• Tidak ada hasil yang ditemukan

PDF Skripsi Analisis Viktimologi Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan ... - Unibos

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "PDF Skripsi Analisis Viktimologi Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan ... - Unibos"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Selain itu, dari segi hukum, pengertian korban tertuang dalam UU No. 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban. UU Perlindungan Saksi dan Korban memiliki kelemahan di sana-sini.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Victimologi

Dinyatakan bahwa korban adalah “orang yang mengalami kerugian fisik, mental, dan/atau ekonomi sebagai akibat dari tindak pidana”. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, yang disebut korban adalah “orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga”.

Ruang Lingkup Kajian Victimologi

Dalam kejahatan narkoba, masyarakat dapat menjadi korban kehancuran generasi muda, penurunan kualitas hidup masyarakat, dan sebagainya. Selain uraian di atas, masih banyak kerugian yang diderita masyarakat, bangsa dan negara akibat tindak pidana.

Tipologi Korban

Korban semata-mata yang harus disalahkan (dalam kasus pelaku yang kemudian bunuh diri). Dan terakhir, ada korban imajiner, korban yang mengaku sebagai korban padahal tidak menderita apa-apa. Hubungan antara korban dan pelaku kejahatan dikaji dalam dua kajian, yaitu derajat kerentanan korban dan derajat kesalahan korban.

Vans Von Hentig (1948) percaya bahwa kontribusi korban terhadap kejahatan kurang lebih berasal dari karakteristik atau posisi sosial korban, yang merupakan fakta yang sudah mapan. Selain anak-anak, menurut Von Hentig, ada tiga belas kelompok yang rentan menjadi korban kejahatan, antara lain; (1) remaja; (2) wanita; (3) orang tua/lansia; (4) penyandang disabilitas intelektual; (5) pendatang; (6) minoritas; (7) orang rabun; (8) orang yang depresi; (9) orang yang serakah; (10) orang yang bahagia.

Perlindungan Hukum Saksi dan Korban

UU Perlindungan Saksi dan Korban menjadi salah satu penyebab menurunnya kinerja LPSK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya. 13 Tahun 200615 tentang Perlindungan Saksi dan Korban menyebutkan bahwa: Perlindungan saksi dan korban dalam proses peradilan pidana di Indonesia belum diatur secara khusus. Lembaga ini dipandang penting karena masyarakat luas menilai sudah saatnya saksi dan korban diberikan perlindungan dalam sistem peradilan.

Peranan saksi dan korban dalam setiap persidangan dalam suatu perkara pidana sangat penting, karena sering kali keterangan saksi dapat mempengaruhi dan menentukan kecenderungan putusan hakim. Beberapa perlindungan diberikan untuk saksi dan korban dalam kasus-kasus serius di mana perlindungan kemudian berkontribusi. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, UNAND Repository, tersedia di http://repository.unand.ac.id/17037/1/FUNGSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN.pdf, 30 September 2012 Pukul 06.00 pm.

Jika ditelusuri kembali, tugas dan wewenang LPSK tidak diatur secara khusus dalam UU Perlindungan Saksi dan Korban. UU Perlindungan Saksi dan Korban hanya mengatur tentang kompetensi LPSK, proses keanggotaan dan seleksi LPSK, serta pengambilan keputusan dan pembiayaan, tetapi tidak mengatur secara spesifik dukungan organisasi dan kelembagaan, administrasi, sumber daya manusia. , kontrol dan transparansi, serta tanggung jawab LPSK.

Kajian Singkat Victimologi

Kepedulian terhadap korban kejahatan inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya cabang ilmu baru yang dikenal dengan viktimologi. Bonger sebagaimana dikutip oleh ahlinya (Topo Santoso) memberikan pengertian kriminologi sebagai “ilmu yang bertujuan untuk menyelidiki seluas-luasnya fenomena kejahatan”. , dan korban kejahatan, tetapi disadari bahwa itu tidak cukup, maka dilakukan juga kajian terhadap korban kejahatan (victim).

Begitu pula dalam Kongres PBB setiap lima tahun sekali tentang Pencegahan Kejahatan dan Ancaman terhadap Pelaku yang dimulai pada tahun 1955 (Abdussalam, 2010:1). Senada dengan penjelasan di atas, ia menyatakan (G. Widiartana) bahwa pada tahun 1937, Benjamin Medelson melakukan penelitian tentang kepribadian korban, dan pada tahun 1949, Von Hentig lebih memfokuskan pada korban kejahatan dalam karyanya The Criminal and His Victim. .

Simposium pertama diadakan di Yerusalem Israel pada tahun 1973 dengan tema: The First International Symposium on Victimology. Simposium kedua diadakan di Dubrounick Yugoslavia dengan tema: Kursus pascasarjana tentang korban kejahatan dalam sistem peradilan pidana, dan pada tahun 1979 didirikan organisasi viktimologi dengan nama: The World Society Criminology.

Pembunuhan

Di Philadelphia pada tahun 1987, polisi menangkap Garry Haidnik, yang memiliki riwayat masalah kejiwaan, memikat wanita ke rumahnya dan kemudian mengurung, menyiksa, melecehkan secara seksual, membunuh dan memakannya. Kemudian pada tahun 2007 di New York dengan pelaku bernama Altemio Sanches, dia ditangkap, diadili dan dijatuhi hukuman 75 tahun penjara, dijuluki karena banyak pembunuhan dan pemerkosaan yang dilakukannya terjadi di jalur sepeda (Staff, 2007, p. , A26 Salah satu tipologi pembunuh berantai yang paling diterima oleh R.M.Holmes dan DeBugger mengidentifikasi tipe-tipe berikut.

Pembunuh berantai yang terorganisir biasanya merencanakan tindakan mereka, memindahkan korban dan menyimpan ― piala ― (benda milik korban); mereka normal dalam penampilan dan kompeten secara sosial. Banyak pembunuh berantai menunjukkan apa yang disebut "tiga serangkai masalah" sebagai anak-anak: mengompol, pembakaran, dan penyiksaan hewan. Pada tahun 1984, Huberty membunuh 21 orang dan melukai puluhan lainnya di sebuah restoran McDonald's di San Ysidro, California.

Pada tahun 1991, Hennard mengemudikan truk pikap melalui jendela Kafetaria Luby di Killen, Texas dan melepaskan tembakan dari jarak dekat, menewaskan 22 orang dan melukai 23 lainnya, menjadikan pembantaian Killen sebagai yang terburuk dalam sejarah Amerika Serikat (walaupun 87 orang tewas dalam pembakaran). klub malam Happy Land di New York City pada tahun 1990). c) Pembunuhan berantai. Salah satu kasus pembunuhan berantai yang paling terkenal adalah kasus Andrew Cunanan, pembunuh perancang busana Italia Gianni Vercase di Miami Beach, Florida, pada tahun 1997.

Selegram

Celegram atau singkatan dari Selebriti dan Instagram adalah mereka yang dikenal melalui media sosial Instagram. Jika kebanyakan selebriti terkenal dengan penampilannya di televisi, seorang selebriti terkenal dengan eksistensinya di media sosial Instagram. Selegram sama halnya dengan selebriti yang memiliki banyak penggemar atau pengagum, namun di Instagram penggemar Selegram di media sosial adalah mereka yang mengikuti akun Selegram (followers).

Ketenaran seorang seleb tidak lepas dari bagaimana mereka menampilkan diri melalui akun Instagramnya. Dari cara mereka menampilkan diri, muncul ketertarikan pengguna lain untuk mengikuti (follow) akun Instagram tersebut. Peran seorang seleb tidak jauh berbeda dengan seleb pada umumnya, seleb juga menjadi idola bagi pengikutnya.

Pada tahun 2014 muncul seleb dengan total 103.000 follower, mengungguli followers artis Zaskia Adya Mecca yaitu Joyagh seorang hijabar yang berada di Instagram sebagai supporter (Ylistara, 2014. Joyagh sebagai karakter selebgram pada awalnya sering menggunakan hashtag ini sebagai caption setiap upload foto.

Lokasi Penelitian

Tipe Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Analisis Data

Pelaku langsung dibawa oleh beberapa personel polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut terkait tindak pidana pembunuhan tersebut. Selain mengamankan barang bukti, pisau dapur AA digunakan untuk menikam Ari Pratama berulang kali. Di sinilah peran penyidik ​​mempertajam proses penyidikan secara detail dan mencermati rangkaian tindak pidana berdasarkan hukum baik secara normatif maupun empiris.

Dalam hal ini berdasarkan konsep viktimologi, kedudukan saksi yaitu resepsionis Wisma Inn harus diberikan perlindungan dalam memberikan keterangan tentang tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh seorang mahasiswa bernama Aisyah Alfikan, terhadap korban pembunuhan bernama Ari Pratama, Selegram Kota Makassar . Dengan demikian, kasus pembunuhan secara kriminologi termasuk dalam kategori Korban lebih bersalah daripada jenis pelaku, dalam artian korban ditekankan sebagai orang yang bersalah, sehingga kesalahan yang dilakukan menyebabkan pelaku melakukan perbuatan melawan hukum. Dalam rangka membagi nilai keadilan dan martabat hukum kepada korban, dimana pihak-pihak terkait yang bersaksi dapat menjelaskan secara lengkap tentang tindak pidana yang terjadi.

Bahwa tindak pidana tersebut didahului oleh sakit hati pelaku karena tidak adanya komitmen dan tanggung jawab korban dalam menjalin ikatan cinta yang diharapkan pelaku. Viktimologi menganalisis peran korban dalam suatu tindak pidana, dalam kasus tindak pidana pembunuhan dijelaskan bahwa korban meninggalkan harapan yang tidak dapat dibenarkan, yang membuat pelaku mata hitam menyadari niatnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peran Korban Dalam Pembunuhan Terhadap Selegram di Kota

Menurut pengakuan pemilik Wisma Inn yang terekam CCTV, korban keluar kamar tanpa busana, sambil menutupi luka dengan pisau di dadanya dan menutupi kemaluannya, korban berteriak kepada petugas kepolisian di penginapan tersebut. untuk memberikan pertolongan setelah menikam korban dengan pisau dapur yang dibawanya. Polisi Resmob Panakukkang yang mengetahui kejadian itu langsung membawa Ari Pratama ke RS Bhayangkara untuk pertolongan pertama. Sebelum bersembunyi di kamar 106 Wisme Topaz, AA terlebih dahulu menyembunyikan pisau dapur yang digunakannya untuk membunuh Ari Pratama di toilet kamar lain.

Dari segi viktimologis, tindak pidana pembunuhan terhadap korban Ari Pratam harus diakui secara hukum, dan penyidik ​​harus menjamin keamanan dan kelancaran proses penegakan hukum yang dijatuhkan kepada pelaku, meskipun dalam viktimologi. Dalam hasil wawancara penulis dengan Iptu Salim pada tanggal 14 September 2021 di Polsek Panakkukang30 menjelaskan bahwa pelaku pada saat kejadian memiliki niat untuk membunuh sejak awal dengan pisau dapur yang dibawanya dari rumah, yaitu dengan bukti permulaan yang cukup, para pihak dimintai keterangan juga resepsionis di penginapan Wisma Topaz Raya dan dipastikan keselamatan dan perlindungannya, sedangkan pelaku langsung diinterogasi oleh Polres yang berkompeten untuk kepentingan penyidikan lebih lanjut. Menurut peneliti, viktimologi adalah kejahatan dari sudut pandang perlindungan saksi dan korban, sebagaimana telah diuraikan bahwa pengertian saksi dalam literatur ilmu hukum diartikan sebagai kejahatan yang dilihat, dirasakan dan dialami oleh peserta lain dalam waktu. peristiwa tersebut, sedangkan pengertian korban ada dalam UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban didefinisikan sebagai orang yang mengalami penderitaan fisik dan mental serta kerugian ekonomi dan harta benda.

Yang pertama adalah korban yang benar-benar tidak bersalah (innocent), yang kedua adalah korban dengan tingkat kesalahan minimal (victims with light darkness), yang ketiga adalah korban dengan tingkat kesalahan yang sama dengan pelaku. adalah korban yang lebih bersalah dari pelaku (korban lebih bersalah dari pelaku); kelima, ada korban yang bersalah semata-mata (dalam kasus pelaku yang kemudian bunuh diri) dan terakhir, korban imajiner, yaitu korban yang mengaku sebagai korban, padahal ia tidak menderita apa-apa. Maka dalam hal ini peran Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau (LPSK) harus berperan secara efektif untuk mendapatkan hak-hak saksi dan korban.

PENUTUP

Saran

LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban) secara normatif belum mendapatkan status yang jelas, kedudukannya dalam undang-undang diartikan hanya dalam pembagian tugas, kewenangannya terbatas, sehingga saya berharap statusnya jelas dalam institusi. sehingga dapat mendistribusikan fungsinya secara efektif. 2008, Perkembangan Hukum Pidana di Era Globalisasi, Prosiding Seminar dan Kongres Kedua Perkumpulan Pengajaran dan Kriminologi Hukum Pidana Indonesia. Sulawesi Selatan‖. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://law.ui.ac.id/v 3/siti-aisyah-pelaku-atau-korban-heru-susetyo-- . sindo/&ved=2ahUKEwiV0ft-.

Diakses tanggal 26 Februari 2020. http://en.wikipedia.org/wiki/instagram), diakses pada tanggal 8 Desember 2017 pukul 09.40 Thes Zumara Mall, Terkait fungsi LPSK dalam kasus pelanggaran HAM. Tautan audio 8.1 Tonton diskusi tentang pembunuh berantai dulu dan sekarang. 1 https://youtu.be/LZ5cRKmkAG4. https:tribatanews.polresmagetan.com Kapolres-magetan-bersama-anggota-dan-pendukung-dari-koramil-magetan-melaksanakan-razia-narkoba-dilarang-dan-miras-dalam-operasi-sikat-semeru-2017/ ) .

Referensi

Dokumen terkait

33 Sigit Artantojati, 2010, Perlindungan terhadap Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice Collaborator) oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, Universitas