• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Usaha Ternak Sapi Skala Kecil (Studi Kasus di Desa Payacut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Usaha Ternak Sapi Skala Kecil (Studi Kasus di Desa Payacut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Persepsi Masyarakat Terhadap Limbah Usaha Ternak Sapi Skala Kecil (Studi Kasus di Desa Payacut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen)

Public Perception of small scale Catle farming Waste (Case study in Payacut Village, Peusangan District, Bireuen Regency)

Syafrizal Ahmad1, Sitti Zubaidah2, Chairul Fadli3, & Yayuk Kurnia Risna3*

1 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim, Jln. Almuslim, Matangglumpangdua, Bireuen.

2 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Almuslim, Jln.

Almuslim, Matangglumpangdua, Bireuen.

3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim, Jln. Almuslim, Matangglumpangdua, Bireuen.

*corresponding email: yayukkurniarisna@umuslim.ac.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahuai persepsi masyarakat terhadap limbah usaha ternak sapi skala kecil (Studi kasus di Desa Payacut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen). Metode penelitian dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Sampel yang diambil adalah masyarakat yang bermukim dengan jarak 250 meter dari lokasi peternakan. Total sampel berjumlah 26 orang. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan deskriptif menggunakan tabel distribusi frekuensi berdasarkan skoring dari setiap pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap limbah ternak sapi berada pada kategori terganggu. Terhadap keberadaan limbah 77,8%, terhadap bau/aroma yang ditimbulkan 39,1% dan terhadap lingkungan 39,1% masyarakat merasa terganggu. Sedangkan terhadap pencemaran air dan menimbulkan aroma yang tidak sedap 42,2% merasa sangat terganggu.

Kata kunci: persepsi, limbah, sapi

ABSTRACT

The purpose of this study was to find out the public perception of small-scale cattle farming waste (a case study in Payacut Village, Peusangan District, Bireuen Regency). The research method is descriptive qualitative. The samples taken are people who live within 250 meters from the location of the farm. The total sample is 26 people. Data obtained by interview using a questionnaire. Data analysis was carried out descriptively using a frequency distribution table based on the scoring of each question. The results showed that the public's perception of cattle waste was in the disturbed category. Regarding the presence of waste 77.8%, 39.1% of the smell/aroma generated and 39.1%

of the environment people feel disturbed. As for water pollution and causing an unpleasant aroma, 42.2% felt very disturbed

Keywords: perception, waste, cattle

(2)

2 PENDAHULUAN

Limbah merupakan hasil buangan ataupun sisa dari hasil produksi. Limbah ternak berupa hasil dari kegiatan peternakan seperti usaha peternakan, berupa limbah sisa pakan, kotoran (feses), dan limbah pemotongan ternak. Diketahui bahwa pada kotoran ternak terdapat kandungan zat yang dapat mencemari lingkungan dan masyarakat sekitar jika tidak dikelola dengan baik.

Pengelolaan limbah sapi berkaitan erat dengan perilaku dan pola pemikiran para peternak sapi, sehingga apabila limbah usaha tersebut tidak dikelola dengan baik maka dapat menimbulkan keluhan dari masyarakat dan polusi udara. Jika pengelolaan limbah dari usaha ternak sapi tidak diolah dengan tepat dan dibuang ke sungai, maka hal ini dapat menyebabkan pencemaran air dan merusak lingkungan ekosistem biota air (Luthfi &

Wijaya, 2011).

Desa Payacut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen terdapat usaha ternak sapi skala kecil, sekitar 1-3 ekor/peternak. Lokasi peternakan yang ada di Desa ini berada di tengah pemukiman masyarakat dan berjarak kurang lebih 200 – 250 meter dari pemukiman masyarakat. Kandang harus berada cukup jauh dari pemukiman, minimal 250 meter (Lestari et al., 2013). Salah satu dampak mendirikan lokasi kandang yang dekat dengan jarak rumah masyarakat adalah dampak negatif. Hal ini terkait dengan pengelolaan limbah ternak. Hal ini lah yang dapat menimbulkan berbagai persepsi masyarakat disekitar. Pengelolaan limbah diketahui masih bersifat konvensional yaitu limbah sapi dikumpulkan disekitar lokasi kandang, tanpa dilakukan pengolahan.

Persepsi adalah proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk kedalam alat indera manusia. Persepsi didalam masyarakat banyak terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan, ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Persepsi masyarakat dilakukan dengan proses menerima stimulus pada reseptor atau indera yang terjadi secara tidak langsung fungsinya akan ada sesudah terlahir namun lambat laun akan berfungsi dalam perkembangan fisik (Monalisa, 2017).

Pada prinsipnya persepsi merupakan proses penilaian seseorang pada suatu objek.

Perbedaan pendapat pada setiap individu menyebabkan persepi seseorang tergantung bagaimana menyikapi dan menaggapi suatu objek tersebut. Masyarakat mulai mengeluh pada usaha peternakan sapi, hal ini disebabkan oleh terganggunya kenyamanan masyarakat akibat bau dan limbah yang ditimbulkan dari peternakan sapi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap limbah usaha ternak sapi skala kecil di Desa Payacut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh.

BAHAN DAN METODE Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2021 di Desa Payacut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

Populasi penelitian ini adalah masyarakat yang berdekatan dengan peternakan rakyat Desa

(3)

3 Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten

Bireuen. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu masyarakat yang bermukim disekitar wilayah peternakan dengan jarak ± 250 meter. Adapun jumlah masyarakat yang tinggal berdekatan dengan peternakan Sapi yaitu sebanyak 46 Kepala Keluarga (KK).

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu:

a. Observasi yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap lokasi usaha ternak sapi dan masyarakat yang berada di sekitar lokasi tersebut di Desa Payacut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

b. Wawancara yaitu melakukan wawancara langsung dengan pihak masyarakat yang berada di sekitar lokasi tersebut di Desa Payacut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen mengenai variabel-variabel penelitian dan menggunakan bantuan kuisioner.

Adapun data yang digunakan adalah jenis data Kualitatif yang telah dibuat dalam bentuk skala likert. Adapun sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

a. Data primer adalah data yang bersumber dari wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner seperti data identitas responden, tanggapan responden terhadap variabel penelitian.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait seperti data monografi Desa Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi masyarakat Terhadap Limbah

Peternakan Sapi di Desa Payacut Tingkat persepsi masyarakat terhadap limbah peternakan sapi di Desa Payacut diketahui bahwa mayoritas responden merasa terganggu 77, 8 % (36 responden) terhadap keberadaan limbah pada peternakan sapi di Desa Payacut, sedangkan 22,2% responden (10 responden) merasa sangat terganggu (Gambar 1).

Hal ini disebabkan oleh keberadaan limbah yang tidak termanfaatkan dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Salah satunya adalah perubahan warna air pada sumber air masyarakat sekitar. Berdasarkan hal tersebut masyarakat yang berada disekitar lokasi kandang sapi merasa terdapat pencemaran dari limbah terhadap sumber air mereka. Hal ini dibuktikan dengan hasil persepi bahwa dari total 46 responden, sejumlah 42,2% memilih terganggu (9 responden), selanjutnya sebesar 35,6% (16 responden) memilih sangat terganggu dan sejumlah 22,2%

(11 responden) memilih kurang terganggu terhadap pencemaran dan perubahan bau pada sumber air mereka (Gambar 2).

Pada limbah ternak terdapat mikroorganisme patogenik (penyebab penyakit) yang dapat mencemari lingkungan, bakteri tersebut adalah Coliform, E. Coli dan Salmonella Sp (Suwito, et al. 2014). Suatu kegiatan ataupun usaha termasuk kegiatan peternakan sapi memiliki dampak positif dan negatif. Salah satunya dampak negatif tersebut adalah pencemaran perairan dan pencemaran udara serta pencemaran tanah.

(4)

4 Gambar 1. Persepi masyarakat terhadap keberadaan limbah ternak sapi

Gambar 2. Persepi masyarakat terhadap pencemaran dan perubahan warna air

Limbah peternakan sapi di Desa Payacut juga menimbulkan keresahan masyarakat terkait bau/aroma terhadap lingkungan sekitar.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa sebesar 39,1% (18 responden) memilih terganggu terhadap bau/aroma yang ditimbulkan. Sebesar 34,8% (16 responden) memilih sangat terganggu dan sebesar 26,1%

(12 responden) memilih kurang terganggu (Gambar 3). Pada usaha penggemukan sapi dalam jumlah besar menghasilkan feses dan urin dalam jumlah besar pula, sehingga tidak

dapat terhindar dari bau yang menyengat. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan bagi masyarakat sekitar lokasi kandang (Listiyani, et al. 2018).

Persepsi masyarakat di sekitar lokasi kandang sapi di Desa Payacut terkait limbah ternak tersebut terhadap lingkungan sebesar 39,1% (18 responden) memilih terganggu, sebesar 34,8% (16 responden) memilih kurang terganggu dan sebesar 26,1% ( 12 responden) memilih sangat terganggu (Gambar 4).

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Sangat Terganggu Terganggu Kurang Terganggu Sangat tidak Terganggu 22,2%; 10 responden

77,8%; 36 reponden

0 0

Terhadap Keberadaan Limbah

0 5 10 15 20

Sangat Terganggu Terganggu Kurang Terganggu

Sangat tidak Terganggu 42,2%; 19 responden

35,6%; 16 responden

22,2%; 11 responden

0

Terhadap pencemaran dan perubahan warna air

(5)

5 Gambar 3. Persepsi masyarakat terhadap bau/aroma yangditimbulkan akibat limbah ternak sapi

Gambar 4. Persepsi masyarakat terhadap lingkungan

Diketahui bahwa sebagian masyarakat menyatakan bahwa limbah dari hasil peternakan tersebut berpotensi merusak tanaman dan lahan sekitar usaha peternakan karena pengelolaan limbah yang kurang baik. Selain itu juga, masyarakat menjawab karena limbah yang tidak di kelola dengan baik dapat berpotensi mengundang penyakit. Penanganan limbah sapi yang tidak tepat dapat mempengaruhi kenyamanan masyarakat seperti bau yang tidak sedap dan banyakya lalat yang hinggap sehingga dapat menimbulkan penyakit (Arsanti, 2018).

Akan tetapi, masyarakat yang bermukim disekitar lokasi kandang peternakan tidak terlalu merasa terganggu dengan usaha tersebut. Hal ini dikarenakan usaha ternak tersebut juga memiliki aspek ekonomi bagi masyarakat sekitar. Pada aspek ekonomi ini, usaha ternak memberikan dampak positif yaitu adanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat sekitar terutama pada masyarakat yang membutuhkan bahan utama sebagai sumber pengolahan pupuk organik.

Selain itu juga peternak terkadang membutuhkan

0 5 10 15 20

Sangat Terganggu Terganggu Kurang Terganggu Sangat tidak Terganggu 34,8% ;16 responden

39,1%; 18 reponden

25,1%; 12 reponden

0

Terhadap bau/aroma yang ditimbulkan

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Sangat Terganggu Terganggu Kurang Terganggu Sangat tidak Terganggu 26.1%; 12 responden

39.1%; 18 responden

34.8%; 16 responden

0

Terhadap lingkungan

(6)

6 tenaga kerja harian untuk memotong rumput

sebagai pakan ternak.

Ismanto et al (2018) menyatakan bahwa usaha peternakan di Indonesia masih fokus pada produktifitas dan belum mempertimbangan dampak kegiatan peternakan terhadap lingkungan salah satu masalah usaha peternakan yang berkaitan dengan lingkungan adalah limbah yang dihasilkan. Pengolahan limbah yang tidak baik dapat menimbulkan akibat buruk seperti menurunnya kualitas lingkungan, bau yang tidak sedap dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia. Limbah dalam skala besar akan berpengaruh terhadap lingkungan global yaitu green house effect.

KESIMPULAN

Persepsi masyarakat terhadap limbah usaha peternakan sapi skala kecil di Desa Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata penduduk memilih terganggu (77,80%) terhadap keberadaan limbah usaha peternakan, terhadap bau/aroma yang ditimbulkan (39,1%) dan terhadap lingkungan (39,1%). Selanjutnya diketahui bahwa rata-rata masyarakat sangat terganggu (42,2%) bahwa limbah usaha peternakan menyebabkan pencemaran air dan menimbulkan aroma yang tidak sedap. Secara keseluruhan, masyarakat berada pada kategori terganggu terkait keberadaan usaha peternakan sapi di Desa Payacut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim atas segala

dukungan sehingga penelitian ini dapat terlaksana.

DAFTAR PUSTAKA

Arsanti, V. 2018. Persepsi masyarakat terhadap lingkungan kandang sapi di Kelurahan Bener Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta. Media Komunikasi Geografi. Vol. 19 No. 1: 63-75.

http://orcid.org/0000-0001-9973-9275 Lestari, V. S., Sirajuddin, S. N & Imran, M.

2013. Persepsi masyarakat terhadap limbah usaha peternakan sapi potong (public perception toward beef cattle farming waste). Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjajaran. Vol. 13 No. 2.

https://doi.org/10.24198/jit.v13i2.5102 Listiyani, N., Hayat, M. A & Mandala, S.

2018. Penormaan pengawasan izin lingkungan dalam pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dalam eksploitasi sumber daya alam. Jurnal Media Hukum. Vol 25 No.

2. DOI: 10.18196/jmh.2018.0116.217- 227

Luthfi, A & Wijaya, A. 2011. Persepsi masyarakat sekarang tentang konservasi lingkungan. Journal Komunitas. Vol. 3.

(1): 29–39.

https://doi.org/10.15294/komunitas.v3i1 .2290

Monalisa. 2017. Kontribusi persepsi sosial terhadap interaksi sosial mahasiswa.

Jurnal Edukasi. Vol.3 No. 2.

http://dx.doi.org/10.22373/je.v3i2.3094 Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel- variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sarwanto, D. 2004. Model pencemaran limbah peternakan sapi perah rakyat pada beberapa kondisi fisik alami dan sosial ekonomi (Studi Kasus di Provinsi Jawa Tengah). Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Ismanto, A., Yetriani, & Lemana, D. 2018.

Tingkat pengetahuan peternak sapi terhadap limbah yang dihasilkan di Desa

(7)

7 Sidorejo Kecamatan Penajam

Kabupaten Penajam Paser Utara. Jurnal Pertanian Terpadu. Vol 6. No. 2; 50-63.

https://doi.org/10.36084/jpt..v6i2.168 Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung Suwito, W., Supriadi., Winarti, E & Tisnawati,

N, A, A. 2014. Pencemaran bakteri dalam air sumur di sekitar peternakan sapi potong di Yogyakarta. Acta Veterinaria Indonesiana. Vol. 2, No. 2:

43-48.

https://doi.org/10.29244/avi.2.2.43-48.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah Kunak (Studi Kasus Usaha Ternak Kavling 176, Desa

Penambahan modal untuk meningkatkan skala usaha menjadi lebih besar selalu menjadi kendala yang umum, tetapi bagi peternak sapi perah rakyat anggota Koperasi Peternakan Bandung

Variabel yang diamati meliputi karakteristik sebagai variabel karakteristik dan persepsi masyarakat terhadap pemeliharaan ternak sapi sebagai variabel persepsi3. Data

Khairul Rasyid, NIM 090304011 dengan judul skripsi STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Paya Bakung, Kec. Hamparan Perak, Kab. Deli Serdang).. Telah

Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Potong Dengan Paradigma Agribisnis?. Universitas

Kondisi risiko yang terdapat pada usaha peternakan sapi perah skala besar yang memanfaatkan limbah untuk menghasilkan biogas, terdiri dari dua bagian yakni risiko harga dan

Mengingat jumlah sapi kambing dan ayam cukup banyak dan limbah kotoran sapi yang dihasilkan sangat tinggi (besarnya timbulan rata-rata kotoran sapi per ekor ialah sebesar 20

Nurtini (2011) menyatakan bahwa usaha peternakan sapi perah Indonesia dibedakan menjadi dua jenis : 1) Usaha peternakan sapi perah rakyat; 2) Perusahaan