JURNAL LEGALITAS VOL(A4E 2 NO.], FEB 2OO9
WHISTLE
BLOWER DAN CROWN WITNESSDALAM
PROSESPERADILAN
Oleh: Moh Rusdyanto Puluhulawa
Atrstract
Explanation of eyewitness is important factor in proting truth in a conference process,
this thing is dravn to
explainsby
placing descriptionof
eyewitness infirst
sequence above eEipment of otherevidence. Remembers position
of
eyewitnessof vital
importance in pracess of court, from criminal cottrt, hence required an inslitute which oble to give guarantee to protection of eyev,itness.In
Indonesian, tetm whistle blower unknownto in
the law and regulation. Whistle blower cqn be meqnt them reporting existence of a crime without involvingin
thecime,
mean doesn'tfollow in
crime.Whereas crown witness cqn mean qccused ready to assist investigator to express all crime and unfolds all involving performer.
Protection of eyewitness and victim hardly need to be done
for
theshake offluency solving af a case. Imaginable
f
only eyewitness only be aside it go hang afier completed executing duty as eyewitness. Feeling is not safe and sneaking would always haunts justfor
who coincidently becomes eyewitness, becauseit
is not impossible threat in the formof
terror even threqt will lose soul would come every when.
Kata
Kunci. Wistle
Blower, Crown Witness, Perlindungan Hukum, Proses PeradilanPendahuluan
Berhasil atau tidaknya
suatu perkarahukum
diselesaikan sangat dipengaruhi keterangan saksi yangdihadirkan dalam perkara
yangbersangkutan. Sedemikin pentingnya
posisi saksi dalam suatu
perkara sampai-sampaitidaklah
mustahilkalau suatu perkara kandas atau tidak pemah selesia di tengah jalan karena ketiadaan
saksi yang
mendukung.Dalam berbagai peraturan
yang pernah ada selamaini
ternyata tidak berpihak pada posisi saksi.Di
KitabUndang-Undang Hukum
AcaraPidana (KUHAP)
terlihatJURI\|AL LEGALITAS VOLUME 2 NO.t, FEB 2009
ketimpangan
kondisi
tersebutjika
dibandingkan dengan perlindungan
dan jaminan hak dari
seorangtersangka atau terdakwa. Tersangka atau terdakwa diberi hak mendapat
pendampingan pengacara
sejak proses penyelidikkan sampai pada pembacaan putusan, bahkan sampaipada upaya hukurn. Lain
halnya dengan saksi yang hanya mendapat perlindungan tetapi terbatas. Padahalsesuai afuran yuridis,
keterangan saksi termasuk salah satu alat bukti.Bayaii salisi dalam kasus-kasus
besar seperti
korupsi,
pembalakanliar,
sampai pelanggaranhak
asasimanusia
(HAM)
yang takut karena tekanan kekuasaarq ditambah hukum]'ang kurang
berpihak kepadany4akhirnya memilih
bungkam. Takjararrg mereka jusfiu
diubal statusnya jadi tersangka oleh aparat.Menjadi saksi
merupakankeu'ajiban yang diisyaratkan dalam LIU atau sistem hukum kita. Karena
saksi melihat,
mendengar, atau mengalami suafu peristiwa. Namun sayang, kewajiban yang diisyaratkan dalamLIU maupur
sistem hukumkita tersebut, tidak
selamanyamembuat masyarakat atau siapapun yang kebetulan mempunyai hak dan
kewajiban mau
memberikan keterangan tentang apa yang mereka lihat, dengar, dan saksikan terhadap suatu tindak pidana.Kebanyakan masyarakat yang
melihat
sesuatuperistiwa
engganmenjadi saksi karena mereka takut
menjadi korban atau
tindakkekerasan. Ketakutan
itu,
tentu sajakarena belum adanya
jaminankeselamatan diri bagi saksi yang mau menceritalian suatu peristiwa yang
dilihat atau disaksikannya.
Disamping itu dalam pratik
di lapangan, perolehan hak-hak saksi yang tenxuat dalam sistem peradilanpidana yaitu adanya
keadilan, pengayoman, dan penghormatan atasharkat dan martabat manusia, tidak terpenuhi selama ini.
Keengganan masyarakat ini tentu saja
tidak
boleh dibiarkan berlarutlarut.
Masyarakat harus didorong untuk mau memberikan keterangan tentang suatutindak
pidana yang mereka dengar,lihat
dan saksikan.Karena saksi dalam sebuah proses peradilan pidana adalah kunci untuk
memperoleh kebenaran
materildalam
mengungkapsuatu
tindak pidana yangterjadi. Di
samping itu,dengan
adanyasaksi
diharapkan dapat meningkatkan jumlah kualitas pelaporan suatu kejahatan. Akibatdari
keadaanini,
banyak tuntutafl jaksayang
gagal menyeret pelaku tindak pidanake
penjara. Sehingga wibawa peradilan untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat menjadi tidak berarti dalam memproses suatukejahatan.
Perlindungan terhadap saksi adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam sistem hukum kitaJURNAL LEGALITAS VOLUME 2 NO.], FEB 2OO9
Hakekat Saksi
Lahirnya Undang-Undang
\omor 13 tahun 2006
tentang PerlindunganSaksi dan
Korban, drharapkan ketimpangan yang terjadi selamaini
segeradapat
teratasi.Posisi dan jaminan
perlindunganterhadap saksi
sedapat mungkin Cirrujudkan. Keberadaan Undang- -dndangyang mengatur
tentangaerlindungan saksi dan
korban=erupakan suatu
hal yang
sangatrperlukan di
tengah-tengah=as)'arakat bagi mereka
yarrg',:encari keadilaq apabila
telah:iadi hal hal yang tidak
sesuaia:ngan yang
diatur
dalam Undang md*ng.Saksi adalah mereka
yang*empunyai pengetahuan
sendiri :erdqqarkanapa yang
dialaminya;l:hatnyq dan/atau
didengarnya :er,lienaan dengan dugaan terjadinyaila:u tindak pidana.
Berdasarkanigixrsi tersebut, maka
tidaklahm$ahil
saksi adalahjuga
korban nc,ali 1'ang dirugikan dari peristiwa msetrut.Dalam Pasal 1 buttr 26 KUHAP
mi*l
secara tegas diberikan rumusan MrtrL_E saksi,yaitu: "orang
yang o.rcm memberikan keterangan guna rcrrmringan penyidikan, penuntutan nmrrrradilan
tentang suatu perkara nl.:ucal
ang ia dengar sendiri, ia lihatnrrx dan ia alami
sendiri,,.$dmpuq.a
dalam mmusan Pasal 1!$m ri r LiIJ No 13 tahun
2006dinyatakan bahwa Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan
penyelidikarlpenyidikan, penuntutan,
dan pemeriksaandi
sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri.Menurut Jinly
Asshiddiqie (2006: 221), kata saksi mengandungarti
seseorangyang
memberikanpernyataan atau
menandatangani kesaksiandalam suatu
dokumen sebagai alatbukti di
kemudian hariatau
seseoriurgyang
memberikan keterangan berdasarkan kesaksiannya sendiri, didengar sendiri, dirasakan sendiri, atau dialami sendiri.Defenisi saksi itu
sendirimenurut penulis secara
harafiah dapat diartikan sebagai orang yang dapat memberikan keterangan atauinformasi guna
kepentinganpenyelidikan,
penyidikan, penuntutan,dan
pemeriksaan disidang pengadilan dalam
rangka pembuktian tentangsuatu
perkara pidanayang saksi
dengar sendiri,lihat sendiri, dan alami
sendiri,sampai pengadilan
memutuskan perkara tersebut.Pada dasarny4 siapa saja dapat menjadi saksi yang diajukan untuk
memberikan keterangan
menurut kesaksiannyadalam
persidangan.Karena itu, siapa saja dapat dianggap
memenuhi syarat untuk
menjadi saksi, kecuali orang yang tidak sehatmental
atau
sakitjiwa dan
untukJURNAL LEGALITAS VOL(A4E 2 NO.], FEB 2OO9
kasus-kasus tertentu anak kecil yang
belum
dewasa.Saksi
diharapkandapat menjelaskan
rangkaiankejadian yang berkaitan
dengan sebuah peristiwa yang menjadi obyek pemeriksaaandi
muka persidangan.Saksi, bersama alat bukti lain, akan membantu hakim urtuk menjatuhkan
putusan yang adil dan
obyektif berdasarkan fakta-fakta hukum yang dibeberkan.Kesaksian pada umumnya selalu
diberikan secara lisan
dalampersidangan terbuka
untuk
umum.Akan tetapi, dalam hal-hal tertentu, dengan persehrjuan majelis hakim, kesaksian dapat saja diberikan secara
te(ulis.
Misalnya karena pada saatpcrsidangan saksi
jatuh saliit
yang tidak memungkinkan baginya untuk rnenghadiri persidangan.Pada dasarnya dikenal
ada beberapa macam saksi yakni AdverseWitness,
Hostile'[,/'itness,
Zealous llitness, danjuga
Perjury. AdyerseWitness adalah saksi
yangmemberikan keterangan yang justru merugikan
pihak
yang mengajukan kesaksiannyadalam
persidangan.Hostile
Witness adalah saksi yangjustru memusuhi pihak
yang rnengajukannyasendiri.
Zealuos Witness adalah saksi yang berpihakpada salah satu pihak
terutarna kepada yang merninta kesaksiannya.Sementara Periury adalah saksi yang memberikan keterangan palsu atau
tidak
benardan
beradadi
bawahsrunpah.
Dalam sebuah proses peradilan
pidan4 saksi
adalahkunci
untukmemperoleh kebenaran
materil.Teorinya dapat kita lihat
dalam pasal-pasaldi bawah ini
sebagaiberikut:
Pasal 184
-185 Kitab
Undang-undang Hukum Acara
pidana(KUHAP) LIU No. 8/198I
secarategas mengambarkan
hal
tersebut.Pasal 184 menempatkan keterangan saksi
di
urutan pertarnadi
atas alatbukti lain
berupa keterangan ahli,surat, petunjuk, dan
keterangan terdakwa.Pasal 185 ayat (2)
KUHAP menyatakan, "keterangan seorangsaksi saja tidak cukup
untukmembuktikan bahwa
terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya." Pasal 185ayat (3) KUHAP
berbunyi,"Ketentuan sebagarmana dimaksud dalarn ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan alat
bukti
yang sahlainnya." Hal ini dapat
diartikan bahwa keterangan lebih dari 1 (satu) orang saksi saja tanpa disertai alat bukti lainny4 dapat dianggap cukup untuk membuktikan apakah seorang terdakwa bersalah/tidak.Hak-Hak Yang Dimiliki
Seorang SaksiDalam undang-
undangperlindungan saksi dan
korban,JURNAL IEGALITAS YOLUME 2 NO.I, FEB 2OO9
diatur secara
jelas
tentang hak-hakyang diberikan. Hak-hak
yang diberikan kepadasaksi itu
diaturlebih lengkap dalam Pasal 5 ayat (1)
)'ang berbunyi sebagai
berikut:Pertam4 memperoleh perlindungan
atas keamanan pribadi, keluarg4 dan
harta bendany4 serta bebas
dari 3ncamanyang
berkenaan dengan kesaksianyang
akan, sedang, atau ielah diberikannya. Keduaikut
sertaJalam proses memilih
danrf,rtukkan
bentuk perlindungan danJ,:L-ungan keamanan.
Ketig4::emberikan keterangan
tanpa:elanan. Keempat,
mendapat r:entitas baru. Kelima, mendapatkani:diaman baru. Keenam,
mem- :eroleh pergantian biaya transportasi srsuai dengan kebuhrhan. Ketujutr,:-,rnperoleh
bantuanbiaya
hidupi.illentara sarnpai batas
waktu :eriimdungan berakhir.\lengenai hak-hak
yangr:'srilian
kepada saksi sebagaimana i-rebutkan dalam Pasal5
ayat (1)riIsn
dianggapkurang
sempurnai"fi::ub masih
terdapat rr€n;amptrradukkanhak-hak
bagiiicnui
saksitindak
pidana dengan nuur-h:}i=ksi-saksi tertentu. Hal lain
"ti.!rg-r
i
ane perlu diperhatikan adalahlm:;"rra koordinasi
dalammcl";'ankan
program pedindungan r,.({ Komisi
pemberantasan(-:r*,;slKPK). yakni
komisi yang;ul,:,it mempraktekkan
upayarffiimc;ltm
saiisi. mengungkapkanbahwa
di
lapangan, koordinasi departemen masih lemah.Perlindungan Terhadap
Pelapor Dan SaksiMenurut Benyamin
Wagner perwakilandari
kejaksaan Amerika Serikat dalam Arura C Sinagq QA06:53),
menyatakan program perlin- dungansaksi akan
membutuhkanotoritas
departemen-departernen terkait dalam melindungi saksi, tidak hanya kejaksaan dan kepolisian.Perlindungan saksi dan korban
sangat perlu dilakukan
demikelancaran penyelesian
suatuperkara. Dapat
dibayangkan seandainyasaksi hanya
dibiarkanbegitu saja setelah
selesaimelaksanakan tugas sebagai saksi.
Perasaan
tidak
aman dan was-was akan selalu menghantuibagi
siapa saja yang kebetulan menjadi saksi,karena bukan tidak
mungkinancaman berupa teror
bahkaniurcaman akan kehilangan
jiwa
akanselalu datang setiap saat.
Saksi memegang perananpenting
dalam penyelesaiansuatu perkara.
Olehkarenany4 jaminan
perlindunganterhadap seorang saksi
adalah sesuatu yang perlu harus diberikan.Menurut Yenti Garnasih,
ada dua benhrk model perlindungan yangbisa diberikan
kepadasaksi
dankorban. Pertarna Procedural Rights
Model. Model ini
memungkinkan korban berperanaltif
dalam prosesJURNAL LEGALITAS VOLUME 2 NO.I, FEB 2OO9
peradilan tindak pidana.
Korbandiberikan
aksesyang luas
untukmeminta segera
dilakukanpenuntutan.. Tidak hanya
itu
korban juga berhak meninta dihadirkan ataudidengarkan keterangannya dalam
setiap persidangan
dimanakepentingan korban
terkaitdidalarnnya. Termasuli
pemberi- tahuan saatpelaku tindak
pidanadibebaskan.
Model ini
memerlukan biaya yang cukup besar. Pasalnya, dengan besarnya keterlibatan korban dalarn proses peradilan malia biaya administrasiperadilan pun
akanmelonjak. Proses persidangan bisa lama dan tidak sederhana.
Bentuk perlindungan yang kedua bei:nama The Service
Model.
Modelhi
menenfukan standar baku tentang pelayanan terhadapkorban
yangdilak-ukan
oleh polisi, jaksa
danhakim. Misalnya
pelayanankesehatan, pendampingan, pemberian kompensasi
dan ganti rugi
sertarestitusi. Banyaknya pelayanan yang harus diberikan kepada saksi dan
korban menyebabkan
efisiensi pekerjaan dari penegak hukum tidak tercapai.Efek lain sulit
memantau apakah pelayananitu
benar-benar diterima saksi dan korban.Menurut
Yenti
Garnasih modelyang bisa
diterapkandi
Indonesiaadalah kombinasi
keduanya."lndonesia
kan
selalu susah dalamhal koordinasi,"
terangnya. Oleh karenaitu,
kedua modelitu
harusdisesuaikan dengan
keadaanIndonesia. Harus diukur sejauhmana saksi dan korban bisa terlibat dalam proses peradilan. Begitu pula tentang pemenuhan hak yang dapat diberikan kepada saksi
dan
korban (Huk-um Online.Com
tanggal2
November2007).
Adanya perlindungan yang memadai terhadap pelapor dan saksiyang
mengetahuitindak
pidan4 terutama tindak-tindak pidana khususseperti korupsi, illegal
logging,membuat mereka
terpicukeberaniannya untuk
memberikesaksian. Pasal 32
KonvensiAntikorupsi
Perserikatan Bangsa- BangsaG[\fCAC) dapat
menjadiacuan bagaimana saksi, saksi ahli, korban dan pelapor harus dilindungi keamanan
diri
dan keluarganya dari pembalasan dan intimidasi.Di lndonesia
sendiri perlindungansaksi diafur
dalam Pasal8 dan Pasal36 UU No 13 tahun2A$ tentang
Perlindungan SaksiDan Korban.
Berdasarkan amanat undang-undang tersebut, dibentuklah Lembaga Perlindungan Saksi DanKorban (LPSK).
LembagaPerlindungan
Saksi dan
Korbmr (LPSK)sendiri
dalamUU No
13tahun 2006 mempunyai
makna adalah lembaga yang bertugas danberwenang untuk
memberikanperlindungan dan hak-hak
lainkepada Saksi dan
Korban sebagaimana diatur dalarn Undang- Undang ini.JURNAL LEGALITAS VOLLIME 2 NO,], FEB 2OO9
\\histle Blower
Dan\\'itness
Crown
Whistle Blower
merupakan:snlah yang dikenal di
AmerikaSerikat,
yang
dapat berarti mereka.
:rg
melaporkan terjadinya pidana.-
nruk itu di Amerika
Serikatr:nqenal undang-rindang
yang:.:ngatur whistle bloy,er
yakni, ',,ir.stleBlower Protection
Act
yang^.:mpunyai fungsi untuk melindungi
:' a pegawai dari
pembalasan-.:dam pegawai lain
yang- -.
rporkan karena
melakukan .-.alahan.Indonesia sendiri, istilah whistle
' \.t'
tidak dikenal dalam peraturan : .:rdang-undangan. Namun dalam:--:kr,va UU No 20
tahun 2001;-.rs Pemberantasan
Tindak -a.-3 Korupsi, maksud dan hakekat-
:j- -,,lislle blower dapat
dilihat- ::r: Pasal 31
Undang-Undang::'-r..-rantasan Tindak
Pidana' --:si
r-akni perlindungan terhadap :: :: rr dan
saksi.whistle
blower :--,-
dapat dimaknai mereka yang- : :r trk?fl adanya suatu
tindak: :
-r: :::rpa terlibatdi
dalam tindak- --
:
:ersebut, artinyatidak
ikut-":. .
t-rdal(pidana.) ;-:-entara
itu, istilah
crown ::au biasa disebut juga saksi-
*'' ,::
iapat berarti tersangka yang:'
.:-., membantu
penyidik"':--*--iD
seluruh kejahatan dan"
:-
r; _-\3n
semuapelaku
yang""'" 1' Jenqan demikian
crownwitness
juga
dapatjuga
dikatakansebagai v,histle blower.
Antara crown witness
danwhistle blower,
kedua-duanya mengungkapsuatu tindak
pidana.Namun perbedaan antara keduanya terletak padq whistle blower bukan tersangka. Sementara crown witness
adalah tersangka yang
bersedia melapor. Karenanyacrown
witnesssering
disebutjuga
sebagai saksi mahkota yang harusjuga
dilindungiseperti pelapor lainnya
yaknt
u,histle blotyer.Menurut Widodo
Supriyadi,(2006: I7), dalam
pral,-tikperlindungan
saksi di luar
negeri pemberian perlindungan diberikansampai proses peradilan
pidana selesai, bahkan sampai seumur hidupsi saksi. Dalam berbagai
kasus, terutama yang menyangkut kej ahatan terorganisasi, saksi dan korban dapat terancam walaupun terdakwa sudah dihukum.Perlindungan hukrrm
bagi seorangwhistle blower
dapat kita lihat jaminannya dalam Pasal 10 ayat(1) fru
PerlindunganSaksi
DanKorban yang berbunyi: "
saksi,korban, dan pelapor tidak
dapat dituntut secara huk-umbaik
pidanamaupun perdata atas
laporan, kesaksianyang
akan, sedang, atautelah diberikannya".
Sementara intensif hukumbagi
seorang croy,n witness dapatdilihat
pengaturannyadalam Pasal 10 ayat (2)
yangJURNAL IEGALITAS VOL(A4E 2 NO.], FEB 2OO9
berbunyi "seorang saksi yang juga tersangka dala kasus yang sama tidak
dapat dibebaskan dari
tuntutanpidana apabila
ia
ternyata terbukti secira sah dan meyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam mering- ankan pidana yang akan dijatuhkan.Dengan demikian saksi
mahkotaberhak mendapatkan insentif hukum berupa keringanan hukuman.
Saat
ini
kalau kita cermati setiap putusan hakim yang dihasilkan oleh proses peradilan banyak mendapatkritik
dan protes yang begitu kerasdari
berbagaipihak yakni
orangaw-am, kaum inteletual,
kaumpejuang hak-hak rakyat
(LSM), bahlian termasukdi
dalamnya para kaum ahli hukum.Kdtik
dan hujatan terhadapputusan hakim
tersebut dilontarkan dengan alasan bahwaputusan hakim sudah
tidak didasarkanlagi
pada hukum yang berlaku. Dengankata lain
banyakyang
menganggap putusan hakimtidak
didasarkanlagi pada
nilai keadilan.Sesungguhnya
kalau kita
mau menyadari dan mencermati dengan seksamabahwa putusan
hakim terutama dalam kasus-kasus tindak pidana khusus seperti tindak pidanakorupsi sudah
dipertimbangkan secara cermat.Hal ini
bukanlahpenulis
membelakorps dari
parahakim, tapi
pertimbangkan yangpenulis
kemukakanbahwa
hakimdalam mengambil sikap
danmemutuskan perkara sudah mernper- timbangkan segala aspek termasuk
aspek kepastian hukum,
aspekkeadilan dan aspek kemanfaatan.
Namun penulis
juga
tidak dapat membantahbahwa banyak
jugaputusan hakim dalam
prosesperadilan yang tidak mencerminkan ketiga aspek tersebut yakni keadilan, kepastian hukum, dan kemanfaatan.
Peristiwa atau kejadian yang sering
terjadi dalam praktik di
manaputusan hakim banyak
yangmengandung
kontroversial
sudah bukanhal
yang luar biasa.Hal ini terjadi
karenasikap
dan moralitasdari oknum-oknum hakim
yangmemperjualbelikan putusan.
Dalam
putusanhakim
tentangtindak pidana korupsi
misalny4 putusan hakim yang terjadidi
awaltahun 2009 tepatnya tanggal
7Januari tentang kasus dana
BI
yang melibatkan banyak orang, putusan hakim terhadap Hamka Yandu danAntony Zeidra
Abidin
belum tentudinggap
mengandung kontroversi.Hal ini menurut penulis
putusan hakim yang diambil didasarkan pada proses dan kesaksian dari dua orang tersebut. Tentunyakita tidat
dapat pungkiri tentang status kesaksian dari saudara Hamkadan Antony.
Oleh karenaitq
penulis mengajak semuapihak untuk tidak
langsung padaperang opini sesuai
dengan intelpretasi masing-masing, apalagiJURNAL LEGALITAS VOL(AIE 2 NO.], FEB 2OO9
:.a1au perang
opini
tersebut sudah::elibatkan media eleltronik
dan :3rs.Kita
semua sudahpasti
tidak-.:nginginkan masyarakat
akan::nambah bingung
dengan-:erprestasi yang
berbeda-beda ::sebut. Masyarakat harus diberikan --:rmasi yang benar
tentang::rstiwa dan status hukum
dari :- -:rsan hakim yang
sudah'ruhkan kepada kedua orang ini.
r;:rua
pihak harus menyadari akan*'- penting dad yang
namanya .' : i e blower dan crown witness.)alam peristirva kasus
BI, -.::ka Yandu selain
mengaku'
:-:rirn& gratifikasi danaBI,
beliau-
-:
iLrnis Serta membOngliar Semua -'r
\'3r1gterlibat
dan menikmati,
:-
danaBL
Menurut kesaksian: -rr-
pengakuamya terhadap 52:
anggotaDPR RI Komisi IX
:- re 1999- 2004 yang
terlibat---
drhargai. Kesaksian Hamka,- "
:::sih
di tingak penyidik sampait.-=j. di
pengadilanyang
secaradan kooperatif,
telah: - :..lukan saudara Hamka sebagai .-.
: ::]hkota
ata]o crown witness.'---::\
a kesaksian Hamka tersebut. ::jt\ o
mandapat perlindungan,' '- jjr. resiko yang
mungkin.' - atas informasi
yang' ..-.i- dan
keberanian dari"-- "
: :-ardu itulah yang
men-..
.- ::rnrnbangan
keringmranhukuman sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat
(1) UU
perlindungiilrsaksi dan
korban. Demikian juga diatur dalam Pasal36
ayat(2) LU
yang sam4 kesaksian yang diberikan
oleh
Hamka menjadi pertimbangan hakimuntuk
meringankan putusan.Oleh karenany4 dalam kasus
BI ini
di
mana Harnka dan Antony yang didakwa dengan pasalyang
sam4tiba-tiba dalam putusan
hakimberbeda masmg-maslng
hukumannya.
Dengan demikian putusan hakim yang berbeda hukuman atas Harnka dan Antony harus kita lihat juga dari aspek pemenuhan keadilan. Hamka dengan sikap berani dan kooperatif mengungkap secara detail kasus dana
BI,
sementara Antony tidak seberani dan kooperatif seperti Hamka sudah tentu harus menerima hukuman yartglebih berat. Karenanya
putusan hakim tentang tindak pidana korupsi tanggal7
Januari 2009tidak
sertamerta harus dikatakan
sebagai putusanyang aneh,
sebagaimana disinyalir oleh berbagai pihak.Pada akhirnya kita harus melihat
dan belajar pada
pengalaman- pengalaman yang terjadi, terutama di nega.ra-negarayang sudah
maju.Sebagai contoh
perlu
dikemukakan adalahdi
negaraUSA
perlindungan terhadap whistle blov,er dan crov,nwitness sangat
diperhatikan.Demikian
juga di Korea
Selatantvhislle
blower
dancrown
witnessJURNAL LEGALITAS VOLUME 2 NO.], FEB 2OO9
mendapat pengakuan
dan
perlin-dungan secara hukum.
Bahkanmereka berhak
mendapatkan penghargaan dan hadiah atau rewarddalam
mengungkapsuatu
kasushukum. Lebih dari
itu
mereka juga mendapatkanperlindungan
untuk tidak dipecat dalam pekerjaannya.Penutup
Perlindungan saksi
whistleblower dar' crown
witness belum berjalan optimal. Hal ini disebabkanmasih kurang
pemaham tentang kedudukandan
status serta firngsi whistleblower dar crown
witness dalam hukum acara kita.Usaha yang dapat
dilakukanunhrk memberikan
jaminanperlindungan terhadap saksi whistle blower dan crown witness antara lain dapat dilakukan dengan memperbaiki sarana
dan
prasaranayang
adq memperbaikikualitas
pendidikan, memperbaikikualitas dan
kinerja penegak hukum.Daftar Pustaka
Asshiddiqie, Jimly, 2A06, Hukum Acara Pengujian
Undang-Undang, Konstitusi Perss Jakarta.Siruga Arura Christin4 2006, Sal<si Pelapor, Lembaga Perlindungan Salai dan Koran, ELSAM Jakarta
Widodo, Supriyadi, 2006, Perlindungan Salai, Belum Progresif Catatan Kritis Terhadap
Hasil
Pembahasan Perlindungan Sal<si Dan Korbare. ELSAM Jakarta.Undang-Undang
Nomor 8
Tahun1981,
TentongKilab
Undong-Undang Hukum Acara Pidanq, Media Duta Jakarta.Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Media Duta Jakarta
Undang-Undang
Nomor
13 Tahun 2006, Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban. Media Duta Jakarta.JURNAL IEGALITAS T/OLUME 2 NO.I, FEB 2OOg
KONSEP
PEMBAIIARUAN HUKUM AGRARIA
SESUAIAMANAT
UUD 1945Oleh: Nirwan Yunus
Abstract
The demand of land reform implementation increases recenrly. The imbalance of land athority and the demand of rand qcceas as well
i
otherproductive resources of the poor are getting stronger in most of the third world country.
Builds the law is not work which is easy and or simple like the one is imagtned,
-because
" qrq
low and regtration must up to standardof
justice, rule of law and utiliry in balance. qnd so in efforlfor agrarian law flrmtng process which more accommodating all importin"rr"oy
ril
,id"r.Must be realized qnd confessed act No 5 the year
nia sfll
leaving vqrious problems which must be broken.Kata Kunci: Konsep, Pembahqruan, Hukum Agrariq, pembentutran, UUD I 945
P[\DAHULUAN
Pnnsip dasar dalam
setiaprm
:ennrkan peraturan perundang-umm-rgan adalah
pemahamanJrtr:.:Jl-an-peraturan
dalam
satuG*{3ri vang
merupakan kesatuan,,ffi{ utuh dan bahwa
operasi-nuffi---asinva suatu
perafiran
harusolis::alikan pada
konsepnya,f
?u.:r asas hukum
yangmsi,r**rarin1.'a. Cara pandang yang
r{n,
j,r-::'- diperlukan
untuk:mn: g- :nl21kan