Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tb Paru Dengan Keteraturan Berobat Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kopo Bandung
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pasien Tb Paru Dengan Keteraturan Berobat Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kopo Bandung
By : Eben Marnatha Zalukhu/SA 07013
By : Eben Marnatha
Zalukhu/SA 07013
MULTI FAKTOR
Penderita TB Paru
Melakukan Pengobatan Di Puskesmas Melakukan Pengobatan Di Puskesmas
Proses Pengobatan Berlangsung
6 Bulan Proses Pengobatan Berlangsung
6 Bulan
Keteraturan Berobat Keteraturan
Berobat
Pengetahuan
&
Sikap Pengetahuan
&
Sikap
Teratur
Teratur SembuhSembuh
Tidak Teratur
Tidak Teratur
Tidak Sembuh
Tidak Sembuh
Latar Belakang Latar Belakang
1. Berdasarkan data WHO, tuberkulosis membunuh 4.400 setiap hari
2. Penderita tuberkulosis paru di Indonesia dengan hasil tes BTA positif mencapai 240.183 orang. Jumlah
kematian akibat tuberkulosis di Indonesia mencapai 88.113 orang atau 38 orang per 100.000 penduduk.
3. Penemuan kasus TB Paru di Kota Bandung tahun 2009 secara klinis adalah sebesar 1.255 kasus, dengan BTA + sebesar 1.057 kasus
1. Berdasarkan data WHO, tuberkulosis membunuh 4.400 setiap hari
2. Penderita tuberkulosis paru di Indonesia dengan hasil tes BTA positif mencapai 240.183 orang. Jumlah
kematian akibat tuberkulosis di Indonesia mencapai 88.113 orang atau 38 orang per 100.000 penduduk.
3. Penemuan kasus TB Paru di Kota Bandung tahun 2009 secara klinis adalah sebesar 1.255 kasus, dengan BTA + sebesar 1.057 kasus
Depkes RI (dalam, Pikiran Rakyat 2008)
Profil Kesehatan Kota Bandung 2009
Lanjutan Latar Belakang
4. Puskesmas Kopo Bandung terdapat 45 orang dengan BTA+, TB ektra paru 5 orang, RO + BTA- 6 orang, anak 19 orang dan TBC dengan
kategori 2 (penderita TBC yang gagal melakukan pengobatannya) terdapat 10.
Studi Pendahuluan di Puskesmas Kopo Bandung (2010)
Hambatan Penderita TB Tidak Datang Ke Puskesamas
Hambatan Penderita TB Tidak Datang Ke Puskesamas
1. Malu dikatakan mempunyai penyakit TB 2. Bila sudah terasa enak atau sudah
merasa sembuh, tidak batuk, dan tidak sesak mereka menghentikan
pengobatannya walaupun pengobatannya gratis.
3. Mereka bosan minum obat terus menerus
1. Malu dikatakan mempunyai penyakit TB 2. Bila sudah terasa enak atau sudah
merasa sembuh, tidak batuk, dan tidak sesak mereka menghentikan
pengobatannya walaupun pengobatannya gratis.
3. Mereka bosan minum obat terus
menerus
Rumusan masalah
Apakah Terdapat Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pasien TB Paru Dengan
Keteraturan Minum Obat Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kopo Bandung.
Tujuan Penelitian
• Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap pasien TB Paru dengan keteraturan berobat di wilayah kerja puskesmas kopo bandung.
• Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisa:
– Mengidentifikasi pengetahuan pasien TB Paru tentang TB Paru di wilayah kerja Puskemas Kopo Bandung
– Mengidentifikasi sikap pasien TB Paru tentang
pengobatan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo
Lanjutan...
– Mengidentifikasi perilaku keteraturan berobat pasien TB Paru tentang
pengobatan TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo.
– Mengidentifikasi hubungan pengetahuan pasien TB Paru dengan keteraturan
berobat di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung
– Mengidentifikasi hubungan sikap pasien TB Paru dengan keteraturan berobat di
wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas 2. Bagi peneliti
3. Bagi peneliti selanjutnya
4. Bagi Perawat Komunitas
DEFINISI KONSEPTUAL DEFINISI KONSEPTUAL
PENGETAHUAN
SIKAP
Keteraturan
Berobat
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Ukur Hasil Ukur
Pengetahuan pasien TB Paru tentang TB Paru
Pengetahuan dalam penelitian ini adalah hal-hal yang diketahui pasien mengenai penyakit TB Paru, dengan tingkat pengetahuan tahu (C1), memahami (C2), aplikasi sederhana (C3) yang meliputi :
Tahu (Know)
mengetahui pengertian TB Paru, penyebab TB Paru dan tanda dan gejala TB Paru
Pemahaman (Comperhansion)
Memahami cara pencegahan penyakit TB Paru bagi diri sendiri
Mengaplikasikan
Cara penanganan penyakit TB Paru
Kuisioner Ordinal Baik bila nilai >75% - 100%
Cukup bila nilai : 60%-75%
Kurang bila :
<60%
Defenisi Operasional
Sikap pasien TB Paru untuk melakukan
pengobatan
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian atau pendapat klien terhadap pengobatan tuberkulosis paru yang meliputi respon kognitif, respon afektif dan respon konatif.
Kuisioner ordianal Mendukung (favorable) jika : Nilai T > mean T Tidak mendukung (Unfavorable) jika : Nilai T
< mean T Keteraturan
berobat pasien TB Paru
Perilaku pasien TB Paru untuk meminum obat TB Paru secara teratur atau tidak teratur
Teratur Berarti
Penderita tuberklosis paru BTA + meminum obat dengan teratur dan tidak pernah berhenti.
Tidak Teratur
Penderita tuberkulosis paru BTA + tidak teratur minum obat dan pernah berhenti minum obat dan sedang menjalani pengobatan lanjutan (kategori 2)
Lembar Observasi
ordinal Teratur, jika penderita telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap
Tidak teratur, jika penderita kadang-kadang berhenti minum obat
sebelum masa
pengobatan selesai.
Defenisi Operasional
BAGAN 1.1 KERANGKA KONSEP
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TB PARU DENGAN KETERATURAN BEROBAT DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KOPO BANDUNG
PREDISPOSING FACTOR PENGETAHUAN
SIKAP KEYAKINAN NILAI
PENDIDIKAN SOSIAL EKONOMI ENABLING FACTOR
JARAK BIAYA
TRANSPORTASI SARANA KESEHATAN LAMANYA PENGOBATAN REINFORCING FACTOR
SIKAP PETUGAS DUKUNGAN KELUARGA UNDANG-UNDANG DUKUNGAN TOKOH MASYARAKAT
Diteliti =
Keteraturan Berobat
Teratur jika pasien TB Paru BTA + meminum obat dengan teratur dan tidak pernah berhenti.
Tidak teratur jika Penderita TB Paru BTA + tidak teratur minum obat dan pernah berhenti minum obat dan sedang menjalani pengobatan lanjutan (kategori 2).
Berhubungan
Tidak Berhubungan
(Lawrence Green(1980), dalam Notoatmodjo, 2003)
Hipotesa
– Ha: Ada hubungan antara pengetahuan pasien tentang TB Paru dengan keteraturan berobat.
– Ha: Ada hubungan antara
sikap untuk melakukan
pengobatan dengan
keteraturan berobat pasien
TB Paru.
METODOLOGI
PENELITIAN
Jenis penelitian
Deskriptif Korelasi
Cross Sectional
Variabel
Independent
Dependent
PENGETAHUA N
SIKAP
KETERATURAN BEROBAT
POPULASI DAN SAMPEL
POPulasi : BTA + 45 orang (Kategori I)
BTA + yang sedang menjalani pengobatan lanjutan 10 (Kategori II)
Jumlah 55 Orang
Teknik sampling : Total sampel
Kriteria sampel : Kriteria Inklusi
Responden BTA+ (kategori I) yang telah selesai
pengobatan dan yang sedang mengikuti pengobatan lanjutan (kategori II).
Responden yang bersedia memberikan jawaban.
Kriteria Eksklusi
Responden yang kasus baru
Responden dalam keadaan tidak sadar
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Kuisioner tertutup
Pengetahuan : 30 pertanyaan
Sikap : 15 pertanyaan (8 (+) & 7 (-))
4 kemungkinan jawaban SS, S, TS, STS
Keteraturan Berobat : 6 buah pernyataan
observasi
UJI INSTRUMEN
Validitas
Pengetahuan point biserial
Sikap Pearson product moment
Valid ≥ 0,3 & tidak valid < 0,3
Reabilitas
Pengetahuan koefisien Kuder Richardson 20 (K-R20)
Sikap Rumus Alpha
Reliabel 0,7
TEKNIK pengolahan data
EDITING
CODING
TABULATING
ENTRI DATA
TEKNIK ANALISA DATA
ANALISA UNIVARIAT
• Baik
• Kurang baik
• Mendukung
• Tidak
Mendukung
Pengetahuan
SIKAP
TEKNIK ANALISA DATA
KETERATURAN
BEROBAT TERATUR
TIDAK TERATUR
ANALISA UNIVARIAT
LOKASI & WAKTU PENELITIAN
Di Puskesmas Kopo Bandung
September 2010 - Februari 2011
ANALISA BIVARIAT
TEKNIK
ANALISA DATA
CHI
SQUARE
Untuk Mengetahui Sejauh Mana Hubungan Antara Variabel Independent Dengan Varibel Dependent Atau Resiko
Relative Variabel Secara Spesifik Terhadap Timbulnya Masing-masing Variabel Pada Responden
UJI ODDS RATIO
HASIL
PENELITIAN
Variabel Kriteria Frekuensi Persentase
Pengetahuan
Baik 45 82%
Kurang 10 18%
Total 55 100%
Hasil Penelitian Pengetahuan Pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo
Bandung
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Kategori Tanggapan Responden Tentang Variabel Pengetahuan
Tanggapan responden tentang variabel
pengetahuan hampir seluruh responden
sebanyak 45 orang atau 82% termasuk
dalam ketegori baik, dan hampir tidak
ada dari seluruh responden sebanyak
10 orang atau 18% termasuk dalam
ketegori kurang.
Variabel Kriteria Frekuensi Persentase
Sikap Favorable 28 51%
Unfavorable 27 49%
Total 55 100%
Hasil Penelitian sikap pasien TB Paru tentang pengobatan TB Paru di wilayah kerja
Puskesmas Kopo
Tabel 4.2Distibusi Frekuensi Kategori Tanggapan Responden
Tentang Variabel Sikap
Tanggapan responden tentang variabel Sikap
sebagian dari seluruh responden sebanyak 28
orang atau 51% termasuk dalam favorable, dan
sebagian kecil dari seluruh responden sebanyak
27 orang atau 49% termasuk dalam ketegori
unfavorable.
Variabel Kriteria Frekuensi Persentase
Keteraturan Berobat
Favorable 34 62%
Unfavorable 21 38%
Total 55 100%
Variabel Perilaku Keteraturan pasien TB Paru tentang pengobatan TB Paru di wilayah kerja
Puskesmas Kopo
Tabel 4.3
Distibusi Frekuensi Kategori Observasi Tentang Variabel Keteraturan Berobat
Hasil observasi responden tentang variabel
keteraturan berobat sebagian besar dari seluruh
responden sebanyak 34 orang atau 68% termasuk
dalam favorable, dan sebagian kecil dari seluruh
responden sebanyak 21 orang atau 38% termasuk
dalam ketegori unfavorable.
Hubungan antara Pengetahuan dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Bandung
Perhitungan Nilai Uji Fisher
Chi-Square Tests
5,242b 1 ,022
3,724 1 ,054
5,128 1 ,024
,033 ,028
5,147 1 ,023
55 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,82.
b.
Nilai signifikansi (p-value) untuk 2 sisi adalah 0,033 dan 0,028 untuk 1 sisi. Ternyata nilai p < sehingga H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan Keteraturan berobat pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo Kota Bandung.
Risk Estimate
5,167 1,162 22,983
2,296 ,873 6,039
,444 ,245 ,806
55 Odds Ratio for
Pengetahuan (Baik / Kurang)
For cohort Keteraturan berobat = Favorabel For cohort Keteraturan berobat = Unfavorabel N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Confidence Interval
Tabel 4.6
Nilai Estimasi Resiko Relatif atau Odds Ratio
Perhitungan : Pada perhitungan Odds Ratio
diperoleh hasil 5,167. Artinya hubungan antara pengetahuan dan Keteraturan Berobat positif, yaitu tingkat pengetahuan pasien TB Paru dalam kategori kurang memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk cenderung berperilaku tidak teratur dalam berobat dibandingkan pasien yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik
Hubungan antara Sikap dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Kopo Bandung
Tabel 4.8
Perhitungan Nilai Chi-Square
Chi-Square Tests
13,799b 1 ,000
11,813 1 ,001
14,583 1 ,000
,000 ,000
13,548 1 ,000
55 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,31.
b.
Dari output di atas diperoleh nilai χ
2hitungsebesar
13,799 dan p-value 0,000. Dengan = 0,05 maka
p-value < sehingga H
0ditolak, artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara Sikap dengan
Keteraturan berobat pasien TB Paru di wilayah
kerja Puskesmas Kopo Kota Bandung
Tabel 4.9
Nilai Estimasi Resiko Relatif atau Odds Ratio
Risk Estimate
10,200 2,737 38,011
2,314 1,383 3,871
,227 ,088 ,588
55 Odds Ratio for Sikap
(Favorabel / Unfavorabel) For cohort Keteraturan berobat = Favorabel For cohort Keteraturan berobat = Unfavorabel N of Valid Cases
Value Lower Upper
95% Confidence Interval
Perhitungan :
Pada perhitungan Odds Ratio diperoleh hasil
10,200 berarti hubungan antara Sikap dan
Keteraturan Berobat positif, yaitu Sikap pasien
yang tidak mendukung atau unfavorable memiliki
resiko 10 kali lebih besar untuk cenderung
berperilaku tidak teratur dalam berobat
dibandingkan pasien yang memiliki sikap dalam
kategori favorable atau sikap pasien yang
mendukung.
Berdasarkan hasil penelitian, variebel pengetahuan dengan katergori baik sebanyak 82% dan dengan kateroti kurang baik sebanyak 18%.
Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari pengalaman hidup dan informasi-informasi yang didapat dari berbagai sumber (Notoatmodjo, 2003).
Menurut peneliti menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran pasien tentang perlunya pengetahuan mengenai Tuberkulosis Paru sangat penting, tetapi tidak kalah pentingnya bagaimana menjaga tingkat pengetahuan pasien tersebut.
Menjaga tingkat pengetahuan klien dapat dilakukan dengan mengulang informasi yang diberikan setiap melakukan pengobatan di puskesmas ataupun dengan memberikan leaflet sebagai bahan bacaan.
Pembahasan Variebel Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian, variebel sikap dengan katergori
favorable sebanyak 51% dan dengan kateroti unfavorable sebanyak49%.
Menurut peneliti sikap yang mendukung (
favorable) atau responyang baik tentang pengobatan penyakit tuberkulosis paru dikarenakan adekuatnya penyampaian informasi yang didapat .
Sikap pasien yang tidak mendukung (unfavorable) terhadap penyakit tuberkulosis paru akan mempengaruhi proses pengobatannya dan juga akan mempengaruhi orang lain yang berada disekitarnya.
Proses adopsi perilaku baru, penerimaan perilaku baru bila didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan sikap akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo,2003).
Pembahasan Variebel Sikap
Pembahasan Hubungan Pengetahuan Pasien TB Paru Dengan Keteraturan Berobat di Wilayah Kerja
Puskesmas Kopo Bandung
Uji fisher dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan keteraturan berobat.
Nilai signifikansi (p-value) untuk 2 sisi adalah 0,033 dan 0,028 untuk 1 sisi.
Ternyata nilai p < sehingga H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan Keteraturan berobat pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo
Perhitungan Odds Ratio diperoleh hasil 5,167. Artinya hubungan antara pengetahuan dan Keteraturan Berobat positif, yaitu tingkat pengetahuan pasien TB Paru dalam kategori kurang memiliki resiko 5 kali lebih besar untuk cenderung berperilaku tidak teratur dalam berobat dibandingkan pasien yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik.
Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan tentang TB paru dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang memberi pengaruh positif dalam penyembuhan, hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh (Depkes RI, 2002) bahwa tingkat pendidikan yang relatif rendah pada penderita TB paru menyebabkan keterbatasan informasi tentang gejala dan pengobatan TB paru.
Pembahasan Hubungan Sikap Pasien TB Paru Dengan Keteraturan Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo
Bandung.
nilai statistik uji Chi-Square yaitu nilai χ2hitung sebesar 13,799 dan p-value 0,000. Dengan = 0,05 maka p-value < sehingga H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap dengan Keteraturan berobat pasien TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo Kota Bandung.
Odds Ratio diperoleh hasil 10,200 berarti hubungan antara Sikap dan Keteraturan Berobat positif, yaitu Sikap pasien yang tidak mendukung atau unfavorable memiliki resiko 10 kali lebih besar untuk cenderung berperilaku tidak teratur dalam berobat dibandingkan pasien yang memiliki sikap dalam kategori favorable atau sikap pasien yang mendukung.
Hal ini sejalan dengan dengan teori yang dikemukan oleh Azwar (2005) bahwa sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan perilaku pasien TB paru sangat
dipengaruhi oleh informasi-informasi yang
berhubungan dengan penyakit TB Paru dan
kemudahan dalam memperoleh informasi
tersebut, sehingga dapat meningkatkan
pengetahuannya dan membentuk sikap yang
baik dalam menyelesaikan pengobatan yang
sedang pasien lakukan.
Saran
Bagi Puskesmas Kopo Bandung
Puskesmas perlu kerjasama lintas sektoral misalnya kantor kecamata, kantor lurah untuk mengantisipasi berkurangnya pasien TB Paru yang semakin hari jumlah pasien TB Paru akan semakin meningkat.
Bagi Perawat Komunitas
Lebih berperan aktif dan lebih giat lagi memberikan asuhan keperawatan dan pembinaan kepada pasien TB Paru dan orang yang tinggal disekitarnya.