• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Orang Tua Tentang Tayangan Youtube Animasi Nussa dan Rara Sebagai Media Belajar Anak Usia Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Persepsi Orang Tua Tentang Tayangan Youtube Animasi Nussa dan Rara Sebagai Media Belajar Anak Usia Dini "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Persepsi Orang Tua Tentang Tayangan Youtube Animasi Nussa dan Rara Sebagai Media Belajar Anak Usia Dini

Andri Muhammad Setyawan

Universitas BSI Bandung, andrimsetyawan@gmail.com

ABSTRACT

This study entitled Parents perceptions about youtube shows animation nussa and rara as a media early childhood learning, Case Study parents of student early childhood education (PAUD) rose Sukaluyu Bandung ”. Animated films are shows that are arguably very safe and are indeed categorized for children. Children at an early age up to elementary school are very vulnerable and need strict protection from parents, especially in terms of giving and choosing appropriate shows for children. Because children more easily learn from an object that they think looks real (not words). The role of parents is still important in choosing a spectacle, because parents determine the most changes that occur in their children.

This study aims to find out and analyze what parents know about nussa and rara animation, how parents think about the concept of nussa and rara animation films as a child learning media, how parents instill values and why they are used by parents.

The method used in this research is to use qualitative research methods using a case study approach and SIP(Social Information Processing) theory to support research results.

The results of this study, almost all parents know the animation of nussa and rara from YouTube and their insulated people, and according to them it's good not only to provide entertainment but more to learning for children so that this animation is effective to be used as an alternative medium for children's learning. Parents' perceptions about the content of the nussa and rara animated shows according to them the contents of the show are easy to understand by children and deserve to be used as a learning medium for children because many educational messages are provided in the contents of the nussa and rara animated shows such as religious messages, moral messages and social messages , and have almost the same way to invite their children to instill the values obtained from the animation of nussa and rara.

Keyword: Parents Perception, Child Learning Media

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “PERSEPSI ORANG TUA TENTANG TAYANGAN YOUTUBE ANIMASI NUSSA DAN RARA SEBAGAI MEDIA BELAJAR ANAK USIA DINI, STUDI KASUS ORANG TUA MURID PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) MAWAR SUKALUYU BANDUNG”. Film

(2)

animasi merupakan tayangan yang bisa dibilang sangat aman dan memang dikategorikan untuk anak-anak. Anak pada usia dini hingga sekolah dasar adalah masa yang sangat rentan dan butuh pengawasan ketat dari orang tua terutama dalam hal memberikan dan memilihkan tayangan tontonan yang layak kepada anak. Karena anak lebih mudah belajar dari suatu objek yang mereka anggap terlihat nyata (bukan kata-kata). Peran orang tua tetaplah penting dalam memilihkan tontonan, karena orang tua paling mengetahui perubahan yang terjadi pada anak mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apa yang diketahui orang tua tentang animasi nussa dan rara, bagaimana pendapat orang tua tentang konsep film animasi nussa dan rara sebagai media belajar anak, bagaimana cara orang tua menanamkan nilai-nilai dan kenapa cara tersebut digunakan oleh orang tua.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus dan teori SIP (Social Information Processing) untuk mendukung hasil penelitian.

Hasil penelitian ini, hampir semua orang tua mengetahui animasi nussa dan rara dari youtube dan orang tersekat mereka, serta menurut mereka bagus tidak hanya memberikan hiburan saja tetapi lebih ke pembelajaran untuk anak sehingga animasi ini efektif untuk dijadikan sebagai media alternatif belajar anak.

Persepsi orang tua tentang isi tayangan animasi nussa dan rara menurut mereka isi tayangannya mudah untuk dipahami oleh anak-anak dan layak dijadikan sebagai media belajar anak karena banyak pesan edukasi yang diberikan dalam isi tayangan animasi nussa dan rara seperti pesan agama, pesan moral dan pesan sosial, dan memiliki cara yang hampir sama untuk mengajak anak mereka menanamkan nilai-nilai yang di dapat dari animasi nussa dan rara.

Kata Kunci : Persepsi Orang Tua, Media Belajar Anak

PENDAHULUAN

Film animasi merupakan tayangan yang bisa dibilang sangat aman dan memang dikategorikan untuk anak- anak, film animasi merupakan salah satu hiburan yang dapat kita lihat melalui youtube. Karena memang youtube merupakan salah satu media baru yang saat ini tengah populer dikalangan masyarakat. Terbukti mulai dari anak-anak hingga orang tau pasti pernah bahkan sering mengakses youtube untuk menonton film, karena berbagai jenis genre

film dapat kita lihat melalui youtube dengan mudah. Perkembangan industri film atau dunia perfilman di Indonesia sudah sangat pesat, buktinya para pembuat film kini saling berlomba-lomba untuk membuat film. Tidak hanya membuat film bertemakan action atau percintaan saja, tetapi juga sudah banyak yang membuat film bertemakan keluarga, biografi, fiksi ilmiah dan animasi, mereka pun tidak hanya menanyangkan hasil karya film mereka melalui televisi,

(3)

bioskop. Tetapi juga melalui youtube sehingga tidak hanya orang dewasa saja yang dapat menikmati film, anak-anak pun dapat menikmatinya tanpa adanya batasan umur seperti pada televisi atau bioskop.

Film Animasi atau film kartun paling mudah untuk kita lihat di youtube, karena beberapa film kartun banyak yang dilarang tayang ditelevisi Indonesia oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), karena menurut mereka beberapa tayangan animasi yang tayangan ditelevisi memiliki unsur tayangan yang negatif untuk anak, sehingga animasi yang dilarang oleh KPI dapat dilihat di youtube dan kebanyakan tayangan televisi saat ini sangat tidak cocok untuk dikomsumsi oleh anak-anak.

Bahkan film animasi atau kartun lebih pas jika dikategori untuk semua umur, karena tidak ada larangan atau aturan untuk orang dewasa dalam menonton film animasi. Walaupun tidak semua film animasi aman untuk disaksiskan oleh anak-anak namun sebagian besar film animasi memang layak untuk ditonton oleh anak-anak, karena ada saja adengan kekerasan pada film animasi. Film animasi menampilkan cerita yang sederhana namun menghibur dengan menampilkan tokoh-tokoh yang unik seperti superhero, karakter hewan dan karakter-karakter lucu lainnya.

Kebanyakan film animasi yang ditayangkan di Indonesia merupakan film animasi luar negeri yang di adaptasi oleh pihak Indonesia dengan mendubbing ulang suara atau mengubah suaranya

kedalam bahasa Indonesia agar anak- anak yang menonton mudah memahami dan mengerti apa yang mereka tonton. Film animasi atau kartun cukup menghibur bagi semua kalangan masyarakat baik semua usia maupun status sosial. Film animasi atau kartun adalah film yang menawarkan imajinasi bagi penontonnya. Film yang dibuat dari sebuah lukisan atau gambar yang dirangkai menjadi satu bentuk cerita yang dapat bergerak. Konsep film kartun dirancang untuk merancang kreatifitas dan daya tangkap pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat film atau animator melalui media audio-visual agar dapat dimengerti, dipahami, dipikir dan ditanggapi oleh anak-anak yang menonton film tersebut. Sehingga pesan yang ingin sampaikan atau diberikan dengan maksud tertentu bisa sampai pada penonton atau anak-anak tanpa adanya hambatan.

Salah satu rumah produksi film yang membuat film animasi buatan Indonesia adalah The Little Giantz yang berkolaborasi dengan 4Stripe Production, film animasi buatan rumah produksi ini tidak kalah dengan animasi Upin & Ipin buatan Malaysia, dan animasi Adit &

Sopo Jarwo yang juga karya anak bangsa buatan MD Entertaiments, film ini diproduksi karena melihat tayangan bagi anak-anak yang ada di Indonesia sudah tidak lagi pantas untuk disaksiskan oleh anak-anak, karna tidak memberikan kesan pendidikan bagi anak-anak, film animasi Nussa dan Rara merupakan

(4)

serial animasi yang bernuansakan edukasi ini menceritakan tentang bagaimana kehidupan sehari-hari yang dialami oleh dua saudara kandung bernama Nussa dan Rarra ( dengan pengisi suara Nussa adalah Muzakki Ramadhan, dan pengsisi suara Rara adalah Aysah Ocean fajar) .

Animasi Nussa dan Rara dikemas dengan gaya yang kekinian mengikuti berkembangan zaman, bahkan animasi ini selalu menyelipkan quotes di setiap akhir episodenya. Kisah Nussa dan Rara Series ini hanya di unggah melalui channel youtube mereka Nussa Official, episode pertama mereka dirilis pada tanggal 19 Nov 2018 dengan judul “Tidur Sendiri, Gak Takut” animasi ini tayang di youtube setiap hari jum’at pukul 04:30 WIB, walaupun pun hanya tanyang melalui youtube bukan berarti animasi ini tidak ada yang meminati buktinya pada saat tayang pertama kali animasi ini yang sudah disaksikan sebanyak 23 juta kali oleh masyarakat bahkan menjadi trending topik dan mendapatkan banyak komentar positif. Beberapa orang tua banyak yang memberikan pendapat bahwa animasi nussa dan rara memiliki konsep dan isi tayangan yang tidak hanya memberikan hiburan saja kepada anak-anak.

Ditambah lagi karakter Nussa digambarkan sebagai seorang anak laki-laki yang berpakaian gamis lengkap dengan kopiah putihnya, sedangkan untuk karakter Rara, digambarkan sebagai adik Nussa

yang berusia 5 tahun dengan menggunakan gamis dan jilbab serta tampak sangat ceria. Karena animasi Nussa dan Rara sendiri memiliki konsep islami, faktanya karakter Nussa diciptakan sebagai tokoh penyandang disabilitas. Hal tersebut, tampak pada kaki kiri Nussa yang menggunakan sebuah kaki palsu namun tidak membuatnya putus asa dalam menjalani hidup dan mengejar cita-citanya sebagai pemain bola, pengisi suara dari tokoh Rara ini, juga mengundang rasa gemas bagi para penontonnya, karena pengisi suara dari karakter Rara tersebut memiliki usia yang sama dengan karakter yang digambarkan pada animasi tersebut, sehingga sangat cocok dan pantas untuk disaksikan oleh anak-anak dan orang tua agar mengetahui tayangan apa yang baik dan cocok untuk diberikan kepada anak mereka.

Anak pada usia dini hingga sekolah dasar adalah masa yang sangat rentan dan butuh pengawasan ketat dari orang tua terutama dalam hal memberikan dan memilihkan tayangan tontonan yang layak kepada anak, mengingat tayangan animasi yang ada di Indonesia lebih banyak mementingkan konsep hiburannya saja dari pada pendidikannya. Apa lagi film animasi yang di adaptasi dari luar negeri dan ditanyangkan di Indonseia lebih banyak mengandung unsur- unsur kekerasan dan bermain, sehingga membuat anak-anak yang menontonnya menjadi malas belajar serta menirukan adegan-adegan yang

(5)

mereka lihat di lingkungan mereka dan menyebabkan perkelahian dengan teman-temannya.

Karena tidak jarang anak- anak mulai menirukan adegan- adengan yang mereka lihat dari tokoh kegemarannya atau dari tanyangan yang mereka lihat secara terus menerus. Semua itu timbul dikarenakan dalam film kartun atau animasi banyak sekali tokok-tokoh yang menarik bagi anak-anak baik dari bentuk maupun gaya, serta isi tayangan yang lebih banyak memberikan kesan hiburan dari pada edukasi. Mengingat anak pada usia dini hingga sekolah dasar merupakan masa yang sangat rentan dan butuh pengawasan yang ekstra dari para orang tua, karena anak tidak akan menyadari perubahan yang terjadi pada diri mereka hanya orang tua yang menyadari perubuhan pada anak.

Proses perkembangan perilaku anak dimulai dengan didikan orang tua, guru dan lingkungan serta apa yang mereka lihat setiap harinya. Karena anak lebih mudah belajar dari suatu objek yang mereka anggap terlihat nyata (bukan kata-kata), serta mereka lebih tertarik terhadap hal-hal yang bergerak dan bersuara. Sehingga dapat dilihat bahwa film animasi tidak hanya sebagai huburan saja namun dapat digunakan atau dimanfaatkan sebagai media belajar untuk anak, akan tetapi peran orang tua juga sangat penting dalam mengawasi dan memberikan

tontonan kepada anak mereka, karena orang tua paling mengetahui totonan mana yang baik dan tidak untuk anak mereka serta perubahan yang terjadi pada anak mereka karena terkena dampak dari tayangan yang mereka tonton.

KAJIAN LITERATUR Komunikasi Massa

Menurut (Devito dalam Effendy, 2011:9) “First, mass communication is communication addressed to the means, to an extremly large audience. This does not mean that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television, rather it means an audience that is large and generally rather poorly defiend”. (Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditunjukkan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa bayaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umunya agak sungkar untuk didefinisikan). “Second, mass communication is communication mediated by audio and or visual transmitters. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms television, radio, newspaper, magazines, film, books, and tapes”.

(Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual. Komunikasi massa

(6)

barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita).

Menurut (Defleur dan McQuail dalam Riswadi, 2011:9) komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk meyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. Sedangkan menurut (J.Baran 2012:7) komunikasi massa adalah proses penciptaan makna bersama antara media massa dan khalayaknya.

Media Massa

(Mc. Luhan 2018: 172 dalam Fitriansyah) media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Media massa sendiri merupakan “kependekan” dari media komunikasi massa. Media massa lahir untuk menjembatani komunikasi antar massa. Massa adalah masyarakat luas yang heterogen, tetapi saling bergantung satu sama lain. Ketergantungan antar massa menjadi penyebab lahirnya media yang mampu menyalurkan hasrat, gagasan dan kepentingan masing-masing agar diketahui dan dipahami oleh orang lain (Pareno 2013:51 dalam Yulianti).

(Rakhmat 2018: 172 dalam Fitriansyah) dengan media massa

seseorang memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi. Sedangkan menurut (Hafield Cagara 2013:51 dalam Yulianti) media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pessan dari sumber kepada khalalyak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.

Media Baru

Media baru merupakan istilah yang dipakai untuk semua bentuk media komunikasi massa yang berbasis teknologi komunikasi dan teknologi informasi. Media baru yang memiliki ciri tersebut adalah internet. Internet adalah jaringan kabel dan telepon satelit yang menghubungkan komputer. (Vivian 2011: 171 dalam Gifary).

New media atau media baru merupakan media yang menawarkan digitisation (digitalisasi), conver- gence (konvergensi), interactiviy (interaktivitas) dan development of network (pengembangan jaringan) terkait pembuatan pesan dan

penyampaian pesannya.

Kemampuanya menawarkan interaktivitas ini memungkinkan pengguna dari new media memiliki pilihan informasi apa yang

dikonsumsi, sekaligus

mengendalikan keluaran informasi yang dihasilkan serta melakukan

(7)

pilihan-pilihan yang diinginkannya.

New media memungkinkan penggunanya untuk menggunakan ruang seluas-luasnya di new media, memperluas jaringan seluas-luasnya, dan menunjukkan identitas yang lain dengan yang dimiliki pengguna tersebut di dunia nyata. (Flew 2011:70 dalam Watie).

Media Sosial

Istilah media sosial bisa dijelaskan sebagai sarana penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan.

Makna sosial itu merujuk pada saling bekerja sama (co-operative work), yaitu terdapatnya karakter kerja sama atau saling mengisi di antara individu dalam rangka membentuk kualitas baru dari masyarakat. Sehingga dapat dirtikan bahwa, melalui media sosial seseorang dapat saling terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Media sosial memiliki sifat yang lebih interaktif apabila dibandingkan dengan bentuk media tradisional seperti radio maupun televisi (Nasrullah 2017:97 dalam Sukrillah dkk).

Media sosial adalah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial (Van Dijk 2016:2352 dalam Atiko dkk).

Jenis-Jenis Media Sosial

1. Media Jejaring Sosial (Social Networking)

Situs jejaring sosial adalah media sosial yang paling popular. Media sosial tersebut memungkinkan anggota untuk berinteraksi satu sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya pada pesan teks, tetapi juga termasuk foto dan video yang mungkin menarik perhatian pengguna lain.

Semua posting (publikasi) merupakan real time, memungkinkan anggota untuk berbagi informasi seperti apa yang sedang terjadi seperti Facebook, Twitter, Instagram dan Linkedln

2. Jurnal Online (Blog)

Blog merupakan media sosial yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah aktivitas keseharian, saling mengomentari, dan berbagi, baik tautan web lain, informasi, dan sebagainya seperti Wordpress dan Blogspot.

3. Media Berbagi (Media Sharing) Situs berbagi media (media sharing) merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media, mulai dari dokumen (file), video, audio, gambar, dan sebagainya seperti Youtube, Flickr, Photobucket dan Snapfish.

4. Penanda Sosial (Social Bookmarking)

Penanda sosial atau social bookmarking merupakan media sosial yang bekerja untuk mengorganisasi, menyimpan, mengelola, dan mencari informasi atau berita tertentu secara online seperti Delicious.com,

(8)

StumbleUpon.com, Digg.com dan khusus indonesia LintasMe (dalam Sukrillah dkk, 2017:98).

Youtube

Youtube merupakan tempat dimana setiap pengguna dapat berbagi video secara gratis dan disaksikan jutaan penonton setiap hari. Sejak diluncurkan tahun 2005 kepopuleran Youtube semakin meroket sebagai website video-sharing. (Fleck dkk 2017: 1 dalam Suwarno).

YouTube merupakan salah satu media sosial yang banyak digemari oleh masyarakat. YouTube merupakan sebuah situs web berbagi.

Situs ini memungkinkan pengguna mengunggah, menonton, dan berbagi video. Namun dengan segala kemudahan dan banyaknya kegunaan melalui berbagai macam jenis video, YouTube juga memiliki kekurangan yang dapat merugikan penggunanya.

Seperti banyaknya informasi yang belum tentu kebenarannya. Pengguna YouTube sebaiknya memperhatikan dan memilih dengan bijak terhadap apa yang dikonsumsi melalui YouTube. Pemanfaatan YouTube dapat digunakan dengan mengunggah video-video yang menunjukkan bakat, hobi, atau pun kegiatan yang dapat memberikan hal dan informasi positif bagi pengguna lainnya (Zarrella 2017:941 dalam Rini dan Imran).

Film Animasi

MNC Sports merupakan saluran khusus olahraga, karena itulah program Millennials Talk juga

menyesuaikan tema olahraga tersebut dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakaat milenial saat ini yaitu dengan mengundang atlet-atlet muda yang berprestasi untuk membicarakan tentang perjalanan mereka hingga dapat berhasil seperti saat ini.

Berita dan olahraga adalah sebuah format acara Televisi yang diproduksi berdasarakan informasi dan fakta atas kejadian dan perisiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari baik yang bersifat time less atau time concern.

Format ini memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen. (Mabruri, 2009:15)

Media Pembelajaran

Sunday Taiwo (2009:62). Media used to supplement the teacher byenhancing his effectiveness in the classroom and media used to substitute the teacher through instructional media system (Media yang digunakan untuk melengkapi guru dengan meningkatkan keefektifitasannya dalam kelas dan media yang digunakan untuk menggantikan guru melalui sistem media pembelajaran). Secara lebih khusus (Briggs 2005:4 dalam Trini Prastati) mengatakan bahwa media sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Menurut UU RI No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20:

”Pembelajaran adalah proses

(9)

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Burden dan Byrd (1999:137) mendefinisikan media pembelajaran sebagai alat pengantar informasi pembelajaran.

Persepsi

Persepsi menurut (Riswadi 2009:50) Persepsi adalah inti dari komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding).

Persepsi mencakup penginderaan (sensasi) melalui alat-alat panca indra (mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah) dan atensi. Sedangkan menurut (Desiderato dalam Rakhmat, 2010:50) persepsi adalah pengalaman tentang objek, persitiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah persepsi.

Teori Social Information Processing (SIP)

Social Information Processing Theory menurut Walther (Griffin, 2011 dalam Marsudi) menerangkan sebagai perspektif alternatif dalam memandang fenomena pengembangan hubungan dalam format Computer Mediated Communication (CMC). Seiring derasnya perkembangan teknologi komunikasi, format Computer

Mediated Communication (CMC) dianggap sebagai alat yang kurang berguna untuk mengejar tujuan- tujuan sosial karena memiliki lebih sedikit saluran untuk berinteraksi bila dibandingkan dengan interaksi secara tatap muka (face-to-face) yang menyediakan banyak saluran untuk berinteraksi. Saat ini, Walther mengakui bahwa banyak bentuk- bentuk baru dari komunikasi secara online, seperti situs jejaring sosial (social networking), yang tidak memiliki keterbatasan seperti Computer Mediated Communication (CMC).

Social Information Processing menggunakan isyarat verbal dan isyarat temporal sebagai pengaruh utama terhadap pembentukan hubungan. Teori ini menggunakan kedua set isyarat tersebut sebagai parameter di mana komunikasi dan teknologi dapat bergabung untuk menghasilkan hubungan impersonal, interpersonal dan hipersonal. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator akan termotivasi untuk membangun hubungan online karena alasan mereka secara pribadi. Namun dalam perkembangannya, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan dorongan motivasi untuk membangun hubungan online, yaitu: 1 antisipasi interaksi berikutnya di masa depan dan 2 skeptisisme.

Jika dilihat lebih dekat dalam cluster teori komunikasi yang menjelaskan pengembangan hubungan, Social Information

(10)

Processing Theory mirip dengan Social Penetration Theory dan Uncertainity Reduction Theory.

Social penetration sendiri adalah tentang proses bagaimana membangun suatu hubungan yang lebih dalam dengan orang lain melalui self-disclosure dan keaadaan lingkungan yang sama. Sedangkan teori uncertainly reduction sendiri adalah meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana sifat orang lain tersebut untuk mengantisipasi dan mengembangkan interaksi di masa depan. Namun Social Information Processing Theory menggunakan isyarat verbal dan isyarat temporal sebagai pengaruh utama terhadap pembentukan hubungan. Teori ini menggunakan kedua set isyarat tersebut sebagai parameter di mana komunikasi dan teknologi dapat bergabung untuk menghasilkan hubungan impersonal, interpersonal dan hypersonal (Griffin, 2011:143 dalam Andriani).

1. Hyperpersonal

Komunikasi hyperpersonal dilakukan dengan media internet yang menurut masyarakat sosial lebih menarik bila dibandingkan dengan komunikasi face-to-face.

Berbeda dari dua perspektif

sebelumnya yang

mempermasalahkan bahasa non- verbal, perspektif ini justru menganggap bahwa tidak adanya non-verbal justru membantu dalam berinteraksi. Komunikasi hyperpersonal terjadi ketika seseorang merasa nyaman untuk

mengekspresikan diri mereka sendiri dalam saluran komunikasi melalui media daripada komunikasi langsung. Walther mengungkapkan komunikasi hyperpersonal dapat diatributkan dalam empat faktor:

a. Faktor Penerima

Penerima dapat mengukur kualitas seseorang di dalam komunikasi hyperpersonal. Pada keadaan tertentu, penerima pesan computer mediated communication mengembangkan persepsi mereka tentang orang lain. Misalnya jika ingin mengetahui tentang apa yang diminati oleh orang lain, kita bisa melihat tulisan mengenai bidang apa yang sering ditampilkan oleh orang tersebut di blog walaupun tulisan hanya sebagian kecil faktor yang bisa dilihat.

b. Faktor Pengirim

Faktor ini memegang kendali bagaimana menampilkan diri sendiri terhadap orang lain. Pengirim bisa melakukan sensor pada apa yang ingin dia sampaikan. Berbeda dengan komunikasi secara langsung, walaupun tidak dikatakan namun orang lain yang melihat dapat segera mengetahui perasaan kita dengan melihat ekspresi atau raut wajah.

Pengirim pesan menggunakan proses presentasi diri selektif yang mengacu pada kemampuan pengguna computer mediated communication untuk mengelola citra virtual mereka.

Berkemampuan menyensor diri sendiri dan memanipulasi pesan sangat mungkin untuk dilakukan

(11)

dalam konteks computer mediated communication, tingkat penggunaan hal ini pun jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan komunikasi face-to-face, oleh sebab inilah individu memiliki kontrol yang besar mengenai isyarat yang mereka kirimkan.

c. Faktor Saluran

Pesan yang ditransmisikan melalui internet tidak hanya menembus ruang tetapi juga waktu.

Jika proses komunikasi online diantara dua orang atau lebih berjalan secara bersamaan atau real time disebut komunikasi sinkron (synchronous communication), misalnya dalam bentuk Yahoo Messenger. Pada komunikasi ini sifat pesan lebih informal menyerupai bahasa percakapan sehari-hari.

Sedangkan komunikasi asinkron (assynchronous communication) terjadi jika di dalam proses interaksi terdapat tenggang waktu yang signifikan. Pesan yang disampaikan bisa lebih terencana, misalnya pada penggunaan email. Dalam interaksi online, komunikasi hyperpersonal lebih menekankan pada aspek asinkron. Aspek asinkron ini memungkinkan seseorang untuk lebih mengaktualisasikan diri sendiri melalui tulisan yang lebih terkonsep sehingga memunculkan perasaan percaya diri dalam menjalin hubungan.

d. Faktor Umpan Balik

Umpan balik dalam computer mediated communication

dapat mengarah pada perputaran intensif dimana konfirmasi pesan dari tiap perilaku komunikasi dapat menguatkan perilaku masing-masing.

Dengan kata lain, dalam computer mediated communication kita berperilaku sesuai dengan harapan yang orang lain dan data sosial tunjukkan dalam suatu proses komunikasi yang sudah secara selektif dikirim dan dibentuk oleh komunikator (Walther, 1996:5 dalam Andriani)

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan penelitian kualitatif, dengan demikian peneliti pun dapat meneliti permasalahan tersebut secara lebih mendalam dan mencari informasi sebanyak mungkin dengan metode pengumpulan data yang terdapat dalam penelitian kualitatif. (Bogdan dan Taylor dalam Moleong 2017:4) Mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan menurut (Moleong 2017:4) menjelaskan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang.

Paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme.

Paradigma ini hanya

(12)

mengkonstruksikan segala fenomena dilapangan dengan mengamati yang sedang terjadi dan dikumpulkan menjadi konstruk guna dianalisa lebih mendalam. Peneliti konstruktivisme yang paling mungkin untuk mengandalkan metode pengumpulan data dan analisis kualitatif atau kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif (metode campuran) (Suryani dan Hendryadi 2016:49).

PEMBAHASAN

Analisa Apa Yang Diketahui Orang Tua Tentang Animasi Nussa dan Rara

Melalui media sosial youtube para orang tua maupun guru mengetahui dan menonton animasi nussa dan rara, ada juga yang tahu dari anak mereka maupun orang terdekat mereka, dalam hal ini media sosial memiliki peran yang penting bagi orang tua maupun guru dalam mengetahui animasi nussa dan rara.

Karakter tokoh pada animasi nussa dan rara memiliki perilaku dan sifat yang sangat baik atau bisa dibilang karakter pada animasi nussa dan rara bersifat positif bagi anak- anak, walaupun begitu masih ada sisi negatifya. Yaitu dari karakter nussa dimana dia memiliki sifat yang jahil atau iseng terhadap adiknya rara, walaupun begitu memiliki sifat iseng itu adalah hal yang wajar pada kakak beradik.

Yang membedakan animasi nussa dan rara dengan animasi yang lain tidak hanya dari karakter

tokohnya saja, tetapi juga dari isi tayangannya dimana animasi nussa dn rara di dominasi oleh isi tayangan yang memberikan pembelajaran kepada anak-anak dari pada hiburannya. Terbanding terbalik dengan animasi yang lain seperti upin-ipin walaupun memiliki isi tayangan yang mengedukasi tetapi lebih di dominasi oleh hiburan saja.

Teori SIP (Social Information Processing) relevan dengan hasil penelitian ini, yaitu pada komunikasi hyperpersonal dimana memiliki 4 karakteristik dan salah satu karkteristiknya yaitu faktor penerima relevan dengan penelitian ini.

Orang tua dan guru selaku penerima pesan atau rangsangan yang berikan oleh komunikator yaitu animasi nussa dan rara, dapat mengukur dan memberikan persepsi mereka tentang animasi nussa dan rara yang telah mereka terima ketika menonton animasi nussa dan rara.

Seperti dari mana mereka mengatahui animasi nussa dan rara, karakter tokoh yang terdapat pada animasi nussa dan rara dan yang membedakan animasi nussa dan rara dengan animasi lain.

Analisa Pendapat Orang Tua Tentang Konsep Film Animasi Nussa dan Rara Sebagai Media Belajar Anak

Animasi nussa dan rara memiliki konsep tayangan yang sangat bagus anak-anak, karena tidak hanya memberikan hiburan saja bagi anak- anak tetapi juga edukasi, ditambah anak-anak lebih mudah atau lebih mengerti bila diberikan pembelajaran

(13)

melalui sebuah tayangan animasi atau kartun. Karena jika melalui pemebelajaran biasa anak-anak mudah jenuh dan susah fokus terbanding terbalik jika melalu media tayangan animasi atau kartun.

Animasi nussa dan rara layak di jadikan sebagai media alternatif belajar bagi anak-anak, karena isi tayangannya yang bersifat positif dimana lebih banyak memberikan edukasi kepada anak-anak dari pada hiburan. Sehingga orang tua tidak takut anaknya terkena dampak negatif dari animasi nussa dan rara.

Banyak pesan edukasi yang diberikan oleh animasi nussa dan rara kepada anak-anak, dimana pesan edukasi yang diberikan mengajarkan tentang kehidupan sehari-hari yang dialami oleh anak-anak. Seperti pesan agama, pesan sosial dan pesan moral.

Animasi nussa dan rara cukup efektif di jadikan sebagai media belajar anak, karena isi tayangannya yang ringan serta mudah dipahami oleh anak-anak, jadi anak-anak tidak hanya terhibur ketika menonton animasi ini tetapi juga mendapatkan pembelajaran dari animasi nussa dan rara.

Teori SIP (Social Information Processing) relevan dengan hasil penelitian ini, yaitu pada komunikasi hyperpersonal dimana memiliki 4 karakteristik dan salah satu karkteristiknya yaitu faktor penerima relevan dengan penelitian ini.

Orang tua dan guru selaku penerima pesan atau rangsangan

yang berikan oleh komunikator yaitu animasi nussa dan rara, dapat memberikan persepsi mereka tentang konsep animasi nussa dan rara sebagai media belajar anak yang telah mereka terima ketika menonton animasi nussa dan rara. Dengan memberikan persepsi mereka bawah animasi nussa dan rara dapat di jadikan sebagai media alternatif belajar anak dan di anggap cukup efektif sebagai media alternatif belajar bagi anak.

Analisa Cara Orang Tua Menanamkan Nilai-Nilai Yang Terdapat Pada Animasi Nussa dan Rara

Para orang tua maupun guru tidak ada yang pernah menyuruh anak atau murid mereka untuk menonton animasi nussa dan rara, karena menurut mereka jika anak disuruh efek yang akan ditimbulkan adalah membuat anak jadi kebiasaan hingga dewasa nanti harus di berikan suatu perintah terlebih daluhu baru melakukan sesuatu. Lebih baik anak belajar dari pengalaman mereka saja karena membuat anak lebih mudah untuk belajar.

Para orang tua hanya memberitahu saja kepada anak mereka ketika ikut menonton animasi nussa dan rara untuk memberi tahu mana yang baik untuk mereka dan mana yang tidak, para guru mereka memilih cara dengan mengajak para murid mereka beberapa hari sekali untuk nonton bareng animasi ini. Agar para murid

(14)

dapat belajar sambil menghilangkan asa jenuh mereka dari pembelajaran yang diberikan setiap hari.

Teori SIP (Social Information Processing) relevan dengan hasil penelitian ini, yaitu pada komunikasi hyperpersonal dimana memiliki 4 karakteristik dan salah satu karkteristiknya yaitu faktor umpan balik relevan dengan penelitian ini.

Para orang tua dan guru memiliki cara masing-masing yang digunakan untuk mengajak anak mereka menanamkan nilai-nilai edukasi yang terdapat pada animasi nussa dan rara sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Agar anak meraka dapat menerima dan memahami cara yang digunakan oleh para orang tua dan guru.

Analisa Cara Tersebut Digunakan Oleh Orang Tua

Cara yang paling efektif untuk mengajak anak menanamkan nilai- nilai edukasi yang terdapat pada animasi nussa dan rara kedalam kehidupan sehari-hari mereka, adalah dengan cara memberitahu atau mengingatkan anak mereka ketika sedang nonton bareng atau mengawasi anak mereka. Agar anak dapat memahami pembelajran yang diberikan oleh animasi nussa dan rara.

Sedangkan untuk para guru cara yang mereka lakukan adalah dengan cara, melalukan tanya jawab setelah selesai menonton animasi nussa dan rara. Agar para murid lebih aktif di dalam kelas dan untuk

melihat apakah mereka menerima pembelajaran yang diberikan oleh animasi nussa dan rara.

Dengan cara yang digunakan oleh para orang tua dan guru, cara tersebut membuat anak lebih mudah memahami dan menerima pembelajaran yang diberikan melalui media animasi nussa dan rara.

Sehingga anak-anak dapat menerapkan pembelajaran yang mereka dapat dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Teori SIP (Social Information Processing) relevan dengan hasil penelitian ini, yaitu pada komunikasi hyperpersonal dimana memiliki 4 karakteristik dan salah satu karkteristiknya yaitu faktor pegirim relevan dengan penelitian ini.

Para orang tua dan guru selaku pengganti komunikator yaitu animasi nussa dan rara, melakukan sensor kepada anak atau murid pada pesan apa yang terdapat pada animasi nussa dan rara dan ingin mereka sampaikan kepada anak atau murid mereka dengan cara memberi tahu, megawasi dan mengajak nonton bareng animasi nussa dan rara. Agar anak atau murid mereka dapat menerima serta memahami nilai-nilai edukasi yang mereka dapat.

SIMPULAN

1. Animasi nussa dan rara tidak hanya menghibur tetapi juga lebih banyak memberikan edukasi bagi anak, sehingga dapat dijadikan sebagai media alternatif belajar anak

(15)

dan cukup efektif, karena pada animasi nussa dan rara lebih menekankan segi edukasi atau pembelajaran dibadingkan segi hiburannya bagi anak-anak.

2. Isi tayangan animasi nussa dan rara sebagai media belajar anak, layak dijadikan sebagai media alternatif belajar anak karena banyak pesan edukasi yang disampaikan lewat isi tayangan animasi nussa dan rara seperti pesan agama, pesan sosial dan moral, serta penyampaian isi tayangan yang mudah untuk dipahami oleh anak-anak ketika menonton animasi nussa dan rara.

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Baran, Staley J. (2012). Komunikasi Massa (Jilid 1 Edisi ke-5). Jakarta : Erlangga

Creswell, John.W. 2014. Penelitian Kualitatif & Desain Riset.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Effendy, Onong Ucjana. (2011).

Ilmu Komunikasi Teori dan Prakterk (Cetakan ke-23). Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

Halik, Abdul. (2013). Buku Daras : Komunikasi Massa (Cetakan Ke-1).

Makasar: Alauddin University Press Kountur, Ronny. (2009). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta : Percetakan Buana Printing

Liliwer, Alo. (2011). Komunikasi Serda Ada Serba Makna. Jakarta : Kencana

Moleong, Lexy J. (2017).

Metodologi Penelitian Kualitatif (Cetakan ke-37). Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya

Nugrahani, Farida. (2014). Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa. Yogyakarta : Deepublish

Rakhamt, Jalaludin. (2018).

Psikologi Komunikasi (Cetakan ke-1 Edisi Revisi). Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi (Cetakan ke-1). Yogyakarta : Graha Ilmu

Santana K, Septiawan. 2007.

Menulis Ilmiah Penelitian Kualitatif.

Jakarta : Penerbit Yayasan Obor Indonesia.

Suryani dan Hendryadi. 2016.

Metode Riset Kuantitatif : Teori Aplikasi pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam.

Jakarta : Penerbit Prenadamedia Group.

Jurnal/Skrpsi :

Andriani, Dian. (2017). Kampanye Sosial Di Media Sosial (Studi Kasus Computer Mediated

Communication Pada Platform Crowdfunding Kitabisa.com).

Skripsi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Universitas

(16)

Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Jakarta

Anwar, Chairil. (2015). Efektivitas Tayangan Kick Andy Di Metro Tv Dalam Memberikan Motivasi Pada Warga Kelurahan Gunung Elai Kecamatan Bontang Utara. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.3, No.3.

Aulia, Yusron. (2013). Animasi Iklan 3D Safety Driving. Jurnal Telematika, Vol 6, No 1.

Astusti, Widi Yanuarita dan Mustadi, Ali. (2014). Pengaruh Penggunaan Media

Film Animasi Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa V SD. Jurnal Prima Edukasia, Volume 2, Nomor 3.

Elysia, Puteri. (2016). Pengaruh Menonton Shallu Alan Nabi Terhadap Penggemar Fanpage Facebook Shallu Alan Nabi. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.4, No.2.

Fitriansyah, Fifit. (2018). Efek Komunikasi Massa Pada Khalayak (StudiDeskriptif Penggunaan Media Sosial dalam Membentuk Perilaku Remana).Cakrawala-Jurnal

Humaniora, Vol.18, No.2.

Gifary, Sharen, dan N, Kurnia, Iis.

(2013). Intensitas Penggunaan Smartphone Terhadap Perilaku Komunikasi. Jurnal Sosioteknologi, Volume 14, No.2.

Indraswari, Lolita. (2012).

Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak- Kanak Pembina Agama. Jurnal Pesona PAUD, Vol.1, No.1.

Irwandi dan Juariah, Siti. (2016).

Pengembangan Media Pembelajaran

Berupa Komik Fisika

Berbabtuan Sosial Media Instagram Sebagai Alternatif Pembelajaran.

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al- BiRuNi 05 (1), 33-42.

Jamanti, Retno. (2014). Pengaruh Berita Banjir Di Koran Kaltim Terhadap Kesadaran

Lingkungan Masyarakat Kelurahan Temindung Permai Samarinda.

Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.2, No.1, Hal 17-33.

Nurmalitasari, Femmi. (2015).

Perkembangan Sosial Emosi Pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal Buletin Psikologi, Volume 23, No.02, Hal 103-111.

Purwono, Joni, Yutmin, Sri, dan Anitah, Sri. (2014). Penggunaan Media Audio- Visual Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan. Jurnal Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran, Vol.2, Hal 127 – 144.

Sukrillah, A, Ratnamulyani, IA, dan Kusumadinata, AA. (2017).

Pemanfaatan Media Sosial Melalui Whatsapp Group Fei Sebagai

(17)

Sarana Komunikasi. Jurnal Komunikatio, Volume 3, Nomor 2.

Suwarno, Muji. (2017). Potensi Youtube Sebagai Sumber Belajar Matematika. Jurnal Mathematics Education, Vol.1, No.1.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya Orang Tua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Dilihat dari Kerjasama Orang Tua dan Guru Orang tua yang memiliki anak kreatif dan mendukung potensi yang dimiliki oleh anak