• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TB BARU DENGAN KETERATURAN BEROBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS LUBUK TANJUNG KECAMATAN LUBUKLINGGAU BARAT I KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2014 Ns. YUNIKE S.Kep., M.Kes Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TB BARU DENGAN KETERATURAN BEROBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS LUBUK TANJUNG KECAMATAN LUBUKLINGGAU BARAT I KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2014 Ns. YUNIKE S.Kep., M.Kes Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN TB BARU DENGAN KETERATURAN BEROBAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

PERUMNAS LUBUK TANJUNG KECAMATAN LUBUKLINGGAU BARAT I

KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2014

Ns. YUNIKE S.Kep., M.Kes

Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

Tuberculosis (TB) menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang pertahun (WHO, 1993), di Negara berkembang. Kematian ini merupakan 25% dari kematian penyakit yan sebenarnya dapat diadakan pencegahan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku pasien TB Paru dengan keteraturan berobat di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Kecamatan Lubuklinggau Barat I Kota Lubuklinggau tahun 2009. Jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara variabel independent (pengetahuan dan sikap) dengan variabel dependent (Keteraturan berobat) dengan jumlah sampel 15 responden.

Dari hasil penelitian ini didapatkan pengetahuan pasien TB Paru yang baik berjumlah 9 responden (60,0%) dan kurang sebanyak 6 responden (40,0%) dan sikap favorable berjumlah 7 responden (46,7%) dan sikap Unfavorabel berjumlah 8 responden (53,3%) sedangkan pasien TB Paru yang berobat secara teratur sebanyak 3 responden (20,0%) responden dan tidak teratur sebanyak 12 responden (80,0%)

(2)

Diharapkan kepada pihak puskesmas khususnya pemegang program TB Paru di wilayah kerja puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Kota Lubuklinggau Lebih meningkatkan lagi dalam memberikan pembinaan atau penyuluhan terhadap masyarakat tentang penyakit TB Paru dan keteraturan berobat untuk penderita TB Paru

(3)

PENDAHULUAN

2015 yang di harapkan adalah bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi dari ancaman penyakit. Program perilaku sehat bertujuan untuk memperdaya individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan agar dapat memelihara dan meningkatkan serta melindungi kesehatanya sendiri di lingkungan yang menuju masyarakat yang sehat, mandiri dan produktif, salah satu sasaranya adalah yaitu meningkatkan perwujudan kepedulian perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan bermasyarakat.

Penyakit tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB Control 2003 menyatakan terdapat 22 negara di kategorikan sebagai high-burden countries terdapat TB. Indonesia termasuk peringkat ketiga setelah india dan china dalam

menyumbang TB di dunia. Menurut WHO estimasi incidence rate untuk memeriksakan dahak didapatkan basil tahan asam (BTA) positif adalah 115 per 100.000 (WHO, 2003).

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 estimasi prevalensi angka kesakitan di Indonesia sebesar 8 per 1000 penduduk berdasarkan gejalah tanpa pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 TB menduduki rengking ketiga sebagai penyebab kematian (9,4% dari total kematian) setelah penyakit system sirkulasi dan system pernafasan. Hasil survei prevalensi tuberkulosis di Indonesia tahun 2004 menunjukan bahwa angka prevalensi tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA) positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk (Depkes RI, 2007).

Sejak tahun 2000 Indonesia telah berhasil mencapai dan memperlihatkan angka kesembuhan sesuai dengan target global, yaitu minimal 85% penemuan kasus TB di Indonesia pada tahun 2006 adalah 76% keberhasilan pengobatan TB dengan DOTS pada tahun 2004 adalah 83% dan meningkat menjadi 91% pada tahun 2005 (Depkes RI, 2005).

Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk Of Tuberkulosis infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan

(4)

bervariasi antara 1-2% . pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan terjadi penderita tuberculosis hanya 10 % dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita tuberkulosis adalah daya tahan tubuh rendah, diantaranya karena 9121 buruk atau (senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Pasien dengan TB sering menjadi sangat lemah karena penyakit status nutrisi, anoreksia, penurunan berat badan dan malnutrisi umum terjadi pada pasien dengan TB. Keinginan pasien untuk makan mungkin terganggu oleh keletihan akibat batuk berat, pembentukan sputum, nyeri dada atau status kelemahan secara umum (Smeltzer, 2001).

Pada tahun 90-an WHO dan International Union Aqains Tuberkulosis and Lung Disease (IUATLD) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang di kenal sebagai Strategi Directly observed treatment shorts Course Ehemotrapy

(DOTS) dan telah terkait sebagai strategi penangulangan secara ekonomis paling efektif (cost efektive). Penerapan strategi DOTS secara baik, di samping secara cepat menekan penularan. Juga mencegah berkembangnya multi drugs tuberkulosis (MDR-TB). Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien prioritas di berikan kepada pasien penular. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam dalam upaya pencegahan penularan TB. WHO telah merekommendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam penanggulangan TB sejak tahun 1995 (Depkes RI, 2007).

(5)

selama 2 bulan pertama. Di beberapa daerah pedesaan, pengobatan dengan pengawasan langsung mungkin perlu dilakukan oleh seseorang setempat yang bertanggung jawab atau sukarelawan, penderita hendaknya kenal orang itu, ikatan demikian akan mengurangi kelalaian (Iroftan, 2002).

Berdasarkan data profil Sumsel, terjadi peningkatan rata-rata kasus yang terdeksi (Case DatectionRate/CDR) Setiap tahunya. Pada tahun 2007, terjadi pencapaian tertinggi CDR TB Paru di Sumsel yaitu 68,38%, sementara data CDR Kabupaten atau Kota Palembang pada tahun 2007 tertinggi yaitu 25% (TB Paru Peringkat ketiga penyakit infeksi di Sumsel).

Dari delapan Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau Tahun 2013, Puskesmas Perumnas menduduki kasus TB Paru yang tertinggi (Dinkes Kota Lubuklinggau, 2013).

Dari data Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau Tahun 2014, Jumlah pasien TB Paru yang meninggal sebanyak 3 orang dari delapan Puskesmas di Kota Lubuklinggau tahun 2014.

Dari delapan Puskesmas yang ada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau Tahun 2014, Puskesmas Simpang Periuk dan Perumnas menduduki

kasus TB Paru yang tertinggi (Dinkes Kota Lubuklinggau, 2014).

Dari kompleknya masalah yang ada penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai hubungan antara pengetahuan,dan sikap pasien TB Paru dengan keteraturan berobat di wilayah kerja Puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Kecamatan Lubuklinggau Barat I Kota Lubuklinggau tahun 2014.

METODELOGI PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah deskritip analitik dengan pendekatan Cross Secsional dimana variabel-variabel diamati secara secara bersamaan pada saat penelitian (Notoatmodjo, 2005). Data yang dikumpulkan data primer yaitu pengetahuan dan sikap pasienTB Paru dengan Keteraturan berobat

Populasi penelitian adalah seluruh pasien

TB Paru di Puskesmas Perumnas Lubuk

Tanjung Kecamatan Lubuklinggau Barat 1

Kota Lubuklinggau tahun 2014 yang

berjumlah 15 orang yang tersebar di wilayah

kerja puskesmas Lubuk Tanjung.

Sampel penelitian adalah sebagian

(6)

diteliti yang dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2005).

Cara pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah untuk kasus dengan

menggunakan metode total sampling yaitu

keseluruhan populasi yang berjumlah 15

orang.

Pengumpulan Data 1. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diambil secara langsung dari

pasien TB Paru menggunakan Kuesioner

(untuk mengetahui pengetahuan dan sikap

pasien TB Paru dengan keteraturan berobat).

b. Data Sekunder

Data yang diambil dari Dinas

Kesehatan Kota Lubuklinggau dan Puskesmas

Perumnas Lubuk Tanjung tahun 2013 dan

2014.

2. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan

cara menggunakan kuesioner dan wawancara.

3. Alat atau Instrumen Data a. Alat

Alat tulis : pena, pensil, pengapusan dan

kertas.

b. Instrumen

Data dikumpulkan dengan menggunakan

kuesioner yang telah berisi tentang

pengetahuan dan sikap Pasien TB Paru

dengan keteraturan berobat.

Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap

tiap variabel dari hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2005). Mendeskripsikan

variabel kejadian TB Paru, pengetahuan dan

sikap pasien TB Paru.

2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat adalah dilakukan

terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau korelasi (Notoatmodjo,

2005). Pengetahuan dan sikap pasien TB Paru

(7)

bentuk table dengan menggunakan uji statistic

Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95%.

Dengan Rumus : X2 = ∑(0-E)2 diharapkan untuk tiap kategori Dengan derajat kebebasan :

Dk = (b – 1)(k- 1) (Hastono, 2006).

Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Distribusi Frekuensi Pengetahuan

Tabel 5. 2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Kecamatan Lubuklinggau Barat I Kota

Lubuklinggau

pengetahuan penderita TB Paru yang kurang

berjumlah 9 (60,0%) responden dan

pengetahuan yang baik berjumlah 6 (40,0%)

responden.

b. Distribusi Frekuensi Sikap Tabel 5. 3

Distribusi Frekuensi Sikap Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Kecamatan Lubuklinggau Barat I Kota Lubuklinggau

Tahun2014

No Sikap Jumlah Persentase 1

Dari tabel 5.3 menunjukan bahwa sikap

penderita TB Paru yang Favorabel berjumlah 7

(46,7%) responden dan sikap penderita TB

Paru yang Unforabel berjumlah 8 (53,3%)

responden.

c. Distribusi Frekuensi Keteraturan Berobat

Tabel 5. 4

Distribusi Frekuensi Keteraturan Berobat TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Kecamatan Lubuklinggau Barat I Kota Lubuklinggau

(8)

Dari tabel 5.3 menunjukan bahwa

Pasien TB Paru yang berobat secara teratur

berjumlah 3 (20,0%) dan pasien TB Paru yang

berobat tidak teratur berjumlah 12 (80,0%).

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Pasien TB Paru Dengan Keteraturan Berobat

Tabel 5. 5

Distribusi Pengetahuan Penderita TB Paru Dengan Keteraturan Berobat di Wilayah

Kerja Puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Kecamatan Lubuklinggau Barat I

Kota Lubuklinggau Tahun 2014

Dari tabel 5.5 diketahui proporsi

pasien TB Paru dengan pengetahuan baik

terhadap keteraturan berobat secara teratur

sebanyak 2 (22,2%) dan yang tidak teratur

sebanyak 7 (77,8%) sedangkan pasien TB Paru

dengan pengetahuan kurang dengan

keteraturan berobat yang teratur sebanyak 1

(16,7%) dan tidak teratur sebanyak 12

(80,0%).

Hasil analisis uji Statistik hasilnya

adalah ρ value = 1, 000 (> 0, 05). Hal ini

menunjukan tidak ada hubungan antara

pegetahuan pasien TB Paru dengan keteraturan

berobat.

b. Hubungan Sikap Pasien TB Paru Dengan Keteraturan Berobat

Tabel 5. 6

Distribusi Sikap Penderita TB Paru Dengan Keteraturan Berobat di Wilayah

Kerja Puskesmas Perumnas Lubuk Tanjung Kecamatan Lubuklinggau Barat I

(9)

Dari tabel 5.6 menunjukan

proporsi sikap pasien TB Paru yang Faborabel

terhadap keteraturan berobat yang teratur

sebanyak 1 (14,3%) dan yang tidak teratur

sebanyak 6 (85,7%) sedangkan sikap pasien

TB Paru yang Unforabel terhadap keteraturan

berobat yang teratur sebanyak 2 (25,0%) dan

yang tidak teratur sebanyak 6 (75,0%).

Hasil analisis uji Statistik hasilnya

adalah ρ value = 1, 000 (> 0, 05). Hal ini

menunjukan tidak ada hubungan antara sikap

pasien TB Paru dengan keteraturan berobat.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitan dan

pembahasan yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Penderita TB Paru yang berobat secara teratur teratur berjumlah 3 (20,0%) dan

pasien TB Paru yang berobat tidak

teratur berjumlah 12 (80,0%).

2. Penderita TB Paru dengan pengetahuan kurang berjumlah 9 (60,0%) responden

dan pengetahuan yang baik berjumlah 6

(40,0%) responden.

3. Penderita TB Paru yang bersikap Favorabel berjumlah 7 (46,7%)

responden dan sikap penderita TB Paru

yang Unforabel berjumlah 8 (53,3%)

responden

4. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan penderita TB Paru

dengan keteraturan berobat didapat nilai

ρ value = 1, 000 (> 0, 05)

5. Tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap pasien TB Paru dengan

keeraturan berobat didapat nilai ρ value

= 1, 000 (> 0, 05).

SARAN

1. Bagi Pendidikan

Hendaknya pihak pendidikan dapat

lebih meningkatkan kerja sama dengan instatsi

kesehatan lain dan lembagaa terkait untuk

(10)

seminar tentang penyakit TB Paru agar

pengetahuan keluarga diwilayah kerja

puskesma Lubuk Tanjung Kota lubuklinggau

lebih baik.

2. Bagi Pihak Puskesmas

Diharapkan kepada pihak puskesmas

khususnya pemegang program TB Paru di

wilayah kerja puskesmas Perumnas Lubuk

Tanjung Kota Lubuklinggau Lebih

meningkatkan lagi dalam memberikan

pembinaan atau penyuluhan terhadap

masyarakat tentang penyakit TB Paru dan

keteraturan berobat untuk penderita TB Paru

3. Bagi Peneliti lain

Hendaknya bagi peneliti lain hasil

penelitian ini diharapkan dapat digunakaan

sebagai data dasar untuk penelitian

selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ainur, 2008. Kejadian Putus Berobat Penderita Tuberkulosis Paru dengan

pendekatan DOTS.

http://www:Libang.depkes.go.id

diakses 22 Maret 2009.

Azwar, A. Dan Prihartono, J...,2003. Metodelogi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Binnarupa Aksara.

Depkes RI, 2005 Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis: Jakarta , 2007 Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis: Jakarta Hastono, 2006.

Basic Data Analisysis For Healt Research. Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Indonesia.

Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip – Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka cipta. Jakarta.

. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam, 2003.

Konsep Penerapan Metodelogi Penelitian Kesehatan. Salemba Medika

Sulianti, 2007.

Tuberkulosis. http://www.infeksi.com. Diakses 10 April 2009

Somantri, Imran. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika. Jakarta

Sugiyono, 2006. Statiska Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Smeltzer,S.C., dan Bare, B.G.,..2001. Buku Ajar KeperawatanMedikal Bedah. EGC. Jakarta

Taufan, 2008. Pengobatan TuberKulosis Paru

Masih Menjadi Masalah.

Gambar

Tabel 5. 2Distribusi Frekuensi Pengetahuan

Referensi

Dokumen terkait

Ahli sejarah yang mengemukakan bahwa bangsa Indonesia memiliki 10 unsur budaya Indonesia asli sebelum datangnya bangsa dari India adalah ……d. Kitab Mahabrata ditulis

dasar dari batang kelapa sawit yaitu kadar airnya sangat bervariasi pada bebagai.. posisinya

Hasil dari tugas akhir ini berupa JSON web service yang dapat diakses oleh dua aplikasi yang berbeda platform, serta fungsi-fungsi web service yang dapat digunakan oleh lebih

Eksperimen dilakukan dengan melakukan percobaan pada berbagai pilihan layout terhadap arah pencahayaan buatan dalam ruang dan bagaimana perubahan arah pencahayaan

Only Anji and Fritter stood looking astounded as first the Doctor, then Char and finally another, much, much younger N¨ oel Coward came striding out of nowhere into the

Selanjutnya, untuk mendapatkan gambaran seberapa besar pengaruh Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Sosial Siswa

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan sistem pengendalian intern berdasarkan lima unsur pengendalian

Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005: 55) keluarga merupakan tempat dimana anak diasuh dan dibesarkan. Keluarga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.