STUDI KASUS TENTANG POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP ANAK YANG MENGALAMI KETERGANTUNGAN
Abstrak
Studi ini mengeksplorasi dan menganalisis pola asuh orangtua terhadap anak yang mengalami ketergantungan. Ketergantungan pada berbagai perilaku dapat berpotensi mempengaruhi dinamika keluarga dan perkembangan anak secara signifikan. Dengan fokus pada studi kasus, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki berbagai pola asuh orangtua dalam membentuk dan mempengaruhi anak yang mengalami ketergantungan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Partisipan penelitian ini terdiri dari orangtua dari anak yang mengalami ketergantungan, guru, serta kepala sekolah. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola asuh orangtua memiliki dampak yang mendalam terhadap proses perkembangan anak yang mengalami ketergantungan. Faktor-faktor seperti pengertian dari orangtua tentang ketergantungan, tingkat dukungan emosional, kemandirian anak, dan strategi dalam mengurangi tingkat ketergantungan anak.
Penelitian ini juga menyoroti kompleksitas interaksi antara faktor lingkungan dan individu dalam konteks keluarga. Implikasi dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan program intervensi yang lebih tepat sasaran untuk membantu orangtua mengatasi tantangan dalam memberikan pola asuh yang mendukung perkembangan anak yang mengalami ketergantungan.
Kesimpulannya, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika keluarga dalam konteks ketergantungan anak, dengan harapan dapat mengembangkan pendekatan holistik dalam mendukung proses pemulihan keluarga yang terkena dampak dari ketergantungan.
Kata Kunci : Pola Asuh, Ketergantungan, Keluarga, Kemandirian
Maria Kharenina Hartanti maria.kharenina21@studen
ts.unila.ac.id FKIP Universitas Lampung
Pendahuluan
Pola asuh orangtua adalah proses, dimana orangtua membimbing anak agar terarah sesuai dengan norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat. Perilaku orangtua harus diperhatikan dengan sangat baik sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak agar menjadi pribadi sesuai dengan yang diharapkan. Pola pengasuhan yang
diberikan orangtua terhadap anak tergantung dari sikap orangtua dalam mendidik anak.
Jika pengasuhan yang diberikan sesuai dan dapat diterima baik oleh anak, maka orangtua dapat dikatakan berhasil dalam membimbing perilaku anak. Sebaliknya bila pengasuhan yang diberikan orangtua terhadap anak salah atau kurang sesuai
dengan harapan anak, maka kepribadian anak pun akan tidak baik juga.
Pola asuh orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan serta perkembangan kepribadian dan karakteristik anak. Perilaku orangtua dalam pengasuhan anak akan menjadi gambaran terhadap sikap dan perilaku anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi dalam kehidupan sehari hari (Muda et al., 2022). Dalam menerapkan pola asuh kepada anak, terdapat beberapa pola pengasuhan yang salah dalam mendidik serta menstimulasi anak. Pola asuh yang salah itu seperti rasa sayang yang berlebih terhadap anak yang akan menimbulkan sikap ketergantungan anak terhadap orangtua.
Kasih sayang yang berlebihan terhadap anak, serta kontrol yang kurang dari orangtua akan menumbuhkan anak menjadi perilaku yang semena-mena, keras kepala, selalu membangkang, serta tidak mau mengikuti perintah yang diberikan oleh orang lain.
Anak pada masa Golden Age memiliki sifat sebagai peniru yang kuat, di mana anak pada masa ini memiliki daya ingat yang dapat menyerap semua yang anak tersebut lihat. Oleh sebab itu, perlu adanya bimbingan dan pembiasaan terhadap segala sesuatu yang baik sebagai contoh dari pola asuh orangtua dalam menstimulus perkembangan anak. Selain pengasuhan dari orangtua, pengasuhan pula sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan yang didukung pula oleh faktor pendidikan, faktor stratifikasi sosial, dan faktor ekonomi (Fitria, 2016). Selain itu faktor lingkungan misalnya tempat tinggal ataupun sistem kekerabatan pada suatu masayarakat sekitarnya juga turut mempengaruhi pola pengasuhan yang diterapkan dalam suatu keluarga.
Dalam memberikan pola asuh yang baik kepada anak, perlu adanya pembiasaan diri dari orang tua terhadap anak untuk selalu memberikan pemahaman yang baik, seperti selalu berkomunikasi yang positif terhadap anak, mendengarkan anak, dan memberikan kepercayaan kepada anak dalam mengambil keputusan yang sesuai dalam proses tumbuh kembang anak. Dengan diterapkannya pola pengasuhan yang baik, hal ini dapat menjadi dorongan dalam menumbuhkan semangat anak untuk mengikuti perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan keinginan dari orang tua.
1. Pola Asuh Permisif
Pola asuh atau pengasuhan juga dapat diartikan sebagai cara untuk dapat meningkatkan serta mendorong perkembangan anak baik secara sosial emosional, fisik motorik, finansial dan juga kognitif / intelektual dari setiap individu sejak bayi sampai ke masa dewasa (Asti Usman,2020:2). Pola asuh juga berkaitan dengan tanggung jawab dan kewajiban orang tua terhadap anak.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014, Pasal 26, orang tua dalam keluarga berkewajiban dan bertanggung jawab untuk: (1) Mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak; (2) Menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya; (3) Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak; (4) Memberikan pendidikan karakter dan penanaman nilai budi pekerti pada anak.
Menurut kasus yang telah ditemukan pada saat penelitian, peneliti melihat bahwa pola asuh yang diterapkan terhadap anak yang mengalami ketergantungan yaitu pola asuh permisif, dimana orang tua dengan tipe pola asuh permisif ini seringkali memanjakan anak, tidak banyak menuntut anak, jarang mendisiplinkan anak dan kontrol yang rendah terhadap perilaku anak.
Orang tua dengan pola asuh permisif selalu memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat sesuatu yang diinginkannya (Stephanus Turibius Rahmat, 2019).
Pola asuh permisif memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu: (a) Anak menjadi lebih dominan terutama dalam pengasuhan orangtua; (b) Orang tua selalu memberikan kebebasan yang penuh kepada anak; (c) Orang tua tidak terlibat
dalam membimbing dan mengarahkan anak; (d) Orang tua sangat kurang dalam hal mengontrol dan memperhatikan perilaku dan aktivitas anak.
Pola asuh permisif memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak, antara lain anak akan merasa kurang bahagia, menjadi tidak disiplin, dan sulit mematuhi peraturan. Pada umumnya, anak-anak yang mengalami tipe pengasuhan permisif dari orangtuanya memiliki kecenderungan bermasalah, dimana berdasarkan yang telah peneliti lihat bahwa anak yang mengalami ketergantungan sangat bermasalah pada proses belajarnya, serta prestasi akademik anak-anak seperti yang ini berkategori rata-rata, bahkan cenderung rendah. Penerapan pengasuhan seperti ini pula dapat menumbuhkan anak melakukan apa saja yang diinginkan dan akibatnya adalah anak tidak akan pernah bisa mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan kemauan anak dituruti (Santrock, 2012: 324).
Beberapa indikator dalam pola asuh permisif menurut (Farida Rohayani et al., 2023), yaitu:
a. Orang tua tidak memberikan aturan atau pengarahan kepada anak.
b. Kontrol orang tua sangat lemah c. Orang tua mendidik anak secara
bebas
d. Orang tua tidak memberikan bimbingan yang cukup
e. Semua yang dilakukan anak sudah benar tidak perlu diberikan teguran
2. Pemahaman Orangtua Tentang Ketergantungan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena didasari oleh orangtua anak menerima pendidikan pertamanya. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga.
Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga bukanlah bermula dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami dalam membangun situasi pendidikan (Raudhoh, 2017). Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan yang mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Dalam hal ini, pengertian orangtua tentang anak yang mengalami ketergantungan terhadap orangtua melibatkan pemahaman terhadap kondisi anak yang mengalami ketergantungan pada mereka. Pengertian ini mencakup berbagai aspek, termasuk pemahaman tentang sifat, dampak, dan
kompleksitas dari ketergantungan yang dialami oleh anak.
Adapun pemahaman orangtua terhadap ketergantungan anak, yaitu:
a. Sifat Ketergantungan
Pemahaman orangtua tentang sifat ketergantungan anak melibatkan kesadaran akan jenis ketergantungan yang mungkin dialami anak, baik itu ketergantungan pada hal tertentu atau perilaku tertentu.
b. Dampak Ketergantungan
Orangtua perlu untuk memahami dampak ketergantungan pada anak, baik dari segi kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, maupun aspek sosial. Kesadaran akan konsekuensi dari ketergantungan dapat membantu orangtua dalam memberikan dukungan yang lebih baik dan memahami setiap perkembangan anak.
c. Faktor Penyebab
Pengertian orangtua tentang ketergantungan anak dapat mencakup pemahaman mengenai faktor - faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami ketergantungan. Ini dapat mencakup faktor genetik, lingkungan keluarga, pengaruh teman sebaya, atau tekanan dari lingkungan sekolah. Memahami faktor penyebab dapat membantu
orangtua untuk mengidentifikasi solusi yang sesuai dengan permasalahan yang ada.
Pemahaman orangtua tentang anak yang mengalami ketergantungan bukan hanya tentang pengenalan kondisi anak pada saat itu, tetapi juga melibatkan upaya untuk memahami dan mendukung anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dengan pemahaman yang mendalam, orangtua dapat menjadi bagian yang lebih efektif dalam membantu anak melewati berbagai permasalahan akibat ketergantungan anak.
3. Dukungan Emosional Keluarga Faktor dukungan emosional keluarga memiliki peran yang sangat penting terhadap tingkat ketergantungan anak.
Dukungan ini mencakup berbagai bentuk respons dan tindakan yang menunjukkan perhatian, kasih sayang, dan ketersediaan keluarga untuk membantu dalam mengatasi tingkat ketergantungan anak.
Selain itu, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan emosional keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Kelas sosial ekonomi ini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih
demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi (Muliana, 2013).
Keluarga yang menciptakan lingkungan yang baik dan nyaman dapat mendukung anak mencapai tingkat kemandirian yang sesuai dengan harapan.
Selain itu, terdapat beberapa aspek penting dalam memberikan dukungan emosional pada anak yang mengalami ketergantungan, yaitu:
a. Penerimaan dan Pengertian dari Anggota Keluarga.
Dukungan emosional muncul dalam bentuk penerimaan dan pengertian dari anggota keluarga terhadap kondisi ketergantungan anak. Anak perlu merasa diterima dengan segala kelemahannya, dukungan emosional dapat membantu menciptakan lingkungan di mana anak akan merasa dipahami oleh keluarga.
b. Keterlibatan Aktif.
Dukungan emosional dapat terlihat bila terdapat keterlibatan aktif orangtua dan keluarga dalam kehidupan anak. Melibatkan diri dalam kegiatan bersama, mendengarkan keluh kesah anak, dan memberikan perhatian secara konsisten merupakan bentuk dukungan emosional yang
memberdayakan anak untuk mengatasi ketergantungan.
c. Terbuka dan Saling Berkomunikasi.
Komunikasi yang terbuka dan jujur adalah poin penting dalam dukungan emosional. Keluarga yang memberikan ruang untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran anak akan dapat membantu menciptakan hubungan yang sehat dan memfasilitasi pemahaman tentang masalah yang sedang dihadapi anak.
d. Memberikan Bimbingan Terhadap Anak.
Dengan memberikan bimbingan emosional kepada anak akan membantu anak mengelola emosinya, hal ini dapat memberikan cara untuk mengatasi stres, dan memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam menghadapi perubahan yang terkait dengan ketergantungan anak.
Dengan adanya dukungan emosional antar keluarga, anak yang mengalami ketergantungan akan merasa didukung dan diberdayakan. Dukungan ini membentuk landasan yang kuat untuk perkembangan anak dalam menghadapi permasalahan ketergantungan dan dapat meningkatkan kemungkinan akan
keberhasilan dari proses kemandirian anak.
4. Faktor Penyebab Ketergantungan Anak Terhadap Orangtua
Kemandirian anak dapat tercermin dari cara berpikir dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri, serta menyesuaikan diri sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungannya (Susanti, 2020). Dalam upaya mendorong tumbuhnya kemandirian anak, orang tua perlu memberikan pilihan, serta gambaran akan konsekuensi yang akan diambilnya. Dengan mempunyai sifat mandiri, anak tidak akan mudah bergantung kepada orangtua.
Banyak yang menyebutkan bahwa anak akan sulit mengalami kemandirian karena seringnya dimanja dan dilarang mengerjakan ini dan itu. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak, khususnya di Indonesia sering mengalami keterlambatan dalam kemandirian. Hal ini disebabkan karena sejak kecil anak jarang diajarkan untuk melakukan kemandirian oleh orang tuanya.
Faktor penyebab anak mengalami ketergantungan akibat keterlambatan kemandirian antara lain bermula ketika anak terlalu dimanja, seperti segala sesuatu yang diinginkan anak pasti
dituruti oleh orang tuanya. Padahal, yang hal semacam ini secara tidak langsung akan dapat menghambat kemandirian anak dan hal tersebut kemungkinan besar anak akan mengalami ketergantungan.
Dengan selalu dituruti, anak akan berpikir bahwa mereka tidak perlu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dirinya karena sudah dicukupi dan dipenuhi oleh kedua orang tuanya, dan anak menjadi tidak mampu mengerjakan ini dan itu bila orangtua tidak ada didekat mereka.
5. Strategi Dalam Mengatasi Masalah Ketergantungan
Dalam mengatasi permasalahan ketergantungan pada anak usia dini terhadap orangtua, memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai strategi. Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah ketergantungan anak terhadap orangtua, yaitu:
a. Orangtua perlu memahami bahwa ketergantungan anak bukanlah tanda kelemahan atau kegagalan mereka sebagai orangtua.
Kesadaran akan adanya masalah adalah langkah awal untuk mencari solusi.
b. Menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan orangtua dengan
anak yang penting untuk membantu
anak mengembangkan
kemandirian. Menetapkan batasan dapat melibatkan pemberian tanggung jawab yang sesuai dengan usia anak dan memberikan mereka kesempatan untuk membuat keputusan.
c. Membangun komunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak untuk membantu menciptakan lingkungan di mana anak merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan dan kebutuhan mereka.
Hal ini dapat membuka peluang untuk menyampaikan harapan dan batasan kepada anak.
d. Memberikan tanggung jawab secara bertahap kepada anak dan mendukung anak untuk mengambil keputusan sendiri untuk membantu membangun kemandiriannya. Hal ini dapat membantu memberikan kepercayaan pada anak untuk menyelesaikan tugas dan masalah mereka secara mandiri.
Mengatasi masalah ketergantungan anak terhadap orangtua memerlukan kesabaran, komitmen, dan kerjasama antara orangtua dan anak. Dengan menerapkan strategi yang tepat, anak dapat mengembangkan kemandirian dan hubungan keluarga yang sehat.
Kesimpulan
Dari pemaparan materi tentang studi kasus pola asuh orangtua terhadap anak yang mengalami ketergantungan, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua terhadap masalah ketergantungan ini didasari atas pola asuh permisif, dimana orangtua selalu menerapkan sikap memanjakan anak yang akan berdampak signifikan terhadap sikap dan perilaku anak serta proses pemulihan anak. Pengertian orangtua tentang ketergantungan dan tingkat dukungan emosional mereka memainkan peran utama dalam membentuk dinamika keluarga dan pengaruh terhadap kondisi anak.
Dari hasil studi yang telah dibahas, menunjukkan bahwa orangtua yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang ketergantungan cenderung lebih efektif dalam memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak-anak mereka. Sebaliknya, kurangnya pemahaman ini dapat menjadi hambatan dalam proses pemulihan anak.
Dukungan emosional dari keluarga terbukti sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung bagi anak yang mengalami ketergantungan. Keluarga yang memberikan dukungan emosional dapat
memberikan landasan yang lebih stabil bagi anak untuk mengatasi tantangan ketergantungan mereka.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman dan dukungan orangtua berperan besar dalam membentuk kondisi dan proses pemulihan anak yang mengalami ketergantungan. Oleh karena itu, intervensi yang berhasil haruslah melibatkan orangtua secara aktif, memperkuat pemahaman mereka tentang ketergantungan, dan membantu mereka menciptakan lingkungan yang mendukung untuk pemulihan anak-anak mereka.
Daftar Pustaka
Fitria, N. (2016). Pola asuh orang tua dalam mendidik anak usia prasekolah ditinjau dari aspek budaya Lampung.
Jurnal Fokus Konseling, 2(2).
Muda, S., AR, N., Lubis, S., Sari, W., &
Nasution, F. (2022). Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Kepribadian Anak. Jurnal Pendidikan Dan Konseling, 4.
Farida Rohayani, Wahyuni Murniati, Tirta Sari, & Annida Ramdhani Fitri. (2023).
Pola Asuh Permisif dan Dampaknya Kepada Anak Usia Dini (Teori dan Problematika). Islamic EduKids, 5(1), 25–38.
https://doi.org/10.20414/iek.v5i1.7316 Muliana. (2013). Hubungan Dukungan
Keluarga Terhadap Kemandirian Anak Retardasi Mental Sedang Di Slb Negeri Tingkat Pembina Provinsi Sulawesi Selatan Makassar. Skripsi.
Raudhoh. (2017). Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Harkat An-Nisa: Jurnal Studi Gender Dan Anak, 2(1), 83–108.
Stephanus Turibius Rahmat. (2019). Pola Asuh Yang Efektif Untuk Mendidik Anak Di Era Digital. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan Missio, 10(2), 143–
161.
https://doi.org/10.36928/jpkm.v10i2.1 66
Susanti, D. A. (2020). Bimbingan Orang Tua Dalam Mengembangkan Perilaku Kemandirian Anak Usia Dini. AL IBTIDA’ : Jurnal Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
8(1), 35–56.
http://ejournal.kopertais4.or.id/matara man/index.php/alibtida/article/view/44 64
Musman, Asti. (2020). Seni Mendidik Anak di Era 4.0. Available e book at : https://www.google.co.id/books/editi on/Seni_Mendidik_Anak_di_Era_4_0 /p3D0DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&
dq=pola+asuh+anak&printsec=frontc over
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Seri Pendidikan Orang Tua: Pengasuhan Positif, Cetakan Pertama. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Juli 2016
Santrock, J.W, Life-Span Development:
Perkembangan Masa Hidup, Edisi Ketiga Belas Jilid I, Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama, 2012.