BAB IV PENGATURAN DIVESTASI SAHAM PERUSAHAAN
A. Kedudukan Penanaman Modal Asing Dan Penanaman
Dalam Undang-undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 tidak mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Oleh karena itu, undang-undang tersebut mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahan undang-undang secara khusus, seperti halnya Undang-Undang Penanaman Modal terdahulu yang terdiri dari dua undang-undang, yaitu Undang-undang Penanaman Modal Asing dan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri.128
Istilah penanaman modal asing merupakan terjemahan dari bahasa inggris foreign investment.
Menurut M. Sornarajah, memberikan definisi tentang penanaman modal
asing yang telah diterjemahkan oleh Salim HS dan Budi Sutrisno, Penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain, tujuannya digunakan di negara tersebut agar menghasilkan
128
Dhaniswara K.Harjono, Hukum Penanaman Modal, Tinjauan Terhadap Pemberlakuan
Undang-Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,(Jakarta;PT.RajaGrafindo Persada,2007), hal 121
keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara total atau sebagian.129
Seperti yang telah dijelaskan di bab yang terdahulu bahwa dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 menyebutkan penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha wilayah negara Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merupakan peraturan mengenai penanaman modal di Indonesia yang didalamnya mengatur mengenai penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing, maka perlu diperjelas pengertian dari kedua jenis penanaman modal tersebut.
Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, keberadaan penanaman modal dalam negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut ketentuan undang-undang tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri (yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disisihkan/disediakan guna menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967) bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya.
129
Penanaman tersebut dapat dilakukan secara langsung oleh pemiliknya sendiri atau tidak langsung, yakni melalui pembelian obligasi-obligasi, surat-surat perbendaharaan negara, emisi-emisi lainnya seperti saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang-kurangnya satu tahun.130
Sementara itu, menurut ketentuan pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha diwilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
Seperti halnya dengan penanaman modal dalam negeri, sebelum berlakunya
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, keberadaan
penanaman modal asing juga diatur dalam suatu ketentuan undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 yang merupakan undang-undang yang mengatur mengenai penanaman modal asing.
Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 yang memberikan pengertian tentang penanaman modal dalam negeri, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tidak merumuskan pengertian penanaman modal asing dan hanya menentukan bentuk penanaman modal asing yang dianut.
Bila Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tidak memberikan pengertian mengenai penanaman modal asing, maka Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal memberikan pengertian dan definisi yang jelas mengenai
130
penanaman modal asing, yaitu dalam pasal 1 ayat 3 yang menyebutkan bahwa Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Modal menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis. Modal tersebut dibagi menjadi modal dalam negeri dan modal asing.
Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum (pasal 1 ayat 9). Sementara itu, modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing (Pasal 1 ayat 8).
Pasal 1 ayat 6 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan tentang pengertian penanaman modal asing, yang membahas tentang kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau investasi dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan penanaman modal ini di lakukan oleh penanam modal asing baik yang menggunakan:
1. Modal asing sepenuhnya; dan atau
Sedangkan pasal 1 ayat 8 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal juga telah ditentukan pengertian modal asing. Negara asing merupakan negara yang berasal dari luar negeri, yang menanamkan investasinya di Indonesia. Perseorangan warga negara asing merupakan individu luar negeri yang menanamkan investasinya di Indonesia. Badan usaha asing merupakan lembaga asing yang tidak berbadan hukum. Badan hukum asing merupakan badan hukum yang di bentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan atau yang berlaku di negara- negara asing tersebut. Badan hukum Indonesia merupakan badan hukum yang berkedudukan di Indonesia , namun modal badan hukum tersebut sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh pihak asing.
Investor asing dilarang untuk membuat perjanjian dan/atau pernyataan yang menegaskan bahwa kepemilikan saham dalam perseroan terbatas untuk dan atas nama
orang lain. Konsekuensi logis dari investor asing yang membuat
perjanjian/pernyataan itu adalah batal demi hukum. Artinya bahwa
perjanjian/pernyataan itu dari semula dianggap tidak ada. Sesuai dengan pasal 33 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal.
Dalam ketentuan ini yang dapat memiliki modal dalam negeri adalah: 1. Negara Indonesia;
2. Perseorangan warga negara Indonesia; atau
3. Badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.
Pada dasarnya tidak setiap penanaman modal dalam negeri dapat melakukan kegiatan investasi di Indonesia. Investor domestik yang dapat melakukan investasi di
Indonesia harus berbentuk badan usaha. Dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal telah ditentukan bentuk badan usaha yang dapat melakukan penanaman modal dalam negeri. Ada dua bentuk badan usaha yang dapat melakukan kegiatan investasi domestik yaitu:
1. Berbentuk badan hukum;dan 2. Tidak berbentuk badan hukum.
Didalam hukum positif Indonesia ada dua jenis badan usaha yang telah diberi status yuridis sebagai badan hukum, yaitu: Perseroan Terbatas dan Koperasi. Sedangkan badan usaha yang termasuk dalam badan usaha bukan badan hukum adalah: Firma dan Komanditer.
Pada dasarnya semua bidang usaha untuk menanamkan investasi dengan modal dalam negeri terbuka bagi swasta. Dalam Lampiran II Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 juga telah ditentukan daftar bidang usaha yang diperkenankan untuk kegiatan investasi domestik. Ada 48 daftar bidang usaha yang hanya
diperkenankan untuk penanaman investasi oleh investor pada bidang tersebut.
Keempat puluh delapan daftar bidang usaha yang diperkenankan itu, disajikan berikut ini:
1. Pembuatan film
2. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide, klise, banner, pamflet, baliho, folder, dan lain-lain
3. Jasa tekhnik film, seperti studio pengambilan gambar,sarana pembuatan film, sarana penyutingan, pengisian suara, pemberian teks,pengadaan film, dan sebagainya
4. Distribusi film (ekspor,impor, dan pengedaran) 5. Penanyangan : Bioskop/ gedung teater film
6. Studio rekaman (Cassette, VCD, DVD, dan lain-lain)
7. Usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam (IUPHHK-HA) 8. Pemanfaatan jasa lingkungan air di kawasan hutan
9. Pengadaan dan peredaran benih dan bibit tanaman hutan (ekspor dan impor benih dan bibit tanaman hutan)
10. Usaha perikanan tangkap dengan menggunakan kapal penangkap ikan berukuran 100 GT dan/atau lebih besar di wilayah penangkapan laut lepas 11. Perikanan tangkap dengan menggunakan kapal penangkap ikan berukuran di
atas 30 GT di wilayah perairan di atas 12 mil 12. Penggalian pasir laut
13. Perdagangan besar farmasi
14. Perdagangan besar bahan baku farmasi 15. Usaha industri obat tradisional
16.Clinic general medical services/rumah sakit umum/klinik pengobatan umum 17. Jasa pelayanan penunjang kesehatan (ambulance services)
18. Jasa rumah sakit lainnya (residential health services) 19. Praktik perorangan tenaga kesehatan
20. Sarana pelayanan kesehatan dasar 21. Pusat/balai/stasiun penelitian kesehatan
22. Jasa pelayanan penunjang kesehatan (pelayananpest control/fumigasi) 23. Pengolahan obat tradisional
24. Rumah bersalin swasta
25. Apotek (praktik profesi apoteker) 26. Toko obat/apotek rakyat
27. Dana pensiun 28. BPR konvensional 29. BPR syariah
30. Pedagang valuta asing
31. Lembaga penyiaran swasta (LPS) 32. Lembaga penyiaran berlangganan (LPB)
Lembaga penyiaran swasta dan lembaga penyiaran berlangganan dapat melakukan penambahan dan pengembangan dalam rangka pemenuhan modal yang berasal dari modal asing, yang jumlahnya tidak lebih dari 20% (dua puluh persen) dari seluruh modal dan minimum dimiliki oleh dua pemegang saham.
33. Perusahaan pers
34. Jasa bisnis/jasa konsultasi konstruksi golongan besar, menengah, dan kecil 35. Perdagangan eceran, yang meliputi:
b. Eceran keliling;
c. Eceran di luar/selain di luar supermarket, department store, toserba, dan sejenisnya;
d. Community stores; e. Convenience stores; f. Mini markets;
g. Eceran melalui media dan sejenisnya.
36. Perdagangan besar berdasarkan balas jasa (fee) atau kontrak (jasa keagenan/commision agent, distributor). Distributor yang dimaksud di sini adalah distributor yang dapat menjual produk sampai dengan konsumen akhir 37. Perdagangan besar dan perdagangan eceran minimum beralkohol (importir,
distributor, sub distributor, dan pengecer) 38. Jasa survei perdagangan
39. Broker properti/real estateatas dasar balas jasa (fee) atau kontrak 40. Jasa persewaan alat transportasi darat (rental without operator) 41. Persewaan mesin lainnya dan peralatannya
42. Jasa kebersihan gedung 43. Jasa kebersihan
44. Jasa perusahaan yang tidak diklasifikasi di tempat lain 45. Produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang
46. Jasa penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri (proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, penampungan, persiapan
pemberangkatan, pemberangkatan dan pemulangan calon tenaga kerja Indonesia/CTKI)
47. Penyediaan jasa pekerja/buruh [proses pendaftaran, perekrutan, pengurusan dokumen (antara lain perjanjian kerja), negosiasi untuk mendapatkan pekerjaan dari perusahaan pemberi kerja, memperkerjakan pekerja/buruh, seperti pekerjaan jasa cleaning service, satpam, catering dan jasa penunjang lainnya]
Di samping itu, investor domestik juga diperkenankan untuk menanamkan investasi di bidang pertahanan keamanan, yaitu investasi untuk produksi senjata, mesiu, alat peledak dan peralatan perang. Syarat untuk menanamkan investasi pada bidang usaha ini adalah mendapat izin khusus dari Departemen Pertahanan Republik Indonesia.
Sebenarnya, daftar bidang usaha ini merupakan daftar bidang usaha yang tertutup untuk investasi, baik domestik maupun asing (lihat Pasal 13 ayat (2) Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal). Namun, dalam perkembangannya, daftar bidang usaha dinyatakan daftar bidang usaha terbuka dengan persyaratan. Persyaratannya hanya investasi domestik yang diperkenankan melakukan usaha itu dan harus mendapat izin dari Departemen Pertahanan. Ini berarti bahwa setiap daftar bidang usaha, mengalami perubahan setiap waktu, yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Bentuk kerja sama antara modal asing dan modal dalam negeri agak sulit diatur sebab disini banyak dijumpai variasi antara pertimbangan modal dan
kekuasaan (management) yang sesungguhnya, sehingga harus benar-benar memperhatikan keadaan perusahaan.131
Ada bentuk kerja sama antara modal asing dan modal dalam negeri, yaitujoint venture. Joint venture adalah kerja sama antar pemilik modal asing dengan pemilik modal nasional, semata-mata berdasarkan suatu perjanjian belaka. Kerja sama ini tidak membentuk suatu badan hukum baru, sehingga kerja sama ini bersifat kontraktuil (cooperatif).132
Perusahaan baru merupakan perusahaan yang dibentuk antara pengusaha asing dengan pengusaha nasional. Semula pengusaha asing mempunyai nama perusahaannya sendiri dan pengusaha nasional juga mempunyai nama perusahaannya sendiri-sendiri. Namun dengan adanya perjanjian yang dibuat para pihak mereka sepakat membentuk perusahaan baru.
Dalam pasal 21 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal telah ditentukan berbagai kemudahan yang diberikan pemerintah terhadap perusahaan penanaman modal asing atau perusahaan penanaman modal asing yang mengadakan joint venture dengan warga negara Indonesia dan/ atau badan hukum Indonesia.
Pemberian kemudahan kepada perusahaan penanaman modal asing adalah dimaksudkan supaya perusahaan tersebut dapat menanamkan investasinya dan mengadakan kerja sama dengan perusahaan domestik sehingga perusahaan ini
131
R.T.Sutantya R.Hadhikusuma dan Sumantoro,Opcit, hal 212
132
nantinya dapat menerima teknologi baru, pemilikan saham, menerima dividen, dan
lain-lain. Namun tidak boleh mengabaikan prinsip/asas nasionalitas yang
dimaksudkan untuk melindungi rakyat Indonesia dari ketidak adilan dan perbuatan sewenang-wenang.