• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Plambing: Pengatur Kesehatan di Gedung

N/A
N/A
Anantha Azizah

Academic year: 2024

Membagikan " Sistem Plambing: Pengatur Kesehatan di Gedung"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Manusia tidak pernah lepas dari masalah kesehatan dalam kesehariannya, baik itu menyangkut air dingin, air buangan atau sampah jika tidak dirancang atau dikelola dengan baik. Kesehatan merupakan hal yang sangat berharga bagi manusia. Menjaga kesehatan manusia dapat dimulai dengan menjaga kesehatan lingkungannya, baik tempat bekerja atau tempat pemukimannya. Dalam hal ini, fasilitas sistem plambing yang baik memberikan andil yang cukup penting bagi manusia untuk menjaga kesehatan lingkungan gedung tempat bekerja atau bermukim, dan berperan besar dalam membantu kelancaran dari operasional gedung itu sendiri, misalnya saja dalam memenuhi kebutuhan air dingin ataupun penyaluran air buangan dengan cepat (Noerbambang dan Morimura, 2005).

Plambing adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang berdekatan. Plambing bersangkutan dengan air hujan, air buangan dan air minum yang dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan. Sistem plambing meliputi sistem penyediaan air minum, penyaluran air buangan dan drainase, termasuk semua sambungan, alat-alat, dan perlengkapannya yang terpasang di dalam persil dan gedung (SNI 03-6481-2000).

2.2 Prinsip Dasar Perencanaan Sistem Plambing

Perencanaan sistem plambing memiliki prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur merupakan upaya agar persyaratan perencanaan sistem plambing dapat diterapkan dengan baik. Sistem ini diperlukan perencanaan dengan teknis yang benar, kebutuhan air terpenuhi, ekonomis dan higienis. Perencanaan sistem plambing untuk bangunan gedung dilakukan dalam 4 tahap yaitu (SNI 03-7065-2005):

1. Konsep rencana

Pada tahap ini, dibutuhkan data dan informasi awal diantaranya jenis/ penggunaan hunian dan jumlah penghuni; gambar rencana arsitektural gedung pada tahap konsep; jaringan air minum dan fasilitas pembuangan air buangan kota; dan peraturan yang berlaku umum.

Selain itu juga dibutuhkan data dan informasi akhir berupa gambar, sumber air minum, sistem air buangan, dan perhitungan kasar mengenai, kebutuhan air minum per hari, banyaknya air buangan per hari, dan kebutuhan daya listrik untuk sistem plambing;

(2)

2. Rencana dasar

Penyusunan rencana dasar terdiri dari perhitungan kebutuhan air minum berdasarkan perkiraan total hunian; penentuan jaringan utama, jalur pipa, dan diagram sistem plambing;

penentuan ukuran dan perkiraan berat tangki air bawah dan atau tangki air atas; penentuan cara penumpuan dan penggantungan pipa utama; dan penentuan alternatif sistem dan perlengkapannya, rencana dasar mesin-mesin utama yang diperlukan. Selain itu dibutuhkan gambar diagram sistem plambing, dan denah ruang mesin dan tangki seta dokumen- dokumen yang relevan;

3. Rencana pendahuluan

Rencana pendahuluan meliputi perhitungan yaitu perhitungan untuk menentukan ukuran semua pipa cabang dan perhitungan laju aliran air dalam pipa ditentukan dengan metode yang mengacu pada SNI 03-6481-2000 tentang Sistem Plambing. Terkait gambar dan dokumen, dibutuhkan gambar yang disiapkan sekurang-kurangnya meliputi diagram satu garis sistem penyediaan air minum, penyaluran air buangan, ven dan air hujan, gambar denah jaringan pipa utama, gambar denah ruang mesin dan tangki, yang menunjukkan ukuran kasar mesin dan tangki tersebut, gambar detil potongan yang penting atau khusus serta dokumen yang relevan;

4. Rencana pelaksanaan

Dokumen rencana detil pelaksanaan yang harus disiapkan meliputi gambar detil pelaksanaan; perkiraan biaya pelaksanaan pembangunan sistem plambing, spesifikasi lengkap, persyaratan umum pelaksanaan.

2.2.1 Dasar-Dasar Perencanaan Sistem Penyediaan Air dingin 2.2.1.1 Kualitas Air

Kehidupan sehari-hari air sebagai bagian penting dalam kehidupan merupakan hal yang senantiasa diperlukan setiap mahluk hidup di dunia. Demikian halnya bagi manusia, air sangat dibutuhkan dalam berbagai aktivitas di kehidupan sehari-hari mulai dari minum, memasak, mencuci, mandi, dan juga kebutuhan lainnya. Mengingat fungsi air begitu penting bagi manusia maka sudah seharusnya diperlukan adanya sistem penyediaan air bersih yang tertata baik secara kualitas dan tentunya harus memenuhi syarat standar yang ada sehingga dapat mencukupi kebutuhan air bersih dalam setiap aktivitas sehari-hari. Untuk menyalurkan air bersih secara efisien dalam jumlah yang ideal ke semua alat- alat saniter yang dipakai dalam suatu ruangan rumah tinggal maupun gedung diperlukan unit jaringan instalasi yang memadai dan direncanakan dengan benar sehingga dapat bekerja dengan baik (Praditya, 2014).

(3)

MAISYA

2.2.1.2 Kebutuhan Air

Dalam kehidupan sehari-hari air sebagai bagian penting dalam kehidupan merupakan hal yang senantiasa diperlukan setiap mahluk hidup di dunia. Demikian halnya bagi manusia, air sangat dibutuhkan dalam berbagai aktivitas di kehidupan sehari-hari mulai dari minum, memasak, mencuci, mandi, dan juga kebutuhan lainnya. Dewasa ini air bersih menjadi masalah dalam pengelolaannya terutama di kota-kota besar yang menuntut kebutuhan air bersih cukup tinggi, apalagi dengan perkembangan daerah perkotaan yang luasan daerah industrinya sangat berdampak terhadap kebutuhan air bersih, sementara sumber air bersih itu sendiri semakin menyempit sehingga jaringan air bersih nya belum bisa memenuhi dan menjangkau seluruh kebutuhan secara menyeluruh (Praditya, 2014).

2.2.1.3 Pencemaran Air dan Pencegahannya

Pencemaran air yang merupakan sebuah kondisi dimana kualitas air pada suatu kawasan menurun yang disebabkan berbagai hal seperti masuknya komponen asing berupa zat, unsur, ataupun energi lain ke dalam air yang dapat mempengaruhi kualitas air tersebut. Air yang tercemar akan menurun kualitasnya. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan pencemaran pada air. Hal-hal yang dapat menyebabkan pencemaran antara lain (Noerbambang dan Morimura, 2015):

1. Masuknya kotoran hewan;

2. Masuknya serangga ke dalam tangki;

3. Terjadinya karat dan rusaknya tangki dan pipa;

4. Terhubungnya pipa air dingin dengan pipa lain;

5. Tercampurnya air dingin dengan air dari jenis kualitas lain; dan 6. Aliran balik air dari jenis kualitas lain ke dalam pipa air dingin.

2.2.1.4 Sistem Penyediaan Air Dingin

Sumber air minum untuk suatu bangunan diperoleh dari PDAM, dimana airnya telahdiolah.

Namun sistem penyediaan air bersih dari PDAM mempunyai tekanan yang terbatas,sehingga umumnya hanya cukup untuk melayani bangunan 1-2 lantai. Sistem penyediaan air dingin yang banyak digunakan dapat dikelompokkan dalam berbagai jenis yaitu (Noerbambang dan Morimura, 2015):

1. Sistem sambungan langsung 2. Sistem tangki atap

3. Sistem tangki tekan

4. Sistem tanpa tangki (booster system)

(4)

2.2.1.5 Sistem Pendistribusian Air Dingin

Sistem distribusi air bersih merupakan sistem pemipaan yang disiapkan di dalam bangunan maupun di luar bangunan guna mengalirkan air bersih dari sumbernya hingga menuju oulet (keluaran). Sistem distribusi air bersih dibuat guna memenuhi kebutuhan akan air bersih yang layak konsumsi. Dalam sistem penyediaan air bersih terdapat hal penting yang harus diperhatikan yaitu kualitas air yang akan didistribusikan, sistem penyediaan air yang akan digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam pipa, kecepatan aliran dan tekanan air (Samin, dkk., 2018).

Komponen utama dari sistem distribusi air bersih adalah sistem jaringan pipa. Adapaun kemungkinan terjadinya permasalahan pada jaringan pipa seperti kebocoran, terjadinya kerusakan pipa atau komponen lainnya, besarnya energi yang hilang dan penurunan tingkat pelayanan penyediaan air bersih untuk konsumen. Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk suatu bangunan, kapasitas peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus disediakan untuk bangunan tersebut (Samin, dkk., 2018).

2.2.1.6 Peralatan Sistem Pengaliran Air Dingin

Pada bangunan dan fasilitas besar, sistem pendingin air dingin dapat menghasilkan banyak keuntungan, termasuk pengendalian zat pendingin dan pemeliharaan, efisiensi energi, dan biaya pemasangan yang rendah. Keuntungan tersebut juga dapat ditingkatkan ketika pemilik bangunan bekerja sama dengan mitranya untuk memelihara sistem secara penuh. Peralatan sistem pengaliran air dingin yaitu (Rick, 2013):

1. Pompa Air

Pompa air dingin mengalirkan air dingin ke beban bangunan/proses dan kemudian membawa air panas kembali ke chiller untuk didinginkan kembali. Pompa air kondensor mensirkulasikan air pendingin antara kondensor berpendingin air chiller dan menara pendingin (atau alat penolak panas lainnya). Pompa yang tidak berfungsi dengan benar atau kondisi aliran rendah dapat menyebabkan kesalahan pada chiller dan tidak dapat dipahami sampai pengoperasian kembali normal;

2. Menara pendingin

Air kondensor memindahkan beban panas yang tidak diinginkan yang dibuang oleh chiller dan kerja kompresor chiller (panas kompresi) ke menara pendingin. Menara ini mempunyai beberapa tipe umum: aliran paksa atau aliran induksi dan aliran balik atau aliran silang;

3. Sisi Udara

(5)

MAISYA

Di sinilah beban panas ditransfer ke loop air dingin melalui kumparan air dingin. Kumparan adalah bagian dari unit pengendali udara, yang juga berisi kipas, kotak pencampur dan peredam, serta perangkat penanganan udara lainnya serta filter, lampu UV, dan teknologi tambahan yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas udara dalam ruangan;

4. Pengolahan Air

Lingkaran air memerlukan perawatan untuk pencegahan dan pengendalian korosi, keberadaan kerak, dan pertumbuhan biologis. Loop sistem air dingin tertutup tidak terkena atmosfer, namun masih memerlukan inhibitor untuk mengendalikan korosi. Sistem menara pendingin terbuka lebih menuntut. Menara pendingin bertindak seperti mesin cuci udara besar dan memerlukan perawatan rutin untuk mengatasi masalah korosi;

5. Spesialisasi Hidronik

Stasiun pengumpan dan pelepas air bertekanan harus diperiksa secara berkala untuk memastikan tekanan putaran air yang tepat. Tekanan yang terlalu rendah dapat menghalangi sirkulasi ke koil pengatur udara tingkat tinggi atau kavitasi pompa. Meskipun hanya membutuhkan sedikit perhatian, pemeriksaan rutin terhadap tangki ekspansi dan pemisah udara adalah tindakan yang bijaksana.

2.2.1.7 Pompa

Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat yang lain, melalui media pipa (saluran) dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung terus menerus. Pompa air dipasang untuk menghisap air dari sumber, mengalirkannya ke dalam rumah. Jenis-jenis pompa penyediaan air yang banyak digunakan adalah (Noerbambang dan Morimura, 2015):

1. Pompa sentrifugal

Komponen dari pompa sentrifugal adalah impeller dan rumah pompa. Apabila beberapa impeller dipasang pada satu poros dan air dialirkan dari impeller pertama ke impeller kedua dan seterusnya secara berturutan, disebut pompa dengan tingkat banyak (multi stage).

2. Pompa submersibel

Kelebihan dan ciri-ciri pompa submersibel, adalah (Noerbambang dan Morimura, 2015):

a. Tidak diperlukan suatu bangunan pelindung pompa;

b. Tidak berisik;

c. Konstruksinya sederhana, karena tidak ada poros penyambung dan bantalan perantara;

d. Pompa dapat bekerja pada kecepatan putaran tinggi;

(6)

e. Mudah dipasang; dan f. Harga relatif murah.

2.2.2 Dasar-Dasar Perencanaan Sistem Penyediaan Air Panas

Sistem penyediaan air panas merupakan instalasi yang menyediakan air panas dengan menggunakan sumber air bersih, dipanaskan dengan berbagai cara, baik langsung dari alat pemanas ataupun melalui sistem perpipaan yang harus memenuhi syarat sanitasi. Pada garis besarnya ada dua macam instalasi, yaitu instalasi lokal dan instalasi sentral. Kedua instalasi ini dipilih berdasarkan pada jenis penggunaan gedung, cara pemakaian air panas dan harga peralatannya. Dua macam instalasi penyediaan air panas yaitu lokal dan sentral (Noerbambang dan Morimura, 2013):

1. Instalasi Lokal

Pada instalasi lokal, suatu pemanas air dipasang di suatu tempat atau berdekatan dengan alat plambing (plumbing fixture) yang membutuhkan air panas. Pemanas dapat menggunakan gas, listrik ataupun uap sebagai sumber kalor. Kelebihan dari cara ini adalah bahwa air panas dapat lebih cepat diperoleh, kehilangan kalor pada pipa kecil sekali, pemasangan instalasi dan perawatannya sederhana dan harganya cukup rendah. Oleh karena itu, instalasi ini banyak digunakan di tempat yang membutuhkan air panas terbatas.

Pada instalasi lokal proses pemanasan sesaat dapat dilakukan. Maksudnya air dipanaskan dalam pipa yang dipasang pada alat pemanas kemudian langsung dialirkan menuju alat plambing. Selain itu proses pemanasan simpan dapat dilakukan juga. Air dipanaskan dalam tanki yang dapat menyimpan air panas dalam jumlah yang tak besar. Umumnya diperlukan waktu beberapa menit untuk memperoleh air panas. Kemudian teknik pencampuran uap panas dan air dapat juga diterapkan. Jika dalam suatu gedung terdapat sumber uap panas, maka uap panas tersebut dapat langsung dicampurkan dengan air dalam tanki pemanas.

2. Instalasi sentral

Pada jenis instalasi sentral, air panas dibuat pada suatu tempat di dalam gedung, kemudian dengan pipa distribusi dialirkan untuk seluruh lokasi alat plambing yang membutuhkan air panas dan biasanya menggunakan bahan bakar minyak. Air panas akan dibangkitkan di tempat lain, kemudian melalui pipa distribusi akan dialirkan menuju seluruh alat plambing.

Instalasi jenis ini umumnya digunakan di tempat yang banyak membutuhkan air panas.

Terdapat dua macam sistem pendistribusian air panas, yaitu sistem langsung dan sirkulasi.

Pada sistem langsung air hanya dialirkan sekali menuju alat plambing. Jika air lama tidak digunakan dan ketika akan digunakan kembali, maka alat plambing yang jauh tempatnya akan memperoleh air panas dengan temperatur yang lebih rendah. Sedangkan pada sistem

(7)

MAISYA

sirkulasi, jika air tidak dipergunakan, air akan kembali menuju ke tanki pemanasan.

Dengan demikian kualitas temperatur air tetap terjaga. Belakangan ini di beberapa negara menggunakan bahan bakar gas karena persyaratan lingkungan yang semakin berat. Listrik sebagai sumber kalor jarang sekali digunakan mengingat harganya yang mahal. Walaupun harga alat pemanas sentral mahal, tetapi untuk gedung-gedung yang banyak menggunakan air panas, harga air panas secara keseluruhan menjadi lebih murah. Oleh karena itu, instalasi sentral dipasang pada hotel, rumah sakit, perkantoran besar dan lain sebagainya.

2.2.3 Dasar-Dasar Sistem Penyaluran Air Buangan 2.2.3.1 Jenis Air Buangan

Air buangan adalah semua cairan yang dibuang, baik mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan, maupun mengandung sisa-sisa proses industri. Air buangan terdiri atas beberapa jenis. Jenis-jenis air buangan adalah sebagai berikut (Noerbambang dan Morimura, 2013):

1. Air kotor Air kotor merupakan air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet dan air buangan mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat plambing lainnya.

2. Air bekas Air bekas merupakan air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak mandi (bath tub), bak cuci tangan, bak dapur, dan lain sebagainya.

3. Air hujan Air hujan yang jatuh pada atap bangunan, halaman dan sebagainya yang menuju ke saluran pembuangan.

4. Air buangan khusus Air buangan khusus merupakan air buangan yang mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya, seperti yang berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah sakit, rumah pemotongan hewan, air buangan yang bersifat radioaktif atau mengandung bahan radioaktif dan air buangan yang mengandung lemak karena banyak mengandung heksan.

2.2.3.2 Sistem Penyaluran Air Buangan

Klasifikasi Sistem Pembuangan Air menurut cara pembuangannya terdiri atas (Noerbambang dan Morimura, 2013):

1. Sistem pembuangan air campuran Sistem ini merupakan sistem pembuangan di mana segala macam air buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke luar gedung tanpa memperhatikan jenis air buangannya.

2. Sistem pembuangan terpisah Sistem pembuangan terpisah merupakan sistem di mana air setiap jenis air buangan dikumpulkan dan dialirkan ke luar gedung secara terpisah.

(8)

3. Sistem pembuangan tak langsung Yaitu air buangan dari beberapa lantai gedung bertingkat yang digabungkan dalam satu kelompok. Pada setiap akhir gabungan dipasang pemecah aliran.

2.2.3.3 Perangkap Air Buangan

Perangkap air buangan merupakan suatu pencegahan masuknya gas yang berbau ataupun beracun, bahkan serangga. Untuk mencegah hal ini, harus dipasang suatu perangkap sehingga bisa menjadi penyekat atau penutup air yang mencegah masuknya gas-gas tersebut yang dapat menimbulkan masalah pada pipa dalam sistem plambing. Hal tersebut diperlukan karena alat plambing pada gedung tidak akan terus menerus digunakan, pipa pembuangan tidak selalu terisi oleh air. Suatu perangkap harus memenuhi syarat-syarat berikut (Noerbambang dan Morimura, 2013):

a. Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 mm sampai 100 mm. Dengan kedalaman minimum 50 mm, kolom air akan tetap dapat diperoleh penutup air sebesar 25 mm dengan tekanan (positif maupun negatif) sebesar 25 mm. Air penutup tersebut dapat terdorong ke dalam pipa pembuangan oleh tekanan positif dalam alat plambing atau tersedot ke dalam pipa pembuangan oleh tekanan negatif dalam pipa pembuangan. Angka 100 mm merupakan pedoman batas maksimum, walaupun batas ini tidak mutlak. Ada beberapa alat plambing khusus yang mempunyai kedalaman air penutup lebih dari 100 mm, tetapi perangkapnya dibuat dengan konstruksi yang mudah dibersihkan;

b. Konstruksinya harus sedemikian rupa agar selalu bersih dan tidak menyebabkan kotoran tertahan atau mengendap;

c. Konstruksinya harus sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai penutup tetap dapat terpenuhi;

Kriteria yang harus dipenuhi adalah:

1) Selalu menutup kemungkinan masuknya gas dan serangga;

2) Mudah diketahui dan diperbaiki kalau ada kerusakan;

3) Dibuat dari bahan yang tidak berkarat.

d. Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan akan tetap terjadi;

e. Perangkap tidak boleh dibuat dengan konstruksi di mana ada bagian bergerak ataupun bidang-bidang tersembunyi yang membentuk sekat penutup.

2.2.4 Dasar-Dasar Perancangan Sistem Ven

Pipa ven yaitu suatu perpipaan yang dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh bagian dari sistem pembuangan untuk melindungi air penutup dari efek sifon dan tekanan balik. Pipa

(9)

MAISYA

yang dipasang untuk sirkulasi udara ke seluruh bagian sistem pembuangan air kotor, dan mencegah terjadinya kerja sifon dan tekanan balik pada perangkap. Sistem ven merupakan bagian penting dalam sistem suatu pembuangan, sedangkan tujuan dari sistem ven ini antara lain (SNI 8153-2015):

1. Menjaga sekat perangkap dari efek sifon atau tekanan;

2. Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan;

3. Mensirkulasi udara dalam pipa pembuangan.

2.2.4.1 Jenis Sistem Ven

Pada plambing terdapat berbagai sistem ven yang digunakan. Denah atau desain aliran plumbing harus dibuat dengan spesifik, detail, dan jelas. Sistem tersebut dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan. Sistem itu sendiri dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu (SNI 8153-2015):

1. Pipa ven tegak

Pipa tegak ven harus dipasang apabila pipa tegak air kotor atau air bekas melayani dua interval cabang atau lebih, dan dimana alat-alat plambing pada setiap lantai mempunyai pipa ven tunggal atau pipa ven jenis lainnya.

Gambar 2.1 Pipa Ven Tegak

Sumber: SNI 8153-2015

2. Sistem ven tunggal (individual)

Pipa ven dipasang untuk melayani satu alat plambing dan disambungkan kepada sistem ven lainnya atau langsung terbuka ke udara luar.

3. Sistem ven lup

Pipa ven yang menghubungkan satu pipa ven individu atau lebih dengan pipa tegak ven atau ven pipa tegak. Ven lup harus berukuran sekurang-kurangnya setengah kali ukuran saluran cabang datar pembuangan air limbah saluran cabang datar pembuangan.

(10)

Gambar 2.2 Pipa Ven Lup

Sumber: SNI 8153-2015

4. Ven bersama

Pipa ven yang melayani perangkap dari dua alat plambing yang dipasang bertolak belakang atau sejajar dan dipasang pada tempat di mana kedua pipa pengering alat plambing tersebut disambungkan bersama.

Gambar 2.3 Pipa Ven Bersama

Sumber: SNI 8153-2015

5. Ven basah

Ven yang juga berfungsi sebagai pipa pembuangan.

Gambar 2.4 Pipa Ven Basah

Sumber: SNI 8153-2015

6. Ven menerus

Ven tegak yang merupakan kelanjutan dari pipa pembuangan yang dilayaninya.

Gambar 2.5PipaVen Menerus

Sumber: SNI 8153-2015

(11)

MAISYA

7. Ven sirkit

Ven sirkit harus berukuran sekurang-kurangnya setengah kali ukuran saluran cabang datar pembuangan air limbah saluran cabang datar pembuangan.

Gambar 2.6 Pipa Ven Sirkit

Sumber: SNI 8153-2015

8. Ven pelepas

Pipa ven yang dipasang pada tempat khusus untuk menambah sirkulasi udara antara sistem pembuangan dan sistem ven.

Gambar 2.7 Pipa Ven Pelepas

Sumber: SNI 8153-2015

2.2.4.2 Persyaratan pipa ven

Sistem plambing dilengkapi dengan pipa ven. Pipa vent merupakan pipa instalasi untuk mengeluarkan udara yang terjebak di dalam instalasi pipa air buangan. Saluran pipa ven ini berfungsi sebagai tempat bertemunya air yang mengalir dari atas (down pipe) dengan air yang mengalir dari pipa cabang. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam sistem plambing antara lain (Wibowo, 2014):

1. Kemiringan pipa ven

Pipa ven harus dibuat dengan kemiringan cukup agar titik air yang terbentuk atau air yang terbawa masuk kedalamnya dapat mengalir secara gravitasi kembali ke pipa pembuangan;

2. Cabang pipa ven

Dalam membuat cabang pipa ven harus diusahakan agar udara tidak akan terhalang oleh masuknya air kotor atau air bekas manapun;

3. Letak bagian mendatar pipa ven

Dari tempat sambungan pipa ven dengan cabang mendatar pipa air buangan, pipa ven tersebut harus dibuat tegak sampai sekurang-kurangnya 150 mm di atas muka air banjir alat plambing tertinggi yang dilayani oleh ven tersebut;

(12)

4. Ujung pipa ven

Ujung pipa ven harus terbuka ke udara luar, tetapi harus dengan cara yang tidak menimbulkan gangguan kesehatan.

2.2.5 Dasar-dasar Sistem Perancangan Kebakaran 2.2.5.1 Pipa Tegak dan Slang Kebakaran

Pipa tegak dan slang kebakaran merupakan suatu rangkaian perpipaan, katup, penyambung slang kebakaran, slang kebakaran dan sistem penyediaan air yang digunakan untuk menanggulangi kebakaran. Bagian pipa yang naik keatas dari sistem permipaan yang menyalurkan pasokan air untuk sambungan slang, dan springkler pada sistem kombinasi, tegak lurus dari lantai ke lantai. Sistem dari pipa tegak dan slang kebakaran mempunyai berbagai jenis, yaitu (Morimura, 2015):

1. Wet Stand Pipe System

Pipa tegak dengan pipa yang selalu berisi air dan tekanan air pada sistem di jaga tetap.

Katup suplai air pada sistem ini selalu dalam kondisi terbuka. Air akan mengalir keluar jika katup slang kebakaran dibuka.

2. Dry Stand Pipe System

Pipa tegak yang tidak berisi air, di mana peralatan penyediaan air akan mengalirkan air ke sistem secara otomatis jika katup slang kebakaran dibuka.

3. Sistem pipa tegak dengan pengadaan air ke sistem melalui operasi manual

Menggunakan kontrol jarak jauh yang terletak pada kotak slang kebakaran untuk menghidupkan suplai air.

4. Sistem pipa tegak tanpa suplai air yang permanen

Jenis ini digunakan untuk mengurangi waktu yang diperlukan petugas pemadam kebakaran untuk membawa slang kebakaran ke lantai atas pada gedung tinggi dan suplai air diperoleh dari mobil tangki pemadam kebakaran.

2.2.5.2 Sprinkler

Suatu sistem instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara tetap/ permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran secara otomatis dengan menyemprotkan air di tempat mula terjadi kebakaran disebut dengan instalasi sprinkler. Jenis hunian seperti ukuran pipa, jarak kepala sprinkler, densitas semburan sprinkler dan kebutuhan air menjadi dasar dalam pendesainan sistem sprinkler. Berdasarkan jumlah barang yang mudah terbakar dan sifat mudah terbakarnya, maka jenis hunian diklasifikasikan atas (SNI 03-3989-2000):

(13)

MAISYA

1. Hunian bahaya kebakaran ringan

Jenis hunian yang apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas rendah, sehingga api akan lambat menjalar, seperti: perpustakaan, sekolah, rumah sakit dan sebagainya.

2. Hunian bahaya kebakaran sedang

Hunian jenis ini dibedakan atas tiga kelompok yaitu:

a. Kelompok I

Mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang, seperti: tempat parkir mobil, pabrik roti, pengolahan susu dan sebagainya;

b. Kelompok II

Mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang, seperti: pabrik pakaian, tumpukan buku, percetakan dan sebagainya;

c. Kelompok III

Mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya api cepat, seperti pabrik gula, pabrik kertas, pabrik ban, bengkel, dan sebagainya.

3. Hunian bahaya kebakaran berat

Merupakan jenis hunnian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, penyimpanan cairan yang mudah terbakar, sampah, serat, atau bahan lain yang apabila terbakar apinya cepat menjadi besar dengan melepaskan panas tinggi sehingga menjalarnya api cepat.

2.2.6 Dasar-Dasar Sistem Penyaluran Air hujan

Air hujan yang jatuh pada persil bangunan gedung dihitung sebagai bagian dari status wajib kelola air hujan yang harus diupayakan untuk tidak melimpas keluar dari persil bangunan gedung. Harapannya, bangunan gedung tidak memberi dampak negatif dengan merugikan lingkungan saat turun hujan. Ketentuan umum dari sistem penyaluran air hujan adalah (SNI 03-7065-2005):

a. Perlengkapan drainase untuk menyalurkan air hujan dari atap dan halaman atau pekarangan dengan pengerasan di dalam persil ke saluran air hujan kota atau saluran pembuangan campuran kota harus dimiliki oleh gedung. Daerah yang tidak terdapat saluran tersebu melakukan pengaliran air hujan sesuai ketentuan yang berlaku;

(14)

b. Setiap persil berhak menyalurkan air hujan ke saluran air hujan kota.

Air hujan pada prinsipnya harus disalurkan melalui sistem penyaluran yang terpisah dari sistem penyaluran air bekas dan air kotor. Jika dicampurkan maka saat saluran tersumbat akan ada kemungkinan air hujan mengalir balik dan masuk ke alat plambing terendah pada sistem tersebut.Beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam perencanaan pipa air hujan adalah sebagai berikut (SNI 03-7065-2005):

1. Pipa air hujan tidak boleh ditempatkan:

a. Dalam ruang tangga;

b. Sumuran alat pengangkat;

c. Di bawah lift atau di bawah beban imbangan lift;

d. langsung di atas tangki air minum tanpa tekanan;

e. Di atas lubang pemeriksaan tangki air minum yang bertekanan;

f. Di atas lantai yang digunakan untuk pembuatan persiapan pembungkusan penyimpanan atau peragaan makanan.

g. Penempatan ujung buntu dilarang pada jaringan air hujan kecuali bila diperlukan untuk memperpanjang pipa lubang pembersih.

2.3 Dasar-Dasar Perancangan Sistem Plambing

2.3.1 Dasar-Dasar Perhitungan Sistem Penyediaan Air Bersih 2.3.1.1 Kebutuhan Alat Plambing

Menurut Badan Standarisasi Nasional tahun 2000, kebutuhan alat plambing dibedakan atas dasar fungsi gedung, yaitu untuk hunian niaga, hunian industri, hunian gudang, hunian kumpulan, hunian usaha, hunian lembaga (meliputi: rumah sakit, rumah sakit jiwa, lembaga permasyarakatan), kolam renang dan pemandian umum, dan rumah makan. Mal memiliki fungsi sebagai hunian kumpulan yang terbatas lingkup gerak pengunjung, sehingga harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai ketentuan. Jumlah dan jenis alat plambing yang disyaratkan untuk pengunjung sama dengan syarat untuk hunian kumpulan, yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 (Badan Standarisasi Nasional, 2000).

Tabel 2.1 Jumlah closet, Lavatory dan Peturasan untuk Hunian Kumpulan Jumlah

Closet

Jumlah Pengunjung

Jumlah Lavatory

Jumlah pengunjung

Jumlah peturasan

Jumlah pengunjung laki-laki

1 1 - 100 1 1 – 100 1 1 - 100

2 101 - 200 2 101 – 200 2 101 - 200

3 201 - 400 3 201 – 400 3 201 - 400

4 401 - 700 4 401 – 700 4 401 - 700

5 701 - 1100 5 701 – 1100 5 701 - 1100

(15)

MAISYA Jumlah

Closet

Jumlah Pengunjung

Jumlah Lavatory

Jumlah pengunjung

Jumlah peturasan

Jumlah pengunjung laki-laki Pengunjung lebih dari 1100 orang

ditambahkan 1 Closet untuk setiap pertambahan 400

orang pengunjung

Pengunjung lebih dari 1100 orang ditambahkan 1 Closet untuk setiap pertambahan 400 orang pengunjung

Pengunjung lebih dari 1100 orang ditambahkan 1 Closet untuk setiap pertambahan 400 orang pengunjung

Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2000

Keterangan:

a. Pancaran air minum atau alat plambing sejenis harus disediakan untuk setiap 1100 orang pengunjung atau sekurang-kurangnya sebuah alat plambing sejenis tersebut disediakan pada setiap tingkat bangunan atau balkon.

b. Bila dalam ruangan proyektor terdapat lebih dari sebuah proyektor, maka harus dilengkapi sekurang-kurangnya dengan sebuah Closet dan sebuah Lavatory di lantai yang bersangkutan dan terletak 69-7 m dari ruang proyektor tersebut.

c. Alat plambing untuk pengunjung dapat pula dipakai oleh karyawan, akan tetapi setidak- tidaknya fasilitas toilet karyawan harus sesuai dengan jumlah dan jenis yang disyaratkan untuk karyawan seperti pada bangunan usaha.

d. Fasilitas toilet untuk laki-laki dan perempuan harus terpisah serta harus mudah dicapai.

2.3.1.2 Laju Aliran

Perencanaan sistem penyediaan air untuk suatu bangunan, kapasitas peralatan dan ukuran- ukuran pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran yang harus disediakan kepada bangunan tersebut. Metoda yang digunakan dalam menaksir jumlah pemakaian air berdasarkan jumlah pemakai. Metoda ini didasarkan pada pemakaian air rata-rata sehari setiap penghuni dan perkiraan jumlah penghuni. Jumlah pemakaian air sehari dapat ditentukan. Apabila jumlah penghuni diketahui atau ditetapkan pada suatu gedung, maka angka tersebut dipakai untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan standar pemakaian air orang per hari sesuai dengan sifat penggunaan gedung tersebut. Jika jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan menetapkan kepadatan hunian perluas lantai.

Luas lantai yang dimaksud adalah luas lantai efektif. Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan air dalam perancangan digunakan persamaaan (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).

... (1)

... (2)

(

) ... (3)

(16)

Keterangan:

Qd = pemakaian air sehari (m3/hari)

Qh = pemakaian air rata-rata perjam (m3/jam) T = jangka waktu pemakaian air (jam)

Qh-max = debit jam puncak (m3/jam)

Qm-max = debit menit puncak (m3/menit)

c1, c2 = konstanta dengan nilai 1,5 – 2 dan 3 – 4 2.3.1.3 Tangki Atas dan Tangki Bawah

Tangki (reservoar) bawah berfungsi menyimpan air untuk kebutuhan selama sehari dan tangki atas berfungsi untuk menampung kebutuhan puncak, dan biasanya disediakan dengan kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak. Perhitungan kapasitas tangki bawah dan tangki atas didasarkan pada fluktuasi pemakaian air tiap jam selama sehari. Menghitung kapasitas tangki atas dan tangki bawah digunakan persamaan (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000).

Tangki Atas

( ) ( ) ... (4)

Keterangan:

Qm-max = kebutuhan menit puncak (liter/menit) Qh-max = kebutuhan jam puncak (liter/menit) Qpu = kapasitas pompa pengisi (liter/menit) Tp = jangka waktu pengisian puncak (menit) Tpu = jangka waktu kerja pompa pengisi (menit) Tangki Bawah

( ) ... (5) Keterangan:

Qd = kebutuhan air sehari (m3/hari) Q = kapasitas pipa dinas (m3/jam)

T = rata-rata pemakaian air perhari (jam/hari)

(17)

MAISYA

2.3.1.4 Ukuran Pipa

Untuk menentukan ukuran pipa distribusi air bersih baik untuk pipa tegak maupun pipa cabang mendatar, di pakai metoda untuk menentukan besarnya fixture unit masing- masing alat plambing yang didapat dari Tabel 2.2. Berdasarkan fixture unit tersebut lalu ditentukan laju aliran air. Lengkung perkiraan kebutuhan air dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Tabel 2.2 Beban Unit Alat Plambing

Alat Plambing Jenis Penyediaan Air Unit Beban Alat Plambing

Umum Pribadi

Closet Katup gelontor 10 6

Lavatory Kran 2 1

Urinal Katup gelontor 5 -

Shower Kran pencampur air dingin dan panas 4 2

Kitchen sink Kran 5 -

Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000

(a) Untuk unit beban sampai 3000 (b) Untuk unit beban sampai 250 (skala gambar diperbesar)

Gambar 2.8 Hubungan Unit Alat Plambing dengan Laju Aliran

Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000

2.3.1.5 Headloss Pipa Distribusi

Setelah didapat diameter pipa yang direncanakan, maka headloss pipa dapat diketahui.

Penetapan jenis perlengkapan pipa (fitting) ditentukan berdasar gambar denah/isometri dan diameter pipa yang telah ditentukan. Panjang ekivalen (Lek) perlengkapan pipa didapat dari Tabel 2.3, sedangkan panjang pipa (Lpipa) diperoleh dari gambar denah perpipaan air minum. Panjang total (Ltot) merupakan jumlah dari panjang ekivalen perlengkapan pipa dan panjang pipa.

(18)

Tabel 2.3 Panjang Ekivalen Perlengkapan Pipa

Diameter nominal

(mm)

Panjang ekivalen ( m )

Belokan 90°

Belokan 90°

T 90° T 90°

Katup sorong

Katup bola

Katup sudut

Katup satu arah Aliran

cabang

Aliran lurus

15 0,60 0,36 0,90 0,18 0,12 4,5 2,4 1,2

20 0,75 0,45 1,2 0,24 0,15 6,0 3,6 1,6

25 0,90 0,54 1,5 0,27 0,18 7,5 4,5 2,0

32 1,2 0,72 1,8 0,36 0,24 10,5 5,4 2,5

40 1,5 0,90 2,1 0,45 0,30 13,5 6,6 3,1

50 2,1 1,2 3,0 0,60 0,39 16,5 8,4 4,0

65 2,4 1,5 3,6 0,75 0,48 19,5 10,2 4,6

80 3,0 1,8 4,5 0,90 0,63 24,0 12,0 5,7

100 4,2 2,4 6,3 1,2 0,81 37,5 16,5 7,6

125 5,1 3,0 7,5 1,5 0,99 42,0 21,0 10,0

150 6,0 3,6 9,0 1,8 1,2 49,5 24,0 12,0

200 6,5 3,7 14,0 4,0 1,4 70,0 33,0 15,0

250 8,0 4,2 20,0 5,0 1,7 90,0 43,0 19,0

Sumber: Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura,2000

Kehilangan tekanan tiap satuan panjang diperoleh dari persamaan:

... (6)

Keterangan :

Q = laju aliran (l/menit)

C = koefisien kekasaran pipa (diambil angka 120)

d = diameter pipa (m)

H = headloss (m)

L = panjang pipa (m)

(19)

MAISYA

Gambar 2.9 (a) Kerugian Gesek dalam Pipa Baja Karbon

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000

Gambar 2.9 (b) Kerugian Gesek dalam Pipa PVC-kaku

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000

(20)

2.3.1.6 Pompa

Jika akan digunakan sistem dengan tangki atas atau dengan tangki bawah kombinasi dengan tangki tekan, maka diperlukan pompa untuk menaikkan air. Kapasitas pompa biasanya diambil sama dengan kebutuhan air pada jam maksimum, sedangkan jika digunakan sistem tanpa tangki kapasitas pompa diambil sama dengan kebutuhan air puncak. Kecepatan air yang disarankan dalam pipa hisap berkisar antara 2–3 m/dt dan kadang-kadang sampai dengan 4 m/dt. Untuk menentukan daya pompa terlebih dahulu ditentukan tinggi angkat pompa, dengan rumus sebagai berikut (Soufyan M.Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000):

... (7) Keterangan :

H = tinggi angkat total (m);

Hs = tinggi potensial (m);

Hfsd = kerugian gesek dalam pipa hisap dan pipa tekan (m);

V2/2g = tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa (m).

Maka, daya poros pompa ditentukan dengan rumus berikut:

( )

... (8) Keterangan:

Np = daya poros pompa (hp);

Q = kapasitas pompa (m3/menit);

H = tinggi angkat total (m);

= berat spesifik (kg/l);

= efisiensi pompa.

Untuk efisiensi pompa dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut ini.

(21)

Gambar 2.10 Efisiensi Pompa Sentrifugal Ukuran Kecil

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000

Gambar 2.11 Efisiensi Pompa Sentrifugal Kecil, Bertingkat Banyak

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000

Daya motor pompa ditentukan dengan rumus berikut:

( )( )

... (9) Keterangan :

A = Faktor yang bergantung jenis motor 0,1 sampai 0,2 untuk motor listrik 0,2 untuk motor bakar besar 0,25 untuk motor bakar kecil

= efisiensi hubungan poros 1 untuk poros kopel langsung

0,9 sampai 0,95 untuk ban mesin dan roda gigi

(22)

2.3.2 Dasar-Dasar Perhitungan Sistem Penyediaan Air Panas 2.3.2.1 Kebutuhan Air Panas

Kebutuhan air panas pada tiap bangunan berbeda-beda. Laju air panas pada pipa dipengaruhi oleh kuantitas air panas yang dibutuhkan. Dalam penentuan laju aliran air panas digunakan cara berdasarkan jumlah orang seperti pada penentuan laju aliran untuk air dingin (Morimura dan Noerbambang, 2000):

a. Perhitungan berdasarkan jumlah orang

Untuk setiap jenis pemakaian gedung jumlah kebutuhan air panas sehari dapat dihitung berdasarkan jumlah orang dan kebutuhan air panas setiap orang setiap harinya. Rumus yang digunakan antara lain:

... (10)

... (11)

... (12)

( ) ... (13) Keterangan :

Qd = jumlah air panas per hari (l/hari) N = jumlah orang pemakai air panas

qd = kebutuhan air panas orang per hari (l/org/hari) Qh = laju aliran air panas maksimum (l/jam)

qh = maksimum per jam untuk pemakaian seharian (l/jam) V = volume tangki penyimpanan (liter)

H = kapasitas pemanas (kcal/jam) γ = berat spesifik (kg/l)

th = temperatur air panas (oC) tc = temperatur air dingin (oC)

v = kapasitas tangki penyimpanan untuk pemakaian sehari (liter) b. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing

Laju aliran panas maksimum yang diperlukan dapat dihitung dengan mengalikan jumlah alat plambing dengan jumlah air panas tiap alat plambing dan menjumlahkannya, kemudian mengalikannya dengan faktor pemakaian alat plambing. Volume tangki penyimpan air panas dapat dihitung dengan mengalikan Qh dengan koefisien kapasitas

(23)

ANANTHA AZIZAH ARYATI (2110941019) 26 pemanas. Untuk menghitung kapasitas pemanas, dilakukan dengan mengalikan Qh dengan beda temperatur air panas dengan air dingin yang masuk pemanas.

2.3.2.2 Ukuran pipa

Penentuan ukuran pipa air panas dilakukan dengan cara yang sama seperti penentuan ukuran pipa air dingin yaitu dengan menentukan laju aliran air pada setiap bagian pipa. Lengkung laju aliran dapat dilihat pada Gambar 2.5. Cara yang biasa digunakan yaitu dengan menghitung jumlah fixture unit masing-masing alat plambing air panas, mirip seperti pada air dingin, dengan menggunakan Tabel 2.4

Tabel 2.4 Unit Alat Plambing untuk Air Panas

Alat Plambing Unit Alat Plambing

Bathub 1.5

Shower 1,5

Sink 1.5

Sumber: Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura, 2000

Gambar 2.12 Pengaliran Serentak Berdasar Unit Alat Plambing Air Panas

Sumber: Morimura, 2000

2.3.2.3 Penentuan Kapasitas Pompa Resirkulasi

Pompa yang digunakan pada penyediaan air panas juga berfungsi untuk pompa sirkulasi.

Pompa sirkulasi ini digunakan agar aliran air panas tetap mengalir walaupun tidak ada pemakaian alat plambing untuk air panas. Selain itu pompa ini juga harus mampu untuk memenuhi kebutuhan puncak air panas. Laju aliran air panas sirkulasi diperlukan untuk mengatasi kerugian panas dalam pipa. Tekanan yang dibutuhkan oleh pompa ini ditentukan berdasarkan kerugian gesek dalam pipa hantar dan pipa balik terjauh, tidak termasuk kerugian gesek dalam pipa-pipa cabang karena air sirkulasi tidak masuk ke dalam pipa cabang. Laju aliran sirkulasi dapat ditentukan dengan persamaan (Morimura dan Noerbambang, 2000):

(24)

( ) ... (14) Keterangan:

Wsir = Laju aliran sirkulasi (liter/menit) Q = Kerugian panas (kcal/jam)

th = Temperatur dalam pipa hantar (℃) tb = Temperatur pipa balik (℃)

2.3.3 Dasar Perhitungan Sistem Penyaluran Air Buangan 2.3.3.1 Sistem Penyaluran Air Kotor dan Air Bekas

A. Sistem Penyaluran Air Kotor dan Air Bekas 1. Penentuan ukuran pipa

Ukuran pipa pembuangan ditentukan berdasarkan jumlah beban unit alat plambing maksimum yang diizinkan untuk setiap diameter pipa. Nilai unit beban alat plambing dapat dilihat pada Tabel 2.15. Setelah diketahui jumlah unit beban alat plambing tersebut untuk setiap diameter pipa maka ukuran pipa penyaluran air buangan dapat diketahui.

Tabel 2.5 Nilai Unit Beban Alat Plambing untuk Air Buangan

No Jenis Alat Plambing Unit Beban Alat Plambing

1 Kloset, tangki gelontor 4

2 Kloset, katup gelontor 8

3 Peturasan, tipe menempel 4

4 Peturasan, tipe gantung 4

5 Peturasan, untuk umum (palung) 2

6 Bak cuci tangan (lavatory) 1

7 Bak cuci tangan (wash basin), biasa 1

8 Bak cuci tangan (wash basin), kecil 0,5

9 Bak mandi rendam, berendam 3

10 Bak mandi rendam, untuk umum 4 – 6

11 Pancuran mandi, untuk rumah 2

12 Pancuran mandi, untuk umum 3

14 Bak cuci pel 8

15 Bak cuci pakaian 2

16 Bak cuci, dapur 3

17 Bak cuci, hotel-komersil 4

18 Bak cuci, bar 1,5

19 Bak cuci, dapur kecil 1 – 4

20 Buangan lantai (floor drain) 0,5 – 2

Sumber: Noerbambang dan Morimura, 2005

(25)

ANANTHA AZIZAH ARYATI (2110941019) 28 2. Ukuran minimum pipa cabang mendatar

Pipa cabang mendatar yang digunakan harus mempunyai ukuran minimum sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang dilayani. Diameter minimum pipa air buangan terdapat pada Tabel 2.16.

Tabel 2.6 Diameter Minimum Perangkap dan Pipa Air Buangan Alat Plambing Alat Plambing Diameter Perangkap Minimum

(mm)

Diameter Pipa Buangan Alat Plambing Minimum

(mm) Water closet

Lavatory Urinal Floor drain

Sink-komersial Pancuran Mandi

75 32 40 40-75

50 50

75 32-40

40 40-75

50 50 Sumber: Noerbambang dan Morimura, 2005

3. Ukuran minimum pipa tegak

Pipa tegak air buangan harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungkan ke pipa tegak tersebut.

4. Pengecilan ukuran pipa

Diameter pipa tegak maupun pipa cabang mendatar yang digunakan tidak boleh diperkecil dalam suatu aliran air buangan. Pengecualian hanya pada kloset, di mana pada lubang keluar dengan diameter 100 mm dipasang pengecilan pipa (reducer) 100 x 75 mm jika dihubungkan dengan pipa mendatar berdiameter 75 mm.

5. Pipa bawah tanah

Pipa pembuangan yang ditanam di dalam tanah atau di bawah lantai bawah tanah harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 mm.

6. Kemiringan Pipa Air Buangan

Pipa pembuangan harus mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup untuk mampu mengalirkan air buangan dengan cepat sesuai dengan banyak dan jenis air buangan yang harus dialirkan agar dapat mengalir dengan baik tanpa terjadi penyumbatan. Dalam perencanaan biasanya pipa air buangan dianggap terisi oleh 2/3 bagian penampang pipa, sehingga bagian atas yang kosong cukup mengalirkan udara. Sedangkan kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara 0,6 sampai 2,1 m/detik. Standar kemiringan pipa dapat dilihat padaTabel2.17.

(26)

Tabel 2.7 Kemiringan Pipa Pembuangan Horizontal

Diameter Pipa (mm) Kemiringan Minimum

75 atau kurang 1/50

100 atau kurang 1/100

Sumber: Noerbambang dan Morimura, 2005

2.3.3.2 Sistem Penyaluran Air Hujan

Talang hujan yang dirancang pada sistem penyaluran air hujan dalam suatu gedung meliputi pipa horizontal dan pipa tegak yang diletakkan sesuai dengan kemiringan atap dan juga kondisi tertentu pada bagian atap gedung. Ukuran talang yang digunakan tergantung pada luas atap yang dilayani oleh talang tersebut. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam merancang talang tegak dan talang horizontal antara lain (Noerbambang dan Morimura, 2005):

1. Ukuran pipa pada talang tegak tidak boleh kurang dari 3” kecuali untuk atap serambi dan dak beton dapat digunakan talang tegak 2” (jika luas tangkapan hujan tidak melebihi ketentuan);

2. Jika jarak antar pipa tegak sejauh 50 ft (15 m) atau kurang maka diameter talang horizontal yang digunakan pada gedung sama dengan diameter pipa tegak atau tidak boleh kurang dari 4”;

3. Untuk atap datar tambahan 1” untuk diameter talang tegak setiap pertambahan 30 ft panjang talang horizontal.

Tabel 2.8 Penentuan Ukuran Perpipaan Air Hujan Horizontal

Ukuran Pipa

Debit (Kemiringan

1%)

Luas Bidang Datar Horizontal Maksimum yang Diperbolehkan pada Berbagai Nilai Curah Hujan (m2)

Inci L/detik

25,4 mm/

jam

50,8 mm/

jam

76,2 mm/

jam

101,6 mm/

jam

127 mm/

jam

162,4 mm/

jam

3 0,06 305 153 102 76 61 51

4 2,04 699 349 233 175 140 116

5 4,68 1241 621 414 310 248 207

6 8,34 1988 994 663 497 398 331

8 13,32 4273 2137 1427 1068 855 713

10 28,68 7692 3846 2564 1923 1540 1282

12 51,6 12374 6187 4125 3094 2476 2062

15 83,04 22110 11055 7370 5528 4422 3683

Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2015

(27)

ANANTHA AZIZAH ARYATI (2110941019) 30 Tabel 2.9 Penentuan Ukuran Perpipaan Air Hujan Horizontal

Ukuran Pipa

Debit (Kemiringa

n 2%)

Luas Bidang Datar Horizontal Maksimum yang Diperbolehkan pada Berbagai Nilai Curah Hujan (m2)

Inci L/detik

25,4 mm/

jam

50,8 mm/

jam

76,2 mm/

jam

101,6 mm/

jam

127 mm/

jam

162,4 mm/

jam

3 2,88 431 216 144 108 86 72

4 6,6 985 492 328 246 197 164

5 11,76 1754 877 585 438 351 292

6 18,84 2806 1403 935 701 561 468

8 40,62 6057 3029 2019 1514 1211 1012

10 72,84 10851 5425 3618 2713 2169 1812

12 117,18 17465 8733 5816 4366 3493 2912

15 209,46 31214 15607 10405 7804 6248 3683

Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2015

Tabel 2.10 Penentuan Ukuran Perpipaan Air Hujan Horizontal Ukuran

Pipa

Debit (Kemiringa n

4%)

Luas Bidang Datar Horizontal Maksimum yang Diperbolehkan pada Berbagai Nilai Curah Hujan (m2)

Inci L/detik

25,4 mm/

jam

50,8 mm/

jam

76,2 mm/

jam

101,6 mm/

jam

127 mm/

jam

162,4 mm/

jam

3 4,1 611 305 204 153 122 102

4 9,4 1397 699 465 349 280 232

5 16,7 2482 1241 827 621 494 413

6 26,7 3976 1988 1325 994 797 663

8 57,4 8547 4273 2847 2137 1709 1423

10 103,3 15384 7692 5128 3846 3080 2564

12 166,1 24749 12374 8250 6187 4942 4125

15 296,8 44220 22110 14743 11055 8844 7367

Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2015

Tabel 2.11 Ukuran Talang Atap, Pipa Utama dan Perpipaan Tegak Air Hujan Ukuran

pipa air hujan

debit

Luas atap maksimum yang diperbolehkan pada berbagai nilai curah hujan (m2)

inchi L/detik Curah hujan (mm/jam)

25,4 50,8 76,2 101,6 127 162,4 178 203 229 254 279 305

2 1.8 268 134 89 67 53 45 38 33 30 27 24 22

3 5,52 818 409 272 204 164 137 117 102 91 82 74 68

4 11,52 1709 855 569 472 342 285 244 214 190 171 156 142

5 21,6 3214 1607 1071 804 643 536 459 402 357 321 292 268 6 33,78 5017 2508 1672 1254 1003 836 717 627 557 502 456 418 8 72,48 10776 5388 3592 2694 2155 1794 1539 1347 1197 1078 980 892

Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2015

(28)

2.3.4 Dasar-Dasar Perhitungan Sistem Vent 2.3.4.2 Penentuan Ukuran Pipa Ven

Ukuran pipa ven secara umum berdasarkan pada ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit yaitu minimum 32 mm dan tidak boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa limbah atau pipa tegak ven yang disambungkannya. Selain itu, ukuran pipa ven juga bergantung pada ukuran ven pipa tegak, dimana ukurannya tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak air limbah yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka (Morimura dan Noerbambang, 2005).

Penentuan ukuran pipa ven, sebagai berikut:

1. Pipa ven mendatar

Perhitungan ven horizontal menggunakan Tabel 2.5. Penentuan dimensi pipa ven horizontal ini dengan melihat pada unit beban alat plambing maksimum yang dilayani, panjang pipa ven maksimum dan dimensi air limbah yang di lalui.

2. Pipa ven tegak

Perhitungan ven tegak menggunakan Tabel 2.5. Penentuan dimensi pipa ven horizontal ini dengan melihat pada unit beban alat plambing maksimum yang dilayani, panjang pipa ven maksimum dan dimensi air limbah yang dilalui.

Tabel 2.12 Ukuran Pipa Cabang Horizontal Ven dengan Lup

Nomor

Jalur Ukuran Pipa Air Limbah Unit Alat Plambing Maksimum

Diameter Ven loop ( mm ) 40 50 65 75 100

Panjang Maks Horizontal (m)

1 40 10 6

2 50 12 4,5 12

3 50 20 3 9

4 75 10 6 12 30

5 75 30 12 30

6 75 60 48 24

7 100 100 2,1 6 15,6 60

8 100 200 1,8 5,4 15 54

9 100 500 4,2 10,8 42

Sumber: Morimura dan Noerbambang, 2000

Gambar

Gambar 2.2 Pipa Ven Lup
Gambar 2.4 Pipa Ven Basah
Gambar 2.3 Pipa Ven Bersama
Gambar 2.5PipaVen Menerus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya proses pembelajaran kesehatan di lingkungan sekolah sangat membantu siswa memahami tentang pentingnya menjaga kesehatan pribadi. Pembelajaran yang diajarkan di

Dengan membaca teks “ Kesehatan Badan Perlu Dijaga”, siswa dapat menganalisis isi teks yang dibaca berkaitan dengan menjaga kesehatan badan di lingkungan tempat bermain sekitar

Karena itu dibutuhkan evaluasi pada sistem plambing gedung A dengan melakukan perhitungan kebutuhan air bersih setiap harinya, volume reservoir yang ada dan tekanan pada pipa.. Dari

Amati teks Bekerja Sama Menjaga Lingkungan. Jawablah pertanyaan berikut. 1. Tuliskan satu kalimat tentang rumah Siti. Gunakan kata-katamu sendiri.

Dengan kata lain, fungsi dan tujuan sistem plambing adalah untuk menciptakan suatu bangunan yang memenuhi kesehatan dan sanitasi yang baik dengan suatu sistem pemipaan yang

pada manusia dengan sistem beserta cara reproduksi mengatasinya Menyadari melalui studi pentingnya menjaga pustaka dan dari kesehatan organ pusat kesehatan sistem reproduksi

ii Institut Teknologi Nasional HALAMAN PENGESAHAN Perencanaan Instalasi Plambing Air Bersih, Air Limbah, dan Ven di Gedung Dekanat Universitas Islam Bandung dengan Konsep

Dokumen ini membahas tentang pentingnya pembangunan kesehatan dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu daerah, dengan fokus pada peran rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang