SISTEM PEMERINTAHAN CIVIL LAW DAN
COMMON LAW
Pengantar Ilmu Hukum
Oleh : Sri Riski Nurhikmah
NPM : 2110631010048
TABLE OF CONTENTS
Pengertian Sistem Hukum
Sistem Hukum Eropa Kontinental
Sistem Hukum Anglo Saxon
Perbedaan Sistem Hukum Anglo Saxon dan Eropa
Kontinental
01 03
02
04
Istilah “Sistem” berasal dari perkataan “systema” dalam bahasa Latin – Yunani, yang artinya “keseluruhan yang terdiri dari bermacam-macam bagian”.
Sistem hukum adalah kesatuan utuh dari tatanan-tatanan yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan dan berkaitan dengan erat. Subsistem ini saling berkaitan yang tidak dapat bertentangan dan apabila terjadi pertentangan, maka selau ada jalan untuk menyelesaikannya.
Sistem hukum haruslah tersusun dari sejumlah bagian yang disebut dengan subsistem hukum yang secara bersama-sama mewujudkan kesatuan yang utuh. Sistem hukum bukan saja sekedar kumpulan peraturan, tetapi setiap peraturan itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya, serta tidak boleh terjadi konflik atau kontradiksi di antara subsitsem yang di dalamnya.
PENGERTIAN SISTEM HUKUM
PENDAPAT PARA SARJANA
Prof. Dr.
Sunaryati Hartono, SH :
Sesuatu yang terdiri dari dari sejumlah unsur atau komponen yang selalu mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas. Agar supaya berbagai unsur itu merupakan kesatuan
terpadu maka
dibutuhkan organisasi.
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo,
Sistem
SH :
hukum itu merupakan itu merupakan tatanan, suatu kesatuan yang utuh yang terdiri atas bagian-bagian atau unsur- unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain.Prof. Subekti, SH
Sistem hukum
:
itu merupakan suatu susunan atau taatan yangteratur, suatu
keseluruhan yang terdiri dari atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu penulisan untuk mencapai suatu tujuan
SISTEM HUKUM DUNIA
1 3
2 4
Sistem hukum Anglo Saxon
Sistem hukum Adat
Sistem hukum Eropa
continenta
Sistem hukum
Islam
SISTEM HUKUM
SUBSTAN SI
STRUKTU R
BUDAYA
HUKUM
SISTEM HUKUM
ANGLO SAXON
—sistem hukum anglo saxon
• Sistem hukum Anglo Saxon (“Anglo America”) mulai berkembang di United Kingdom (UK) pada abad XI.
• Sistem hukum Anglo Saxon berlaku di kawasan Amerika Serikat, Kanada dan beberapa negara yang termasuk negara persemakmuran Inggris dan Australia, termasuk Malaysia, Singapura dan India.
• Sumber hukum dalam sistem hukum Anglo Saxon adalah “putusan-putusan hakim/pengadilan”(judicial decisions). Melalui putusan-putusan hakim yang kemudian mewujudkan kepastian hukum, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum dibentuk dan menjadi kaidah yang mengikat umum.
• Disamping putusan hakim, kebiasaan-kebiasaan dan peraturan tertulis lainnya juga di negara- negara Anglo Saxon “diakui” meskipun dalam pembentukannya kebiasan dan peraturan tertulis tetap berakar dari putusan-putusan pengadilan.
• Namun demikian sumber-sumber hukum itu (putusan hakim, kebiasaan dan peraturan tertulis) tidak tersusun secara sistematis dalam hierarki tertentu sebagaimana yang berlaku pada sistem hukum Eropa Kontinental.
• Dalam sistem hukum ini “peranan” yang diberikan kepada seorang hakim “tidak hanya” sebagai pihak yang betugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan hukum saja, tetapi hakim juga berperan besar dalam membentuk seluruh tata kehidupan dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru (yurisprudensi).
• Hakim juga mempunyai wewenang yang luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku, termasuk menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.
• Sistem hukum Anglo Saxon menganut doktrin “the doctrine of precedent” atau “Stare Decisis”. Doktrin ini berpendapat bahwa dalam memutus suatu perkara, seorang hakim “harus” mendasarkan putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada berdasarkan putusan hakim lain dalam perkara sejenis sebelumnya (preseden). Dalam hal putusan hakim sudah “out of date” maka hakim dapat menetapkan putusan baru berdasarkan kepada nilai- nilai keadilan, kebenaran dan akal sehat (common sense) yang dimilikinya.
Lanjutan...
• Sehingga terlihat bahwa sistem hukum Anglo Saxon mendasarkan kepada pentingnya yurispridensi, sementara sistem hukum Eropa Kontinental lebih mengutamakan perundang-undangan sebagai sumber hukumnya.
• Untuk itu, sistem hukum di Eropa Kontinental berpandangan bahwa hakim adalah
“mulut undang-undang”, sementara itu dalam sistem Anglo Saxon berpandangan bahwa hakim adalah “mulut precedent” yang mewajibkan kepadanya bahwa di dalam memutuskan perkara hakim itu harus selalu mengikuti putusan yang ada terlebih dahulu.
• Untuk itu hakim di pengadilan Anglo Saxon menggunakan prinsip “pembuat hukum sendiri” dengan melihat kasus-kasus dan fakta-fakta sebelumnya (judge made law), sehingga hakim dalam hal ini berarti hakim itu berfungsi sebagai legislatif atau pembuat undang-undang.
• Bertitik tolak bahwa prinsip-prinsip hukum yang timbul dan berkembang di Anglo Saxon adalah berasal dari putusan-putusan hakim atas perkara yang dihadapi, maka seringkali disebut dengan “Case Law”
• Sistem hukum ini di dalam prakteknya mengutamakan hukum yang tidak tertulis yang sering disebut “Common Law” atau “Unwritten Law”. Artinya kedudukan hukum kebiasaan dalam masyarakat lebih berperan dan selalu menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Sementara itu, hukum tertulis mengatur terbatas pada hal-hal pokok dan penting, misalnya tentang konstitusi dan pengaturan kelembagaan.
• Dalam sistem pengadilan di negara-negara Anglo Saxon menggunakan “sistem
juri”. Hal ini berbeda dengan sistem hukum Eropa Kontinental yang menggunakan
sistem peradilan berdasarkan “majelis hakim”.
Sistem Hukum Eropa Kontinental
02
● Sistem hukum ini berkembang di negara-negara Eropa daratan yang sering juga disebut sebagai “Civil Law”.
● Sejarahnya sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justianus abad IV sebelum masehi.
● Peraturan-peraturan hukumnya merupakan kumpulan kodifikasi (“Corpus Juris Civilis”) dari berbagai kaidah hukum yang ada sebelum Justinianus.
● Dalam perkembangannya ketentuan Corpus Juris Civilis ini dijadikan dasar perumusan dan kodifikasi di negara-negara, seperti Jerman, Belanda, Italia, Perancis dan Asia termasuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda.
● Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum ini adalah bahwa “hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan di dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”.
Lanjutan…
• Adanya prinsip ini didasarkan pemikiran bahwa nilai dari tujuan hukum “kepastian hukum”. Untuk itu kepastian hukum hanya dapat diwujudkan apabila tindakan-tindakan hukum manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum yang tertulis.
• Dengan konsep tersebut, maka konsekuensinya adalah hakim tidak dapat leluasa menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum.
Hakim hanya berfungsi “menetapkan dan menafsirkan peraturan dalam batas-batas wewenangnya”. Putusan hakim hanya mengikat para pihak yang berperkara saja (doktrins Res Ajudicata).
• sistem hukum ini menekankan pentingnya hukum yang tertulis, yaitu peraturan perundang-undangan sebagai dasar utama sistem hukumnya, sehingga sistem hukum ini disebut juga sistem hukum kodifikasi (codified law).
• Sistem hukum ini mengenal dua bagian utama, yaitu hukum publik dan hukum privat.
• Hukum publik mengatur kekuasaan dan wewenang negara serta hubungan antara masayarakat dan negara. Misalnya : hukum pidana, hukum tata negara dan hukum administrasi negara.
• Hukum privat mengatur tentang hubungan antara individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Adapun yang termasuk dalam hukum ini adalah hukum perdata dan hukum dagang.
• Dalam sistem peradilan Eropa Kontinental hakim “diikat” oleh undang- undang. Sehingga dalam sistem ini kepastian hukumnya dijamin melalui bentuk dan sifat tertulisnya ada di undang-undang. Artinya, hakim tidak terikat pada putusan hakim sebelumnya, seperti yang berlaku pada sistem Anglo Saxon dengan asas presden.
• Hal tersebut diatas berarti hakim-hakim di sistem hukum ini dapat mengikuti putusan hakim sebelumnya pada perkara yang sejenis, tetapi bukan suatu keharusan yang sifatnya mengikat. Hal ini dapat diketahui dari pasal 1917 KUHPerdata yang menyatakan bahwa putusan pengadilan hanya mengikat para pihak, dan tidak mengikat hakim lain.
• Sistem peradilan ini tidak mengenal sistem juri. Tugas dan tanggung-jawab
hakim disini adalah memeriksa langsung materi perkara, menentukan
bersalah tidaknya terdakwa atau pihak yang berpekara, kemudian sekaligus
menerapkan hukumannya.
Sistem Hukum Eropa Kontinental (Civil Law)
a. Dari Romawi berkembang ke negara Jerman, Belanda, Perancis, Italia, Indonesia
b. Bahwa hukum itu memperoleh kekuatan dan mengikat karena berupa peraturan yang berbentuk undang-undang yang tersusun secara sistematis dalam kodifikasi. Kepastian hukumlah yang menjadi tujuan hukum, dapat terwujud apabila segala tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan tertulis.
c. Adagium: “tidak ada hukum selain undang-undang”. Dengan kata lain, hukum selalu diidentikkan dengan undang-undang.
d. Posisi hakim dalam hal ini tidak bebas dalam menciptakanhukum baru, karena hakim hanya menerapkan dan menafsirkan peraturan yang ada berdasarkan wewenang yang ada padanya. Putusan hakim tidak dapat mengikat secara umum, tetapi hanya mengikat para pihak yang berperkara saja.
e. Hukum digolongkan menjadi dua bagian utama yaitu: Pertama, hukum publik : Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana Kedua, hukum privat : Hukum Perdata, Hukum Dagang
Perbedaan Sistem Hukum Anglo Saxon dan Eropa
Kontinental
Sistem Hukum Anglo Saxon (Common Law)
a. Dianut di negara-negara anggota persemakmuran Inggris, AS, Kanada, Amerika Utara.
b. Bersumber kepada putusan hakim/putusan pengadilan/yurisprudensi. Putusan-putusan hakim mewujudkan kepastian hukum, maka melalui putusan-putusan hakim itu prinsip-prinsip dan kaidah- kaidah hukum dibentuk dan mengikat umum.
c. Hakim berperan besar dalam menciptakan kaidah-kaidah hukum yang mengatur tata kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang luas untuk menafsirkan peraturan2 hukum dan menciptakan prinsip2 hukum yang baru yang berguna bagi pegangan hakim2 yang lain dalam memutuskan perkara sejenis.
d. Asas doctrine of precedent, hakim terikat pada prinsip hukum dalam putusan pengadilan yang sudah ada dari perkara-perkara sejenis.
e. Hukum digolongkan menjadi dua bagian utama yaitu hukum publik dan hukum privat.
Perbedaan Sistem Hukum Anglo Saxon dan Eropa
Kontinental