocks to Indonesian investors; and thirdly, how about the regulation of divestment of capital investment companies in Indonesia.
In order to study these problems, the researcher conducted descriptive analytic and library research method, using judicial normative approach. The primary data comprised literature materials such as scientific knowledge and legal provisions which were related to foreign capital investment. The secondary data comprised some books, personal documents, and legal experts’ opinions which were relevant to the subject matter of the analysis. The tertiary data as the supporting data comprised some writings related to law such as dictionaries, magazines, and internet. The result of the research showed that capital investment should be a part of the national economic implementation and functioned as an effort to increase the national economic growth, to create jobs, to build sustainable economy and the capacity of national technology, to encourage economic populist, and to actualize the people’s welfare in a competitive economic system. Although the activities of foreign investment give positive contribution to the national development, it is recommended that these activities, especially the activities which regulate and control divestment, should be regulated and controlled carefully because the main purpose of the fund owners in investing their capital is to obtain profit. The motive of obtaining profit usually makes them not comply with any legal provisions related to their activities in the capital investment.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan berusaha merupakan suatu jenis kegiatan yang sangat kompleks
sifatnya, karena meliputi berbagai jenis kegiatan yang melibatkan banyak orang dan
pihak, baik pada cakupannya maupun jangka waktunya yang panjang dan terus
menerus.
Kegiatan berusaha tersebut dapat dilakukan secara pribadi dengan segala
konsekuensinya dan dapat pula dilakukan dalam bentuk kerjasama antar pribadi atau
antar kelompok, di samping itu mengenai bentuk usaha yang dipilih pada dasarnya
sangat bergantung pada berbagai hal baik faktor internal maupun eksternal dari para
pihak yang mendirikan perusahaan. Bentuk badan usaha yang paling banyak
dipergunakan dalam dunia usaha adalah Perseroan Terbatas (untuk selanjutnya
disingkat dengan PT).
Bertolak dari beberapa nilai lebih yang melekat pada PT, yaitu bahwa PT pada
umumnya mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri, mampu mengadakan
kapitalisasi modal dan sebagai wahana yang potensial untuk memperoleh keuntungan
baik bagi institusinya sendiri maupun bagi para pendukungnya (pemegang saham).
Oleh karena itu bentuk badan usaha ini PT sangat diminati oleh masyarakat.1
1
Bentuk Perseroan Terbatas atau PT merupakan bentuk yang lazim dan
banyak dipakai dalam dunia usaha di Indonesia karena PT merupakan asosiasi modal
dan badan hukum yang mandiri.2
Perseroan Terbatas (Limited Liability Company, Naamloze Vennootschap)
adalah bentuk yang paling popular dari semua bentuk usaha bisnis.3 Perseroan
Terbatas menurut hukum Indonesia adalah Badan Hukum yang merupakan
persekutuan modal didirikan berdasarkan perjanjian melakukan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya.4
Lahirnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
yang menggantikan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas tidak melepas kaitannya dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan,
informasi dan teknologi yang tersebar ke seluruh penjuru dunia melalui globalisasi
dan timbulnya perkembangan terhadap kegiatan bisnis internasional.5
Sebelum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
dilahirkan, di Negara kita berlaku peraturan Perseroan Terbatas yang berasal dari
jaman penjajahan Belanda dahulu. Peraturan tersebut sebagaimana diatur dalam kitab
2
I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas khusus Pemahaman atas
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1995, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2000), hal. 1
3
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis.Menata Bisnis Modern di era Global, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005), hal. 35
4
Undang-Undang no 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, bab 1 ketentuan umum, pasal 1 ayat 1
5
Bismar Nasution, Makalah; UU No 40 Tahun 2007 Dalam Perspektif Hukum Bisnis
Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek Van Koophandel-Staatsblad 1847-23)
dalam Buku Kesatu Titel Ketiga bagian Ketiga pasal 36 sampai dengan pasal 56.6
Dapat dikatakan bahwa hampir semua ketentuan dalam KUHDagang diambil
alih sehingga menjadi pasal-pasal dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Bahkan pada prinsipnya pasal-pasal dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas
merupakan ketentuan dalam KUHDagang yang telah dikembangkan atau dijabarkan
selanjutnya.7
Dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 1329 menyebutkan
bahwa: “Setiap orang berwenang untuk membuat suatu perikatan, kecuali ia
dinyatakan tidak cakap untuk itu”. Demikian pula halnya dengan badan hukum,
bahwa suatu badan hukum bisa membuat suatu perikatan atau bisa melakukan suatu
tindakan hukum atau hubungan hukum, seperti lazimnya manusia atau orang.
Badan hukum bisa mempunyai harta dan juga bisa mempunyai piutang
maupun utang seperti halnya manusia atau orang. Bila seseorang sebagai subjek
hukum hendak melakukan suatu tindakan hukum atau perikatan , maka ia harus
memenuhi suatu syarat yaitu disebut kecakapan (bekwaamheid). Dengan kata lain
bahwa subjek hukum harus cakap (bekwaam/ mempunyailegal capacity).8
6
Gatot Supramono,Hukum Perseroan Terbatas,(Jakarta:Penerbit Djambatan,1996),hal 1
7
Munir Fuady,Hukum Perusahaan dalam paradigm hukum bisnis,(Bandung:Pt.Citra Aditya bakti,1999), hal 1
8
Kelahiran perseroan sebagai badan hukum (rechtspersoon, legal entity),
karena dicipta atau diwujudkan melalui proses hukum (created by legal process)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.9
Keberadaanya sebagai badan hukum dibuktikan berdasar Akta Pendirian yang
di dalamnya tercantum Anggaran Dasar Perseroan. Apabila Anggaran dasar telah
mendapat pengesahan menteri yaitu dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, Perseroan menjadi subjek hukum korporasi (subject to
corporation law).10
Oleh karena itu, dalam pergaulan hukum manusia ternyata bukan satu-satunya
pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban. Disamping manusia, masih ada lagi
pendukung hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dinamakan badan hukum
(rechtspersoon) untuk membedakan dengan manusia (naturlijk person). Jadi bentuk
badan hukum (rechtsfiguur) yaitu badan hukum yang dapat mempunyai hak-hak,
kewajiban-kewajiban hukum dan dapat mengadakan hubungan hukum.11
Kata ”perseroan” menunjuk kepada modal yang terdiri atas sero (saham).
Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang
tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimiliki.12 Dengan
demikian pengertian Perseroan Terbatas itu sendiri dapat diartikan sebagai bentuk
usaha yang modalnya terdiri dari saham-saham yang masing-masing pemegangnya
9
M.Yahya Harahap,Hukum Perseroan Terbatas, Cetakan ke 2, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2009), hal. 36
10
Ibid
11
Ali Ridho, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni, 1983), hal.9
12
atau anggotanya bertanggung jawab terbatas sampai pada nilai saham/modal yang
dimilikinya.13Dari pengertian tersebut Perseroan Terbatas sangat jelas sekali sebagai
Kumpulan (Akumulasi) modal yang mengandung karakteristik.14
Dibandingkan dengan bentuk usaha badan yang lain maka bentuk PT lebih
mudah dalam mengumpulkan dana untuk modal usaha dari bentuk badan usaha yang
lain. Hal ini di sebabkan karena pemilik dana (investor) menginginkan resiko dan
biaya sekecil mungkin dalam melakukan investasi(risk-averse investor).15
Perseroan Terbatas merupakan asosiasi yang bersifat komersial dan berbadan
hukum.16 Perseroan Terbatas merupakan suatu badan usaha yang sempurna baik
sebagai kesatuan ekonomi maupun sebagai kesatuan hukum. PT sebagai kesatuan
ekonomi ditata oleh pranata hukum agar dapat berfungsi dan bertanggung jawab
secara sempurna pula. Sebaliknya PT sebagai kesatuan hukum mempunyai
kedudukan sebagai badan hukum yaitu sebagai subjek yang mampu melakukan
perbuatan hukum, sebagai pendukung hak dan kewajiban di dalam lalu lintas hukum.
Dalam hal ini kedudukannya saling mengisi dan melengkapi tanpa dapat
dipisahkan.17
13
R.Murjiyanto,Pengantar Hukum Dagang Aspek-Aspek Hukum Perusahaan dan larangan praktek monopoli,(Yogyakarta:Liberty bekerjasama dengan Badan Penerbitan Fakultas Hukum Universitas Janabadra Yogyakarta,2002),hal 17
14
Abdul R.Saliman,Hermansyah,Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan, Teori dan Contoh Kasus,cetakan ke 4,(Jakarta:Prenada Media Group,2008),hal 115
15
Chatamarrasjid Ais, Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporate veil) Kapita selekta Hukum Perusahaan,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,2000), hal 5
16
Asosiasi adalah suatu wadah kerja sama untuk jangka waktu relatif lama dan berkesinambungan antara dua orang atau lebih dengan maksud agar lebih mudah tercapainya suatu tujuan yang dikehendaki, dengan jalan mendirikan satu badan yang berbadan hukum . Rudhi prasetya,
Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, (Jakarta:Sinar Grafika,2011), hal 6
17
Perseroan Terbatas adalah perusahaan yang modalnya dibagi-bagi atas
saham-saham dengan harga nominal yang sama besarnya dan yang para pemiliknya
bertanggung jawab secara terbatas sampai sejumlah modal yang setorkan atau
sejumlah saham yang dimiliki.18
Hal ini berarti bahwa PT dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum seperti
seorang manusia dan dapat pula mempunyai kekayaan atau utang.19
Perseroan Terbatas adalah badan hukum (rechtspersoon). Sebagai badan
hukum, ia oleh hukum diakui sebagai subjek hukum seperti halnya orang (naturlijk
person). Oleh karenanya bukan “orang sungguhan”, maka agar dapat bertindak
seperti “orang sungguhan” diperlukan organ. Organ PT adalah Rapat Umum
Pemegang Saham, komisaris dan direksi.20
Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum
yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan
kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya. Lihat pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas.
Bertitik dari ketentuan pasal 1 ayat 1 UUPT 2007 diatas, elemen pokok yang
melahirkan suatu perseroan sebagai badan hukum (rechtspersoon, legal person, legal
entity), didirikan berdasarkan perjanjian.21
18
Wasis,Pengantar Ekonomi Perusahaan,cetakan ke 6, (Bandung:Penerbit Alumni,1997), hal 22
19
C.S.T.Kansil dan Christine.S.T.Kansil,Hukum Perusahaan Indonesia(Aspek Hukum dalam ekonomi)Bagian I,cetakan ke 7(Jakarta:PT Pradnya paramita,2005), hal 92
20
Nindyo Pramono,Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hal 69-70
21
Perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih dengan akte notaris yang dibuat
dalam bahasa Indonesia. Yang dimaksud dengan “orang” disini adalah orang
perseorangan atau badan hukum.22 Dan didalam Perseroan Terbatas (PT ) ada di
kenal dengan PT yang umum atau non fasilitas, PT dengan fasilitas khusus, PT
dengan fasilitas Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), PT dengan fasilitas
Penanaman Modal Asing (PMA).
Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha
di wilayah Negara Republik Indonesia.23 Tesis ini membahas tentang Pemilikan
Saham Pada Perusahaan Penanaman Modal Asing.
Di Indonesia, Penanaman Modal Asing pada mulanya diatur dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang diundangkan
pada tanggal 10 Januari 1967, pengaturannya diperbaharui dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1970 tentang perubahan dan tambahan, dan kemudian diperbaharui
lagi dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang
diundangkan pada tanggal 26 April 2007, serta diatur dengan Peraturan Presiden
Nomor 77 Tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha
yang terbuka dengan persyaratan dibidang Penanaman Modal sebagaimana Peraturan
Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang perubahan peraturan atas Persetujuan
Presiden Nomor 77 Tahun 2007 tentang daftar bidang usaha yang tertutup dalam
22
I.G.Rai Widjaja,Op.cit,hal 14
23
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan dibidang Penanaman Modal, berkaitan
dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun
2009 tentang Pedoman dan tata cara permohonan Penanaman Modal, dan Peraturan
Presiden Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar bidang usaha tertutup dan terbuka
tentang pasar modal.
Untuk badan usaha yang berstatus sebagai penanaman modal asing ,
pembentuk undang-undang mensyaratkan badan usahanya berbentuk hukum
Perseroan Terbatas (PT).24 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, ada diatur ketentuan hukum tentang penanaman modal asing dan
usaha patungan atau kerjasama (Joint Venture), pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa
“penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di
wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik
yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan
penanam modal dalam negeri”.
Pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa “penanaman modal asing wajib dalam
bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam
wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang”.
Pasal 5 ayat 3 menyebutkan bahwa “Penanam modal dalam negeri dan asing
yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas” dilakukan
dengan:
24
a. Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas;
b. Membeli saham; dan
c. Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Salah satu syarat dari badan hukum asing untuk menjadi perseroan terbatas
adalah badan hukum asing itu harus melakukan kerja sama dengan badan hukum
domestik. Kerja sama antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik
dituangkan dalam kontrak joint venture. Dalam kontrak ini diatur tentang pembagian
saham. Pihak asing dapat memiliki saham maksimal 95% dan domestik minimal 5%.
Dari kerja sama ini akan membentuk badan hukum baru, yang merupakan perpaduan
antara badan hukum asing dengan badan hukum domestik.25
Investasi asing sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia karena keberadaan
investasi asing memberikan dampak positif dalam pembangunan bangsa dan negara
sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk
mendatangkan investor asing. Para investor asing datang ke Indonesia akan
membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai
sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan
memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa
dan bermasyarakat, seperti misalnya terhadap tenaga kerja, ekonomi masyarakat
25
lokal, meningkatnya pendapatan asli daerah, meningkatnya devisa Negara, dan
lain-lain.26
Oleh sebab itu penerima modal harus menyiapkan berbagai sarana dalam
menarik investor.27Sementara itu selama bertahun-tahun paradigma yang dianut oleh
para praktisi pembangunan di Indonesia bahwa, Indonesia kaya akan sumber daya
alam (natural resources) dan tenaga kerja (manpower) yang murah.Tentunya
pandangan semacam ini, perlu dirumuskan kembali sehingga menarik investor asing.
Selain itu berbagai kebijakan ekonomi suatu Negara pun pada saat ini telah mulai
mengaitkan antara perdagangan dengan investasi.28
Salah satu konsep dari globalisasi adalah meletakkan segala kegiatan dan
hubungan ekonomi pada peran masyarakat. Berdasarkan konsep ini maka kesiapan
materi hukum harus disatu pihak diarahkan pada mempersiapkan masyarakat untuk
menjadi pelaku ekonomi yang utama termasuk hubungan-hubungan ekonomi
global.29
Dalam rangka lebih mendapatkan iklim penanaman modal yang lebih
menarik, penyelenggaraan pengaturan hukum dan perundang-undangan dibidang
penanaman modal dan peraturan-peraturan yang mempunyai keterkaitan dengan
penanaman modal secara mantap, lengkap dan memberi kepastian berikut
ketentuan-ketentuan pelaksanaannya yang efektif memegang peranan penting. Salah satu yang
26
Bagirmanan, Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi Nasional dalam Globalisasi,
menghambat iklim investasi adalah terletak pada tidak tepatnya penyelenggaraan
kebijakan dan peraturan di bidang penanaman modal sehingga banyak menimbulkan
kecemasan dan rasa tidak menentu bagi penanam modal.30
Dalam beberapa tahun terakhir ini, mulai tampak bahwa keinginan
pembaharuan hukum melalui perundang-undangan disatu pihak dan kesadaran
masyarakat atau nilai-nilai dan kenyataan yang hidup dalam masyarakat harus
diperhatikan. Hanya saja dalam hal ini, tidak perlu ada pertentangan antara
pembangunan hukum melalui perundang-undangan dengan penyaluran nilai-nilai atau
aspirasi yang hidup dalam masyarakat (volksgeist).31
Harus diakui bahwa pembaharuan substansi hukum semata tidak akan cukup
dapat menarik investor. Hal ini harus didukung oleh aparatur hukum yang
bersangkutan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat saat ini. Oleh
karena itu satu aspek yang penting dari pembangunan hukum adalah penegakkan
hukum (law enforcement). Dalam kaitannya dengan memberikan jaminan dan
kepastian hukum.32
Melihat latar belakang yang tersebut diatas, banyak timbul
pertanyaan-pertanyaan tentang bentuk hukum, kepemilikan saham asing dan peraturan-peraturan
tentang perseroan terbatas dengan fasilitas penanaman modal asing. Peneliti merasa
30
Sumantoro,Kerja Sama Patungan dengan modal asing, (Bandung: Alumni, 1984), hal. 671
31
Mochtar Kusumaatmadja,Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum Nasional, Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminologi, (Bandung: Fakultas Hukum UNPAD, 1976)
32
tertarik untuk meneliti mengenai Analisis Hukum Tentang Pemilikan Saham Pada
Perusahaan Penanaman Modal Asing.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi
permasalahan dalam tulisan ini yang perlu mendapat kajian lebih lanjut adalah:
1. Bagaimana pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan
Penanaman Modal Asing di Indonesia?
2. Bagaimana bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada penanam
modal dalam negeri?
3. Bagaimana pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal di
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah:
1. Untuk mengetahui pengaturan kepemilikan saham asing dalam Perusahaan
Penanaman Modal Asing di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bila penanam modal asing menjual sahamnya kepada
penanam modal dalam negeri.
3. Untuk mengetahui pengaturan Divestasi saham perusahaan penanaman modal
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan secara akademis
dalam memberikan gambaran terhadap perkembangan mengenai ilmu Hukum
Perusahaan khususnya mengenai Pemilikan Saham Pada Perusahaan Penanaman
Modal Asing.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharap dapat memberi masukan serta pertimbangan dalam
ilmu pengetahuan bagi kalangan praktisi hukum mengenai Pemilikan Saham Pada
Perusahaan Penanaman Modal Asing.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran yang telah dilakukan sebelumnya pada
perpustakaan Sekolah Pasca Sarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera
Utara di Medan, Penelitian tentang “Analisis hukum tentang Pemilikan Saham pada
Perusahaan Penanaman Modal Asing” merupakan hal yang baru, belum pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan asli, sehingga penelitian ini dapat
dipertanggung jawabkan keasliannya dan kalaupun ada lokasinya berbeda maka
keaslian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara akademik. Dan juga
dan permasalahan dalam penelitian ini. Namun penelitian tentang penanaman modal
asing memang sudah ada yang meneliti atau membahas dalam bentuk disertasi,
makalah, majalah, arikel, bahan-bahan diskusi , namun dengan pokok permasalahan
yang berbeda dengan penelitian ini. Untuk melihat studi terdahulu, ditemukan
penelitian yang pernah dilakukan sekaligus menjadikan literatur tersebut sebagai
bahan pendukung dalam penelitian ini, seperti:
1. Budiman Ginting, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Medan, dengan judul Perlindungan hukum Pemegang saham Minoritas dalam
Perusahaan Joint Venture: Studi Penanaman Modal Asing di Sumatera Utara.
2. Mahmul Siregar, Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
Medan, dengan judul Perdagangan Dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap
Kesiapan Hukum Di Indonesia Dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan
Multilateral Yang Terkait Dengan Peraturan Penanaman Modal.
Oleh karenanya maka peneliti berkeyakinan bahwa penelitian yang peneliti
lakukan ini jelas dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, karena senantiasa
memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus di junjung tinggi
bagi peneliti atau akademis.
Dengan ini peneliti memberikan pernyataan apabila tesis ini kedapatan meniru
atau mencuri ide (Plagiat) dari tulisan orang lain maka penulis bersedia
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai
landasannya dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan
postulat-postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam, sehingga
penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa
dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.33Teori memberikan petunjuk-petunjuk
terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.34
Kerangka teori yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori
kepastian hukum.35
Menurut Radbruch dalam Theo Huijbers adalah hubungan antara keadilan dan
kepastian hukum perlu diperhatikan. Oleh sebab kepastian hukum harus dijaga demi
keamanan dalam Negara, maka hukum positif selalu harus ditaati, pun pula kalau
isinya kurang adil, atau juga kurang sesuai dengan tujuan hukum. Tetapi terdapat
kekecualian, yakni bilamana pertentangan antara isi tata hukum dan keadilan menjadi
begitu besar, sehingga tata hukum itu tampak tidak adil pada saat tata hukum itu
boleh dilepaskan.36
Selanjutnya Sudikno Mertokusumo juga menyatakan bahwa tanpa kepastian
hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan akhirnya timbul keresahan.
Tetapi terlalu menitikberatkan kepada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati
33W. Friedman,Teori dan Filsafat Umum, (Jakarta:Raja Grafindo, 1996), hal. 2 34Soerjono Soekanto,
Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris,(Jakarta: IND-HILL-CO, 1990), hal. 67
35M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 1994), hal. 80 36Theo Huijbers,
peraturan hukum akibatnya kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang
terjadi peraturannya adalah demikian dan harus ditaati atau dilaksanakan.
Undang-undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat“Lex dura, set tamen
scripta”(undang-undang itu kejam, tetapi demikianlah bunyinya).37
Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam
manifrestasinya bisa berwujud konkrit. “Suatu ketentuan hukum baru dapat di nilai
baik jika akibat-akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan,
kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.38
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Karena konsep adalah
sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada
dalam pikiran. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia
teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.39
Dalam kerangka Konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau
pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum. Guna
menghindari perbedaan penafsiran dari istilah yang dipakai, selain itu juga
dipergunakan sebagai pegangan dalam proses penelitian ini. Suatu konsep pada
seketika itu membentuk suatu pengertian tertentu di kepala orang yang
menangkapnya, oleh karena itulah disebut sebagai “mengandung arti”.
37
Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty, 1988), hal. 58
38
Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra,Hukum Sebagai Suatu Sistem,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal.79.
39
Seperti juga dalam artinya sebagai “pengetahuan” tersebut di atas, maka untuk
bisa mempunyai arti yang demikian itu, konsep harus bisa dikembalikan kepada
empiris atau pengalaman. Pengembalian kepada pengalaman ini merupakan ujian
terhadap kebenaran dan konsep tersebut.40yang dimaksud dengan:
1. Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan
modal didirikan berdasarkan perjanjian melakukan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam Undang-undang ini serta Peraturan Pelaksanaannya.
2. Badan Hukum adalah suatu badan (entity) yang keberadaannya terjadi karena
hukum atau undang-undang.
3. Perusahaan, menurut Molengraaft yang memandang pengertian perusahaan
dari sudut ekonomi, bahwa perbuatan yang dilakukan secara terus menerus
bertindak keluar untuk memperoleh penghasilan dengan memperniagakan
atau menyerahkan barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian
perniagaan.41
4. Penanaman Modal adalah: Segala bentuk kegiatan menanam modal ,baik oleh
penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan
usaha diwilayah Negara Republik Indonesia.
40
Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum,(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal. 312
41
5. Penanam Modal adalah: Perseorangan atau badan usaha yang melakukan
penanaman modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan
penanaman modal asing.
6. Penanaman Modal Asing adalah: Kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan penanaman
modal asing , baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang
berkepentingan dengan penanaman modal dalam negeri.
7. Penanam Modal Asing adalah: Perseorangan warga Negara asing, Badan
usaha asing, dan atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di
wilayah Negara Republik Indonesia.
8. Joint ventures adalah suatu usaha kerjasama yang dilakukan antara
penanaman modal asing dan nasional semata-mata berdasarkan suatu
perjanjian atau kontrak belaka (kontraktual), dimana tidak membentuk suatu
badan hukum baru seperti halnya pada joint enterprise.42
9. Modal adalah: Aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang
yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.
10. Saham adalah: Secarik atau selembar kertas yang sengaja dibuat, dibentuk,
dan dicetak dengan indah yang memberikan dua macam bukti kepada pemilik
atau pemegangnya.43
42
Aminuddin Ilmar,Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal 100
43
G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan
maupun tehnologi, hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan untuk
mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten melalui
proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah
dikumpulkan dan diolah.44
Penelitian ini termasuk kategori yang bersifat yuridis normatif. Meneliti pada
hakekatnya berarti mencari, yang dicari dalam penelitian hukum adalah kaedah,
norma atau Das Sollen, bukan peristiwa, perilaku dalam arti fakta atau Das Sein.
Deskriptif artinya mampu memberi gambaran secara jelas dan sistematis tentang
masalah yang akan diteliti. Analisis artinya menganalisis secara teliti permasalahan
berdasarkan gambaran dan fakta sehingga mampu menjawab permasalahan yang
berkaitan dengan Analisis Hukum tentang Pemilikan Saham Pada Perusahaan
Penanaman Modal Asing.
“Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya” untuk
mencapainya penelitian ini, sangat ditentukan dengan metode yang dipergunakan
dalam memberikan gambaran dan jawaban atas masalah yang dibahas.
44 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamuji,
“Secara etimologi, penelitian berasal dari bahasa Inggris research (re berarti kembali dan
searchberati mencari). Dengan demikianresearchberarti mencari kembali. Penelitian adalah
suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam
mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu.”45
Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat “deskriptif analitis, yaitu
analisis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan
teori atau konsep yang bersifat umum.”46
2. Sumber Data
Penelitian normatif ini dilakukan dengan batasan studi dokumen atau bahan
pustaka saja yaitu berupa data primer. Data sekunder yang digunakan terdiri dari
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yang
digunakan berupa norma dasar, peraturan dasar, peraturan perundang-undangan,
bahan hukum yang tidak dikodifikasikan dan bahan hukum dari zaman penjajahan
hingga kini masih berlaku. Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan berupa
buku, makalah, dan hasil penelitian di bidang hukum.
Bahan utama dari penelitian ini adalah Data Primer yang dilakukan dengan
menghimpun bahan-bahan berupa:
a. Bahan hukum primer yaitu berupa undang-undang dan peraturan-peraturan
yang terkait dengan objek penelitian.
45
http://blogs.unpad.ac.id/teguhaditya/script,php/view/metoda-penelitian-sosial,html. Diakses tanggal 12 Mei 2012.
46
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer antara lain: tulisan atau pendapat para pakar hukum.
c. Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
3. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif, yaitu penelitian
dilakukan dengan menganalisis terhadap data-data. Selanjutnya, ditarik kesimpulan
dengan metode deduktif, yakni berfikir dari hal yang umum menuju kepada hal yang
khusus atau spesifik dengan menggunakan perangkat normatif. Analisis data
dilakukan setelah diperoleh data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan
tertier sehingga memberikan jawaban yang jelas atas permasalahan dan tujuan
BAB II
PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM ASING DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA
A. Penanaman Modal Asing
Isu penanaman modal asing (untuk selanjutnya disingkat dengan PMA)
dewasa ini semakin ramai dibicarakan. Hal ini mengingat, bahwa untuk kelangsungan
pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk
investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini
yang makin mendorong untuk mengupayakan semaksimal mungkin menarik
Penanaman Modal Asing ke Indonesia.47
Sejalan dengan perkembangan ekonomi dunia, usaha untuk menarik investasi
. Beberapa andalan utama yang selama ini menjadi insentif dalam menarik investor
asing seperti pasar dalam negeri yang cukup aktif dan berpeluang untuk berkembang
pesat, tenaga kerja yang relatif murah, sumber daya alam yang cukup besar dan
beraneka ragam, tidak lagi dapat diandalkan dengan sepenuhnya.
Persyaratan-persyaratan tertentu dalam investasi asing bagi negara
berkembang bukanlah untuk menghambat kegiatan perdagangan dari perusahaan
investasi asing, akan tetapi adalah untuk memastikan kontribusi yang lebih efisien
dari modal asing untuk pembangunan ekonomi, untuk mempertinggi dan
memaksimalkan peluang kerja, mengurangi kerugian industrial, ekonomi dan sosial
dari daerah-daerah tertentu, mengurangi tekanan atas mata uang asing dan membuat
47Pandji Anoraga,
penggunaan mereka lebih efisien, mempertinggi kontribusi investor asing dalam
pengembangan kemampuan tehnologi dalam negeri dan untuk memastikan lebih
efisiennya penggunaan sumber daya alam untuk memperluas pasar ekspor.48
Tidak hanya pembenahan infrastruktur sebagai langkah peningkatan investasi
asing, kesiapan perangkat hukum sangat menunjang agar calon investor tidak
ragu-ragu atau melirik negara lain yang lebih siap. Paket Kebijakan 23 Oktober 1993
(Pakto II), yang mencakup enam bidang usaha, termasuk deregulasi investasi
merupakan langkah maju mengikis hambatan-hambatan dibidang investasi. Tinggal
bagaimana calon investor khususnya investor asing memanfaatkan setiap peluang
bisnis dan investasi yang ditawarkan.49
Pemerintah telah mengeluarkan enam paket deregulasi pada tanggal 23
oktober 1993 (Pakto 1993). Paket deregulasi itu meliputi bidang ekspor- impor,
bidang tarif dan tata niaga impor, bidang penanaman modal, bidang perizinan, bidang
farmasi dan bidang amdal.50
Berbagai ketentuan yang diatur dalam Pakto ini antar lain adalah sebagai
berikut:51
1. Izin investasi langsung dapat diurus di tingkat kabupaten dan kotamadya, tidak
perlu melalui instansi di tingkat propinsi. Izin ini meliputi: izin mendirikan
bangunan (IMB), izin lokasi, izin Undang-Undang gangguan (HO). Urusan lain
48
Mahmul Siregar, Disertasi Perdagangan Dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Kesiapan Hukum Di Indonesia dalam Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral Yang Terkait Dengan Peraturan Penanaman ModalMedan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2005, hal 158
49
Pandji Anoraga,Op.cit,hal 130
50
Ibid, hal 157
51
yang berkaitan dengan izin investasi juga ditangani oleh instansi tingkat
kabupaten dan kotamadya, seperti sertipikat tanah, Hak guna bangunan.
Sedangkan Hak guna usaha tetap harus diselesaikan di instansi pusat dan atau
propinsi.
2. Penghapusan surat pencadangan tanah dari gubernur. Sebelumnya surat ini
menjadi syarat untuk penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal baik asing
(PMA) maupun dalam negeri (PMDN).
3. Penghapusan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) proyek. BKPMD dan instansi lain
di daerah tidak perlu lagi melakukannya sebagai syarat bagi penerbitan Izin
Usaha Tetap (IUT). Sekarang penerbitan IUT cukup dilampiri Laporan Kegiatan
Penanaman Modal yang di susun oleh setiap pengusaha.
4. Penghapusan permohonan persetujuan penanaman modal, khususnya
menyangkut pemilikan saham yang sekarang dibolehkan untuk koperasi.
Latar belakang dikeluarkannya paket deregulasi ini antara lain untuk lebih
menggairahkan dan meningkatkan efisiensi kinerja perekonomian nasional. Sebab
selama ini prosedur perizinan yang terkait dengan birokrat dirasakan berbelit-belit
dan terlalu panjang. Untuk memperoleh izin mendirikan perusahaan misalnya,
dibutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan sampai berbulan-bulan, karena
Pemerintah daerah Tingkat I menjadi mata rantai panjang dalam perizinan untuk
investasi.52
Kondisi demikian mendorong para pengusaha melakukan jalan pintas
berkolusi dengan oknum pejabat. Akibatnya budaya sogok dan suap merajalela. Hal
ini menyebabkan timbulnya ekonomi biaya tinggi, dalam jangka panjang kondisi
yang demikian sangat merugikan perekonomian nasional.
Dalam iklim investasi yang tidak kondusif seperti itu, tidak aneh bila para
konglomerat melarikan modalnya ke luar negeri.
Paket kebijakan diatas merupakan pengembangan dari peraturan-peraturan
bidang penanaman modal sebelumnya seperti : Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
24/1986 tentang jangka waktu izin perusahaan PMA, kemudian PP Nomor 24/1987
tentang kegiatan perusahaan PMA dibidang usaha perdagangan ekspor, PP Nomor
15/1990 tentang usaha perikanan yang juga dapat dimasuki PMA, PP Nomor 17/1992
tentang pemilikan saham dalam rangka PMA, Keppres Nomor 34/1992 tentang
pemanfaatan tanah HGU dan HGB atas usaha patungan dalam rangka PMA, Keppres
Nomor 37/1992 tentang usaha penyediaan listrik oleh swasta.53
Disamping itu beberapa peraturan BKPM tentang PMA juga telah disiapkan
untuk meningkatkan arus investasi asing seperti SK BKPM Nomor 5/SK/1987
tentang persyaratan pemilikan saham nasional dalam perusahaan PMA, SK BKPM
Nomor 9/SK/1989 tentang persyaratan minimal investasi PMA yang ditetapkan
52
Ibid
53
minimal US$ 250.000.Dilihat dari segi lokasi, berdasarkan data BKPM, lebih dari
60% nilai PMA dialokasikan ke kawasan Barat Indonesia (KBI), sementara
selebihnya ditujukan ke kawasan Timur Indonesia (KTI). Tahun 1992, nilai total
PMA yang disetujui pemerintah di wilayah kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa
tenggara, Maluku, Irian Jaya dan Timor-Timur sebesar Rp.1.869,9 miliar dengan 27
proyek. Sedangkan jumlah PMA yang disetujui pemerintah tahun 1992 di Jawa dan
Sumatera masing-masing Rp. 5.992,0 miliar (230 proyek) dan Rp. 2.452,4 miliar (48
proyek).54
Dengan semakin maraknya PMA di Indonesia dan penyebarannya lebih
merata di seluruh wilayah jelas akan memberikan kontribusi cukup besar bagi
pertumbuhan ekonomi daerah-daerah, khususnya daerah yang relatif belum
berkembang. Manfaat ekonomi lainnya dari investasi asing ini adalah,
dimungkinkannya transfer teknologi dari negara asal, peningkatan skala produksi
untuk tujuan ekspor, menyerap banyak tenaga kerja, serta mempengaruhi
perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya.55
Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang penanaman modal asing
menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, untuk mendapat
perbandingan dengan diberlakukannya undang-undang tersebut.
A.1 Penanaman Modal Asing Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967.
54Ibid, hal 131 55
1. Pengertian
Dimaksud dengan Penanaman Modal Asing (untuk selanjutnya disingkat
dengan PMA) hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang
dilakukan berdasarkan ketentuan UU No. 1 tahun 1967 dan yang digunakan
menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung
menanggung resiko dari penanaman modal tersebut.56
Sedangkan pengertian modal asing disini ialah:
b. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan
devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk
pembiayaan perusahaan di Indonesia;
c. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik orang
asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar ke dalam wilayah
Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa
Indonesia;
d. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-undang No 1 tahun
1967 diperkenankan di transfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai
perusahaan di Indonesia.
Istilah penanaman modal asing sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa
Inggris yaitu Investment. Penanaman modal asing atau investasi seringkali
dipergunakan dalam artian yang berbeda-beda. Perbedaan penggunaan istilah
investasi terletak pada cakupan dari makna yang dimaksudkan.
56I.G.Rai Widjaja,
2. Bentuk Hukum, Kedudukan dan Daerah Berusaha
Perusahaan PMA yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di
Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk badan hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Pemerintah menetapkan apakah sesuatu
perusahaan dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai
kesatuan perusahaan tersendiri.57
Pemerintah menetapkan daerah berusaha perusahaan-perusahaan modal asing
di Indonesia dengan memperhatikan perkembangan ekonomi nasional maupun
ekonomi daerah, macam perusahaan, besarnya penanaman modal dan keinginan
pemilik modal asing sesuai dengan rencana pembangunan ekonomi nasional dan
daerah.
3. Bidang Usaha Modal Asing
Dalam Undang-undang tentang penanaman modal asing, pemerintah
menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing menurut
urutan prioritas dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi penanam modal
asing dalam tiap-tiap usaha tersebut. Perincian menurut urutan proritas ditetapkan tiap
kali pada waktu pemerintah menyusun rencana-rencana pembangunan jangka
menengah dan jangka panjang, dengan memperhatikan perkembangan ekonomi serta
teknologi.58
57Ibid, hal 30 58I
1) Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing secara
penguasaan penuh ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup rakyat banyak sebagai berikut:
a. Pelabuhan-pelabuhan;
b. Telekomunikasi;
c. Pelayanan;
d. Penerbangan;
e. Air minum;
g. Mass media;
h. Pembangkitan tenaga atom;
i. Produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum.
2) Bidang-bidang yang menduduki peranan penting dalam pertahanan negara
antara lain produksi senjata, mesiu, alat-alat peledak dan peralatan perang
dilarang sama sekali bagi modal asing.
Selain yang telah disebutkan diatas, pemerintah dapat menetapkan
bidang-bidang usaha tertentu yang tidak boleh lagi di tanam modal asing.
Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerja
sama dengan pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Sistem kerja sama atas dasar kontrak karya atau dalam bentuk lain dapat
4. Tenaga Kerja
Pemilik modal mempunyai wewenang sepenuhnya untuk menentukan direksi
perusahaan-perusahaan dimana modalnya ditanam.
Perusahaan-perusahaan modal asing:
a. Wajib memenuhi kebutuhan akan tenaga kerjanya dengan warga negara
Indonesia.
b. Di izinkan mendatangkan atau menggunakan tenaga-tenaga pimpinan dan
tenaga-tenaga ahli warga negara asing bagi jabatan-jabatan yang belum dapat
diisi dengan tenaga kerja warga negara Indonesia.
c. Berkewajiban menyelenggarakan dan/atau menyediakan fasilitas-fasilitas latihan
dan pendidikan di dalam dan/atau di luar negeri secara teratur dan terarah bagi
warga negara Indonesia dengan tujuan agar berangsur-angsur dapat diganti oleh
tenaga-tenaga warga negara Indonesia.
Terhadap penggunaan tenaga kerja warga negara asing tersebut pemerintah
mengawasi pelaksanaannya.
5. Pemakaian Tanah
Demi keperluan perusahaan-perusahaan modal asing dapat diberikan tanah
dengan Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha dan Hak Pakai menurut peraturan
perundangan yang berlaku.
Namun, salah satu hal yang tidak kalah kompleks dalam menarik investor
adalah terkait dengan penggunaan tanah. Untuk menggunakan tanah dibutuhkan izin.
Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi. Dalam pasal 1 butir 1 dijelaskan:
izin lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah
yang diperlukan dalam rangka penanaman modal tersebut guna keperluan usaha
penanaman modalnya.59
Dalam bukunya Erman Rajagukguk menjelaskan tentang hak-hak atas tanah
bagi investor dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) antara lain menyatakan:
“...UUPA Tahun 1960 adalah anti modal asing. Menteri Agraria Mr.Sadjarwo
dalam pidatonya tanggal 14 September 1960 mengantarkan jawaban pemerintah atas
Pemandangan Umum Anggota DPR-GR mengenai Naskah RUU Pokok Agraria di
muka Sidang Pleno DPR-GR antara lain menyatakan:”...Rancangan Undang-Undang
ini selain akan menumbangkan puncak kemegahan modal asing yang telah
berabad-abad memeras kekayaan dan tenaga bangsa Indonesia, hendaknya akan mengakhiri
pertikaian dan sengketa-sengketa tanah antara rakyat dan pemerintah dengan
rakyatnya sendiri, yang akibatnya mencetus sebagai peristiwa-peristiwa berdarah dan
berkali-kali pentraktoran-pentraktoran yang sangat menyedihkan”.
Selanjutnya ia mengatakan:
“...Kami hanya ingin menambahkan beberapa soal yang belum kami singgung diatas
ialah persoalan modal asing. Soal ini dalam pasal-pasal yang bersangkutan serta
penjelasannya sudah terang, yaitu pasal-pasal 28,35 dan dalam hubungannya dengan
peralihan 55, yang pada pokoknya bahwa modal asing hanya mempunyai sifat
59
sementara,sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh Pembangunan Semesta
Berencana. Yang sudah ada disini mempunyai afloopend karakter (untuk
menghabiskan sisa jangka waktunya), dengan maksimum 20 tahun.”
Dalam Sidang terakhir di parlemen mengenai perdebatan tentang UUPA tahun 1960.
Menteri Agraria Mr.Sadjarwo menyatakan kembali:
“...dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria ini, kita mengeliminasi investasi
asing...”.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, hak atas tanah paling
lama 35 tahun dan setelah itu dapat diperpanjang 25 tahun lagi. Jangka waktu ini
tidak memadai lagi untuk investor. Dinegara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura,
Vietnam dan Cina hak atas tanah untuk investor berkisar antara 75 tahun sampai
dengan 90 tahun.60
Pada masa akhir pemerintahannya, Soekarno berada dibawah tekanan
pemerintahan baru dibawah pimpinan Soeharto. Presiden Soekarno menandatangani
kelahiran Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
Indonesia kembali lagi mengundang investor asing. Periode hak atas tanah bagi
investor dianggap tidak lagi memadai. Pada tahun 1996 pemerintah Indonesia
berusaha untuk memodifikasi hak atas tanah bagi investor dengan mengeluarkan
Peraturan pemerintah Nomor 40 Tahun 1996.61
60
Erman Rajagukguk,Hukum Investasi Di Indonesia:Anatomi Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,(Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia,2007), hal 64
61
Didalam Pasal 11, pasal 28,dan pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 40
Tahun 1996 ada istilah pembaharuan hak yang tidak didapati dalam Undang-Undang
Pokok Agraria tidak bertentangan dengan Undang-Undang Pokok Agraria
berdasarkan dua alasan. Pertama, Undang-Undang Pokok Agraria sendiri tidak
mengatur apakah yang akan terjadi setelah Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan
itu berakhir setelah diperpanjang jangka waktunya kecuali menyebutkan bahwa Hak
Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan akan dihapus apabila jangka waktu berakhir.
Logikanya adalah, dengan hapusnya Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan
tersebut, diatas tanah bekas Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan yang
statusnya kini menjadi tanah negara dapat diberikan sesuatu hak atas tanah, termasuk
kemungkinan diberikan Hak Guna Usaha atau Hak Guna Bangunan baru, baik kepada
pemohon baru, maupun pemohon bekas pemegang hak. Jika pemohonnya adalah
bekas pemegang hak hak yang lama yang masih memenuhi persyaratan, maka istilah
yang tepat digunakan adalah pembaharuan hak, mengingat bahwa Hak Guna Usaha
atau Hak Guna Bangunan itu tidak dimohon untuk pertama kali, tetapi di mohon
menjelang berakhirnya perpanjangan waktu Hak Guna Usaha atau hak Guna
Bangunan tersebut. Kedua, penggunaan istilah pembaharuan hak, yang tentunya juga
masih membuka kemungkinan untuk diberi perpanjangan apabila syarat-syaratnya
dipenuhi.62
62
6. Perpajakan dan Pungutan Lain
Perusahaan-perusahaan modal asing yang bergerak di berbagai bidang usaha
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, diberikan kelonggaran-kelonggaran
perpajakan sebagai berikut:63
a. Pembebasan bea materai modal atas penempatan modal yang berasal dari
penanaman modal asing.
b. Pembebasan atau keringan bea masuk dan pembebasan pajak penjualan
(impor) pada waktu pemasukan barang-barang perlengkapan tetap kedalam
wilayah Indonesia seperti mesin-mesin, alat kerja atau pesawat-pesawat yang
diperlukan untuk menjalankan perusahaan itu.
c. Pembebasan bea balik nama atas akte pendaftaran kapal untuk pertama
kalinya di Indonesia yang dilakukan dalam masa sampai dua tahun setelah
saat mulai berproduksi satu dan lain dengan memperhatikan jenis usahanya.
7. Jangka Waktu PMA, Hak Transfer dan Repatriasi
a. Dalam setiap izin PMA ditentukan jangka waktu berlakunya.
b. Kepada PMA diberikan hak transfer dalam valuta asli dari modal dasar nilai
tukar yang berlaku untuk :
1) Keuntungan yang diperoleh modal sesudah dikurangi pajak-pajak dan
kewajiban-kewajiban pembayaran lain di Indonesia.
2) Biaya-biaya yang berhubungan dengan tenaga asing yang diperkerjakan
di Indonesia.
63