• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PEMANFAATAN GADUNG (Dioscorea hispida

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "POTENSI PEMANFAATAN GADUNG (Dioscorea hispida"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

Judul : Potensi Pemanfaatan Gadung (Dioscorea hispida Dennst) di Kawasan Hutan Lindung Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Segala puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Potensi Pemanfaatan Gadung (Dioscorea Hispida Dennst) Pada Kawasan Hutan Lindung di Desa Kadingeh Baraka. daerah. , Kabupaten Enrekang.shalawat kepada Tuhan kita Rasulullah, semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian, beliau adalah teladan bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat koreksi dan kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan penulis, maka dari itu penulis sangat mengharapkan masukan dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Irma Sribianti, S.Hut., M.P., IPM selaku Penguji II yang telah memberikan masukan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan baik. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan untuk menyelesaikan tugas ini. Fadli dan Wahyuddin yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Pemanfaatan Potensi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) pada Kawasan Hutan Lindung di Desa Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pengolahan dan pemanfaatan potensi gadung (Dioscorea hispida Dennst) yang dilakukan oleh masyarakat di kawasan hutan lindung di Desa Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana teknik pemanenan dan bentuk pengolahan gadung (Dioscorea hispida Dennst) yang dilakukan masyarakat di kawasan hutan lindung Desa Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Bagaimana potensi pemanfaatan akar gadung (Dioscorea hispida Dennst) yang dilakukan oleh masyarakat di kawasan hutan lindung Desa Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

Tujuan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Ubi Gadung (Dioscorea haspida Dennst)

  • Karakteristik Tumbuhan Gadung
  • Komposisi dan Manfaat Gadung
  • Kandungan Sianida dalam Ubi Gadung
  • Teknik Penghilangan Racun pada ubi
  • Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN

  • Alat dan bahan
  • Metode Pengumpulan Data
  • Jenis Data
  • Analisis Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2022 yang bertempat di Kawasan Hutan Lindung Desa Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Alat dan bahan yang digunakan di lapangan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: alat tulis, kuesioner dan kamera untuk dokumentasi. Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara mengamati langsung di lokasi penelitian atau di lapangan.

Data primer diperoleh melalui observasi langsung melalui observasi langsung dan wawancara dengan responden tentang objek yang diteliti. Data sekunder adalah data yang berkaitan dengan kondisi fisik lingkungan, sosial ekonomi masyarakat dan data lain yang berkaitan dengan obyek penelitian yang tersedia baik di tingkat desa, kecamatan maupun instansi lainnya. Data yang diperoleh dari observasi lapangan dan wawancara kemudian diolah secara kualitatif dan dianalisis secara deskriptif dan analisis kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang teknik pemanenan dan bentuk pengolahan serta data umum responden.

Data yang telah terkumpul dari kuesioner dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. PsPb : Potensi pemanfaatan gadung berdasarkan berat (kg per tahun) Pb : hasil gadung yang dipanen satu kali berdasarkan berat.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

  • Keadaan Penduduk
  • Fasilitas Pelayanan Kesehatan
  • Fasilitas Pendidikan
  • Keadan Sosial Budaya

Desa Kadingeh dikepalai oleh seorang kepala desa dengan jumlah penduduk 1610 jiwa pada tahun 2017 yang terdiri dari 821 laki-laki dan 789 perempuan dengan 392 Kepala Keluarga (KK), ditunjukkan pada tabel. Dilihat dari tingkat pendidikannya, penduduk Desa Kadingeh masih tergolong berpendidikan rendah, mungkin karena kesadaran mereka akan pendidikan masih kurang dan kondisi geografis yang masih jauh dari anjuran pendidikan, tingkat ekonomi mereka juga masih tergolong rendah. Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa kesadaran masyarakat di Desa Kadingeh tentang pentingnya pendidikan masih tergolong rendah.

Hal ini terlihat dari 1610 orang masyarakat, hanya 36 orang yang berpendidikan S1, 679 orang tidak tamat SD, 470 orang tamat SD, 165 orang tamat SLTP, 170 orang tamat SLTA. Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa fasilitas kesehatan di Desa Kadingeh masih sangat kurang, dimana hanya terdapat 1 unit puskesmas pembantu dan 1 unit posyandu, yang sangat berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Desa Kadingeh. Bagi masyarakat di Desa Kadingeh yang ingin melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah terpaksa harus keluar daerah dan meninggalkan desanya, namun karena kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan banyak dari mereka yang akhirnya terpaksa tidak melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. .

Desa Kadingeh merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Berdasarkan kondisi geografisnya yang terbentang dari perbatasan selatan Sidenreng Rappang hingga perbatasan utara Tanah Toraja, masyarakat yang mendiami kawasan tersebut memiliki perbedaan sosial budaya dalam masyarakatnya. Warga Kabupaten Enrekang kini membangun rumah berupa gubuk kayu dengan tiang penyangga yang tingginya minimal 1 meter dari permukaan tanah. Meski dalam perkembangan belakangan ini, semakin banyak rumah yang dibangun dengan material semen dan batu bata. Mereka menyebutnya kliphuise (kliphuise).klipbal), dengan arsitektur yang diambil dari arsitektur kontemporer. Pada masyarakat Kabupaten Enrekang pada masa kerajaan juga sangat ketat dengan penggunaan strata sosial, membedakan golongan bangsawan, rakyat jelata dan budak.

Saat ini, perbedaan strata sosial tersebut masih diakui tetapi tidak ditegakkan secara tegas dan sekarang diabaikan, terutama di kalangan generasi muda. Berkurangnya perbedaan strata sosial masyarakat di Kabupaten Enrekang dipengaruhi oleh peran seseorang dalam masyarakat, termasuk tingkat ekonominya. Namun aspek strata sosial yang tersembunyi ini masih dipahami bahkan diakui oleh kalangan tertentu.Kondisi ini dapat dilihat pada penempatan pejabat pemerintah (terutama pemerintah desa dan tokoh masyarakat), walaupun tidak secara terbuka, penilaian terhadap aspek ini tetap dilakukan. dipertimbangkan. .

Beberapa ritual dan sistem kepercayaan masyarakat Kabupaten Enrekang masih mengenal sistem kepercayaan yang dikenal secara turun-temurun (kepercayaan asli) dan. Nyatanya, banyak hal dalam kehidupan sehari-hari dan ritual dalam kehidupan sebagian masyarakat yang masih bercampur baur.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Kadingeh Menurut Jenis Kelamin
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Kadingeh Menurut Jenis Kelamin

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik Pemanenan Gadung (Dioscorea hispida Dennst)

Umbi Gadung adalah sejenis tanaman umbi-umbian yang tumbuh liar di hutan, pekarangan, dan perkebunan. Umbi berbentuk bulat ditutupi bulu akar yang besar dan kaku, kulit umbi berwarna gading atau coklat muda, daging umbi berwarna putih gading atau kuning. Dalam pemanfaatan umbi gadung untuk pangan, ada beberapa tahapan yang akan dilakukan untuk mendapatkan umbi gadung yang berkualitas dan siap santap, salah satunya adalah proses pemanenan atau teknik pemanenan.

Gadung umumnya dipanen sekitar umur 10-12 bulan dan masyarakat Desa Kadingeh biasanya akan memanen umbi gadung ketika musim kemarau dimulai. Tanda Gadung siap dipanen adalah daun yang melekat pada batang mulai rontok, pangkal batang sudah lapuk dan lepas dari umbinya. Tahapan panen dimulai dengan pemilihan gadung siap panen seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa jika daun yang menempel pada batang mulai rontok pangkal batang telah lapuk dan terlepas dari umbinya maka sudah siap untuk dipanen.

Setelah panen, masyarakat di Desa Kadingeh biasanya mencuci dan mengupas umbinya dan langsung mengolahnya, namun ada juga masyarakat yang setelah selesai memanen untuk gadung terkadang menyimpannya beberapa hari kemudian mengolahnya. Menurut Bpk. Kiami adalah waktu memanen gadung ketika memasuki musim kemarau karena pada musim kemarau umumnya gadung sudah penuh. Biasanya juga langsung diproses atau disimpan sekitar satu atau dua hari, pengerjaannya tergantung acara, kalau sedang tidak sibuk akan langsung diproses.

Gambar 3. Tanaman Gadung Siap Panen
Gambar 3. Tanaman Gadung Siap Panen

Bentuk dan Carah Pengolahan Gadung

Proses pembuatan tepung gadung yang pertama adalah mengupas umbi gadung kemudian mencuci umbi yang telah dikupas tersebut sebelum dipotong menjadi irisan setebal 1-2 mm. Setelah semua umbi gadung dipotong, proses selanjutnya adalah menutup irisan umbi gadung dengan abu sekam (awuu) sampai merata dan kemudian didiamkan selama kurang lebih 24 jam di dalam kantong. Dalam proses pembuatan tepungnya, masyarakat masih menggunakan cara tradisional yaitu Gadung yang sudah kering ditumbuk dengan cara ditumbuk dalam lesung (Issong) dengan alu (Pealu).

Untuk pengolahan Gadung yang dibuat dalam bentuk irisan-irisan kecil yang bentuknya kotak-kotak, alurnya hampir sama dengan proses pembuatan tepung gadung, hanya saja pada saat dibuat tepungnya, namun hasil akhirnya hanya terlihat seperti pada potongan-potongan kecil. kotak. Dimana dalam proses pengolahannya, Gadung dipotong menjadi bentuk kotak-kotak kecil dan diberikan perlakuan yang sama seperti pembuatan tepung Gadung, namun pada tahap akhir tidak dihaluskan saat kering, melainkan langsung diolah menjadi makanan Sokko Kapana. Proses pembuatan makanan olahan Sokko Kapana oleh masyarakat Kadingeh adalah dengan cara dikukus dalam kuali besar.

Proses pembuatan Sokko Kapana dimana tahap awal adalah tepung atau gadung yang berbentuk kubus kecil terlebih dahulu direndam dalam air bersih selama 1 jam di dalam baskom. Untuk lebih jelasnya tentang alur pengolahan gadung dari tahap awal hingga tahap pengolahan makanan (Sokkojuanga) dapat dilihat pada bagan alir berikut ini. Cara mengolah Gadung adalah Gadung yang sudah dipanen dikupas kulitnya terlebih dahulu, kemudian diiris atau dicincang dan ada juga yang dipotong kotak-kotak kecil.

Jika sudah, maka langkah selanjutnya adalah penjemuran dan penggilingan menjadi tepung dan siap diolah menjadi olahan makanan (Sokkojuanga) dan disajikan dengan parutan kelapa. Potensi Pemanfaatan dan Produktivitas Pemanfaatan Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) oleh Masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Desa Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Masyarakat Desa Kadingeh Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang masih banyak yang memanfaatkan gadung untuk makanan olahan.

Data potensi pemanfaatan dan produktivitas pemanfaatan umbi gadung (Dioscorea hispida Dennst) yang disajikan pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang menanam gadung, total potensi pemanfaatan gadung oleh masyarakat Desa Kadingeh adalah 421 kg/tahun, kemudian untuk produktivitas pemanfaatan Gadung per masyarakat sebesar 14,03 kg/rumah tangga/tahun. Tahap pemanenan dimulai dengan pemilihan gadung yang siap panen, dimana tanda gadung siap dipanen adalah daun yang melekat pada batang mulai rontok, pangkal batang lapuk dan terlepas dari umbinya, selanjutnya adalah siap dipanen. Gadung yang sudah dibuat menjadi tepung yang nantinya akan dijadikan olahan makanan sebagai pengganti nasi yang oleh masyarakat Kadingeh disebut sokkojuanga.

Total potensi pemanfaatan gadung oleh masyarakat Desa Kadingeh adalah 421 kg/tahun, sedangkan produktivitas pemanfaatan gadung oleh masyarakat adalah 14,03 kg/tahun/keluarga. Potensi pemanfaatan dan hasil olahan gadung dapat dikembangkan di masa mendatang untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang terutama berada di sekitar atau dekat dengan kawasan hutan lindung dan pemanfaatan tanaman gadung untuk konsumsi.

Gambar 5. Gadung Yang Sudah Diolah Menjadi Makanan (Sokko sikapa)
Gambar 5. Gadung Yang Sudah Diolah Menjadi Makanan (Sokko sikapa)

Potensi Pemanfaatan dan Produktivitas Pemanfaatan Gadung Umbi

Saran

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel  1  memperlihatkan  bahwa  masyarakat  Desa  Kadingeh  lebih  di  dominasi  oleh  kaum  laki-laki,  dari  1610  warga  masyarakat  terdapat  821  orang  berjenis kelamin laki-laki dan 789 orang berjenis kelamin perempuan
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Kadingeh Menurut Jenis Kelamin
Tabel 3. Distribusi Penduduk menurut mata Pencahariannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang daya racun ekstrak umbi gadung racun (Dioscorea hispida Denst) terhadap hama perusak daun bawang Spodoptera exigua hubner telah dilakukan di Laboratorium hama

Pengaruh Penambahan Selulosa Mahkota Nanas Dalam Pembuatan Plastik Biodegradable dari Pati Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) dengan.. menggunakan Plasticizer Gliserin

Analisis kadar dan lama perendaman larutan natrium klorida (NaCl) dalam detoksifikasi asam sianida (HCN) pada umbi gadung (Dioscorea Hispida Dennst.) dilaksanakan

Penelitian efektivitas ekstrak umbi gadung ( Dioscorea hispida dennst) untuk mengurangi intensitas serangan belalang ( Locusta migratoria ) pada dua varietas kedelai

Adapun judul penelitian ini adalah“ Mempelajari Pengaruh Konsentrasi Ragi instan dan Waktu Fermentasi terhadap Pembuatan Alkohol dari Pati Gadung (Dioscorea hispida dennst)”,

Pemanfaatan Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst.) Sebagai Sumber Pangan Lokal Bergizi Dan Kaya Antioksidan Dalam Rangka Diversfikasi Pangan Di Desa Serang Kecamatan Salawu

Skripsi berjudul Pengaruh Ekstrak Umbi Gadung (Dioscorea hispida Dennst) terhadap Pertumbuhan dan Serangan Hama Kopi (Coffea robusta Lindl) telah diuji dan disahkan

Sedangkan untuk menguji potensi ekstrak gadung sebagai insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti pada stadium pradewasa dilakukan larvasida pada larva instar tiga3. 17 Ekstrak