• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN POLIGAMI PADA APAATUR SIPIL NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN POLIGAMI PADA APAATUR SIPIL NEGARA "

Copied!
113
0
0

Teks penuh

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM KEPUTUSAN POLIGAMI PADA APARATUR SIPIL NEGARA. Studi Kasus di Pengadilan Agama Gunung Sugih Kelas 1B). Jadi ASN mengajukan izin poligami karena alasan yang tercantum dalam surat permohonan yang diajukan ke Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih. Nah, dalam perkara ini tergugat juga merupakan penggugat pemulihan yang mengajukan beberapa gugatan di Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pedoman kepada masyarakat khususnya aparatur negara mengenai tata cara dan pertimbangan hakim dalam perkara permohonan izin poligami di pengadilan agama. Sedangkan penyidikan yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis putusan hakim Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih tentang bagaimana pandangan hakim terhadap putusan ASN yang membolehkan poligami. Bedanya, penelitian ini fokus pada akibat hukum yang timbul dari pemberian izin poligami kepada aparatur sipil negara (ASN). Rumusan masalah penelitian yang dilakukan adalah mengenai analisis terhadap keputusan hakim Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih dalam memutus perkara izin poligami.

Lokasi penelitian adalah Pengadilan Agama Gunung Sugih Kelas 1B Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Sebelum Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih berdiri, masyarakat pencari keadilan mengajukan perkaranya ke Pengadilan Agama Metro. Permohonan izin poligami perkara nomor 1068/Pdt.G/2017/PA.Gsg ke Pengadilan Agama Gunung Sugih diajukan pada 25 September 2017 dan didaftarkan ke register pada 2 Oktober 2017.

7 Putusan perkara nomor 1068/Pdt.G/2017/PA.Gsg tentang izin poligami bagi ASN. fakta-fakta yang diterima Majelis Hakim selama persidangan. Kebenaran formil inilah yang menjadi pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan izin poligami bagi ASN dalam perkara nomor 1068/Pdt.G/2017/PA.Gsg. Putusan Hakim Pengadilan Agama Gunung Sugih Kelas 1B Perkara Perdata Nomor 1068/Pdt.G/2017/PA.Gsg Berdasarkan Hukum Acara Perdata Nomor 1068/Pdt.G/2017/PA.Gsg Berdasarkan Hukum Keluarga Indonesia.

Pada sub pembahasan ini peneliti akan melakukan analisis kesesuaian antara putusan hakim Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih dalam perkara perdata nomor 1068/Pdt.G/2017/PA.Gsg dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. . Dalam perkara nomor 1068/Pdt.G/2017/PA.Gsg, pertimbangan hakim dalam memberikan izin poligami kepada Pemohon sudah sesuai dengan alternatif syarat di atas.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pertanyaan Penelitian

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian Relevan

KAJIAN TEORI

Izin Poligami

  • Pengertian Poligami
  • Dasar Hukum Poligami
  • Syarat-syarat Poligami
  • Prosedur Poligami

Suami yang ingin beristeri lebih daripada seorang (poligami) hendaklah terlebih dahulu mendapat kebenaran Mahkamah Agama17. Kuasa relatif Mahkamah Agama Permohonan kebenaran berkahwin lebih daripada seorang dikemukakan kepada Mahkamah Agama tempat tinggal. Pendaftar perkahwinan dilarang mendaftarkan perkahwinan suami yang akan beristeri lebih dari seorang sebelum mendapat kebenaran daripada Pengadilan Agama yang mempunyai kekuatan hukum tetap20.

Aparatur Sipil Negara

  • Pengertian Aparatur Sipil Negara
  • Izin Poligami Bagi Aparatur Sipil Negara
  • Syarat Khusus Izin Poligami ASN
  • Prosedur Izin Poligami ASN
  • Sanksi

Pegawai Negeri Sipil adalah warga negara Indonesia yang memenuhi persyaratan tertentu dan diangkat oleh pejabat pembinaan pegawai negeri sipil sebagai pegawai tetap Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menduduki jabatan pemerintahan. Hal ini tertuang dalam Pasal 1 UU No. PP Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil. Tahun 1990 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 tentang surat nikah dan perceraian bagi pegawai negeri sipil.

Apabila PNS yang mengajukan izin poligami tidak memenuhi salah satu syarat alternatif dan ketiga syarat kumulatif yang ditetapkan, maka izin tersebut tidak dapat diberikan oleh PNS tersebut. Tata cara permohonan poligami bagi ASN terdiri dari dua tahap, yaitu permohonan izin poligami di tempat kerja dan di Pengadilan Agama. Pejabat yang menerima permohonan izin poligami wajib mencermati alasan-alasan yang disebutkan dalam surat permohonan izin dan pertimbangan atasan pejabat tersebut.

Hal itu sebagaimana tercantum dalam pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 1990. paling lambat tiga bulan sejak permohonan izin diterimanya. 26 “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil. 27 “Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil,” Pasal 9 Ayat (2).

Hukuman disiplin yang tegas berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Tindakan Disiplin Ketat Bagi Pegawai Negeri Sipil.29.

Pertimbangan Hakim

  • Pengertian Pertimbangan Hakim
  • Aspek-aspek yang Menjadi Pertimbangan Hakim
  • Teknik Hakim dalam Pertimbangan Keputusan Hakim

UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kehakiman Pasal 5 ayat (1) mengatur bahwa hakim wajib mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang ada dalam masyarakat. Maksud dari ketentuan ini adalah agar setiap keputusan hakim sesuai dengan ketentuan hukum dan rasa keadilan bagi masyarakat. Sedangkan kebenaran sosiologis artinya hakim juga harus memikirkan apakah putusannya akan mempunyai akibat dan dampak buruk bagi masyarakat, dengan kata lain hakim harus mengambil putusan yang adil dan bijaksana dengan mempertimbangkan dampak hukum dan dampaknya terhadap masyarakat. .

Sedangkan menurut ajaran Islam, setiap hakim wajib mengadili para pihak dan memutus perkara berdasarkan atau menurut hukum Islam. Jika seorang hakim memutus suatu perkara yang tidak berdasarkan hukum Islam atau tidak berdasarkan hukum yang sesuai dengan hukum Islam, maka berarti ia telah melanggar syariat Islam itu sendiri. Dalam pengambilan keputusan, rumusan pokok sengketa menjadi dasar atau titik tolak penyusunan bagian-bagian keputusan yang lain.

Fakta objektif tersebut merupakan hasil kesimpulan hakim yang timbul dari penilaian hakim terhadap fakta subjektif dengan mempertimbangkan alat bukti. Kegiatan hakim yang seperti ini disebut dengan memastikan, yaitu kegiatan mencari kebenaran fakta, sehingga ditemukan fakta objektif atau disebut juga dengan fakta peristiwa (feitelijke ground) atau menurut penulis dapat juga disebut dengan fakta subjektif. hakim, disingkat fakta hakim. Kualifikasi, yaitu kegiatan hakim memilah atau memisahkan fakta obyektif yang berkaitan dengan hukum dan yang tidak.

Kegiatan pembuatan undang-undang dijalankan dengan menerapkan prinsip, doktrin dan kaedah undang-undang serta dengan mengambil kira undang-undang yang hidup dalam masyarakat.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sifat Penelitian

Sumber Data

Dokumentasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti pengumpulan, pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan. Bahan penelitian ini adalah salinan putusan perkara Nomor 1068 /Pdt.G/2017/PA.Gsg tentang izin poligami ASN. Cara berpikir induktif diawali dari fenomena atau hal yang khusus dan diakhiri dengan teori atau hal yang umum 14 Dalam penelitian ini peneliti terlebih dahulu memaparkan fakta-fakta dalam kasus izin poligami di Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih dengan nomor perkara 1068/ Pdt.G. /2017 /PA.Gsg kemudian menganalisisnya berdasarkan teori tentang poligami ASN. Saat itu, Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih menyewa rumah warga untuk dijadikan kantor yang lokasinya tidak jauh dari Kantor Bupati Lampung di Jalan Hanura Nomor 05 Gunung Sugih pada tahun 2003 hingga 2008.

Pada tahun 2006, Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih mendapat hibah tanah dari Pemerintah Pusat Lampung seluas 10.000 m². Dalam usulan RKAKL tahun 2008, Pengadilan Agama Kelas 1B Gunung Sugih mendapat DIPA belanja modal pembangunan gedung perkantoran senilai Rp. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada seluruh unsur di lingkungan Peradilan Agama (umum, kepegawaian dan keuangan, kecuali biaya perkara);

Dalam proses pembuktian, Pemohon diketahui telah menikah dengan istri keduanya sebelum mengajukan izin poligami di kantor tempatnya bekerja dan Pengadilan Agama. Hal itu bisa dilakukan oleh laki-laki jika sudah mendapat izin dari Pengadilan Agama. Akibatnya, pengajuan permohonan izin poligami ke Pengadilan Agama hanya sekedar formalitas belaka untuk melegalkan perkawinan yang secara administratif melanggar hukum perkawinan.

Pemohon baru menikah sebelum mendapat izin tertulis dari kantor tempatnya bekerja dan Pengadilan Agama. Pertimbangan Hakim Dalam Penanganan Perkara Poligami di Pengadilan Agama Sungguminasa.” Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin, 2017. Bentuk dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah data terkait kondisi Pengadilan Agama Gunung Sugih Klas 1B dan data keputusan Hakim. Keputusan dalam memutus perkara Poligami bagi ASN.

Teknik Pengumpuln Data

Teknik Analisa Data

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Putusan Hakim Pengadilan Agama Gunung Sugih Kelas 1B

Dalam perkara nomor 1068/Pdt.G/2017/PA.Gsg, pemohon telah memenuhi syarat sebagaimana disebutkan di atas. Dari uraian di atas terlihat bahwa secara keseluruhan putusan hakim dalam perkara nomor 1068/Pdt.G/2017/. Hal ini terkait dengan asas Ius Curia Novit yang diturunkan dari Pasal 5 alinea. 1, dalam UU No.

Mukhsin Asyrof, “Asas-asas Penemuan Hukum dan Pembuatan Hukum oleh Hakim dalam Litigasi,” Varia Judiciary 252, no. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa majelis hakim memutus perkara nomor 1068/Pdt.G/2017/PA.Gsg tentang izin poligami PNS dengan memperhatikan aspek-aspek kewajaran. kebenaran hukum, filosofis dan sosiologis. Aspek hukum yaitu hakim menilai pemohon memenuhi syarat untuk berpoligami sebagaimana diatur dalam undang-undang.

Ayumi Kartika Sari, “Analisis hukum perlunya persetujuan istri bagi suami yang akan melangsungkan perkawinan poligami menurut UU No. Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara pidana pembunuhan berencana yang dilakukan oleh anak.” Skripsi, Universitas Atma Jaya, 2018. Poligami dalam perspektif hukum Islam dalam kaitannya dengan hukum perkawinan Oleh: Nur Hayati” 3, no.

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM KEPUTUSAN POLIGAMI PADA APARATUR SIPIL NEGARA (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA GUNUNG SUGIH) PENUTUP.

PENUTUP

Saran

Kepada pemerintah, untuk mencari tahu masyarakat terkait dengan ditetapkannya tata cara poligami di pengadilan agama, khususnya bagi ASN. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan kajian terkait penerapan poligami bagi ASN yang belum dibahas dalam penelitian ini. Permohonan Izin Poligami (Studi Penetapan Pengadilan Agama Salatiga No. 0525/Pdt.G/2010/PA.SAL).” Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, 2012.

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pejabat." Http://www.bphn.go.id, n.d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1990 Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Perkawinan dan Perceraian surat cerai bagi PNS.” Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.” Http://ditsdm.ipb.ac.id, n.d.

Santoso, “Hakikat Perkawinan Menurut Hukum Perkawinan, Hukum Islam dan Hukum Adat”, Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosial Keagamaan/Peradilan, Vol. Apa pertimbangan hakim dalam memberikan izin poligami kepada ASN yang melangsungkan nikah siri? Apa batasan penyakit istri, apa alasan hakim menerima permohonan poligami bagi ASN?

Bagaimana pendapat hakim atas ketidakadilan yang dialami istri pertama selama pernikahan di tangan ASN? Hal apa saja yang membuat hakim menilai suami mampu memperlakukan istrinya dengan adil setelah melakukan poligami?

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 36 Penyelenggaraan Pusat Data Pemerintah Daerah harus dilakukan oleh Aparatur Sipil Negara ASN dengan kapasitas tenaga ahli yang memiliki kompetensi di bidang Sistem Elektronik