• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUN DAN SIKAP PASIEN TB PARU DENGAN KETERATURAN BEROBAT DI PUSKESMAS KOPO BANDUNG

N/A
N/A
EBEN MARNATHA ZALUKHU

Academic year: 2023

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUN DAN SIKAP PASIEN TB PARU DENGAN KETERATURAN BEROBAT DI PUSKESMAS KOPO BANDUNG"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap penderita tuberkulosis paru dengan keteraturan berobat di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan pasien TBC paru dengan keteraturan berobat di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung e.

Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas

Mengidentifikasi perilaku rutin pasien TBC paru dalam kaitannya dengan pengobatan TBC paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo. Ruang lingkup penelitian ini adalah masyarakat, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan menambah informasi khususnya mengenai TBC paru, tentang pentingnya pengetahuan tentang TBC paru dan sikap pasien TBC paru terhadap pengobatan penyakit TBC paru. TBC. TBC.

Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 1. Definisi Konseptual

Pengetahuan dalam penelitian ini adalah apa yang diketahui pasien tentang tuberkulosis paru, dengan tingkat pengetahuan mengetahui (C1), memahami (C2), penerapan sederhana (C3), termasuk. Kuesioner ordinal Didukung (favorable) jika: T-value > mean T Tidak didukung. Tidak menguntungkan) jika: T-value < rata-rata T.

Tabel 1.1 Definisi Operasional
Tabel 1.1 Definisi Operasional

Kerangka Pikir

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap penderita TBC paru dengan keteraturan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung, meliputi pemahaman tentang TBC paru, penyebab TBC paru, tanda dan gejala TBC paru. , pencegahan penularan TBC paru, dan pengobatan TBC paru yang diukur dengan Standar penilaian baik, cukup atau buruk, tentang sikap adalah sikap pasien dalam berobat ke puskesmas diukur dengan mendukung dan tidak terlalu mendukung serta sikap pasien . perilaku mengenai keteraturan pengobatan dinilai teratur dan tidak teratur. Biasa apabila penderita TBC paru BTA+ meminum obat secara teratur dan tidak pernah berhenti dan tidak teratur bila penderita TBC paru BTA+ tidak rutin minum obat dan pernah berhenti minum obat serta menjalani pengobatan lebih lanjut (kategori 2).

Hipotesa

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TBC PARU TERHADAP KETERGUNAAN OBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOPO BANDUNG. Tidak teratur apabila penderita TBC paru BTA+ tidak rutin minum obat dan berhenti minum obat serta menjalani pengobatan lebih lanjut (kategori 2).

TINJAUAN TEORITIS

Pengetahuan 1. Pengertian

Analisis adalah kemampuan individu untuk mendeskripsikan dan/atau memisahkan kemudian menemukan hubungan antar komponen-komponen yang terkandung dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Mengadopsi suatu perilaku, jika didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bertahan lama.

Sikap

Menurut Azwar (2008), komponen afektif berkaitan dengan permasalahan emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang. Middle Brook (dalam, Azwar, 2008) menyatakan bahwa tidak adanya pengalaman terhadap suatu objek psikologis cenderung membentuk sikap negatif terhadap objek tertentu.

Tuberkulosis Paru 1. Pengertian

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, kecuali pleura dan kelenjar di hilus. Pada pasien tuberkulosis yang sebelumnya telah menjalani pengobatan tuberkulosis dan dinyatakan sembuh atau telah menjalani pengobatan lengkap, diagnosis ditegakkan kembali dengan BTA (smear atau kultur) positif. Ini adalah pasien yang hasil tes dahaknya tetap positif atau kembali positif pada bulan kelima atau lebih pengobatan.

Kelompok ini termasuk kasus kronis, yaitu pasien yang hasil tesnya masih positif BTA setelah selesai menjalani pengobatan berulang. Upaya pencegahan penularan penyakit tuberkulosis paru dari penderita ke anggota keluarga lainnya dapat dilakukan dengan perbaikan gizi, mengurangi kontak dengan penderita, menjaga kesehatan lingkungan dan imunisasi BCG (Alsagaf 2005). Dosis pengobatan tuberkulosis paru sama untuk pengobatan harian dan terus menerus, 3 kali seminggu, 10 mg/kg BB.

Apabila pada akhir pengobatan fase intensif pasien baru positif BTA kategori 1 atau pasien positif BTA menjalani perawatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih positif BTA, diberikan obat sisipan (HRZE). setiap hari selama 1 bulan. Apabila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, maka hasil pemeriksaan ulang dahak dinyatakan positif (Departemen Kesehatan, 2007). Pasien dinyatakan sembuh apabila hasil pemeriksaan dahak berulang (follow up) negatif minimal dua kali berturut-turut, termasuk satu kali pemeriksaan di akhir pengobatan. a) Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak negatif pada akhir pengobatan dan sehari sebelum akhir pengobatan, tanpa atau dengan pemasangan sisipan.

Pasien pengobatan lengkap adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap namun belum ada hasil pemeriksaan ulang dahaknya (semua pasien positif BTA wajib dilakukan pemeriksaan ulang dahak). Tindak lanjutnya adalah pasien positif baru tuberkulosis paru kategori 1 dimulai dari awal, sedangkan pasien positif BTA yang menjalani perawatan ulang dengan kategori 2 dirujuk seumur hidup ke Unit Pelayanan Kesehatan Khusus atau INH Tuberkulosis Paru.

Keteraturan Pasien pada Aturan Pemakaian Obat yang Telah Ditetapkan

Selama proses pengobatan, pasien TBC dapat diberikan obat anti tuberkulosis (OAT) yang diminum secara rutin hingga selesai dengan pengawasan ketat. Jika tidak rutin minum obat, penyakit ini sulit diobati. Kuman tuberkulosis di dalam tubuh akan semakin banyak dan menyerang organ tubuh lainnya, pemulihan akan memakan waktu lebih lama, biaya pengobatan akan sangat tinggi dan tidak ditanggung oleh pemerintah (Ainur, 2008).

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Populasi dan Sampel 1. Populasi
  • Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi
  • Variabel Penelitian
  • Lokasi dan Waktu penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Instrumen Penelitian
  • Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas
    • Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data
  • Prosedur Pengambilan Data

Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita TBC paru (BTA+) yang telah selesai berobat kategori I dan sedang menjalani pengobatan lanjutan atau kategori II di Puskesmas Kopo pada bulan Januari sampai Agustus 2010 yang berjumlah 55 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya diambil dari jumlah populasi yaitu 55 orang yang juga merupakan populasi sebenarnya di lapangan. Lokasi penelitian ini berada di wilayah kerja Puskesmas Kopo Kota Bandung yang dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai dengan Januari 2011.

Selanjutnya diperoleh data tambahan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Puskesmas Kopo Bandung yaitu data TBC paru se-Kota Bandung serta data jumlah suspek TBC paru yang diperiksa di unit Puskesmas Kopo Bandung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berupa pertanyaan dan pernyataan tertutup. Data akan dikumpulkan langsung oleh peneliti dan beberapa teman yang membantu yang pemahaman dan persepsi sebelumnya sama dengan peneliti dengan mengunjungi rumahnya. Dalam penelitian ini perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan dengan bantuan bantuan komputer.

Untuk mengukur variabel pengetahuan tentang penyakit TBC paru, jawaban responden pada setiap item pertanyaan diberi skor. Hasil perhitungan tersebut kemudian diinterpretasikan berdasarkan kriteria sebagai berikut (Arikunto. Frekuensi pengobatan pasien TBC paru. Dalam observasi pasien yang menderita TBC paru bekerja sama dengan PMO (pengawas pengobatan) dan keluarga untuk mendapatkan data terkait follow up. keteraturan pasien dalam minum obat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

  • Hasil Penelitian Pengetahuan Pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Bandung
  • Hasil Penelitian Sikap Pasien TB Paru tentang Pengobatan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo
  • Variabel Perilaku Keteraturan Pasien TB Paru Tentang Pengobatan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo
  • Hubungan antara Pengetahuan dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Bandung
  • Hubungan antara Sikap dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Bandung

Distribusi frekuensi kategori respon Responden mengenai variabel pengetahuan pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas. Hasil Penelitian Sikap Penderita TBC Paru Terhadap Pengobatan TBC Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo. Distribusi frekuensi kategori tanggapan Responden mengenai variabel sikap penderita TBC paru terhadap pengobatan TBC paru di.

Variabel perilaku keteraturan penderita tuberkulosis paru berhubungan dengan pengobatan tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo. TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo. Distribusi frekuensi kategori observasi berhubungan dengan perilaku rutin pasien tuberkulosis paru dalam kaitannya dengan pengobatan tuberkulosis paru di. Hubungan pengetahuan dengan keteraturan pengobatan pada pasien tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung. TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung.

Hubungan Pengetahuan Dengan Keteraturan Pengobatan Pasien TBC Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Bandung. Diketahui p-value <  sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keteraturan pengobatan pada pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo Kota Bandung. Hubungan sikap dengan keteraturan pengobatan pada pasien TBC paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung.

Pembahasan

  • Pengetahuan Pasien TB Paru Tentang TB Paru di Wilayah Kerja Puskemas Kopo Bandung
  • Sikap Pasien TB Paru tentang Pengobatan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo
  • Hubungan Pengetahuan Pasien TB Paru dengan Keteraturan Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Bandung
  • Hubungan Sikap Pasien TB Paru dengan Keteraturan Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Bandung

Nilai statistik uji Chi-Square adalah p-value sebesar 0,000 dengan  = 0,05 maka p-value <  sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan keteraturan pengobatan paru-paru. . Pasien TBC di wilayah kerja Puskesmas Kopo Kota Bandung. Sikap Penderita TBC Paru Terhadap Pengobatan TBC Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Wilayah Kerja Puskesmas Kopo. Sikap ini akan mengurangi risiko penularan penyakit TBC paru di lingkungan dalam hal ini wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung.

Hubungan pengetahuan penderita TBC paru dengan keteraturan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung. Berdasarkan hasil penelitian, hubungan pengetahuan pasien TB paru tentang penyakit tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung dapat dilihat pada Tabel 4.4. Artinya hubungan pengetahuan dengan keteraturan pengobatan adalah positif, yaitu tingkat pengetahuan pasien TB paru dengan kategori buruk mempunyai risiko lima kali lebih besar untuk cenderung berperilaku tidak teratur selama berobat dibandingkan dengan pasien yang memiliki pengetahuan dalam kategori benar. . .

Hubungan Sikap Penderita TBC Paru Dengan Keteraturan Berobat di Wilayah Kerja Puskesmas Kopo Bandung. Berdasarkan hasil penelitian, korelasi sikap pasien TB paru terhadap penyakit tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Kopo Bandung dapat dilihat pada Tabel 4.5. Dengan  = 0,05 maka p-value <  sehingga H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan keteraturan pengobatan pada pasien TB paru di wilayah kerja Puskesmas Kopo Kota Bandung.

Keterbatasan Penelitian

Hal ini juga sesuai dengan pandangan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa sikap merupakan suatu reaksi atau tanggapan yang masih tertutup dari diri seseorang terhadap suatu rangsangan atau objek. Sikap seseorang terhadap suatu objek merupakan perasaan mendukung atau memihak (favorable) atau perasaan tidak disukai terhadap suatu objek tertentu.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penelitian pada aspek sikap menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 51% mempunyai sikap positif dan persentase terkecil yaitu 49% responden mempunyai sikap kurang baik. Hubungan kedua variabel ini bersifat positif, yaitu tingkat pengetahuan pasien TB paru dengan kategori buruk mempunyai risiko lima kali lebih besar untuk berperilaku tidak teratur selama berobat dibandingkan dengan pasien yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik. Hubungan kedua variabel ini bersifat positif: sikap pasien yang tidak mendukung atau kurang baik memiliki risiko 10 kali lebih besar untuk cenderung berperilaku tidak teratur selama pengobatan, dibandingkan dengan pasien dengan sikap dalam kategori baik atau posisi pasien yang mendukung.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku penderita tuberkulosis paru sangat dipengaruhi oleh informasi tentang penyakit paru dan kemudahan memperoleh informasi tersebut, sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya dan membentuk sikap yang baik. dalam melengkapi pengobatan yang sedang dijalani pasien. Faktor pendukung (enabling faktor), yang diwujudkan dalam lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas kesehatan atau nasehat kesehatan.

Saran

  • Bagi Puskesmas Kopo Bandung
  • Bagi Perawat Komunitas
  • Bagi Peneliti lain

Kemampuan petugas pelaksana program tuberkulosis paru di puskesmas dalam memberikan pelayanan pengobatan kepada pasien tuberkulosis paru akan lebih baik apabila mengetahui pengetahuan dan sikap pasien tuberkulosis paru. Secara konkrit, perawat komunitas disarankan untuk lebih berperan aktif dan lebih giat dalam memberikan asuhan keperawatan dan bimbingan kepada pasien TBC paru dan orang disekitarnya. Menetapkan dan menjelaskan kedudukan dan peranan PMO (Pengawas Minum Obat) kepada keluarga/kelompok/.

Gambar

Tabel 1.1 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA PERAN PENGAWAS MINUM OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN BEROBAT PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU (TB PARU) DI PUSKESMAS NOGOSARI BOYOLALI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran Pengawas Minum Obat (PMO) terhadap kepatuhan kunjungan berobat pasien Tuberculosis Paru (TB Paru)

4.3 Distribusi pasien TB paru berdasar golongan jaraktempat tinggal dengan RS Paru jember pada kelompok patuh berobat dan drop out dalam

Keteraturan berobat pada penelitian ini merujuk pada pasien yang mengambil OAT sesuai dengan jadwal yang ditentukan (pada 2 bulan pertama setiap 2 minggu sekali

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada pasien TB paru mengenai pengetahuan dan sikap pasien TB paru terhadap penyakit TB paru di Puskesmas Harapan Raya Kota

Hasil pengukuran sikap pasien TB paru tentang upaya pencegahan penyebaran penyakit TB paru pada pasien yang berobat di poli paru RSUD Arifin Achmad Provinsi

Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien TB paru di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota Pekalongan dengan dilengkapi kajian

Berdasarkan penelitian terdahulu bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pada pasien TB paru di RSUD Daya Makassar dengan