Pedoman persyaratan umum perencanaan jembatan merupakan hasil pemeriksaan dan penyempurnaan BMS 92 dengan mengambil beberapa ketentuan dari peraturan pemerintah no. Persyaratan umum pelaksanaan pekerjaan jembatan tidak diatur dalam pedoman ini sehingga harus diatur dalam pedoman lain. Panduan ini telah disusun oleh Panitia Teknis 91-01 Bahan Bangunan dan Konstruksi pada Subkomite Teknis 91-01/S2 Rekayasa Jalan dan Jembatan melalui Klaster Konstruksi Jembatan dan Pelengkap Jalan, Pusat Jalan dan Jembatan-Fu.
Persyaratan tersebut dibuat sebagai pedoman teknis agar pekerjaan perencanaan struktur jembatan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan standar persyaratan teknis. Dalam pedoman ini terdapat beberapa bidang yang menjadi persyaratan umum perencanaan jembatan, yaitu dasar-dasar perencanaan umum, jaminan mutu, persyaratan saluran air, persyaratan geometrik, keselamatan lalu lintas, geometri, persyaratan tahan gempa, pemeliharaan dan prasarana umum (pelayanan kota). dia sedang menjalin hubungan. Dengan pedoman tersebut diharapkan pelaksanaan struktur jembatan mulai dari tahap perencanaan struktur hingga tahap pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Untuk ketentuan perencanaan struktur jembatan yang tidak biasa (extraordinary bridges) seperti jembatan dengan beban rencana yang sangat besar atau umur rencana yang sangat lama dan menggunakan material atau metode baru, maka pejabat yang berwenang dapat menentukan kondisi khusus mengenai persyaratan pembebanan atau kekuatan. Dokumen referensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat diabaikan untuk menerapkan pedoman ini. RSNI T-03-2005, Standar Perencanaan Struktur Baja Jembatan RSNI T-12-2004, Standar Perencanaan Struktur Beton Jembatan Pd-T-13-2004-B, Pedoman Penempatan Utilitas Pada Kawasan Jalan.
Dua kondisi batas yang dibahas dalam pedoman ini adalah kondisi batas ultimat dan kondisi batas kemampuan servis.
Dasar perencanaan
- Umum
- Pokok-pokok perencanaan (design objectives)
- Tahapan perencanaan
- Filosofi perencanaan
- Metode analisis
Tanggung jawab utama seorang perencana jembatan harus mengutamakan keselamatan masyarakat umum, dan perencana harus mendapatkan jembatan yang memberikan keamanan struktural yang memadai. Jembatan harus didesain sedemikian rupa sehingga dampak yang dapat mempercepat kerusakan komponen akibat bentuk dan geometri elemen yang ada dapat diminimalkan (tindakan perlindungan diri). Oleh karena itu, pertimbangan juga harus dilakukan ketika merencanakan substruktur agar dapat menerima beban pada kondisi jembatan melebar.
Total biaya jembatan akan mencakup biaya konstruksi awal, biaya operasional dan biaya pemeliharaan yang harus dipertimbangkan dalam desain jembatan. Dalam merancang sebuah jembatan, pertimbangan estetika dapat dipilih untuk menentukan bentuk visual jembatan yang diinginkan. Perancangan jembatan dapat dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan dasar untuk menjamin keselamatan struktur yang diijinkan, yaitu rancangan tegangan kerja dan rancangan keadaan batas.
Rencana tegangan kerja merupakan suatu pendekatan elastis yang digunakan untuk memperkirakan kekuatan atau kestabilan dengan cara membatasi tegangan pada struktur sampai tegangan ijin ± 1/2 dari kekuatan aktual struktur pada beban kerja. Namun metode perencanaan stres kerja merupakan metode yang relatif sederhana dan konservatif sehingga penggunaannya masih diperbolehkan dalam beberapa kasus, meskipun metode ini tidak digunakan dalam pedoman perencanaan. Perencanaan batas negara adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pendekatan perencanaan yang memperhitungkan semua fungsi dan bentuk suatu struktur.
Ketika suatu jembatan mencapai keadaan batasnya, diasumsikan akan terjadi reaksi yang sedemikian besarnya sehingga menyebabkan jembatan tersebut runtuh/tidak dapat diservis atau terjadi kegagalan. Peristiwa kegagalan ini secara umum diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu keadaan batas ultimat (crash) dan keadaan batas pelayanan. Faktor reduksi kekuatan x beban nominal ≥ faktor beban x beban nominal 2) Penggunaan faktor beban dan faktor reduksi harus memenuhi ketentuan standar desain yang berlaku, seperti RSNI T-03-2005 untuk struktur baja dan RSNI T-12-2004 untuk struktur beton..aksi yang menyebabkan jembatan menjadi tidak aman disebut aksi ultimat, dan reaksi yang diberikan jembatan terhadap aksi tersebut disebut keadaan batas ultimit. Keadaan batas akhir terdiri dari berikut ini. a) Hilangnya keseimbangan statis karena sebagian atau seluruh jembatan runtuh, terbalik atau terangkat ke atas;
Dalam keadaan plastis atau pasca pembengkokan, aksi dan reaksi jembatan... dapat didistribusikan kembali dalam batas yang ditentukan dalam bagian perencanaan untuk material yang bersangkutan; Analisis untuk semua keadaan batas harus didasarkan pada asumsi elastis linier kecuali rata-rata non-linier disetujui atau disebutkan oleh otoritas yang berwenang dalam Petunjuk ini. Keadaan plastis atau redistribusi aksi dan respons jembatan pasca tekuk yang diizinkan oleh peraturan harus didasarkan pada asumsi linier-elastis.
Persyaratan kecukupan struktur
Keadaan batas yang ditentukan ini dimaksudkan agar jembatan dapat dibangun, melayani lalu lintas (dapat digunakan) dan mampu memikul beban rencana secara aman dalam umur rencana yang dipersyaratkan. Persyaratan keadaan batas ultimit, keadaan batas pelayanan, tegangan, defleksi, retak atau getaran dan persyaratan lengkap lainnya dapat mengacu pada persyaratan dalam Spesifikasi Desain Jembatan AASTHO LRFD Edisi 4 2007.
Umur rencana
Cara perencanaan
Kriteria perencanaan
Gambar rencana
Spesifikasi
Umum
Hal ini akan menentukan kecepatan yang diijinkan, masalah abrasi dan tingkat perlindungan abrasi jembatan. e) Persyaratan aspek pelayanan jembatan agar tetap sehat secara struktural akibat dampak banjir. Penting juga untuk mempertimbangkan dampak puing-puing material yang terbawa ke jembatan selama banjir. f) Kekuatan dan kestabilan struktur jembatan agar tidak runtuh akibat banjir terencana, termasuk benda terapung. g) Apakah perlu membangun/memasang struktur yang melindungi jembatan akibat benturan pada substruktur (layar atau lumba-lumba).
Penyelidikan lapangan
Penempatan pilar dan kepala jembatan
Jumlah jalur lalu lintas pada jembatan harus memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Jika tidak ada penghalang lalu lintas beton antara perkerasan dan jalan, maka lebar bersih minimum perkerasan diasumsikan 1 m. Bagian bangunan atas harus dilindungi dengan penghalang lalu lintas (pembatas) yang kaku.
Jarak horizontal minimum 0,5 m harus dipastikan antara permukaan pelindung dan tepi luar jalur lalu lintas yang berdekatan. Jarak minimum antara bangunan/struktur yang dilindungi dengan bagian belakang penghalang lalu lintas adalah 2 m untuk mencegah perilaku defleksi. Ruang kosong minimal yang wajib disediakan pada bangunan/fasilitas yang tidak terlindungi harus sesuai dengan peraturan instansi yang berwenang.
Jarak horizontal minimum yang harus dipastikan pada jembatan yang melintasi rel kereta api adalah 15 m atau sesuai dengan ketentuan Badan Perkeretaapian. Sambungan harus sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya kebisingan dan getaran, khususnya di wilayah perkotaan; .. g) sedetail mungkin agar sesuai dengan bangunan dan tidak menghalangi jarak pandang dengan kendaraan atau menghalangi jarak pandang pada persimpangan; .. h) merupakan batasan rinci gaya hidrodinamik dan jeratan benda sedimen pada saat jembatan tergenang air dengan kala ulang 25 tahun. i) Ketentuan desain penghalang lalu lintas (barrier) yang tidak tercakup dalam pedoman ini dapat mengacu pada ketentuan dalam Spesifikasi Desain Jembatan AASHTO LRFD Edisi 4 Tahun 2007. Penghalang lalu lintas, seperti ditunjukkan pada Gambar 3, harus dirancang dengan tingkat efisiensi yang sesuai sebagaimana ditentukan di bawah atau pada tingkat yang ditentukan oleh pejabat yang berwenang.
Perlindungan tingkat 3 dapat digunakan dalam kondisi berikut. a) Volume lalu lintas kecil (<300 kendaraan/hari), b) Jembatan di atas perairan dangkal. Permukaan lalu lintas semua jari-jari harus berada dalam jarak 25 mm dari permukaan jari-jari yang paling dekat dengan lalu lintas. - Batang yang diimbangi lebih dari 25 mm atau ditempatkan lebih dari 380 mm di atas permukaan acuan tidak dianggap sebagai batang lalu lintas yang memikul beban rencana.
- Tiang harus berada minimal 100 mm di belakang bagian depan palang lalu lintas. Jika penjaga berada di belakang gerbong, seperti pada jembatan yang beraspal, jarak minimal dari depan pembatas ke depan gerbong adalah 1 m dan tinggi maksimal gerbong adalah 150 mm. Gambar 4 - Ilustrasi kisi-kisi penjaga lalu lintas pada umumnya. sumber: Spesifikasi Desain Jembatan AASHTO LRFD edisi ke-4 2007). Jika suatu penghalang lalu lintas mempunyai palang tambahan setinggi 1,1 m untuk keselamatan pejalan kaki, maka sambungan dan sambungan harus dirinci sedemikian rupa agar tidak lepas akibat tabrakan kendaraan. Jembatan harus dapat digunakan oleh lalu lintas darurat setelah perbaikan sementara dan mungkin dapat digunakan pada tingkat beban yang lebih rendah setelah perbaikan permanen.
Drainase melintang dan memanjang pada jalur lalu lintas dijamin dengan penataan saluran drainase dan tepian untuk mencegah air menggenang di lantai jembatan. Jembatan pendek, seperti jembatan kereta api atau jalan raya, dibangun tanpa penampungan air setempat dan air dari jalur lalu lintas jembatan dibuang ke saluran pembuangan di ujung jembatan.
Jarak bebas vertical (freeboard)
Perkiraan banjir rencana
Perkiraan debit banjir, kedalaman dan kecepatan harus didasarkan pada metode yang sesuai dengan kondisi setempat, tergantung pada umur rencana jembatan. Ketinggian air banjir yang dijadikan dasar perencanaan hidrolik harus sesuai dengan debit banjir yang direncanakan. Jika terjadi kondisi kritis yang menyebabkan bangunan atas terendam banjir, maka dapat dilakukan perkiraan interval berulangnya banjir. Jika perlu, keadaan ini harus diperhitungkan dalam desain.
Benda tidak terpakai/debris
Pekerjaan pengendalian aliran
Desain terhadap gerusan dan faktor-faktor yang terkait
Perkiraan kedalaman gerusan
Degradasi dan agradasi
Perlindungan terhadap gerusan
Bangunan sekunder
Lebar struktur
Umum
Lebar lantai kendaraan
Ruang bebas horizontal
Umum
Ruang bebas pada pengaman kaku untuk lalu lintas
Ruang bebas pada penghalang fleksibel untuk lalu lintas
Ruang bebas pada penghalang yang tidak terlindung
Ruang bebas pada lintasan kereta api
Ruang bebas vertikal
- Umum
- Ruang bebas vertikal pada jembatan jalan raya
- Ruang bebas trotoar
- Ruang bebas vertikal jembatan di atas lintasan kereta api
Agar ketinggian jarak vertikal dapat dipertahankan setiap saat, pengerasan jalan pada badan jalan harus dihindari, yang akan menambah ketebalan lapisan perkerasan, terutama jika jarak bebas vertikal terbatas. Ruang kosong vertikal minimum di sepanjang atau di bawah jembatan untuk setiap kelas jalan sebagaimana digambarkan pada Gambar 1 harus memenuhi peraturan perundang-undangan terkait yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006. Jarak operasi minimum di atas rel kereta api adalah 6,5 m atau ditentukan oleh otoritas perkeretaapian.
Jembatan bersudut (skewed bridge)
Jembatan untuk fasilitas pejalan kaki
Terowongan untuk fasilitas pejalan kaki
Tangga untuk fasilitas pejalan kaki
Sifat-sifat pengaman
Tingkat kinerja
Tingkat kinerja 1
Pengekangan Tingkat Kinerja 1 menahan mobil, bus, dan truk berat dengan aman, dalam kondisi benturan tinggi dengan kecepatan hingga kecepatan jalan yang direncanakan, dan sudut benturan 15 derajat. Catatan: Lebar bagian bawah dan atas pembatas harus ditentukan berdasarkan tingkat kinerja pembatas.
Tingkat kinerja 2
Tingkat kinerja 3
Lebar antar pembatas tidak kurang dari 8 m untuk jembatan multi jalur atau antara 3,7 m dan 4,9 m untuk jembatan satu jalur. Dudukan Performance Level 3 harus mampu menahan mobil dengan aman pada kecepatan jalan raya yang direncanakan dan sudut benturan hingga 15 derajat.
Persyaratan geometrik untuk penghalang berjeruji, tingkat kinerja 1 dan 2
Pengaman alternatif
Pengaman untuk pejalan kaki
Umum
Dasar-dasar perencanaan tahan gempa
Umum
Drainase pada jalur lalu lintas
Detail-detail drainase
Ketentuan untuk penggantian
Ketentuan untuk pengecatan kembali
Fasilitas dan akses pemeriksaan dan pemeliharaan rutin