• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKP BINARTI KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

N/A
N/A
Sri Widodo

Academic year: 2025

Membagikan "PKP BINARTI KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN

PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL TENTANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN KEGIATAN

PRAKTIK PERMAINAN TEBAK BERPASANGAN PADA SISWA KELAS II SDN 2 TULANG BAWANG TENGAH

KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2022/2023

DISUSUN OLEH : NAMA : BINARTI NIM : 857043831 PROGRAM STUDI : S1 – PGSD MASA UJIAN : 2023

POKJAR : TULANG BAWANG UDIK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA

UPBJJ – UT BANDAR LAMPUNG

2023

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN KEGIATAN PRAKTIK PERMAINAN TEBAK BERPASANGAN PADA SISWA KELAS II SDN 2 TULANG BAWANG TENGAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN PELAJARAN 2022/2023

Nama Mahasiswa : BINARTI

NIM : 857043831

Program Studi : S1 Pendidikan Sekolah Dasar

Pokjar : Tulang Bawang Udik

Jumlah Pembelajaran : 2 Siklus / Pembelajaran

Tempat, Tanggal Pelaksanaan : SDN 2 Tulang Bawang Tengah Tanggal 15 Mei 2023 s.d 17 Mei 2023 Telah disahkan dan disetujui oleh Komisi Pembimbing / Penguji.

Tulang Bawang Udik, Juni 2023 Pengelola Pokjar

Drs. ANTON. S. WIDHARTO NIP. 19520613 197703 1 003

Pembimbing I

RINI HARTATI, M.Pd.

NIP. 19820226 200604 2006 Mengetahui

Kepala UPBJJ – UT Bandar Lampung

Dra. SRI ISMULYATY, M.Si.

NIP. 19630507 198910 2001

(3)

iii

LEMBAR BEBAS PLAGIAT

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan dan rasakan atas berkah dan nikmat dari Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pemantapan Kemampuan Mengajar Profesional (PKP) ini. Dalam penyusunan laporan penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya tugas ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang kepada :

1. Ibu Sri Ismulyaty, M.Si., selaku Kepala UPBJJ-UT Bandar Lampung.

2. Bapak Drs. Anton S. Widharto, selaku Pengelola UT Pokjar Tumijajar kabupaten Tulang Bawang Barat.

3. Ibu Rini Hartati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan kemampuan Profesional (PKP).

4. Ibu Rekayanti, S.Pd., selaku Kepala SDN 2 Tulang Bawang Tengah.

5. Ibu Miralda Leo Nara Aziza, S.Pd, selaku teman sejawat yang merupakan Guru Kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah.

6. Bapak Ibu Guru dan Staff Tata Usaha SDN 2 Tulang Bawang Tengah yang telah membantu pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini.

7. Seluruh Siswa kelas II UPTD SDN 2 Tulang Bawang Tengah.

8. Rekan-rekan Mahasiswa S-1 PGSD Pokjar Tulang Bawang Udik sebagai rekan diskusi dalam pelaksanaan pembelajaran dan penyusunan laporan ini.

9. Seluruh keluarga besar dan saudara yang senantiasa memberikan dorongan baik secara materiil maupun spiritual serta motivasi dalam penyelesaian laporan ini.

10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

(5)

v

Akhir kata, semoga Laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi diri penulis. Dan apabila terdapat kesalahan yang tidak berkenan penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan dimasa mendatang.

Tulang Bawang Udik, Juni 2023 Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Analisis Masalah ... 5

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah ... 5

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 5

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 6

II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di SD ... 7

B. Model Pembelajaran ... 9

C. Pembelajaran Inkuiri ... 11

D. Hasil Belajar ... 14

E. Model Permainan Tebak Berpasangan ... 15

(7)

vii

III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Subyek Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 17 B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran ... 18 C. Teknis Analisis Data ... 28

V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 29 B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 39 V SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT

A. Simpulan ... 43 B. Saran Tindak Lanjut ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel

1. Tingkat Keberhasilan Penelitian ... 28

2. Hasil Nilai Matematika Pra Siklus ... 30

3. Ketuntasan Belajar Pra Siklus ... 30

4. Hasil Nilai Matematika Siswa Siklus I ... 33

5. Ketuntasan Belajar Siklus I ... 33

6. Hasil Nilai Matematika Siswa Siklus II ... 37

7. Ketuntasan Belajar Siklus II ... 38

8. Rekapitulasi Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ... 39 Halaman

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Bagan Pelaksanaan PTK ... 18

2. Soal Pemantik Bilangan Pecahan ... 24

3. Benda Peraga Pecahan Konkret ... 25

4. Grafik Ketuntasan Perbaikan Pembelajaran ... 40 Halaman

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus I ... 49

2. Soal Evaluasi Mandiri ... 55

3. Hasil Kerja Siswa Siklus I ... 56

4. Daftar Nilai Hasil Evaluasi Siklus I ... 57

5. Foto Kegiatan Siklus I ... 58

6. Lembar Observasi Guru Siklus I ... 59

7. Rencana Pelakasanaan Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 61

8. Soal Evaluasi Siklus II ... 67

9. Hasil Kerja Siswa ... 68

10. Daftar Nilai Siklus II ... 69

11. Foto Kegiatan Siklus II ... 70

12. Lembar Observasi Guru Siklus II ... 71 Halaman

(11)

xi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN KEGIATAN PRAKTIK PERMAINAN TEBAK BERPASANGAN PADA SISWA KELAS II

SDN 2 TULANG BAWANG TENGAH Binarti 1) Rini Hartati 2) Sukma Wijayanto 3) Mahasiswa FKIP-PGSD Universitas Terbuka 1)

Dosen Pembimbing Pemantapan Kemampuan Profesional Universitas Terbuka 2) Tutor Karya Ilmiah Universitas Terbuka 3)

E-mail: [email protected], [email protected] Abstrak

Kurangnya minat belajar matematika di kalangan siswa akan dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap pembelajaran. Hasil belajar siswa kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah dalam pembelajaran matematika masih rendah sehingga cukup berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar matematika. Dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa tersebut. Hal ini disebabkan, tentu saja dengan pendampingan yang terus menerus, siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang disajikan melalui pengamatan dan pengalaman dari siswa itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa meningkat dari rata-rata 57,50 pada kondisi awal menjadi 64,64 pada siklus I, menjadi 77,86 pada akhir siklus II, dan ketuntasan belajar meningkat dari 7 siswa (43,75 persen) pada awal siklus.

kondisi menjadi 10 siswa (atau 6,5 persen) setelah digunakan metode inkuiri pada siklus pertama, dan meningkat lagi menjadi 12 siswa (atau 80%) pada siklus kedua. Oleh karena itu, telah dibuktikan bahwa penggunaan model inkuiri terbimbing ini ternyata dapat meningkatkan keinginan siswa untuk lebih fokus dan tertarik dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga meningkatkan hasil belajar seperti data nilai yang telah disebutkan sebelumnya.

Kata Kunci : Bilangan Pecahan, Inkuiri Terbimbing, Matematika

(12)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan dalam berhitung terkait erat dengan belajar matematika.

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan matematika sebagai “ilmu bilangan”, “hubungan antar bilangan”, dan “prosedur operasional” yang digunakan dalam proses pemecahan masalah numerik. Matematika telah dipelajari secara tidak langsung dalam kehidupan kita sehari-hari, jajan di sekolah atau bermain game dengan teman yang membutuhkan kemampuan matematika. Karena dengan belajar matematika, kita akan belajar menalar secara kritis, kreatif, dan aktif, maka perlu membekali semua siswa, mulai dari sekolah dasar, kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kolaboratif. Kami juga akan mengamati budaya matematika secara bersamaan.

Yulliyanti (2020) “bahwa dalam pelaksanaan pendidikan, tiap-tiap satuan pendidikan telah melaksanakan usaha pencapaian dari tujuan pendidikan masing-masing melalui proses pembelajaran. Pembelajaran adalah adalah proses interaksi dari komponen pembelajaran seperti guru, siswa, dan sumber-sumber belajar”. Menurut Yulliyanti (2020) dalam jurnalnya, “pembelajaran berfungsi untuk membantu siswa untuk belajar dengan baik melalui komunikasi timbal balik. Pada dasarnya komunikasi adalah proses menyamakan pemahaman atas pesan yang disampaikan kepada penerima pesan, sehingga tidak menimbulkan makna yang berbeda baik dari sisi pemberi pesan dan penerima pesan.

Kesepahaman makna pesan yang dikirim dan diterima menunjukkan keberhasilan dari tujuan komunikasi”.

Guru bukanlah satu-satunya orang yang menggunakan sumber belajar selama implementasi kurikulum 2013; sebaliknya, mereka berperan lebih aktif sebagai fasilitator pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru mengusulkan strategi pembelajaran yang mempertimbangkan psikologi anak serta usia anak dan menggunakan alat dan strategi pembelajaran yang tepat. Hal ini memungkinkan guru mendorong anak untuk belajar secara aktif dan menyenangkan,

(13)

2

meningkatkan rasa percaya diri siswa, dan membuat mereka lebih kritis terhadap konsep pembelajaran yang disajikan. Pendapat dari Suartini (2022) “kesulitan belajar siswa akan jelas terlihat dengan menurunnya kinerja akademik”. Seperti pendapat tersebut, kesulitan yang dihadapi pada kelas penelitian ini juga memberikan dampat pada hasil kurang, khususnya pada mata pelajaran Matematika pada materi menjelaskan pecahan dengan benda konkrit.

Mencermati kondisi tersebut maka peneliti mengambil langkah berupa melakukan perubahan pada model pembelajaran yaitu pembelajaran konvensional digantikan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Ketidaksukaan pada pelajaran Matematika, akan berdampak pada sikap siswa terhadap gurunya. Tidak sedikit guru yang kurang mendapat simpati dari para muridnya karena ketidakberhasilan siswa dalam belajar Matematika. Nilai yang buruk dalam tes formatif dan sumatif Matematika menempatkan guru sebagai penyebab kegagalan dimata siswa dan orang tua. Sikap siswa akan sangat berbeda pada guru kesenian atau olahraga misalnya, pelajaran yang menjadi favorit bagi kebanyakan siswa.

Realita yang terjadi di lapangan, hasil belajar siswa kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah pada pembelajaran Matematika masih rendah. Hal tersebut terbukti dengan nilai pada latihan harian yang dilakukan oleh guru kelas pada materi menjelaskan pecahan dengan benda konkret didapatkan sebanyak 7 dari 16 siswa atau 43,75% yang mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntassan Minimal) dan sisanya 9 siswa atau sekitar 56,25% belum mencapai nilai diatas KKM yaitu 60 dengan nilai perolehan tertinggi adalah 80 dan terendah 30. Masih belum optimal hasil belajar siswa tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya dalam pembelajaran Matematika masih bersifat sekedar materi atau penjelasan dari guru sehingga siswa tidak dilatih untuk mampu mencari permasalahan dan memecahkannya sendiri, siswa diharapkan hanya untuk mengerti konsep tanpa bereksperimen untuk menemukan fakta dan penemuan dari konsep yang telah diajarkan. Keadaan ini berdampak negatif yang dapat menyebabkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah rendah.

(14)

3

Sesuai dasar pemikiran dan fakta diatas dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya kualitas pembelajaran matematika maka perlu adanya pemecahan permasalahan tersebut. Pemecahan permasalahan tersebut ialah dengan menerapkan pembelajaran bermodel inkuiri. Model pembelajaran inkuiri dimulai dengan suatu kejadian yang menimbulkan teka teki pada siswa. Inkuiri berarti pertanyaan atau penyelidikan. Piaget (dalam Seprianingsih, 2017) menyatakan model pembelajaran inkuiri sebagai “Pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri”.

Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran penemuan. Siswa akan dituntut untuk menemukan serta mencari jawaban atas suatu permasalahan yang tentunya dilakukan dengan cara sistematis, logis dan kritis dan dianalisis dengan perhitungan yang matang.

Menyimak ulasan tersebut, model pembelajaran inkuiri jelas akan lebih menjadikan siswa untuk selalu terlibat dan banyak berdiskusi dalam penerapannya. Guru disini hanya menjadi seorang fasilitator selebihnya murid yang lebih berperan. Berkenaan dengan model pembelajaran inkuiri, ada 2 macam jenis model ini yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing dan model pembelajaran inkuiri terikat. Secara garis besar terdapat 5 langkah pada model pembelajaran inkuiri ini, yaitu orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, merumuskan kesimpulan dan menguji hipotesis.

Joyce dan Weil (dalam Nurkhasanah, 2019) mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran Inkuiri adalah melibatkan peserta didik dalam masalah penyelidikan nyata dengan menghadapkan mereka dengan cara penyelidikan (investigasi).

Penerapan pembelajaran bermodel inkuiri dilakukan oleh guru dengan membimbing siswa memanfaatkan sarana dan fasilitas di lingkungan sekitar sekolah. Pembelajaran bermodel inkuiri ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar Matematika siswa kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah, salah satu keunggulan dari model pembelajaran inkuiri yaitu dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini

(15)

4

dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang diberikan melalui pengamatan dan pengalaman dari siswa itu sendiri, tentu dengan tetap adanya pendampingan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran inkuiri di kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah, selain hasil harapanya motivasi dan pemahaman peserta didik dapat meningkat.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut :

a. Hasil belajar siswa kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah pada pembelajaran Matematika masih rendah.

b. Pencapaian nilai sebelum perbaikan pembelajaran pada materi menjelaskan pecahan menggunakan benda konkret didapatkan sebanyak 7 dari 16 siswa atau 43,75% mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan sisanya 9 siswa atau sekitar 56,25% belum mencapai nilai diatas KKM yaitu 60.

c. Pembelajaran Matematika masih bersifat sekedar materi atau penjelasan dari guru sehingga siswa tidak dilatih untuk mampu mencari permasalahan dan memecahkannya sendiri.

d. Guru hanya mengajarkan siswa untuk mengerti konsep tanpa bereksperimen untuk menemukan fakta dan penemuan dari konsep yang telah diajarkan.

e. Minat dan motivasi siswa untuk belajar matematika juga masih rendah.

(16)

5

2. Analisis Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, agar masalah ini dapat dikaji secara mendalam dan dalam penelitian dapat terarah secara terkonsep, maka perlu adanya pembatasan masalah yang akan dibahas adalah mengenai rendahnya hasil belajar siwa dengan melakukan penelitian untuk meningkatkan motivasi untuk kenyamanan dan kesenangan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu dengan penggunaan metode inquiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar Matematika.

3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Menindaklanjuti dari hasil identifikasi masalah dan analisis masalah diatas peneliti dengan teman sejawat melakukan diskusi untuk menentukan alternatif dan prioritas pemecahan masalah adalah dengan menerapkan model pembelajaran inquiri terbimbing pada pembelajaran matematika dengan menggunakan bantuan kegiatan praktek permainan tebak berpasangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran inquiri terbimbing dengan permainan tebak berpasangan bagi siswa kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah ?”

C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiri dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah.

(17)

6

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Dalam hasil pelaksanaan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) guru yang profesional tidak akan puas dengan hasil yang disajikan kepada siswa.

Hal ini mendasari sikap dimana guru harus melakukan perbaikan pembelajaran kepada siswa. Adapun manfaat perbaikan tersebut antara lain :

1. Bagi guru : Dapat menjadi alternatif pembelajaran yang efektif dan menarik bagi guru. Sehingga diharapkan dapat menjadi terobosan baru dalam dunia pendidikan.

2. Bagi Siswa : Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

3. Bagi Sekolah : Sebagai informasi dalam mengimplementasikan pembelajaran yang lebih baik, bermutu dan berkualitas.

4. Bagi Peneliti : Harapan yang diinginkan kiranya penelitian yang dibuat mampu menjadi alat mempermudah dalam mencapai tujuan perbaikan pembelajaran serta dalam memperbaiki sistem pendidikan kearah yang lebih baik serta melatih peneliti dalam meningkatkan kepekaan terhadap masalah yang terjadi dikelas serta melatih gerak cepat dalam mengatasi / mencari solusinya.

(18)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika di SD

Matematika adalah ilmu yang dinyatakan melalui angka-angka ataupun simbol-simbol, Wahyudi dan Kriswandani (2013, p.11) mengutarakan bahwa”

matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain”. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari angka ataupun simbol-simbol yang digunakan untuk perhitungan dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan hal itu, Susanto (2015, p. 189) mengemukakan ”bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang telah ada yang tak lepas dari aktivitas insani tersebut”.

Menurut Ismail dkk (Hamzah, 2014, p. 48) matematika merupakan ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem, struktur dan alat. Hal ini berarti bahwa objek yang dibahas dalam matematika hanyalah pada permasalah angka saja, baik dalam permasalahan angka-angka yang memiliki nilai maupun sebagai sarana dalam memecahkan suatu masalah.

Menurut Ahmad Susanto (2013, p. 186) Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru unruk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkrontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika.

(19)

8

Menurut Ahmad Susanto (2013, p. 189) Tujuan umum pendidikan matematika di SD adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Adapun tujuan matematika di SD secara khusus menurut Depdiknas (Ahmad Susanto, 2013, p. 190) sebagai berikut :

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep algoritme

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan salah satu kajian yang penting untuk diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan menghitung dan mengolah data. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Pembelajaran matematika juga dapat digunakan untuk sarana dalam pemecahan masalah dan mengomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

(20)

9

B. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran merupakan suatu rangkaian proses belajar mengajar dari awal hingga akhir, yang melibatkan bagaimana aktivitas guru dan siswa, dalam desain pembelajaran tertentu yang berbantuan bahan ajar khusus, serta bagaimana interaksi antara guru siswa bahan ajar yang terjadi.

Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks pembelajaran. (Ridwan Abdullah Sani, 2014, p. 99). Menurut Trianto, fungsi model pembelaja4ran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk memilih model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Sehingga model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pembelajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. (Trianto, 2013:51)

Model pembelajaran menurut imas & Berlin ( 2015, p. 18 ) merupakan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar umtuk mencapai tujuan belajar, selain itu juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran haruslah sesuai dengan kondisi belajar yang akan dilaksanakan. Karena model pembelajaran yang baik akan disesuaikan dengan tujuan belajar, dan melihat dari keefektifan pembelajaran. Sehingga dalam pelaksanaanya akan tepat pada sasaran dan tujuan pembelajarannya akan tercapai.

(21)

10

Tujuan penggunaan model pembelajaran sebagai strategi bagaimana pembelajaran yang dilaksanakan dapat membantu peserta didik mengembangkan dirinya baik berupa informasi, gagasan, keterampilan nilai dan cara-cara berpikir dalam meningkatkan kapasitas berpikir secara jernih, bijaksana dan membangun keterampilan sosial serta komitmen menurut Joice &

Wells dalam buku Saefudin Azwar ( 2015, p. 48)

Menurut Shoimin (2014, p. 68) dalam wikipedia menyebutkan bahwa Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:

1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara atau teknik penyajian sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.

(22)

11

C. Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri pada penelitian ini merupakan model pembelajaran pada proses pembelajaran yang memberikan bimbingan dan informasi-informasi kepada peserta didik dan dapat dijelaskan sebagai berikut: Menurut Kuhlthau dalam Dwi, dkk (2012, p. 18) Menyampaikan bahwa inkuiri adalah pendekatan pembelajaran dimana peserta didik mencari menggunakan macam-macam sunber informasi dan gagasan untuk meningkatkan pemahaman mereka terhadap maslah, topik, dan isu.

Lebih lanjut sudrajat dalam Nita (2014, p. 26) mengatakan bahwa : Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan Peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis analitis sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri..

Shoimin (2014, h. 86) lebih lanjut mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan sebagai berikut:

a. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna.

b. Dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar merek

c. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman

d. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampan di atas rata-rata

Pengerjaan ini dapat dilakukan secra sendiri maupun kelompok. Menurut Tangkas (2012, h.12) lebih lanjut mengatakan bahwa :

Tujuan umum dari model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) adalah membantu Peserta didik mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan keterampilan lainnya, seperti mengajukan pertanyaan dan menemukan (mencari) jawaban yang berasal dari keingintahuan mereka. Pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) memiliki 6 karakteristik yaitu: (1) Peserta didik belajar dengan aktif dan

(23)

12

memikirkan sesuatu berdasarkan pengalaman, (2) Peserta didik belajar dengan aktif membangun apa yang telah diketahuinya, (3) Peserta didik mengembangkan daya pikir yang lebih tinggi melalui pentunjuk atau bimbingan pada proses belajar, (4) perkembangan Peserta didik terjadi pada serangkaian tahap, (5) Peserta didik memiliki cara belajar yang berbeda satu sama lainnya dan (6) Peserta didik belajar melalui interaksi sosial dengan lainnya.

Menurut Nuryani dalam Dessy (2014, h. 30) lebih lanjut mengatakan bahwa pada inkuiri terbimbing guru membimbing peserta didik melakukan kegiatan dengan memberi pertanyan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Kemudian guru mengemukakan masalah, memberi pengarahan mengenai pemecahan, dan membimbing peserta didik dalam mencatat data. Adapun tahapan/sintaks dari pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) sebagai berikut :

Sutikno (2014, p. 83) mengemukakan langkah-langkah model pembelajar inquiry terbimbing sebagai berikut :

1. Orientasi. Merupakan langkah untuk membuat peserta didik menjadi peka terhadap masalah dan dapat merumuskan masalah yang menjadi fokus penelitian.

2. Rumusan hipotesis. Digunakan sebagai pembimbing atau pedoman di dalam melakukan penelitian.

3. Definisi. Merupakan penjelasan dan pendefinisian istilah yang ada di dalam hipotesis.

4. Eksplorasi. Dilakukan dalam rangka menguji hipotesis dalam kerangka validasi dan pengujian konsistensi internal sebagai dasar proses pengujian.

5. Pembuktian. Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersangkut paut dengan esensi hipotesis.

6. Perumusan generalisasi. Yaitu menyusun pernyataan yang benar-benar terbaik dalam pemecahan masalah.

Menurut Wina dalam Shoimin (2014, h. 85) menyatakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan jawabandari suatu masalah yang dipertanyakan. Shoimin (2014, h. 86) lebih lanjut mengatakan bahwa pembelajaran inkuiri memiliki kelebihan sebagai berikut :

(24)

13

a. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran dengan strategi ini dianggap lebih bermakna.

b. Dapat memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar merek

c. Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman

d. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang memiliki kemampan di atas rata-rata

Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided Inquiry) ini, guru memberikan petunjuk-petunjuk kepada peserta didik seperlunya. Petunjuk tersebut dapat berupa bertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar peserta didik mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah yang diberikan guru. Pengerjaannya dapat dilakukan sendiri atau dapat diatur secara kelompok.

Menarik kesimpulan dari pernyataan di atas bahwa, ciri pada pembelajaran inkuiri yaitu menekankan kepada aktifitas Peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menemukan informasi, aktifitas yang dilakukan oleh seluruh Peserta didik diarahkan mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang di pertanyakan sehingga menumbulkan percaya diri terhadap diri Peserta didik, dan pembelajaran inquiri ini mengembangkan kemampuan Peserta didik untuk berpikir secar sistematis, logis dan kritis.

(25)

14

D. Hasil Belajar

Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Sedangkan belajar merupakan suatu proses aktif internal individu dimana melalui pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang relatif permanen. (Deni Kurniawan, 2014, p. 4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui pelajar, konsep-konsep, tujuan, motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari. (Suyono dan Harianto, 2014, p. 127)

Bloom (dalam Suprijono, 2013, p. 6-7) mengemukakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah reveiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi).

Domain psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik fisik, sosial, dan intelektual

Pendapat tersebut juga dikemukakan oleh Wasliman (dalam Susanto, 2013, p. 12), hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. 1. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri siswa yang mempengaruhi kemampuan belajarnya yaitu kecerdasan, minat, motivasi belajar, dan ketekunan. 2. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

(26)

15

Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2013: 45) hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

E. Model Permainan Tebak Berpasangan

Adapun langkah/ prosedur permainan tebak berpasangan dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagilah kelas menjadi kelompok kecil yang seimbang, dimana tiap pasangan berjumlah paling banyak 4 (empat) anak; 2) Setiap pasangan bertanding menurut undian guru; 3) Setiap pasangan dibagi topik secara acak dan mendiskusikannya untuk digunakan sebagai bahan pertanyaan kepada lawan pasangan; 4) Guru memanggil pasangan bertanding didepan kelas secara acak; 5) Guru memimpin permainan sekaligus menjadi juri; 5) Pasangan penanya dan pasangan penjawab harus dapat menjelaskan jawaban dan guru dan papsangan yang tidak bermain memberikan evaluasi; 6) Pasangan penanya dan pasangan penjawab bergantian peran dalam satu kesempatan; 7) Guru memberikan skor dan penghargaan bagi pasangan terbaik. (Intan Fitriani, 2022, p. 172)

Menurut Ria Kurniasari (2016, p. 95) mengatakan bahwa kartu tebak kata berpasangan merupakan jenis kartu yang terdiri atas dua buah kartu yaitu kartu pertanyaan dan kartu jawaban. Media ini diadaptasikan berdasarkan permainan tebak-tebak yang sering dilakukan anak-anak dalam sebuah permainan.

(27)

16

Tebak kata, salah satu media yang bisa dimanfaatkan sebagai alternatif proses pembelajaran. Penggunaan media tebak kata disajikan secara menarik memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain, menghilangkan kebosanan dari kegiatan kelas dan berkomunikasi satu sama lain. Media tebak kata menggunakan media kartu dengan ukuran 10×5 cm yang telah disediakan oleh guru, kemudian dimainkan bersama secara berpasangan. Sebelum memulai permainan media tebak kata, siswa memberikan clue terkait kata yang akan ditebak dan telah tertulis pada kartu yang sudah disiapkan, kemudian siswa yang lain menebak dan membaca kosakata dengan jelas dan benar. (Ananda Rezqi et.

al. 2022, p. 1726)

Penggunaan media tebak kata cenderung bermain-main tetapi dapat mengukur kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Media tebak kata sebuah media yang dapat digunakan untuk memberikan materi pendidikan dengan memanfaatkan pesan singkat berupa kartu permainan, sehingga siswa dapat memperoleh materi melalui kartu tersebut. (Surti & Jailani, 2017)

Adapun langkah-langkah model pembelajaran tebak kata menurut pendapat Suprijono dalam Munawaroh (2017, p. 3) mengatakan bahwa diantaranya sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai yang disertai dengan tanya jawab; 2) Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas; 3) Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10 x 10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan di telinga; 4) Siswa yang membawa kartu 10 x 10 cm membacakan kata-kata yang tertulis di dalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10 x 10 cm. Jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga; 5) Apabila jawabannya tepat (sesuai yang ditulis di kartu), maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.

(28)

17

III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas II dengan jumlah 16 siswa dengan rincian 7 siswa laki-laki dan 9 siswi perempuan dengan kemampuan yang beragam, berdasarkan hasil ulangan harian bersama guru kelas pada mata pelajaran Matematika

2. Tempat Penelitian

Lokasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SDN 2 Tulang Bawang Tengah dengan alamat Tiyuh Panaragan Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabaputen Tulang Bawang Barat.

Kondisi peserta didik dengan kemampuan yang beragam atau homogen, dengan latar belakang keluarga yang beragam lebih didominasi oleh keluarga petani.

3. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah dari dilaksanakan pada bulan Maret 2023 hingga Mei 2023.

4. Pihak yang Membantu

Pihak yang membantu dalam kegiatan penelitian ini adalah seluruh warga SDN 2 Tulang Bawang Tengah, terutama Kepala Sekolah yang memberika ijin penelitian yaitu Ibu Rekayanti, S.Pd. dan teman sejawat yang merupakan wali kelas II yaitu Ibu Miralda Leo Nara Aziza, S.Pd.

(29)

18

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian tindakan kelas yang dikembangkan oleh kemmis dan Mc. Tagart.

dalam Ai Ratna Nurhayati (2017, hlm. 1064) dikatakan bahwa model ptk dari kemmis dan Mc Tagart terdiri dari empat langkah atau tahapan. Penelitian dimulai dengan perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observe), dan refleksi (reflect). Dilakukan begitu seterusnya sehigga dalam PTK dapat dilaksanakan dalam beberapa siklus. Siklus dapat dihentikan apabila penelitian sudah mencapai target yang telah ditentukan. Untuk lebih detailnya, berikut ini gambaran model spiral yang dikemukakan oleh kemmis dan Mc Tagart.

Tahapan dalam penelitian ini dalam bentuk diagram gambar adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan pelaksanaan PTK (Arikunto, dkk, 2012)

Penjelasan utuk jenis tindakan atau prosedur dalam penelitihan ini adalah sebagai berikut :

1. Siklus I

a) Perencanaan

Perencanaan disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang jelas, sehingga peneliti mendapat gambaran umum tentang masalah yang ada. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut :

(30)

19

Penyusun menerencanakan perbaikan pembelajaran pada materi menentukan pecahan uang sesuai harga barang dengan menggunakan model pembelajaran inquiri.

Menyusun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran sesuai dengan isi skenario pembelajaran yang akan di lakukan

Menyusun instrumen observasi yang akan dilakukan oleh rekan sejawat pada pelaksanaan tindakan.

Menyusun perangkat tes sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.

Menyusun kunci jawaban untuk lembar soal yang akan digunakan.

RPP dan jadwal pelaksanaan tindakan yang telah disusun, dilaporkan kepada kepala sekolah untuk meminta persetujuan, sekaligus persetujuan pelaksanaan tindakan, serta memohon bimbingan dan arahan dalam pelaksanaan tindakan.

 Mempersiapkan lembar pengamatan yang berupa lembar observasi serta dokumentasi saat pembelajaran berlangsung.

b) Pelaksanaan Tindakan

Maksud dari pelaksanaan tindakan adalah penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menerapkan model pembelajaran inquiri, Adapun pelaksanaan tindakan pada kegiatan pendahuluan hingga penutup pada siklus I adalah sebagai berikut :

(31)

20

Kegiatan Pendahuluan:

Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing.

Guru memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran, melakukan absensi, menanyakan kabar siswa.

Guru mengajak siswa menyanyikan lagu dari “sabang sampai Merauke”

Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang

”Bilangan pecahan”.

Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan.

Kegiatan Inti :

Pada awal pembelajaran, guru mengondisikan siswa secara klasikal dan memotivasi siswa tentang kehidupan sosial yang berhubungan dengan kompetensi-kompetensi yang akan dipelajari.

Guru memperlihatkan gambar kepada peserta didik :

 Guru memberikan penjelasan singkat terkait gambar tersebut kepada peserta didik.

 Siswa diminta mengamati dan memperhatikan masing-masing gambar tersebut (mengamati).

(32)

21

Guru memberikan contoh gambar tanpa menampilkan nilai pecahannya.

Kemudian disisi lain guru memberikan tulisan nilai pecahan kepada teman sebangku, dan memberikan penjelasan untuk mencari nilai yang sesuai dengan gambar tersebut.

Kegiatan ini melatih siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu mereka.

Guru memeriksa ketepatan siswa dalam menjodohkan gambar pecahan dengan nilai angka pecahan pada pasangan teman sebangku.

Guru memberikan apresiasi kepada pasangan kelompok yang dengan tepat menjawab permasalahan tersebut, dan memberikan semangat kepada yang belum tepat dalam menentukan penyelesaian permasalahan tersebut.

Kegiatan Penutup :

Bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari.

Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)

Melakukan penilaian hasil belajar

Guru mengajak siswa menyanyikan lagu satu ditambah satu untuk tetap membakar semangat siswa dalam belajar.

(33)

22

Guru menutup pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa dan mengucapkan salam penutup.

c) Observasi

Tahap pengamatan dilakukan untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

Yang menjadi fokus pengamatan adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan model inquiri dan hasil belajar matematika.

d) Refleksi

Tahap refleksi dilakukan pada setiap akhir pembelajaran pada siklus 1 yang meliputi tahap sebagai berikut :

 Mendeskripsikan hasil data yang diperoleh

 Merevisi kekurangan-kekurangan yang ada pada RPP untuk mendapat hasil yang lebih baik pada siklus berikutnya.

 Menghitung persentase hasil belajar siswa selama proses pembelajaran

 Analisis hasil belajar siswa, apakah sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal yaitu 70 atau belum.

 Hasil dari siklus I tersebut, dikaji ulang untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan. Jika masih ditemukan kekurangan- kekurangan penelitian dalam hasil belajar dibawah KKM 70 maka dilakukan siklus selanjutnya untuk perbaikan.

(34)

23

3. Siklus 2

a) Perencanaan

Perencanaan dilakukan dengan :

 Membuat skenario pembelajaran dengan acuan adalah siklus I

 Membuat lembar observasi

 Merancang soal evaluasi.

 Menyimak catatan refleksi hasil siklus I untuk pembuatan rencana perbaikan pembelajaran siklus II dengan tetap menggunakan model inquiri.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II dilakukan dengan tahapan:

1. Tahap Kegiatan Awal

Pada siklus II semua tahapan kegiatan awal sama dengan siklus I, hanya saja guru lebih teliti dan melakukan semua tahapan secara runtut seperti dibawah ini :

Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing.

Guru memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran, melakukan absensi, menanyakan kabar siswa.

Guru memberikan motivasi berupa ice breaking / yel yel semangat pagi

Guru mengajak siswa menyanyikan lagu dari “sabang sampai Merauke”

Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang ”Tugasku sehari-hari”.

Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan.

(35)

24

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Guru memberikan pertanyaan pemantik untuk mengetahui kognitif awal siswa mengenai materi dengan memberikan pertanyaan tentang pecahan dan bentuk yang sesuai ?

Gambar 2. Soal Pemantik Bilangan pecahan 2. Tahap Kegiatan Inti

Pada tahap kegiatan ini guru melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :

Pada awal pembelajaran, guru mengondisikan siswa secara klasikal dan memotivasi siswa tentang kehidupan sosial yang berhubungan dengan kompetensi- kompetensi yang akan dipelajari.

Guru memperlihatkan beberapa gambar benda seperti yang telah buat sedemikian rupa :

(36)

25

Gambar 3. Benda peraga pecahan konkret

 Siswa diminta mengamati dan memperhatikan masing- masing gambar tersebut (mengamati).

Guru memberikan contoh untuk membaca atau menjelaskan pada gambar tersebut.

Guru membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatannya.

Kegiatan ini melatih siswa untuk menumbuhkan rasa ingin tahu mereka.

Guru kembali memberikan beberapa gambar, yang kali ini kelas dibagi beberapa kelompok untuk memudahkan berdasarkan kelompok meja, yang masing-masing mendapatkan gambar dan siswa lainnya mendapatkan tulisan pecahan.

Siswa bersama teman sebangkunya secara berpasangan mencari pasangan antara gambar yang terpecah/terbelah

(37)

26

tersebut dengan nilai yang sesuai dengan pecahan/belahan tersebut.

Masing-masing pasangan akan menunjukkan hasil taksiran nilai pecahan tersebut.

Guru memeriksa ketepatan siswa dalam menaksir nilai pecahan tersebut berdasarkan gambar.

Guru memberikan tanggapan berupa umpan balik dan apresiasi kepada pasangan kelompok yang dengan tepat menaksir pecahan, dan memberikan semangat kepada yang belum tepat dalam menaksirkan nilai pecahan.

 Guru memberikan penguatan dengan menjelaskan ketepatan menaksirkan nilai pecahan benda konkret dan nilai pecahan benda tersebut.

3. Tahap Kegiatan Penutup

 Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar selama sehari.

 Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi).

 Melakukan penilaian hasil belajar dengan memberikan soal evaluasi yang dikerjakan siswa secara mandiri, kemudian hasilnya dikoreksi dan dinilai.

 Guru melakukan refleksi.

 Guru mengajak siswa menyanyikan lagu satu ditambah satu untuk tetap membakar semangat siswa dalam belajar.

 Guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

 Guru menutup pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa dan mengucapkan salam penutup.

(38)

27

c) Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan antara lain :

 Data pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh penulis dalam bentuk lembar observasi, hasilnya komponen pada lembar observasi terceklis baik, itu berarti semua langkah kegiatan sudah dilaksanakan sesuai skenario yang disusun.

 Data hasil pengerjaan soal evaluasi oleh siswa dikumpulkan dan dianalisis untuk diambil tindakan perbaikan yang dilakukan hasilnya sudah memenuhi target maka hanya dianalisis dalam bentuk deskriptif kuantitatif dan dicatat peningkatannya.

d) Refleksi

Berdasarkan refleksi kegiatan bersama teman sejawat dan kepala sekolah, peneliti mendapatkan beberapa catatan antara lain :

 Kegiatan pembelajaran secara keseluruhan sudah menggunakan model inquiri dibantu dengan media gambar benda-benda konkret yang terpecah.

 Guru dalam menjelaskan materi menentukan nilai pecahan cukup mudah dipahami siswa sehingga siswa sudah mampu menaksirkan nilai pecahan pada pelajaran matematika.

 Hasil belajar siswa juga terlihat sudah meningkat dibandingkan siklus sebelumnya.

 Pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan terlihat dari siswa yang antusias mengikuti semua tahapan kegiatan hingga akhir, siswa juga terlihat lebih berpartisipasi aktif serta suasana kelas lebih kondusif dan menyenangkan.

(39)

28

C. Teknik Analisis data

Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang akan

diperoleh yaitu data secara kuantitatif mengenai data tentang hasil dari nilai rata-rata siswa dalam mengerjakan soal-soal evaluasi yang akan dilakukan pada

setiap akhir siklus. Hal ini untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Penskoran hasil tes siswa dilakukan dengan menganalisis jawaban tes subyektif siswa dengan pedoman kunci jawaban yang sudah dipersiapkan. Siswa mencapai ketuntasan belajar dengan nilai ketuntasan individu minimal 70, maka data hasil tes dirumuskan sebagai berikut :

Ketuntasan Individu = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑴𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Rumus diatas untuk mengukur hasil nilai kemampuan belajar siswa, hasil belajar dikatakan berhasil jika siswa menunjukkan adanya peningkatan hasil pembelajaran dari siklus tindakan pertama sampai siklus selanjutnya. Siswa memperoleh nilai lebih dari sama dengan 70 maka ketuntasan individu telah tercapai. Sedangkan siswa yang dapat nilai kurang dari sama dengan 70 ketuntasan individu dikatakan belum tuntas. Berikut adalah rumus untuk mengetahui persentase ketuntasan secara klasikal :

Ketuntasan Klasikal = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒊𝒔𝒘𝒂 𝑻𝒖𝒏𝒕𝒂𝒔

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑺𝒊𝒔𝒘𝒂𝒙 𝟏𝟎𝟎%

Penelitian ini dihentikan apabila perolehan rata-rata presentase nilai evaluasi individu siswa telah memenuhi KKM yang di tentukan yaitu 70, minimal mencapai kategori baik yaitu pada rentangan nilai (71-84%). Berikut ini tabel kriteria tingkatan ketuntasan keberhasilan penelitian yaitu :

No Rentang Presentase Kategori

1 86 – 100% Sangat Baik

2 71 – 85% Baik

3 56 – 70% Cukup

4 36 – 55% Kurang

5 0 – 35% Sangat Kurang

Tabel 1. Tingkat Keberhasilan Penelitian

(40)

29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Kegiatan perbaikan pembelajaran selama dua siklus dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2023 dan 17 Mei 2023, dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri pada pelajaran Matematika di kelas II SDN 2 Tulang Bawang Tengah selama 2 siklus. Berikut deskripsi tentang bagaimana proses pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran dan hasil apa saja yang diperoleh :

a. Hasil Penelitian Kegiatan Pra Siklus

Pelaksanaan kegiatan pra siklus dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap guru yaitu Ibu Miralda Leo Nara Aziza, S.Pd., selaku guru kelas II di sekolah tersebut dan nantinya akan bertindak sebagai teman sejawat yang mengamati dan mendampingi selama kegiatan penelitian. Kegiatan wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa pada mata pelajaran matematika terkait dengan model pembelajaran yang digunakan ketika pembelajaran, serta penggalian data terkait hasil ulangan harian pada materi yang sama, berikut perolehan nilai dari hasil ulangan harian yang dilakukan oleh guru kelas pada subjek penelitian sebelum tindakan perbaikan pembelajaran.

Adapun hasil perolehan nilai matematika siswa pada pra siklus (sebelum dilakukan tindakan perbaikan) yang peneliti telah lakukan pada tanggal 10 April 2023, tertuang pada tabel dibawah ini :

(41)

30

Tabel 2. Hasil Nilai Matematika Pra Siklus

No Nama Siswa Hasil

Nilai

Ketuntasan Ya Tidak

1 Addiba Khoirun Nisa 70 ✓

2 Ahmad Rizqi 40 ✓

3 Alifa Rahma Putri 70 ✓

4 Aqila 70 ✓

5 Bily Setiawan 80 ✓

6 Bintang Media Pratama 60 ✓

7 Farhan Syahputra 50 ✓

8 Intan Wulandari 50 ✓

9 Kautsar Riyadi 70 ✓

10 M. Farid Saputra 40 ✓

11 Marsya Fitri Yani 60 ✓

12 Maulida Sari 50 ✓

13 Rafa Adithiya 70 ✓

14 Revandri 40 ✓

15 Syifa Ramadhani 80 ✓

16 Risma 60 ✓

KKM 65

Nilai Rata-rata 60

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 40

Tabel 3. Ketuntasan Belajar Pra Siklus

No Nilai KKM Frekuensi Presentase Keterangan

1 ≥ 65 7 43.75 % Tuntas

2 < 65 9 56.25 % Tidak Tuntas

Jumlah 16 100

Data diatas menunjukkan hasil ulangan harian bersama guru kelas subjek penelitian dan peneliti sepakat dijadikan sebagai hasil pra siklus untuk mengetahui kondisi awal sebelum dilakukan penelitian perbaikan pembelajaran, jumlah siswa yang tuntas dalam pelajaran Matematika adalah 7 siswa atau 43.75% tuntas dan 9 siswa atau 56.25% belum tuntas dengan perolehan nilai rata-rata kelas adalah 60, dengan jumlah ketuntasan

(42)

31

klasikal adalah 43.75% masih berada dibawah standar ketuntasan belajar yaitu 70%. Dengan dasar data pra siklus ini peneliti melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inquiri terbimbing dengan kegiatan praktek permainan tebak berpasangan, dan dipadukan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas II, dan semangat peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

b. Hasil Penelitian Tindakan/Siklus

1. Paparan data dan temuan penelitian Siklus I Perencanaan

Dari hasil pengkajian data pra siklus, penulis merencanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media yang dianggap dapat mengatasi permasalahan kurangnya pemahaman siswa, sehingga menyebabkan hasil belajar matematika masih rendah, yakni model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran inkuiri. Adapun beberapa hal yang perlu disiapkan dalam perencanaan siklus I ini adalah: a) Menyusun RPP. b) membuat lembar observasi, c) membuat soal evaluasi dan d) memahami dan menguasai sintaks model pembelajaran inkuiri, selain itu menghubungi teman sejawat untuk bersedia menjadi observer dalam kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2023 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) dalam I siklus. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat, yaitu menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk menguasai materi matematika yaitu menghitung nilai pecahan.

(43)

32

Pada penerapan tindakan siklus I ini, awal pembelajaran dimulai salam, kegiatan berdoa, absensi, pemberian motivasi, penanaman sikap nasionalisme, hingga menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, selain itu guru memberikan apresiasi untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa belum kegiatan belajar.

Setelah itu pada kegiatan inti guru mengondisikan siswa secara klasikal dan memotivasi siswa tentang kehidupan sosial yang berhubungan dengan kompetensi-kompetensi yang akan dipelajari.

Guru memperlihatkan beberapa gambar yang menunjukan pecahan

1 2 , 1

4, dan beberapa nilai pecahan lainnya, kemudian siswa diminta mengamati dan memperhatikan. Setelah itu guru memberikan memberikan penjelasan terkait gambar tersebut dan cara membacanya terhadap nilai pecahan dalam bentuk angka, guru mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan siswa terhadap gambar yang diberikan. Selanjutnya guru memulai kegiatan bermain tebak berpasangan, siswa bersama teman sebangkunya secara berpasangan dibagikan masing-masing dua buah gambar. Masing- masing pasangan akan menunjukkan hasil taksiran jawaban antara gambar dan nilai pecahan kepada teman yang lain di depan kelas.

Guru memeriksa ketepatan siswa dalam menaksir jawaban mereka.

Guru memberikan apresiasi kepada pasangan kelompok yang dengan tepat menaksir nilai pecahan terhadap gambar yang sesuai, dan memberikan semangat kepada yang belum tepat dalam menaksirkan nilai pecahan tersebut.

Siswa juga diberikan soal-soal evaluasi yang terdapat pada Buku Siswa untuk dikerjakan, kemudian dilakukan pengoreksian dan pemberian nilai serta apresiasi. Pada kegiatan penutup, guru mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran, memberikan kesempatan bertanya, hingga melakukan refleksi tentang kegiatan belajar. Diakhir pembelajaran guru juga menanamkan sikap

(44)

33

nasionalisme dengan menyanyikan lagu daerah, kemudian menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Serta menutup dengan doa dan salam. Adapun hasil nilai tes tertulis pada pelaksanaan siklus I disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Hasil Nilai Matematika Siswa Siklus I

No Nama Siswa Hasil

Nilai

Ketuntasan Ya Tidak

1 Addiba Khoirun Nisa 70 ✓

2 Ahmad Rizqi 60 ✓

3 Alifa Rahma Putri 70 ✓

4 Aqila 60 ✓

5 Bily Setiawan 80 ✓

6 Bintang Media Pratama 60 ✓

7 Farhan Syahputra 70 ✓

8 Intan Wulandari 60 ✓

9 Kautsar Riyadi 60 ✓

10 M. Farid Saputra 70 ✓

11 Marsya Fitri Yani 70 ✓

12 Maulida Sari 80 ✓

13 Rafa Adithiya 80 ✓

14 Revandri 70 ✓

15 Syifa Ramadhani 60 ✓

16 Risma 80 ✓

KKM 65

Nilai Rata-rata 68.75

Nilai Tertinggi 80

Nilai Terendah 60

Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siklus I

No Nilai KKM Frekuensi Presentase Keterangan

1 ≥ 65 10 62,5 % Tuntas

2 < 65 6 37,5% Tidak Tuntas

Jumlah 16 100

(45)

34

Dari hasil evaluasi tes pada siklus I yang dilakukan peneliti, pada perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri diperoleh data jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa atau 62.5% dan 6 siswa atau 37.5%. Melihat hasil ketuntasan belajar pada siklus I terlihat terdapat peningkatan yang cukup signifikan, begitupula pada nilai rata-rata siswa mencapai 68.75. Peningkatan pada siklus I ini telah mencapai 62.5%

ketuntasan belajar dibanding dengan perolehan persentase ketuntasan belajar sebelum dilakukan tindakan.

Pengamatan

Dari hasil pengamatan, aktivitas siswa selama pembelajaran belum sesuai harapan. Sebagian siswa belum terbiasa dengan belajar berkelompok, guru belum mampu untuk mengkondisikan kelas dengan baik, hal ini terjadi karena siswa masih banyak yang mengobrol sendiri ketika pelaksanaan perbaikan pembelajaran, kemudian siswa asyik mengamati gambar-gambar yang dibawa guru, guru masih belum melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, guru masih terfokus pada perolehan nilai saja, tanpa memperhatikan penguasaan konsep materi. Untuk nilai hasil mengerjakan soal tes evaluasi pada siklus I sudah mengalami perubahan yang lebih baik, terlihat dari peningkatan ketuntasan belajar dan peningkatan nilai rata-rata dibandingkan dengan pra siklus, hal ini karena model pembelajaran inkuiri ini sangat efektif selain melatih siswa berpikir untuk mengeluarkan pendapatnya, model ini juga melatih siswa untuk berkerja sama dengan teman- temannya.

(46)

35

Refleksi

Refleksi merupakan tahapan di mana peneliti bersama guru yang menjadi observer bertemu untuk membahas kekurangan- kekurangan dan kelebihan pembelajaran pada siklus I. kekurangan yang ditemukan dianalisis untuk menemukan solusinya, sedangkan kelebihannya tetap dipertahankan. Permasalahan utama pada pelaksanaan siklus I adalah masih ada beberapa siswa yang belum mampu menghitung pecahan uang untuk menaksir harga barang dengan uang yang dimilikinya. Namun pada saat mengerjakan soal dan sudah diberikan contoh, hasilnya menunjukkan bahwa sudah ada perubahan yang terjadi pada siswa ketika mengikuti pembelajaran di dalam kelas dan siswa juga terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga hasil pengamatan pada aktivitas siswa mengalami peningkatan dari kategori cukup menjadi baik.

2. Paparan Data dan Temuan Penelitian Siklus II Perencanaan (Planning)

Siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 Mei 2023.

Kegiatan pembelajaran dilakukan peneliti untuk menindaklanjuti kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Hal-hal yang dipersiapkan dalam siklus II ini masih sama dengan siklus I, hanya terjadi perubahan pada RPP, mendesign kegiatan belajar yang lebih menarik, menyiapkan ice breaking agar suasana kelas menyenangkan dan menyiapkan lembar observasi serta soal evaluasi. Selain itu pada tahap perencanaan, peneliti rajin berlatih dan belajar kembali agar memahami dan menguasai materi serta langkah-langkah sesuai sintaks model pembelajaran inkuiri.

(47)

36

Pelaksanaan (Acting)

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memperbaiki pembelajaran sebelumnya, agar kualitas proses pembelajaran meningkat dan pencapaian siswa dalam memahami materi menjelaskan pecahan dengan benda-benda konkret. Sesuai dengan apa yang telah tertulis dalam rancangan RPP, pelaksanaan tindakan pada siklus II dijalankan sesuai dengan apa yang dirancang peneliti. Pembelajaran dimulai dengan salam lalu berdoa dan melakukan absensi, kegiatan juga dilanjutkan dengan pemberian motivasi, mengajak siswa menyanyikan lagu nasional, hingga menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran. Guru memberikan apersepsi mengenai materi yang sudah dibahas pada pertemuan sebelumnya untuk mengukur daya ingat siswa.

Pada kegiatan ini guru menjelaskan materi dengan menggunakan media sebagai alat bantu yaitu media gambar dan benda konkret berupa barang / makanan yang sudah dirubah sesuai dengan bentuk pecahan yang dimaksud, serta penggunaan model pembelajaran inkuiri yang sudah ditetapkan dan dibuat dalam skenario pembelajaran.

Siswa diminta menyelesaikan beberapa soal menjodohkan untuk memberikan pertanyaan pemantik agar mengingat-ingat kembali materi yang dipelajari pada siklus I. Guru memberikan contoh cara menaksir nilai pecahan dengan gambar yang tersedia. Guru membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatannya. Guru membagikan kelas menjadi beberapa kelompok guru membagikan beberapa gambar yang menampilkan buah-buahan yang telah dibelah menjadi beberapa bagian. Masing-masing pasangan akan menunjukkan hasil taksiran antara nilai pecahan dan gambar yang sesuai dengan nilai pecahan tersebut. Guru memeriksa ketepatan siswa dalam menaksir nilai pecahan dan buah – buahan. Guru memberikan tanggapan berupa umpan balik dan apresiasi kepada pasangan kelompok yang dengan tepat menaksir nilai pecahan dan buah yang telah dibelah-belah, dan memberikan semangat kepada yang belum tepat dalam menaksirkan nilai pecahan berdasarkan gambar buah-

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun hasil evaluasi pada siklus pertama sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) secara klasikal yaitu sebesar ≥ 75% namun,h asil tersebut belum

Sebanyak 41 siswa dinyatakan tuntas dan sebanyak 2 siswa dinyatakan tidak tuntas dalam mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65 dari jumlah siswa 43. Data

Hasil belajar yang didapatkan pada pra siklus adalah dengan jumlah siswa yang tuntas 27 dan siswa yang belum tidak tuntas sebanyak 9 siswa, dengan persentase

Tabel 4.6 Persentase Kategori Kelompok TSR Posttest Kategori Skor Frekuensi Presentase Tuntas KKM 70 ke atas 27 96,428 % Tidak Tuntas KKM 70 ke bawah 1 3,572 % Berdasarkan tabel

1 20 Untuk menghitung presentase ketuntasan hasil belajar siswa menggunakan rumus sebagai berikut: P = ∑siswa yang tuntas ∑siswa x 100% Keterangan: P = Presentase ketuntasan Lembar

Penilaian Psikomotor Guling Depan Siklus I Aspek Keterangan Rata-Rata Nilai 72,32 Jumlah Peserta Didik Tuntas 18 Jumlah Peserta Didik Belum Tuntas 15 Presentase Ketuntasan 57,69%

Tabel Hasil Pembelajaran Aspek Kognitif Bola Voli Mini pada Siklus II Keterangan Frekuensi Presentase Tuntas 32 86,49% Belum Tuntas 5 13,51% Jumlah 37 100% Dari tabel pemahaman

Analisis Ketuntasan Belajar Siklus 1 No SMK Tuntas individual/ > KKM Belum Tuntas KKM Ketuntasan klasikal 1 SMK N 6 82% 17% 7,5 Belum 2 SMK N 8 75% 25% 7,5 Belum 3 SMK N 9 77%