• Tidak ada hasil yang ditemukan

pola penanaman nilai moral dan keagamaan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pola penanaman nilai moral dan keagamaan dalam"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENANAMAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN SOPI (MINUMAN BERALKOHOL) DI KALANGAN REMAJA MUSLIM DI DESA GOLO SEPANG KABUPATENG MANGGARAI BARAT

Oleh MASDAR SAISA NIM 180602091

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022

(2)

POLA PENANAMAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN SOPI (MINUMAN BERALKOHOL) DI KALANGAN REMAJA MUSLIM DI DESA GOLO SEPANG KABUPATENG MANGGARAI BARAT

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Serjana Sosial

Oleh MASDAR SAISA NIM 180602091

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2022

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi oleh: Masdar Saisa, NIM: 1806020891 dengan judul “Pola Penanaman Nilai Moral Dan Keagamaan Dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Sopi (Minuman Beralkohol) Di Kalagan Remaja Muslim Di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal:

Pembimbing I

DR. H. Abdul Wahid, M, Ag,. M,pd Miftahul Jannah, M.pd NIP. 197105061996031001 NID. 2025089201

(4)

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 23 Agustus 2022

Hal: Uji Skripsi

Yang Terhormat

Dekan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat bahwa skripsi saudara:

Nama Mahasiswa/i : Masdar Saisa

NIM : 180602091

Jurusan/ Prodi : Sosiologi Agama

Judul : Pola Penanaman Nilai Moral Dan Keagamaan Dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Sopi (Minuman Beralkohol) Di Kalagan Remaja Muslim Di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera di-munaqasyahkan .

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb. Pembimbing I

Pembimbing II

DR. H. Abdul Wahid, M, Ag,. M,pd Miftahul Jannah, M.pd NIP. 197105061996031001 NID. 2025089201

(5)
(6)

MOTTO

Setiap minuman yang memabukan adalah khamar dan setiap minuman yang memabukan adalah haram. Barang sipa minum khamar didunia lalu ia mati dalam keadaan masih tetap meminumnya (kecanduan) dan tidak bertobat, maka ia tidaka akan dapat meminumnya diakhirat (di surga) (HR.Muslim).

Orang cerdas terkadang terpaksa menghabiskan waktu untuk mabuk karena kebodohanya (Emest Hemingway).1

2

1Http:// Hadeethen .com. com/ id/ Browse/ Hadith/

(7)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kusembahkan kepadamu Ya Allah. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk masa depanku dalam meraih cita-cita.

“Ku persembahkan skripsi ini untuk dua orang paling berharga didunia ini yaitu ibuku Siti Fatima Saila dan Bapakku Ahmad Yusuf, kakakku Ahmad Parno Susantos, Hendra Wira Harja dan adiku Nurul Afriani, Tofik Hidayat, Siti Aminah Shera, Auliya Misha Nawra, almamaterku UIN Mataram serta untuk semua dosenku, keluargaku, sahabat-sahabatku dan orang -orang terdekatku.”

(8)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Penanaman Nilai Moral Dan Keagamaan Dalam Upya Pencegahan Penyalahgunaan Sopi (Minuman Beralkohol) Di Kalanagan Remaja Musli Di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat”, Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabat serta pengikutnya.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram.Dalam penulisan skripsi penulis tak luput dari berbagai kesulitan, untuk itu penulis menyadari dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, keadaan ini semata-mata keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis, sehingga penulis mengharapkansaran dan kritik yang bersifat membangun.Dengan terselesainya skripsi ini, tidak lupa peneliti sampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan arahan.

Bimbingan dan kesempatan ini dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr.H. Abdul Wahid, M, Ag,. M.pd selaku dosen pembimbing I dan Miftahul Jannah, M.pd dosen pembimbing II yang telah sabar dan ikhlas memberikan bimbingan yang sangat dipermudah sehingga peneliti dapat skripsi ini.

2. Bapak Zakaria Ansori, M.Hum Selaku Wali Dosen yang selalu membimbing memberi arahan dan memotivasi;

3. Bapak Dr. Nuruddin, M.Si sebagai ketua jurusan;

4. Bapak Dr.H.Lukman Hakim, M.Pd. selaku Dekan Fakultas

(9)

Ushuluddin dan Studi Agama UIN Mataram;

5. Prof. Dr. H. Masnun, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai;

6. Semua Dosen Jurusan Sosiologi Agama dan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama yang telah ikhlas tanpa batas mengalirkan ilmunya kepada anak didiknya, khususnya kepada penulis;

7. Segenap staf perpustakaan UIN Mataram yang selalu memberikan pelayanan kepada penulis disaat penulis meminjam buku di perpustakaan;

8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Supaya apa yang mereka berikan dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah swt. Dan mendapatkan balasan kebaikan dari-nya Amin.

9. Untuk orang tua ku Bapak Yusuf dan ibuku Fatima Saila yang telah mendoakanku dan membantuku berjuang dalam segiapapun, terima kasih sahabat tercinta yang senantiasa memberikan semanagat dan membantu dalam keadaan apapun.

10.Teman-teman Sosiologi Agama kelas D Angkatan 2018, KKP, PKL, terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan kuliahku selama menimba ilmu di UIN Mataram.

11.Untuk Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram. Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta.Aamiin.

Mataram, 26 September 2022

(10)

Penulis

Masdar Saisa

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

PERSTUJUAN PEMBIMBING iii

NOTASI DINAS iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI v

HALAMAN PENGESAHAN vi

HALAMAN MOTO vii

HALAMAN PERSEMBAHAN viii

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI xi

ABSTRAK xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan dan Menfaat 5

D. Ruang Lingkup danSetting Penelitian 6

E. Telah Pustaka 7

F. Kerangka Teori 9

1. Pola Penanama 9

2. Tinjaun Tentang Nilai Moral 9

3. Tinjauan Tentang Nilai Keagamaan 11

4. Tinjauan Tentang Sopi 13

5. Tinjauan Tentang Remaja 15

6. Teori Kostruksi Sosial Peter L. Berger 19

G. Metode Penelitian 20

1. Pendekatan Penelitian 20

2. Kehadiran Penelitian 21

3. Lokasi Penelitian 21

4. Sumber Data 21

5. Tehnik Pengumpulan Data 22

6. Tehnik Analisi Data 24

(12)

7. Pengecekan Keabsahan Data 25

H. Sistematika Pembahasan 27

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN 29

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 29

B. Deskripsi Hasil Penelitian 33

1. Sejarah Singkat Desa Golo Sepang. 34 2. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Golo Sepang 35 3. Kondisi Keagamaan Masyarakat Desa Golo Sepang

Kabupaten Manggarai Barat 35

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nilai Moral dan keagamaan dalam Upaya Pencegahan penyalahgunaan Sopi di kalangan Remaja di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat 43

BAB III PEMBAHASAN 51

A. Pola Penanaman Nilai Moral Dan Keagamaan Yang Telah Dilakukan Di Desa Golo Sepang Kabupaten

Manggarai Barat 51

B. Faktor Pendudkung Dan Penghamabat Pola Penanaman Nilai Moral dan Nilai Keagamaan Dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan Sopi Di

Kalangan Remaja Muslim 62

BAB 1V PENUTUP 69

A. Kesimpulan 69

B. Saran

69

DAFTAR PUSTAKA 71

LAMPIRAN

(13)
(14)

POLA PENANAMAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN SOPI DI KALANGAN

REMAJA MUSLIM DI DESA GOLO SEPANG KABUPATENG MANGGARAI BARAT

Oleh Masdar Saisa

180602091

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penanaman nilai moral dan keagamaan yang telah dilakukan di Desa Golo Sepang dan apa saja faktor pendukung dan penghambat penanaman nilai moral dan keagamaan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan sopi dikalangan remaja muslim di desa golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan dengan penetuan informasi studi lapangan untuk mengumpulkan data dan memaparkan mengenai kasus yang diangkat oleh seorang peneliti. Metode pengumpulan data yakni observasi, wawancara (interview) dan dokumentasi. Jenis data adalah kualitatif dan bersumber dari data reduksi data (data reducition) dan penariakan kesimpulan.

Hasil penelitian menujukan bahwa pola penanaman nilai moral dan keagamaan yaitu usaha perefentif dengan pemberian pendidikan agama, meningkatkan efektifitas hubungan orang tua dan maasyarakat, mengadakan pembinaan melalui kegiatan.Usaha Represif dengan diberi peringatan secara lisan,mengadakan pendekatan dengan orang tua, mengadakan kerja sama dengan masyarakat. Dan pengawasan. Sedangan penanaman nilai keagamaan dengan cara, keteladanan, Aqidah Akhlak, ibadah. Adapun faktor pendukung dan penghambat penanaman nila moral dan keagamaan yaitu faktor lingkungan sosial keagamaan, lingkungan keluarga, masyarakat melakukan.

Sedangankan faktor penghambat yaitu kurangnya kesadaran masyarakat, faktor lingkungan masyarakat, kurangnya

(15)

pengetahuan

Kata Kunci: Penyalahgunaan Sopi, Remaja, Pola Penanaman Nilai Moral dan Keagamaan.

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu masa yang berbahaya karena pada priode ini seseorang meningalkan tahap kehidupan kanak-kanak untuk menuju ketahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu kerisis karena belum ada pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembetukan. masa remaja diangap sebagai persiapan untuk memasuki usia dewasa dengan segala perubahan-perubahan fisik, hubungan sosial, bertambah kemampuan dan keterampilan serta pembentukan identitas diri.3

Di indonesia, minuman beralkohol merupakan minuman yang banyak dikonsumsi oleh remaja. Berdasarkan data yang diperoleh Word Healt Organization (WHO) Pada tahun 2011. Di indonesia pada priode tahun 1990-2006 sebesar 16,47% remaja (usia15-24tahun) mengkonsumsi minuman beralkohol, 42%

merupakan masyarakat daerah perkotaan dan sebagaian besar memiliki kondisi sosial ekonomi menegah kebawah.4

Di Kabupaten Manggarai Barat, terdapat sejenis minuman fermentasi lokal beralkohol, yaitu sopi, yang merupakan hasil fermentasi secara tradisional. Sopi sudah dikenal lama sejak jaman kerajaan maja pahit pada abad ke-14.

Sopi awalnya berkembang dipedesaan daerah penggunugan Karena disana mengalami kesulitan mendapatkan air sehingga sopi ini menjadi pengganti air karena tuak ini relatif mudah

3 Prayogi Suryo Bekti. ”Penaggulangan Kebiasan Minuman Minuman Keras Pada Kalngan Remaja Oleh Polsek Dikecamatan Brebes Kabupaten Brebes,’’ (Univeritas Negri Semarang , 2016) Hlm

4 Wardah Rizkia Fatma, “penggaruh Ekspetasi Pada Minuman Beralkohol Terhadap Konsumsi Minuman Beralkohol Pada Remaja”, ( Fakultas Piskologi

Universitas Airlangga Surabaya , 2012). Hlm 2.

(17)

didapat.5 sopi ini mirip dengan minuman tuak, arak, tapi sopi jika sudah disimpan misalnya lebih dari beberapa minggu akan berfermentasi menjadi alkohol beberapa persen. Sopi ini jika diminum oleh masyarakat non muslim bukan penyalahgunaan dan dengan kadar yang kecil atau secankir gelas kecil dan tidak mabuk-mabukan. Pada umumnya di Manggari Barat sopi selalu hadir sebagai pelengkap ritual adat istiadat. Warga selalu memperkenalkan sopi pada tamu mereka. Tamu selalu disunguhi sopi sebagai tanda telah diterima dengan baik dan atas nama persahabatan. Sopi ini merupakan menjadi atribut yang tidak terlepas dari setiap perayaan upacara tradisional seprti upacara pernikahan, ulang tahun dan sebagai obat taradisonal untuk bisa menyembuhkan penyakit dan hal ini hanya dikonsumsi atau dilakukan oleh masyarakat non muslim.

Namun yang mejadi permasalahan disini adalah ketika sopi ini ikut dikonsumsi oleh masyarakat muslim terutama para remaja- remaja muslim ini banyak terjadi di Desa Golo Sepang.

Remaja yang terjerumus dalam masalah minuman sopi karena dipengaruhi lingkungan pergaulan anatara lain remaja yang selalu minuman-minuman sopi selalu mempunyai kelompok pemakaian, awalnya remaja hanya mencoba- mencoba karena keluarga atau teman-teman yang mengunakanya, namun menjadi sebuah kebiasaan. Pada remaja yang kecewa dan kurang kontrol dari orang tua/keluarga. Fenomena yang dapat peneliti temukan banyak sekalai remaja yang melakukan Penyalahgunaan minuman sopi dengan mengkonsumsi diluar batas kewajaran, yang sampai memabukan.6

5 Ma’rit “Eksistensi Para Pembuatan Sopi Di Kecamatan Sambi Rampas Kabupaten Manggarai Timur”, Skripsi (Makasar, Universitas Muhammadiyah

Makasar, 2018).hlm.15

6Adi Ariseno Dica Yulianus,dkk, Pengendalian Peredaran Minuman Beralkohol Dalam Mencegah Meningkatnya Tindakan Pidana Kriminal Di Wilayah Hukum Polres Boyolali”, Jurnal Pasca Sarjana Hukum UNS, Vol 7, No 1 Januari 2019,hlm. 30.

(18)

Jika dilihat dari nilai agama, menkonsumsi minuman keras, islam sudah mengajarkan kita untuk tidak meminum khamar Sebagaiman firman Allah Swt. Dalam surah Al-maidah ayat 90

Artinya :Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, berkurban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntung.7

Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung unsur yang sedemikian rupa yang banyak menimbulkan dampak negatif dan destruktur dengan resiko yang sangat tinggi. Dampak negatif yang timbul adalah kerusakan pada segi fisik yang kemudian akan merembet kepada aspek mental- psikologis, sosial, dan segi kehidupan lainya. Risiko ini tidak hanya alami oleh individu yang bersangkutan akan tetapi dapat berpengaruh kepada pihak-pihak lain serta berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan, itu sebabnya hal itu telah menjadi kepedulian semua pihak dalam upaya pencegahan dan penaggulangan.8

Melihat dampak dari minuman beralkohol begitu besar bagi kesehatan, dan dampak sosial bagi masyarakat tokoh masyarakat, tokoh agama dan orang tua hendaknya memberikan pengawasan yang lebih ketat bagi anaknya, karena pengawasan dan pendidikan dirumah maupun diluar rumah

7Qudhari Yusuf Muhammad,“ Halal Dan Haram Dalam Islam, ( Surabaya: Pt Bina Ilmu,2015), hlm. 92.

8 Anonim, “BahayaMInuman Keras Dan MInuman Keras Dan MInuman Beralkohol Bagi Remaja” http// Annisanfushie. Wordpres.com Diakses Pada

Tanggal 22 Desember 2013.

(19)

merupakam tanggung jawab orang tua. Penanaman moral tentang bahaya minuman-minuman beralkohol perlu lebih ditekankan, mengingat setiap tahunya perilaku minum-minum sopi pada remaja selalu meningkat sehingga tidak salah dalam bergaul dan mengunakan alkohol dan orang terlarang lainya dengan selalu menasehati anakanya contoh kepribadian yang baik.9

Penanaman nilai moral dan keagamaan merupakan suatu yang harus ditanamkan didalam diri remaja. Karena remaja yang menggunakan minuman sopi ini diyakini remaja memiliki nilai sosial yang tinggi sehingga dengan menggunakan minuman sopi tersebut dapat membuat remaja memiliki penilaian dan penerimaan yang tinggi dari teman-temannya dan menggangap tindakan penggunaan alkohol menjadi jalan keluar bagi persoalan remaja tersebut dari sinilah pemahaman remaja yang salah membuat populasi menjadi seseorang pecandu minuman alkohol itu selalu meningkat setiap tahunnya. Maka dari itu untuk membenahi maupun membentengi kalangan remaja dari penyalahguna seharusnya dilakukan dengan cara yang lebih menekankan kedalam nilai-nilai yang keagamaan.10

Berdasarkan observasi awal di Desa Golo Sepang adalah wilayah yang banyak ditempati oleh penduduk yang beragama muslim. Desa ini terletak di Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat. Daerah ini peneliti melihat banyak remaja yang mengonsumsi minuman sopi yang sangat berlebihan dan sampai memabukan. Hal ini disebabkan karena minimnya penanaman nilai moral dan nilai agama dalam diri remaja, karena kurangnya tertanamnya jiwa agama pada setiap remaja, meberikan peluang yang besar bagi remaja untuk masuk terjerumus kedalam perilaku peminuman sopi. Kebanyakan

9uslihudin “Upaya Orang Tua Dalam Pencegahan Pergaulan Bebas Pada Remaja Didesa watusa kecamatan Puriala Kabupaten Konawe” (Institut

Agama Islam Negri, AIN 2016 ). Hlm. 5.

10 Prasetiaya Hubi Derri, “Perilaku Sosial Remaja Pengguna Minuman Beralkohol, Studi Dskriptif Tengang Perilaku Remaja Pengguna Minuman Beralkohol Dalam Tinjauan Teori Dramarturgi Dikota Surabaya” (Fakultas Ilmu

Sosial Dan Ilmu Politik, Univeritas Air langga 2016). hlm. 5.

(20)

orang tua di Desa Golo Sepang kurang memperhatikan anak remajanya karena sebagaian besar pekerja sebagai petani sehingga tidak pernah ada luang waktu untuk bersama anak- anaknya. Selain itu, pendidikan yang rendah juga mendukung karena mereka tidak tahu bagaiman cara yang tepat untuk menanamkan nilai moral dan keagamaan.11

Peredaran minuman beralkohol di Desa ini belum diperhatikan oleh pemerintah. Walaupun ada beberapa daerah yang concern dengan permasalahan peminuman sopi ini, seperti mengeluarkan peraturan tentang daerah tentang minuman beralkohol ini nampaknya belum dapat dikatakan berhasil. Gejala ini dapat dilihat karena menjamurnya tempat menjual minuman beralkohol dikios/warung yang ada. Dengan meningkatnya para penjual minuman beralkohol menyebabkan meluasnya konsumen dimana untuk mendapatkan minuman beralkohol sangat mudah dan gampang dijangkau dikalangan remaja.

Oleh karena itu upaya pencegahan penyalahgunaan sopi ini perlu sangat diperhatikan, karena minuman sopi ini sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan dan masa depan remaja. Sehingga perlu adanya upaya pencegahan terhadap kebiasaan mengonsumsi minuman sopi yaitu dengan cara mempersempit pengaruhnya dengan cara pengawasan secara terfokus dan kontinyu serta terprogram baik dalam lingkungan keluarga ataupun masyarakat itu sendiri. Bahwasanya menjauhkan remaja dari kemungkinan-kemunkinan terlibat dalam penyalahgunaan sopi yaitu dengan cara menanamkan nilai moral dan nilai keagamaan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hal yang terkait dengan “Pola Penanaman Nilai Moral Dan keagamaan Dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunan Sopi (Minuman Beralkohol) Di Kalangan Remaja Muslim Di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

B. Rumusan Masalah

11Observasi, Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat, 10 Mei 2022

(21)

A. Bagaimana pola penanaman nilai moral dan keagamaan yang telah dilakukan di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat?

B. Apa faktor pendukung dan penghambat penanaman nilai moral dan keagamaan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan sopi dikalangan remaja muslim di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat?

C. Tujuan dan Menfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian diatas adalah

a. Untuk menggetahui pola penanaman nilai moral dan keagamaan yang telah dilakukan Di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penanaman nilai moral dan keagamaan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan sopi dikalangan remaja muslim di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

2. Menfaat Penelitian

Adapun menfaat penelitian yang diharapkan dari peneliti ini sebagai berikut

a. Menfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap masalah yang akan diteliti, khususnya mengenai pola penanaman nilai moral dan keagamaan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan sopi di kalangan Remaja.

(22)

b. Menfaat Peraktif a. Bagi Masyarakat

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyikapai perilaku penyimpangan sosial terhadap Remaja

b. Bagi orang tua

Agar orang tua dapat lebih memperhatikan perilaku anak-anaknya yang sudah terpengaruh terhadap penggunaan minuman beralkohol.

c. Bagi UIN Matararam

Dapat dijadikan sebagai bahan inspirasi dan dapat dijadikan informasi dalam meningkatkan mutu sosiologi pengetahuan agama.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini hanya terfokus pada Bagaimana pola penanaman nilai moral dan keagamaan yang telah dilakukan di Desa Golo Sepang Kabupaten Mangarai Barat dan Apa faktor pendukung dan penghambat penanaman nilai moral dan keagamaan dalam upaya pencegahan penyalahgunaan sopi di kalangan remaja muslim di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

2. Setting Penelitian a. Setting Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Golo Sepang adapun alasan memilih lokasi di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat karena di desa tersebut merupakan salah satu Desa Kabupaten terbuka yang dimana kalangan remaja penyalahgunaan sopi disana itu sangat banyak

(23)

dengan adanya penduduk terbanyak pemicu penyaalahguna sopi sangat tinggi.

b. Setting Waktu

Waktu penelitian yang dilakukan oleh peneliti mulai dari bulan mei hingga bulan juli 2022, karena pada bulan ini masyarakat yang ada di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat telah selesai melakukan kegiatan Menanam padi. Sehingga peroses pengumpulan data dapat dilakukan dengan maksimal. Karena berdasarkan observasi peneliti bahwa kebanyakan remaja pekerja disawah potong padi untuk mendapatkan upah yang dimana upahnya itu digunakan untuk membeli minuman sopi dan hal ini dapat diamati setelah selesai panen sehingga mereka pada waktu itu punya uang untuk membeli sopi.

E. Telah Pustaka

Pada penelitian ini, penulis menelah beberapa hasil kajian skripsi dan jurnal yang telah dilakuakan oleh peneliti sebelumnya, diantataranya:

Pertama, Sebagaimana yang ditulis Khalil Qibran, dengan judul, “Tinjauan Kriminologis Terhadap Penyalahgunaan Minuman Beralkohol Oleh Anak Di kabupaten Mamuju Sulawesi Barat.” Skripsi ini membahas faktor apa yang menjadi penyebab sehingga terjadinya penyalahgunaan minuman beralkohol yang dilakukan oleh anak di Kabupaten Mamuju Profinsi Sulawesi Barat.12

Persamaan penelitian sekarang sama penelitian khalil Qibran yaitu terletak pada konteks yang dikaji yaitu tentang penyalahgunaan minuman beralkohol. Sedangkan Perbedaan

12Qibran khalil M, ‘’Tinjauan Kriminologi Terhadap Penyalahgunaan Minuman Beralkohol Oleh Anak Di Sulawesi Barat’’ (Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makasar, 2014).

(24)

penelitian sekarang dengan penelitian kahalil Qibran, yaitu memfokuskan apa yang menyebabkan sehingga terjadinya penyalahgunaan minuman beralkohol pada anak dan teknik penggumpulan data. Sedangkan penelitian sekarang mengfokuskan bagaimana pola penanaman nilai moral dan keamagaan dalam pencegahan penyalahgunaan sopi pada remaja.

Kedua, yang ditulis Hadi Kohar Setiawan yang berjudul

“Aspek Persepsi Masyarakat Mengonsumsi Minuman Lokal sopi. Memaparkan hasil bahwa perilaku mengkosumsi minuman alkohol sopi di kelurahan Namaelo yang mendorong masyarakat melalui kebiasaan karena adanya faktor kongnitif yang pengetahuan yang masih minim terhadap dampak menkonsumsi minuman alkohol sopi dan pemahaman.

pengetahuan masyarakat tentang minuman beralkohol adalah rakyat yang sering dikonsumsi oleh masyarakat setempat sebagai salah satu minuman pererat persaudaraan antara masyarakat satu dengan yang lain yang sudah menjadi budaya masyarakat setempat.13

Persamaan penelitian sekarang dan penelitian Hadi Khohar yaitu terletak dijenis penelitian kualitatif dan pendekan yang digunakan yaitu fenomenilogis. Sedangkan perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian Hadi Khohar yaitu konteks yang dikaji, Hadi Khohar mengfokuskan pada bagaimana Persepsi Masyarakat Mengonsumsi Minuman Lokal sopi, sedangkan peneliti sekarang menfokuskan pusat kajian pada pencegahan penyalahgunaan sopi (minuman beralkohol) dikalangan remaja.

Ketiga, yang ditulis Prayogi Suryo Bekti, yang berjudul

“Penaggulangan Kebiasaan Minuman Keras Pada Kalangan

13Setiawan Khohir Hadi ‘’Aspek Persepsi Masyarakat Mengonsumsi MinumanLlocal’’ Sopi’’ Dikabuppaten Maluku Tengah Kecamatan Kota Masohi Kelurahan Namaelo Maluku Tengah’’( Skripsi: Kesehatan /Masyarakat/Public

Health/ Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2015)

(25)

Remaja Oleh Plosek Di Kecamatan Brebes” yang memaparkan hasil. upaya penaggulangan kebiasaan minuman minum keras pada kalangan remaja di Kecamatan Brebes dibagi menjadi dua tahap yaitu prefentif meliputi sosialisasi, rajia minuman keras, dan binamitra, sedangkan upaya represif meliputi penyitaan, penagkapan, dan penidakan hukum.14

Persamaan penelitian sekarang sama penelitian Prayogi Suryo bakti, yaitu sama-sama terfokus dalam upaya penaggulangan/ pencegahan minuman beralkohol dikalangan remaja. Sedangkan Perbedaan penelitian sekarang sama penelitian Prayogi Suryo Bakti, yaitu terletak pada lokasi tempat penelitian, dan kajian yang digunakan dalam penelitian tersebut, karena peneliti inggin melihat penanaman nilai moral dan religius dalam upaya pencegahan penyalahgunaan minuman sopi (minuman beralkohol) dikalangangan remaja.

F. Kerangka Teori 1) Pola Penanaman

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia pola berarti corak, model, cara kerja, sistem, bentuk struktur yang tetap ada dalam pengertian lain. pola adalah bentuk atau model yang memiliki keteraturan baik dalam desain maupun dalam abstrak. Pola adalah cara kerja yang terdiri dari unsur-unsur terhadap suatu perilaku dan dapat dipakai untuk mengambarkan atau mendeskripsikan gejala atau perilaku itu sendiri.15

Penanaman secara etimologi dari kata ‘’tanam‘’ yang berarti menabur benih, yang semakin jelas jika mendapatkan

14 Bekti Suryo Bekti, ”Penaggulangan Kebiasan Minuman Keras Pada Kalangan Remaja O;eh Plosek Di Kecamatan Berbes Kabupaten Berbes”

( Semarang: Universitas Negeri Semarang 2017). hlm. 30

15Sulistia Debby,“Pola Penanman Nilai-Nilai Toleransi Dalam Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural Pada Interaksi Sosial Siswa Muslim Dan Nonmuslim’’ ( Skripsi, Fakultas Tarbiyah Dan Tadris IAIN Bengkulu, 2020).

Hlm 13.

(26)

awalan dan akhirat menjadi “penanaman” yang berarti peroses, cara, perbuatan menanam atau menanamkan.

Penanaman adalah peroses, cara, perbuatan menanam, menanami atau menanamkan. Dalam hal ini, penanaman berarti sebuah upaya atau strategi untuk menanamkan sesuatu agar menjadi suatu kebiasaan.16

2) Tinjauan Tentang Nilai Moral

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan bahwa moral sebagai ajaran agama baik buruk perbuatan dan kelakuan mengenai akhlak, kewajiban dan sebagainya. Moral juga dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam menggukur tingkah lakunya.

Salah satu contoh, pengedar narkoba itu tidak bermoral jika mereka kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta hal yang etis dan tidak etis. Remaja yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian/penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar dan sesuai etika.17

Nilai moral adalah sebagai suatu nilai yang berhubungan dengan perilaku baik dan buruk yang akan menjadi dasar kehidupan atau kaidah manusia dan masyarakat. Dimana manusia saling berhubungan dalam tindakan yang memiliki nilai positif atau negatif sesuai dengan ajaran tuhan yang maha Esa.18

16Samsul Arifin,“Penanaman karakter islami melalui program hafalan takhasus di sd negeri 3 gondanglegi kulon tahun ajaran 2017/2018”,

(rahmatan lil alamin journal of peace education and Islamic studies pISSN 2622-0903, 2018), hlm. 47.

17Harjiko Iye Risman, dkk, “Nilai-Nilai Moral Dalam Tokoh Utama Pada Novel Satin Merah Karya Brahamanta Anindito Dan Rei Yanti” (Universitas Iqra

Baru, 2020). Hal 3.

18Castanti Ika, dkk, “Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia DIni https//Artikel. UNY. Ac.Id. Diakses Tangal 12 November 2019, hlm. 14.

(27)

Menurut K. Bertens, mengemukakan ciri-ciri nilai moral yaitu yang berkaitan dengan tanggung jawab kita, hati nurani, memwajibkan, dan bersifat moral. Adapun penjelasan sebagai berikut;

a. Berkaitan dengan tanggung jawab kita nilai moral ini berkaitan dengan peribadi manusia yang bertanggung jawab, dengan nilai-nilai moral mengakibatkan bahwa seseorang dianggap bersalah, karena ia bertanggung jawab.

b. Berkaitan dengan hati nurani salah satu ciri khas nilai moral yang berkaitan dengan hati nurani yaitu bahwa nilai menimbulkan ‘’suara’’ dari hati nurani yang menunduh kita bila meremehkan atau menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila mewujudkan nilai-nilai moral.

c. Memwajibkan bahwa nilai moral mewajibkan kita secara absolute dan dengan tidak biasa ditawar-tawar. Sehinga nilai moral ini harus diakui dan harus direalisasikan, tidak bisa diterima, bila seseorang acuh tak acuh terhadap nilai- nilai ini.

d. Bersifat formal nilai moral bersifat formal artinya bahwa kita merealisasikan nilai-nilai moral tersebut dengan mengikut sertakan nilai-nilai lain dalam suatu tingkah laku moral. tidak ada nilai-nilai moral yang murni terlepas dari nilai-nilai lain.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan yang menjadi ciri khas dalam menandai nilai moral adalah tindakan manusia yang dilakukan secara sengaja, secara mau dan tahu dan tindakan itu secara langsung berkenaan dengan nilai pribadi manusia dan masyarakat manusia.

Dengan demikian perlu ditanamkan nilai moral supaya

(28)

manusia mempunyai moral yang baik.19 3) Tinjauan Tentang Nilai Keagamaan

Secara etimologi, nilai keagamaan berasal dari dua kata yakni, nilai dan keagamaan. Nilai merupakan suatu tipe kepercayaan yang berada suatu lingkup sistem kepercayaan dimana seseorang bertindak atau menghindari suatu tidakan atau mengenai sesuatu yang di anggap pantas atau tidak pantas. Dari segi isi agama sendiri terdiri dari seperangkat ajaran yang merupaksan perangkat nilai-nilai kehidupan yang harus dijadikan barometer pemeluknya dalam menentukan pilihan tindakan dalam kehidupannya. Nilai-nilai sangat popular di sebut dengan nilai agama.20

Oleh karena itu, nilai-nilai agama merupakan seperangkat standar kebenaran dan kebaikan. Nilai-nilai agama adalah nilai luhur yang di transfer dan di adopsi ke dalam diri, oleh karena itu seberapa banyak dan seberapa jauh nilai-nilai agama bisa mempengaruhi dan membentuk sikap serta perilaku seseorang sangat tergantung dari seberapa dalam nilai-nilai agama tersebut merasuk/terinternalisasi di dalam dirinya. Semakin dalam nilai-nilai agama terinternalisasi dalam diri seseorang, kepribadian dan sikap religiusnya akan muncul dan terbentuk.

Jika sikap keagamaan sudah muncul dan terbentuk, maka nilai-nilai agama akan menjadi pusat nilai dalam menyikapi segala sesuatu dalam kehidupan.

Agama bertujuan membentuk peribadi yang cukup untuk hidup dalam masyarakat dikehidupan dunia adalah jabatan menuju akhirat. Agama mengandung nilai-nilai rohani yang merupakan pokok kehidupan manusia, bahkan kebutuhan fitrah karena tampa landasan keagamaan manusia tidak akan mampu menwujudkan keseimbangan

19Abadi Husnul, “Nilai Moral Adalah Nilai Yang Menjadi Standar Baik Atau Buruk Kenali Ciri-Ciri” https//m.Liputan .Com. Diakses tangal 23

September 2021, Puku:30.

20Asmaun Sahlan, Memwujudkan Budaya Religius di Sekolah , (Malang:

UIN Maliki Pers, 2010), hlm.30

(29)

antara dua kekuatan yang bertentangan dengan kebaikan dan kejahatan. Nilai-niai keagamaan sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan sosial. Bahkan tampa nilai tersebut manusia akan turun tingkat kehidupan hewan yang akan rendah karana agama mengandung unsur kuratif terhadap penyangkut sosial.21 Nilai keagamaan itu bersumber dari:

1. Nilai Ilahi, nilai yang diperintahkan oleh tuhan melalui para nabi dan rasulnya. Yang berbentuk takwa, iman, adil, yang diabadikan kedalam wahyu ilahi. Al-qura’an dan sunah merupakan sumber nilai ilahi. Sehingga bersifat statis dan kebenaran yang mutlak. Nilai-nilai Ilahi mungkin dapat mengalami perubahan, namun secara instrinksinya tepat tidak berubah. Hal ini intrinsik nilai tersebut berubah makna kewahyuan dari sumber yang berupa kitap suci Al- Qura’an akan mengalami kerusakan.

2. Nilai Insaniah, adalah nilai yang tumbuh dan berkembang sesuai kesepkatan manusia, serta hidup dan berkembang dan peradaban manusia. Nilai moral yang pertama dari sumber dari Ra’yu atau pemikiran yang meberikan penafsiran atau penjelasan dari Al-Qura’an dan sunah, hal yang berhubungan dengan kemasyarakat yang tidak diatur dalam Al-Qura’an dan sunah.

Dari sumber nilai diatas, dapat diambil suatu kesimpulanya yaitu, bahwa setiap tingkah laku manusia haruslah mengandung nilai-nilai keagamaan yang pada dasarnya yang bersumber dari Al-Qura’an dan sunah yang harus senatiasa dicerminkan oleh setiap manusia dalam tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-harinya dalam ha- hal yang kecil sampai yang besar sehingga iya akan menjadikan manusia yang berpelaku utama dan berbudi

21 Rahayu Puji Kurnia Nina, “ Penanaman Nilai Keagamaan Di Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Intregatif Islam Teladan At-taqia Mulya Bojong Purbalingga, (Institut Agama Isalam Negri (AIN) purwarkerto, 2019),

hlm. 20

(30)

mulia.22

4) Tinjauan Tentang Sopi a. Pengertian Sopi

Sopi, salah satu nama lokal untuk minuman khas yang diproduksi secara turun temurun oleh masyarakat yang ada diberbagai pulau di NTT yang terbuat dari nira (legen) dari pohon enau (aren). sopi sudah dikenal lama sejak jaman kerajaan maja pahit pada abad ke-14. Sopi awalnya berkembang dipedesaan daerah penggunugan.

Karena disana mengalami kesulitan mendapatkan air sehingga sopi ini menjadi pengganti air karena tuak ini relatif mudah didapat.23

Sopi adalah minuman yang mengandung alkohol dengan berbagai golongan tertentu etanol (CH3CH20H) dengan kadar tertentu yang mampu mebuat orang peminumnya menjadi mabuk atau kehilangan kesadaran jika diminum dalam jumlah yang banyak. Secara kimia alkohol adalah zat yang pada gugus fungsinya mengandung-OH. Alkohol diperoleh dari peroses pragian zat yang mengandung senyawa karbohidrat seperti gula, madu, gandum, sari buah atau umbi-umbian. Jenis serta golongan dari alkohol yang akan dihasilakan tergantung pada bahan secara proses destilasi memungkinkan didapatnya alkohol sampai pada kadar 15.% tapi melalui proses destilasi memungkinkan didapatnya alkohol dengan kadar yang lebih tinggi bahkan sampai 100%.. Ada tiga golongan minuman beralkohol yaitu:

1. Golongan A: kadar etanol 1%-5% misalnya tuak dan bir 2. Golongan B: Kadar etanol 5% -20% misalnya arak dan

anggur

22Ibid, hlm. 21.

23Vinta, “Mengenal Minuman Tradisional NTT” Sophia” https//m rri. Co.id. / humaniora/ DIakses Pada Tanggal 03 Maret 2021, Pukul 11:00

(31)

3. Golon gan C: kadar etanol 24%- 45% misalnya whikey dan vodka

Minuman sopi ini mengandung kadar 30% etanol dan masuk dalam golongan C.24

Sopi berasal dari bahsa Belanda, Zoopje, yang artinya alkohol cair. Sopi mempunyai kadar alkohol lebih dari 45% kadar alkohol 45% dalam sopi dapat menyebabkan efek langsung bagi tubuh. Menurut Sarwono alkohol dapat membuat ketergantungan (kecanduan) makin sering menggunakan minuman beralkohol, maka besar ketergantungannya sehingga pada suatu saat tidak melepaskan diri lagi.

b. Peroses Pembuatan Sopi

Peroses pembuatan sopi, sopi asli berasal dari tuak, sementara tuak itu berasal dari nira (legen) dari pohon enau (aren). Untuk menjadi tuak, nira yang jernih seperti air diberi kulit kayu tertentu (dimanggarai disebut haju damer) yang sedikit dilembutkan lalu dimasukan kedalam bambu berisi nira. Dalam waktu beberapa menit atau jam, nira yang semula jernih seperti air berubah menjadi keruh, bisa berwarna merah mudah/jambon mirip jus jambu dan bisa berwarna putih mirip jus sirsak. Tuak yang berasal dari nira tadi direbus mengunakan periuk yang terbuat dari tanah liat. Dan untuk menghasilkan minuman sopi dilakukan melalui peroses penyulingan mengunakan bambu yang dipasang tegak lurus di atas periuk dan didalamnya sudah dilubangi semua dan dibagian atas tertutup rapat untuk menahan uap agar tidak keluar keatas.25

24Nanik Mei Erna ,”GambaranKadar Hemoglobin(HB) Pada Remaja

Peminum Tuak Studi Didesa Pelumpang Kabupaten Tuban” Insan Cendikia’’ Vol.

5, Nomor 1, Maret 2017, hlm. 41.

25 Jehamun Philipus “Mengenal Lebih Jauh Proses Peruduksi Sopi

(32)

c. Dampak Penyalahgunaan Sopi 1. Bagi Fisik

Mengonsumsi minuman sopi dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kerusakan dalam hati, jatung, pengkreas, lambung dan otot. Pada pemakaian kronis minuman sopi dapat terjadi pergeseran hati, peradangan pangkreas dan peradangan lambung.26

2. Dampak Sosial

Minuman sopi adalah minuman salah satu minuman yang mengadung zat adiktif (alkohol).

Penyalahgunaan minuman sopi akan membawa efek yang tidak baik buat kesehatan fisik dan piskis seseorang. Akibat efek dari penyalahgunaan zat adiktif bagi pemakai adalah: kepribadian rusak, tingkah laku (bohong manipulasi) pola fikir khas (serba mau cepat), pelagaran norma, fisik gemetaran, siang tidur malam bergadang.27

Dampak alkohol dan sopi bagi masyarakat sebenarnya sangat merugikan terutama akan menggangu ketentraman masyarakat, biasanya orang yang mengonsumsi minuman sopi tujuannya untuk kesadaran sebagai manusia akan hilang, rasa malu, rasa sakit dan tumbuh keberanian untuk melakukan apa saja termasuk untuk membunuh orang lain. Begitu Manggarai Flores Barat” https://brnasnews.com, Diakses Pada Tanggal 9

Juli 2019, Pukul 03:00.

26 Muhlis Ahmad,Dampak Patologis Minuman Keras Pada Remaja Stady Kasus Di Desa Jernih Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolagun,

(Jambi: IAIN STS Jambi, 2013). Hlm. 11

27 Leginah,Dampak Sosial Minuman Keras Dikalangan Remaja (Studi Pada Kelurahan Talang Barat Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjungjabung Timur Profinsi Jambi), (Skripsi: Universitas Islam Negri

Sultahan Saifudin Jambi, 2020). Hlm. 30.

(33)

banyak kejadian-kejadian dimasyarakat dampak dari minuman alkohol dan minuman sopi ini seperti terjadinya kejahatan, pemerkosaan, pembunuhan, penculikan, sebagaian akibat kecanduan minuman sopi dan alkohol.28

5) Tinjauan Tentang Remaja a. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah salah satu priode dari perkembanagan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan piskologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai priode transisi antara masa kanak- kanak kemasa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menujukan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terpengaruh dan sebagainya.

Masa remaja sebagai penghubung pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan ensensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah.29

World Healt Organization (WHO) mendifinisikan remaja dalam masa ketika: Individu berkembang dari saat pertama kali iya menujukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat iya mencapai kematangan seksual Individu mengalami perkembangan piskologi dan pola identifikasikan dari kanak-kanak menjadi dewasa Terjadinya peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

28Kristian Wacana Satya, “Pengetahuan Dan Perilaku Remaja Terkait Serta Dampak Sopi Bagi Kesehatan”, (Universitas Ambon Maluku 2021) hlm.24.

29 Rumini Sri, dkk. “Perkembangan Anak Dan Remaja, ( Jakarta: PT. Asdi Mahastya, 2004), hlm . 16.

(34)

b. Batasan Usia Remaja

Terdapat batasan usia pada remaja yang difokuskan pada upaya meningalkan sikap dan perilaku kekanak- kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Menurut kartini kartino dapat dibagi tiga yaitu:

1. Remaja Awal (12-15 tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan berkembangan intlektual yang sangat insif, sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada ini remaja tidak mau diangap kanak-kanak lagi namun belum bisa meningakan pola kekanak-kanakan. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

2. Remaja Pertengahan (15-18 tahun)

Pada masa ini kepribadian remaja masih kanak- kanakan tetapi pada masa remaja timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menetukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal rentan akan timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesangupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa remaja menemukan diri sendiri atau jadi dirinya.

3. Remaja Akhir (18-21)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil, remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan

(35)

pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian.

Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendidrian tertentu berdasarkan suatu pola yang jelas yang baru ditemukanya.30

4. Perkembangan Remaja

Perkembangan remaja menurut Santrock meliputi perkembangan fisik, kongnitif, sosial, dan emisional. Lebih jelasnya perkembangan remaja sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik

Perubuhan fisik dapat menyebabkan perbedaan pada masing masing individu.

Perkembangan fisik pada anak laki-laki lebih lambat dari pada anak perempuan, tetapi pada akhirnya perkembangan fisik anak laki-laki tinggi dari pada anak perempuan. perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia kematanagan. Anak yang matangnya terlambat cendrung mempunyai bahu lebih lebar dari pada anak yang matang awal.31 b. Perkembangan Kongnitif

Masa remaja adalah periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan mempergunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya, disampaing itu sebagai anak muda yang telah memiliki kemampuan memahami pemikiranya sendiri dan pemikiran orang lain,

30Listiawati Titania, “Penaggulangan Kenakalan Remaja Menurut Konsep KartinI Kartono Ditinjau dari Perspektif Pendidikan Islam” Skripsi

(Lampung: Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung, 2022)hlm. 23.

31 Mohammad Ali, dkk, “Psikologi Remaja Perkembangan Remaja Peserta Didik”, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012) Hal.67

(36)

remaja mulai membayangkan yang dipikirkan orang tentang dirinya.32

c. Perubahan Sosial Pada Masa Remaja

Salah satu perkembangan remaja sangat tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa adalah remaja harus banyak penyesuaian baru, dan yang terpenting dari tersulit adalah penyesuaian diri degan meningkat pengaruhnya kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, dan nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nial-nilai baru dalam seleksi pemimpin.33

d. Perkembangan Emosional

Masa remaja ini bisa juga dinyatakan sebagai priode “badai dan tekanan’’ yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya perubahan emosi ini dikarenakan adanya tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.34

e. Perkembangan Moral

Pada perkembangan moral ini remaja telah dapat mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya kemudian mau membentuk

32Ibid. Hal 29

33Mohammad Ali, dkk, “Psikologi Remaja Perkembangan Remaja Peserta Didik”, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012 . Hal.85

34Desmita, “Psikologi Perkembangan”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

(37)

prilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam seperti yang didalam waktu anak-anak.35 Pada tahap ini remaja diharapkan mengerti konsep- konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak- kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya kedalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedomaan bagi perilakunya f. Perkembangan Kepribadian

Pada masa remaja, anak laki-laki dan perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga akan sadar peran kepribadian dalam hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadaian mereka

6) Teori Konstuksi Sosial Peter Ludwig Berger

Masyarakat merupakan tempat berlangsungnya penanaman nilai yang telah disepakati dalam kehidupan angota masyarakat. Berger berpandangan bahwa melalui peroses yang berlangsung didalam masyarakat, individu memperoleh identitas, memiliki peribadian, dan melaksanakan berbagai peran, status serta tanggung jawab yang merupakan bagian dari hidup individu. Menurut pendapat Berger, didalam lingkungan masyarakat sekitar, tengah melakukan peroses dialektika, dimana individu tersebut dipengaruhi peroses pembentukan kepribadian dari masyarakat, dan melalui kepribadian yang dimiliki individu, individu tersebut akan kembali mempengaruhi masyarakat36

35Fitri Maskota, “Perkembangan Moral Individu Yang Hidup Di Lingkunga Loklisasi”, (Universitas Negri Semarang, 2016). Hlm.30.

36Hutagaol Tua Tagino Donald “Konstruksi Sosiasl Pendidikan Karakter Siswa Bermasalah Dalam Keluarga Dan Sekolah Di Sma Negri 1 Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang”, (Tesis: Universitas Sumatera Utara Medan,

(38)

Pada teori kostruksi sosial terjadi dialektika antara indivdu menciptakan masyarakat dan menciptakan individu proses dialektika ini terjadi melalui tiga tahab yaitu eksternalisasi, objektifitas, dan internalisasi. dalam teori ini, Berger inggin menjelaskan bagaimana sebuah konstruksi sosial terbagun melalui beberapa proses dan dapat menjaga eksistensinya dalam kehidupan masyarakat.

Proses dialektika tersebut mempunyai tiga tahab:

a. Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia kedalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Ini sudah menjadi sifat dasar manusia.

manusia berusaha mengungkap dirinya. Dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia dengan kata lain, manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.

b. Objektivasi, tahab ini merupakan suatu mencapai hasil baik mental maupun fisik dari kegiatan manusia tersebut, tahab ini sudah mencapai hasil baik mental maupun fisik dari kegiatan manusia tersebut. Di sinilah menghasilkan realitas objektif yang bisa jadi akan dihadapi sihpenghasil itu sendiri sebagai suatu aktifitas yang berada diluar dan berlainan dari manusia yang menghasilkanya. melalui peroses ini masyarakat menjadi suatu realitas suigeris.

c. Internalisasi, yaitu peresapan kembali realitas tersebut oleh manusia mentrasformasikan sekali lagi dari struktur -struktur dunia objektif kedalam struktur kesadaran subjektif. Melalui internalisasi, maka manusia merupakan produk masyarakat. Peroses ini merupakan penyerapan kembali dunia objektif kedalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.37

2020).hlm.30

37 Samuel,Hanneman, “Peter L. Belger: Sebuah Pengantar Ringkas, Jawa

(39)

G. Metode Peneltian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif guna untuk mengetahui dan memahami kondisi serta gejala alamiah yang sedang terjadi ditengah masyarakat. Adapun alasan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif, karena kualitatif memiliki prinsipnya yakni ingin memeriksa, menerangkan, mendeskripsikan secara kritis, atau menggambarkan suatu fenomena, suatu kejadian, atau peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat dan menemukan makna (meaning) dalam konteks yang sesungguhnya (natural setting).38

Sedangkan pendekatan yang digunakan oleh peneliti yaitu pendekatan Fenomenologi. Pendekatan fenomenologi berhubungan dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia intersubyektif (dunia kehidupan).

Fenomenologi bertujuan untuk menginterprestasikan tindakan sosial kita dan orang lain sebagai buah yang bermakna (di maknai) serta dapat merekrontruksi kembali turunan makna-makna yang di anggap saat berikutnya dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubjektif individu dalam dunia kehidupan sosial.39

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

Adapun alasan memilih lokasinya Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat. Karena di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat banyak peneliti temukan remaja yang melakukan penyalahgunaan minuman sopi pada hal

Barat,

38A. Murni Yusuf, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif & Peneliti Gabungan, Edisi Pertama. (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 338

39Rini Sudarmanti,“(Fenomenologi dalam penelitian kualitatif, 2005)”.

(40)

mayoritas masyarakat disana adalah muslim.

3. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat dibutuhkan, agar mengetahui informasi data-data langsung serta perkembangan dilapangan. Maka dari itu peneliti berperan sebagai istrumen kunci dalam keseluruhan peneliti bukan ditunjukan untuk mempengaruhi subjek penelitian akan tetap bertujuan untuk melakuakan upaya pencarian dan pengkajian data yang berhubungan dengan pola penanaman nilai moral dan keagaamaan dalam upaya pencegahan sopi dikalangan remaja di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

4. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu, data perimer dan data skunder.

a. Sumber Data Perimer

Sumber data perimer adalah sumber data yang langsung yang meberikan data Pengumpulan data, sumber data.40 Data primer juga dapat diartikan sebagai data yang diperoleh langsung, seperti hasil wawancara dari subjek penelitian dengan mengunakan alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Sumber data primer yang peneliti gunakan adalah hasil wawancara, dan observasi, di masyarakat di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

b. Sumber Data Sekunder

40Sugiyon, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif Dan R Dan, Bandung: Alfabeta , 2015),hlm.309.

(41)

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti yang secara tidak lansung memberikan data informasi kepada peneliti. Sumber data skunder dalam peneliti diperoleh dari orang lain atau dokumen.41 seperti jurnal, buku, internet. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan sumber data atau dokumen-dokumen berkaitan dengan pengumpulan yang dilakukan.

5. Teknik Penggumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang paling strategis, karena dengan teknik ini pula dapat menentukan kualitas data peneliti. Untuk mendapatkan data yang valid, relevan dan yang sesuai dengan harapan maka peneliti menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Adalah metode pengamatan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak itu disebut data informasi yang harus diamati dan catat secara benar dan lengkap. Observasi juga dapat diartikan sebagai peneliti bersama partisipan. Jadi keberadaan peneliti dilapangan tidak hanya sekedar bersewa foto melainkan peneliti memperoleh data dan informasi yang tersembunyi dan mungkin tidak terungkap selama wawancara.

Di dalam metode observasi penelitian menggunakan metode observasi Non-partisipasi yang dimana peneliti tidak ikut didalam perilaku minuman sopi. Dan secara terpisah berkedudukan selaku pengamat. Didalam hal ini peneliti hanya bertindak sebagai penonton saja tampa harus ikut terjun langsung dalam lapangan. Disini peneliti melakukan observasi di

41Ibid,hlm 311.

(42)

Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat karena tujuan awal penelitian yaitu untuk melihat pola penanaman nilai moral dan keagamaan dalam upaya pencegahan penyalahgunan sopi di kalangan remaja muslim di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

b. Metode Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.

Dapat dikatakan juga wawancara adalah kejadian atau proses interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai (interviewer) melalui komunikasi langsung.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur, yang merupakan teknik wawancara dimana pewawancara sudah menyiapkan daftar pertanyaan sehingga proses wawancara dapat terarah dengan baik untuk menyusun poin-poin penting atau garis besar pertanyaan yang diajukan, dengan wawancara terstruktur agar peneliti mudah mendapatkan data dengan tersusun dan disini peneliti hanya memfokuskan wawancara pada masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggrai Barat.

Peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat setempat yaitu:

1. Masyarakat setempat yaitu orang tua pelaku penyalahgunaan sopi. Disini peneliti memwawancarai masyaraakat Desa Golo Sepang Dusun Terang sebanyak 5 orang. Guna untuk mengetahui pola penaman nilai moral dan keagamaan.

(43)

2. Tokoh masyarakat, guna untuk mengetahui pola penanaman nilai moral dan keagamaan apa saja yang sudah dilakukan dalam pencegahan penyalahgunaan sopi. Disini peneliti memwawancarai 4 orang. Sebagai tokoh masyararakat yang dekat dengan kehidupan masyarakat setempat.

3. Remaja pengguna minuman sopi untuk mengetahui faktor penyebab mengonsumsi minuman sopi. Disini peneliti memwawancarai 4 orang remaja pelaku penyalahgunaan minuman sopi. Memwawancarai 4 orang remaja penyalahgunaan sopi yang dimana mereka selalu mengonsumsi sopi.

c. Metode Dokumentasi

Setelah menggunakan metode observasi dan wawancara, sebagaian data dalam penelitian ini juga dikumpulkan dengan cara dokumentasi. Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal yang variabel yang berupa buku, jurnal, e-book, skripsi, artikel, dan sumber lain di internet.42

6. Teknik Analisis Data

Analisi data peroses mencari dan menyusun sistematis dan yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dapat dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.43 Ada dua peroses data pada saat penelitian dilapangan yaitu:

analisis dilapangan, dan analisis dilapangan.44

42 Salim, Haidir,Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2019), hlm.

100 43Afudin,Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm 183.

44Ibid. hlm 184

(44)

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis data dan informasi melalui aktifitas analisi Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga peroses yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok yang mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang hal-hal yang tidak dibutuhkanan. Dengan demikian data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan dapat mempermudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari data-data yang diperlukan sehingga dengan mereduksi data, dengan cara merangkum, mengambil data pokok dan penting. Maka peneliti tetap berada dalam data tujuan dari reduksi data yaitu untuk menyederhanakan data yang diperoleh selama melakukan penelitian, karena pada saat melakukan penelitian pasti terdapat banyak penemuan-penemuan baru yang tidak diketahui, dan memiliki pola yang tidak ada kaitanya dengan tema peneliti.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah-langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data diserahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian.

c. Verifikasi Data

Verivikasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu melihat kembali atau mengecek kembali data-data yang dikumpulkan apakah sudah sesuai atau sudah singkron.

7. Uji Keabsahan Data

(45)

Pada bagian ini peneliti dapat menjelaskan usaha- usaha yang dilakukan untuk menjamin keabsahan data dengan temuan.. Uji keabshan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan dalam melakukan penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus yang negatif danmember chek.45

Berdasarkan uraian tentang uji keabshan data diatas, maka peneliti akan mengunakan teknik keabshan data dengan teknik triangulasi, triangulasi sumber.46

a. Triangulasi

1. Triangulasi peneliti dilakukan dengan cara bertanya mengenai hal yang sama dengan teknik yang berbeda meneliti mencari data yang sama dengan mengunakan teknik wawancara mendalam, observasi partisipasif dan dokumentasi, penerapannya dengan cara mengecek hasil wawancara dari berbagai informasi yang berkaitan dengan hasil wawancara dan dicek dengan data yang didapat lewat hasil wawancara juga dicek dengan data hasil observasi dan dokumentasi.

Penerapanya dengan mengecek hasil wawancara dari berbagai informan yang berkaitan dengan bagaimana pola penanaman nilai moral dan keagamaan terhadap pencegahan penyalahgunaan sopi di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

2. Triangulasi sumber data untuk mengkaji keabshan data, yaitu dengan cara membadingkan data yang diperoleh peneliti dari dimensi waktu maupun yang lain, misalnya dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan tokoh masyarakat yang ada di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat. Dengan data

45Ibid, hlm. 368

46Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R dan D..,273- 274

(46)

yang diperoleh melalui pendapat perilaku penyalahgunaan sopi. Triangulasi sumber data digunakan untuk mengecek data tentang penanaman nilai moral dan keagamaan terhadap perilaku penyalahgunaan sopi di Desa Golo Seapng Kabupaten Manggarai Barat. Triangulasi sumber data juga digunakan untuk menyikapi keterbatasan ruang dan waktu serta membatasi orang sebagai sumber.

3. Triangulasi metode dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penguna metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode wawancara dengan metode observasi, atau hasil apakah hasil observasi yang diberikan ketika diwawancara dan diobservasi atau yang memberikan informan yang sama atau berbeda. Apakah berbeda, maka harus dapat dijelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.47

Melalui triangulasi peneliti, sumber data, dan metode tersebut maka dapat diketahui bahwa narasumber memberikan data yang sama atau tidak jika informan memberikan data yang sama, maka data tersebut dapat dikatakan kredibel atau benar.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan penelitian ini merupaka n satu hal yang sangat penting, karena memiliki manfaat yang mengatakan garis besar dari masing-masing bab yang saling berurutan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan dan penyusunannya sehingga terhindar dari salah pemahaman di dalam penyajian. Untuk lebih mudahnya maka peneliti menyusun sistematika sebegai berikut:

BAB I : Pada bab ini membahas tentang peroses

47Sugiyono,Metode Penelitian Pendidikan.., hlm 373-378

(47)

penelitian yang sudah dilakukan, yang terdiri dari pendahuluan, latar belakang masalah, tujuan dan menfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, termasuk juga fokus kajian, tujuan dan menfaat penelitian ini, ruang lingkup dan setting penelitian, telah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan hingga rencana jadwal kegiatan.

BAB II: Pada bab ini membahas terkait paparan data dan temuan penelitian yang mengambarkan seluruh data dan temuan, yaitu data yang mebahas terkait bagaiamana pola penanaman nilai moral dan nilai keagamaan yang telah dilakukan di Desa Golo Sepang, dan bagaiman faktor pendukung dan penghambat penanaman nilai moral dan keagaman dalam pencegahan perilaku minuman sopi dikalangan remaja muslim.

BAB III: Pada bab ini peneliti memaparkan terkait bab pembahasan dengan demikian peneliti tidak menggulang tulisan data-data atau temuan yang telah peneliti ungkap pada bab II, namun pada banb ini peneliti mengukapkan hasil analisis terhadap peroses temuan peneliti, sesuai dengan paparan bab II berdasarkan perspektif peneliti atau disebut sebagai kerangka teoritik yang telah dibuat pada bab 1 pendahuluan.

BAB IV: Dan pada bab ini merupakan bab terakhir atau penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Sesuai dengan masalah yang telah peneliti rumuskan pada bab I sebagai rumusan masalah, semaksimal mungkin peneliti tidak menyimpulkan suatu yang menjadi peneliti tidak menyimpulkan suatu menjadi fokus dalam penelitian. Bukan hanya kesimpulan, namun pada bab ini peneliti juga menulis saran-saran yang terkait yang peneliti anggap penting untuk dilaksanakan dikemudian hari.

(48)
(49)

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Desa Golo Sepang

Desa Golo Sepang merupakan salah satu desa yang berada ditengah Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat dengan ketinggian 0,50 s/d 0,66 Mil dari permukaan laut, kondisi alam yang terdiri dari lembah dan perbukitan dengan curah hujan rata-rata pertahun antara 4 s/d 5 bulan hujan dan suhu harian rata-rata mencapai 25 C s/d 37 derajat Celsius.

Desa Golo Sepang disebelah utara berbatasan dengan Desa Pontianak dan Desa Batu Tiga, dan di Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sepang dan Desa Mbuit, dan di Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Naga Kantor Kec.Macang Pacar, dan di Sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Boleng.

Secara Geografis, Desa Golo Sepang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur terdiri dari 4 Dusun yaitu: Dusun Terang 1, Dusun Terang 2, Dusun Satar Terang, dan Dusun Hento.yang memiliki luas wilayah 18020, Ha dengan area pemukiman seluas 1139 Ha. Yang sebagianya wilayahnya adalah merupakan daerah persawahan yang berada di tengah kecamatan.

Luas Desa Golo Sepang 18,020 km, jarak desa Golo sepang dari Kota Labuan Bajo sekitar 74 km, keberadaan Desa Golo Sepang dikelilingi oleh permukaan laut dan dan bukit buki disekitar dikelilingi oleh gunung-gunung48

2. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Golo Sepang a. Jumlah Penduduk

Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat secara keseluruhan berpenduduk 4309 jiwa dengan jumlah laki-laki 2171 jiwa dan perempuan 2138 jiwa untuk lebih jelasnya

48Observasi, Desa Golo Sepang, Kabupaten Manggarai Barat 10 Mei 2022

(50)

kondisi geografis Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat terinci melalui 2.1

Table 2.1

Jumlah penduduk desa Golo Sepang menurut jenis kelamin pada januari 2021

No Jenis Kelamin

Jumlah Jiwa Prosentase (%)

1 Laki-laki 2171 jiwa 52 % 2 Perempuan 2138 jiwa 48 %

Total 4309 jiwa 100%

Sumber : file data di Desa Golo Sepang, Kabupaten Manggarai Barat.49

Pada table diatas nampak bahwa jumlah pendudkuk laki-laki lebih banyak, disini jumlah laki-laki yaitu 52%

dibandingan jumlah penduduk perempuan hal ini menujukan bahwa dominasi atau jumlah laki-laki di desa Golo Sepang ini yang dimana banyak yang melakukan penyalahgunaan sopi adalah remaja.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam masyarakat, karena pendidikan merupakan indikator yang paling terpenting didalam menetukan tingkat inlektual itu sendiri berpengaruh besar pada pola pikir masyarakat dalam menetukan segala hal dalam kehidupan, salah satunya itu dalam pergaulan mana yang baik dan mana yang buruk. Sebagaiman dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Tingkat Pendidikan masyarakat Desa Golo Sepang No Tingkat

Pendidikan

Jum lah

Prosentase

49Dokumentasi, Desa Golo Sepang, 10 Mei 2022

(51)

1 Usia 7-18 Thn yang tidak pernah sekolah

170 7%

2 Usia sekolah 18- 56 Thn keatas yang tidak pernah sekolah

185 10%

3 Usia 18-56 pernah SD tapi tidak tamat

197 15%

4 SD 480 40%

5 SMP 300 20%

6 SLTA 14 3%

7 D3/S1 15 5%

Total 1.358 100%

Data: file Pendidkan di Desa Golo Sepang50

Pada table diatas dapat dilihat tingkat pendidikan yang lebih dominan di Desa Golo Sepang yaitu masyarakat SD 40%, dan SMP 20%, setelah itu diikuti oleh masyarakat yang tidak pernah sekolah yang berusia 7-18 tahun dan hal ini menujukan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Golo Sepang, lebih banyak yang lulusan SD dibandingkan tingkat pendidikan lainnya.

c. Mata Pencaharian

Table 2.3

Mata pencaharian masyarakat Desa Golo Sepang NO Jenis

Pekerjaan

Jumlah Prosentase

1 Petani 980 55%

2 Nelayan 307 30%

3 Peternakan 32 5%

50Dokumentasi , Desa Golo Sepang, Kabupaten Manggarai Barat 10 Mei 2022

(52)

4 Pegawai negri sipil

55 6%

5 Perdagangan 23 3%

7 PNS 5 1%

Total 1.402 100%

Data: file Mata pencaharian Desa Golo Sepang51

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pekerjaan yang lebih dominan di Desa Golo Sepang yaitu masyarakat petani 55% dan nelayan 30%, setelah itu diikuti oleh dengan I pegawai negeri sipil 6% yang paling terkecil adalah masyarakat sebagian pedagang yang dimana hanya 23 orang dari total 1.402 dari masing-masing pekerjaan

3. Kondisi Keagamaan Masyarakat Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat.

Dalam usaha membangun masyarakat, agama merupakan salah satu unsur yang penting sebagai kerangka intitusi dari keseluruhan sistem sosial, sebagai bangsa yang beragama dituntut supaya nilai-nilai agama yang luhur dan universal dan benar-benar menjiwai kehidupan masyarakat, dihayati dan diamalkan oleh masyarakat. Dalam kaitan itulah pemerintah berkewajiban dan mengembangkan untuk menambah sarana kehidupan beragama, supaya kesadaran masyarakat, penghayatan, pengamalan ajaran agama dimasyarakat mantap dan mendalam.

Masalah keagaman dalam masyarakat tidak bisah dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Konsekwensinya kemampuan peran agama dalam masyarakat pada kehidupan manusia itu sendiri sangat berperan. Kondisi keagamaan suatu wilayah untuk melihat kondisi umum dalam kehidupan beragama mereka. Di Desa Golo Sepang Kabupaten Manggarai Barat 70% merupakan pemeluk agama islam untuk lebih jelas penganut agama islam. Kemudian untuk mengetahui lebih jelas penganut agama di Desa Golo Sepang Kabupaten

51Dokumentasi, Desa Golo Sepang Kabupeten Manggara

Referensi

Dokumen terkait

Heriyanti (A 520080039), Peran Bimbingan Guru Dalam Penanaman Nilai – Nilai Keagamaan Pada Siswa TK Al Masithoh Kelompok B Gemantar Mondokan Sragen, Jurusan Pendidikan

Heriyanti (A 520080039), Peran Bimbingan Guru Dalam Penanaman Nilai – Nilai Keagamaan Pada Siswa TK Al Masithoh Kelompok B Gemantar Mondokan Sragen, Jurusan

Hasil  penelitian  ini  adalah  metode  penanaman  nilai‐nilai  agama  Islam dalam   pembentukan  perilaku  keagamaan  siswa  di  Sekolah  Dasar  Islam  Al‐Azhar 

Penanaman nilai agama dan moral melalui doa dan shalat seorang guru perlu memilih metode yang tepat dalam penanaman nilai agama dan moral anak pada usia 4-5

Strategi penguatan lembaga keagamaan dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif yang digunakan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk merevitalisasi nilai-nilai moral keagamaan di Era Globalisasi melalui Pendidikan agama

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai moral apa saja yang ditanamkan oleh keluarga (orang tua) Samin (Sedulur Sikep) pada anaknya, bagaimana

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, peran nilai budaya sunda bagi penanaman nilai moral dan agama pada anak perempuan usia dini masih berperan dalam pola asuh orang tua di