• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANGTUA TENTANG

PENANGANAN DARURAT TRAUMA AVULSI GIGI

PERMANEN DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

DAN KECAMATAN MEDAN KOTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

ANGELINE JAMES NIM: 110600129

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015

Angeline James

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

xi + 54 halaman

Trauma gigi merupakan masalah yang cukup serius di kalangan masyarakat khususnya anak. Salah satu jenis trauma gigi yang paling memberikan dampak serius adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis trauma gigi. Pengelolaan perawatan trauma avulsi membutuhkan adanya pengetahuan tentang trauma yang meliputi tindakan penanganan kedaruratan, teknik perawatan, serta prognosis perawatan. Hal ini membutuhkan kerjasama oleh orang terdekat anak diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak, serta mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap sikap orangtua terhadap penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

(3)

kuesioner yang disampaikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,037) dan sikap (p=0,038) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Faktor sosioekonomi memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,003) dan sikap (p=0,032) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Faktor pengetahuan memiliki hubungan signifikan terhadap sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. (p=0,042)

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkkan sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 6 Juli 2015

Pembimbing: Tanda Tangan

Ami Angela Harahap, drg,. Sp. KGA., M.Sc ... NIP. 19780426 200312 2 002

(5)

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 6 Juli 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Essie Octiara, drg., Sp. KGA

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg.,Sp.KGA

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Selama penulisan proposal ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan serta doa dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih setulusnya kepada Ayahanda James dan Ibunda Theresa James yang telah memberi dukungan tak terhingga selama penulis mendapatkan pendidikan akademik dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C. Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak.

3. Ami Angela Harahap, drg., Sp.KGA., M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar dan staf administrasi Departemen IKGA yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis.

5. Kepala Sekolah, staf pengajar, murid-murid dan orangtua murid SDN 064979, SDN 060809. SD Syafiyyatul Amaliyyah, SD St. Antonius yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

6. Sahabat-sahabat dan teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang telah banyak mendukung dan membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini.

(7)

kritik yang membangun dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis mengharapkan skripsi ini dapat digunakan dan memberikan manfaat serta sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.

Medan, 6 Juli 2015 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan dan Perilaku ... 6

2.1.1 Pengetahuan ... 6

2.1.2 Sikap ... 7

2.1.3 Perilaku ... 8

2.2 Trauma avulsi, etiologi dan prevalensi ... 9

2.3 Replantasi gigi ... 11

2.4 Media penyimpanan ... 11

2.4.1 Air ... 11

2.4.2 Saliva ... 12

2.4.3 Larutan saline ... 12

2.4.4 Air kelapa ... 12

(9)

2.4.6 Susu ... 13

2.4.7 Hank’s Balanced Salt Solution ... 13

2.5 Waktu Ekstraalveolar ... 14

2.6 Prognosis ... 16

2.7 Pencegahan ... 16

2.8 Kerangka Teori ... 17

2.9 Kerangka Konsep ... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi dan Sampel ... 19

3.4 Variabel Penelitian ... 21

3.5 Defenisi Operasional ... 21

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 31

3.8 Etika Penelitian ... 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Karakteristik Responden Orangtua ... 34

4.2 Gambaran Umum Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 35

4.3 Gambaran Umum Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 37

4.4 Hasil Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 40

4.5 Hasil Analisis Hubungan antara Statistik Sosial Ekonomi Orangtua dengan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen ... 42

BAB 5 PEMBAHASAN ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 50

6.2 Saran ... 51

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Prevalensi dalam Pemilihan Media Penyimpanan Gigi Avulsi ... 14

2. Defenisi Operasional Faktor Risiko ... 21

3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua ... 23

4. Defenisi Operasional Sikap Orangtua ... 27

5. Karakteristik Responden ... 35

6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 37

7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Orangtua... ... 37

8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak ... 38

9. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Orangtua ... 40

10. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan ... 41

11. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan.... ... 41

12. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap... ... 42

13. Distribusi Hasil Analisis Statistik Tingkat Pendidikan dengan Sikap ... ... 42

14. Distribusi Hasil Analisis Hubungan Antara Sosioekonomi dengan Pengetahuan Orangtua ….. ... 43

(11)

16. Distribusi Hasil Analisis Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan Kepada Orang Tua

2. Lembaran Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent) 3. Kuesioner

4. Daftar Hasil Penelitian

5. Surat Persetujuan Pelaksanaan Penelitian dari Komisi Etik 6. Surat Telah Melakukan Penelitian dari SDN 064979 7. Surat Telah Melakukan Penelitian dari SDN 060809

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2015

Angeline James

Pengetahuan dan Sikap Orangtua Tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

xi + 54 halaman

Trauma gigi merupakan masalah yang cukup serius di kalangan masyarakat khususnya anak. Salah satu jenis trauma gigi yang paling memberikan dampak serius adalah trauma avulsi pada gigi permanen yang mencapai 0,5%-16% dari seluruh jenis trauma gigi. Pengelolaan perawatan trauma avulsi membutuhkan adanya pengetahuan tentang trauma yang meliputi tindakan penanganan kedaruratan, teknik perawatan, serta prognosis perawatan. Hal ini membutuhkan kerjasama oleh orang terdekat anak diantaranya adalah orangtua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan sosioekonomi terhadap pengetahuan dan sikap orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak, serta mengetahui hubungan antara pengetahuan terhadap sikap orangtua terhadap penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan rancangan penelitian

(15)

kuesioner yang disampaikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar dan dianalisis secara statistik menggunakan uji Chi-Square pada α = 5%.

Hasil penelitian menunjukkan faktor tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,037) dan sikap (p=0,038) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Faktor sosioekonomi memiliki hubungan bermakna terhadap pengetahuan (p=0,003) dan sikap (p=0,032) orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. Faktor pengetahuan memiliki hubungan signifikan terhadap sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. (p=0,042)

Tingkat pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi dan mulut terutama avulsi gigi sangat rendah namun demikian orangtua menunjukkkan sikap positif terhadap keinginan untuk meningkatkan pengetahuannya. Pelayanan kesehatan setempat terutama dokter gigi perlu melakukan program edukasi dan publikasi untuk meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma gigi merupakan masalah yang cukup serius di kalangan masyarakat khususnya anak. Trauma gigi sering terjadi pada anak antara usia 8 dan 11 tahun. Etiologi trauma gigi pada anak yang paling sering adalah jatuh saat bermain, baik di luar maupun di dalam rumah dan saat berolahraga. Angka prevalensi trauma gigi adalah 60% dan sebanyak 48% yang melibatkan trauma pada gigi rahang atas. Anak usia 10 tahun mempunyai risiko dua kali lebih besar trauma gigi, jika dibandingkan dari seluruh tingkatan usia.1

Salah satu trauma gigi adalah avulsi yang didefinisikan sebagai terlepasnya gigi dari soket bersama dengan kerusakan pada ligamen periodontal dengan atau tanpa fraktur tulang alveolar. Gigi yang paling sering terkena avulsi adalah gigi insisivus sentralis rahang atas dibandingkan gigi insisivus rahang bawah baik pada masa periode gigi sulung dan gigi permanen. Avulsi terjadi tiga kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan karena aktivitas lebih aktif dalam permainan dan lebih agresif dalam olahraga. Insidensi avulsi meningkat dengan pertambahan usia; pada 12 tahun, terdapat 6,5% dan insidensi meningkat menjadi 0,2% pada mereka usia lebih 20 tahun. Avulsi ini dapat terjadi pada setiap usia, avulsi dari gigi permanen antara 8-12 tahun, saat ligamen periodontal longgar terstruktur sekitar erupsi gigi hanya dapat menyediakan resistensi minimal untuk kekuatan ekstrusif.1-4

(17)

tinggi dan rendah. Penelitian Santos et.al menunjukkan bahwa sekitar 71% orangtua tidak tahu mengenai avulsi.5

Prognosis perawatan avulsi yang baik dapat mengembalikan fungsi fungsional yang estetis gigi tersebut. Hal ini bergantung kepada pada waktu ekstraalveolar, penyimpanan yang memadai dan sarana transportasi dan agresi minimal pada permukaan akar dan ligamen periodontal serta pengetahuan tentang pengelolaan situasi ini. Pengetahuan orangtua juga memainkan peranan penting dalam sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak.5-7

Avulsi memberikan efek dari segi masalah estetika, fungsional, dan psikologis, baik pada anak-anak maupun orangtua. Maka pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat kasus trauma avulsi gigi sangat penting dalam keberhasilan prognosis yang baik. Oleh sebab itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan orangtua tentang avulsi di kota Medan karena tidak adanya penelitian yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan Umum

1. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

2. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

(18)

Rumusan Khusus

1. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

2. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

3. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

4. Apakah terdapat hubungan antara sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

3. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota.

(19)

1. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

2. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

4. Untuk mengetahui hubungan sosioekonomi keluarga dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

2. Ada hubungan sosioekonomi keluarga dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

3. Ada hubungan pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

4. Ada hubungan sosioekonomi dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota.

(20)

1.5 Manfaat Tujuan

1. Menjadi masukan bagi orangtua tentang pentingnya penanganan dalam perawatan darurat trauma avulsi gigi permanen.

2. Memberikan informasi bagi peneliti dalam mengetahui hubungan antara sosio-ekonomi dan pendidikan dengan pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.

3. Memberikan informasi kepada orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan dan Perilaku

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat “longlasting”. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak disadari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:7

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

(22)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam kompenen-kompenen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk melakukan atau mengembangkan bagian-bagian yang terdapat dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.7

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan seperti di atas.7

2.1.2 Sikap

Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap terdiri atas berbagai tingkatan, yaitu:7

a. Menerima (Receiving)

(23)

b. Merespons (Responding)

Subjek memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas adalah indikasi dari sikap. Usaha untuk menjawab pertanyaan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab adalah mempunyai tanggung terhadap segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden.7

2.1.3 Perilaku

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh seseorang yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan seseorang yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan:7

a. Kesadaran (Awareness): seseorang menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

b. Tertarik (Interest): merasa tertarik terhadap stimulus yang diberikan. Disini sikap subjek sudah mulai terbentuk.

c. Mempertimbangkan (Evaluation): seseorang mempertimbangkan baik buruk dari stimulus kepada dirinya. Hal ini berarti sikap orang itu sudah lebih baik lagi.

(24)

e. Adopsi (Adoption): seseorang telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu. Pengukuran dapat juga dilakukan secara langsung, yakni dengan mengamati tindakan atau kegiatan responden.7

2.2 Trauma Avulsi, Prevalensi dan Etiologinya

Avulsi merupakan kondisi lepasnya gigi dari soket alveolar akibat adanya cedera gigi. Secara klinis dan foto ronsen, gigi tidak ada di dalam soket. Tulang alveolar, sementum, ligament periodontal, gingiva, dan pulpa, akan mengalami kerusakan pada saat gigi secara total keluar dari soketnya. Trauma gigi tersebut memberikan dampak negatif signifikan bagi pasien yang dapat menyebabkan gangguan fungsional dan estetika, fisik, serta psikologis.2,4

Keberhasilan pengelolaan avulsi dipengaruhi oleh perawatan darurat yang benar diikuti dengan perawatan lanjutan sehingga dapat menghasilkan prognosis baik avulsi. Prevalensi avulsi adalah 0,5%-16% dari kasus trauma injuri terutama pada anak usia 7-9 tahun, karena daya tahan tulang alveolar masih kurang. Lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dan sering terjadi pada gigi insisif sentral gigi permanen. Pada kasus gigi permanen terjadi 0,5%-16% sedangkan pada gigi sulung terjadi 7%-13%.4,8

Avulsi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dan harus memerlukan perhatian dan penanganan yang khusus serta cepat dari orangtua. Namun, pengelolaan darurat kasus trauma avulsi rendah di kalangan masyarakat.

(25)

sempurna, sehingga kerusakan struktur gigi yang terjadi dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan gigi selanjutnya. Anak yang berusia 12-18 tahun, terjadinya trauma biasanya diakibatkan karena aktivitas olahraga sedangkan pada orang dewasa trauma gigi biasanya terjadi akibat faktor kecelakaan. Jatuh merupakan penyebab utama terjadinya fraktur pada anak, berdasarkan penelitiannya pada tahun 2008 ditegaskan bahwa insidensi trauma pada anak 89,4% disebabkan oleh karena terjatuh. Cedera gigi trauma (TDIs) biasanya mempengaruhi satu gigi, namun tidak tertutup kemungkinan jadi pada beberapa gigi yang dapat meningkatkan meningkatkan risiko trauma gigi saat bermain olahraga. Tindakan pencegahan trauma gigi adalah dengan pemakaian mouthguard atau pelindung muka dengan benar. Ketika mouthguard tidak dipakai selama pertandingan sepak bola, kemungkinan mengalami trauma gigi setidaknya dua kali lebih banyak daripada yang menggunakan

mouthguard semasa olahraga.9,10

Gambar 1. Etiologi trauma gigi avulsi11

2.3 Replantasi Gigi

(26)

menghindari kerusakan lebih lanjut pada membran periodontal dan untuk mendapatkan prognosis yang baik.12,13

Menurut penelitian di Brazil prosedur pembersihan yang benar hanya dinyatakan oleh 19% dari orangtua atau pengasuh. Empat persen itu tidak tahu tindakan yang harus dilakukan, atau bahkan menyatakan bahwa mereka akan menggosok gigi dengan sabun atau spons, sedangkan sebagian besar (64%) akan menggunakan air keran.5

Penanganan darurat trauma avulsi adalah mencari dahulu gigi avulsi. Gigi harus dipegang dari mahkota (bagian paling putih) bukan pada akar gigi. Apabila gigi tersebut itu kotor, harus dibersihkan di bawah air dingin yang mengalir selama 10 detik tanpa sikat atau membersihkan gigi dengan kain kasa serta tidak menggunakan desinfektan.14

2.4 Media Penyimpanan

Menurut Gomes et.al dari Brazil telah melakukan penelitian tentang media penyimpanan bagi gigi avulsi. Tujuan dari penelitian Gomes et.al adalah untuk melakukan pemantauan tentang kemungkinan cara menyimpan gigi avulsi dan efektivitas dalam pemeliharaan vitalitas seluler. Terdapat banyak jenis media penyimpanan atau transportasi untuk gigi avulsi antaranya adalah:15

2.4.1 Air

Air telah menunjukkan untuk menjadi satu dengan sedikit hasil yang diinginkan, meskipun melindungi gigi dari dehidrasi karena media hipotonik dan hal itu menyebabkan kerusakan ligamen periodontal, mirip dengan penyimpanan kering.15

2.4.2 Saliva

(27)

satu jam. Osmolaritas saliva yang jauh lebih rendah daripada fisiologis (60-70 mOsm /kg), akan meningkatkan efek merugikan karena kontaminasi bakteri.15

2.4.3 Larutan Saline

Larutan saline mempunyai osmolaritas 280 mOsm/kg dan meskipun kompatibel ke sel-sel ligamen periodontal, tetapi tidak memiliki nutrisi penting seperti magnesium, kalsium dan glukosa yang diperlukan untuk kebutuhan metabolisme normal dari sel-sel ligamen periodontal. Larutan saline berbahaya bagi sel-sel ligamen periodontal pada gigi avulsi jika digunakan selama lebih dari dua jam.15

2.4.4 Air Kelapa

(28)

2.4.5 Putih Telur

Susu dan putih telur sebagai media untuk menyimpan gigi avulsi, dan hasilnya menunjukkan bahwa gigi disimpan dalam putih telur selama 6 hingga 10 jam lebih baik daripada yang disimpan dalam susu. Osmolalitas putih telur adalah antara 251 dan 298 mOsm / kg. Ligamen periodontal pada yang gigi diekstraksi melekat kembali setelah satu jam dari waktu ekstraalveolar, dibandingkan dengan media penyimpanan seperti susu, putih telur dan air liur buatan. Hasil gigi disimpan dalam susu dan putih telur adalah serupa dari segi faktor serat kolagen dan jumlah sel. Air liur buatan memiliki hasil yang rendah. Oleh sebab itu, putih telur boleh menjadi medium yang sempurna untuk menyimpan gigi avulsi.15

2.4.6 Susu

Susu sebagai solusi untuk gigi avulsi, dapat menjaga kelangsungan hidup ligamen periodontal selular manusia. Susu lebih baik daripada solusi lain untuk sifat fisiologisnya, termasuk pH dan osmolalitas kompatibel dengan mereka yang sel dari ligamentum periondontal, cara mudah untuk mendapatkan dan untuk bebas dari bakteri. Susu adalah solusi penyimpanan yang sangat baik selama 6 jam. Hasil yang menguntungkan dari susu terjadi karena adanya zat-zat gizi seperti asam amino, karbohidrat, dan vitamin. Susu dapat mengurangi jumlah bakteri dan zat bakteriostatik, yang berbahaya bagi fibroblas ligamen periodontal.15,18

2.4.7 Hank’s Balanced Salt Solution (HBSS)

(29)

HBSS adalah solusi terbaik untuk menyimpan gigi avulsi. Ini tidak memerlukan pendinginan dan dapat disimpan di rak selama 2 tahun dan telah direkomendasikan dan berhasil digunakan sebagai media penyimpanan oleh dokter dan peneliti. Ini adalah solusi efektif dalam melestarikan sel ligamen periodontal gigi avulsi, memperbaharui sel ligamen periodontal yang merosot dan mempertahankan tingkat keberhasilan unggul jika gigi yang avulsi direndam di dalamnya selama 30 menit. Hank’s Balanced Salt Solution adalah media yang paling efektif untuk menjaga vitalitas, mitogenisitas dan klonogenik kapasitas sel ligamen periodontal sampai 24 jam pada 4oC, bila dibandingkan dengan media kultur (media Eagle ditambah dengan 25% serum janin anak sapi dan solusi antibiotik. [ 200 UI / mL Penisilin, Gentamisin 50μg/mL dan 0,3 mg/mL Fungizone]). Hank’s Balanced Salt

Solution tersedia secara komersial dengan osmolalitas dan pH yang ideal.15,17

Tabel 1. Prevalensi Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Pemilihan Media untuk Menyimpan Gigi Avulsi dari Beberapa Penelitian2,4,5

Media

penyimpanan Turki India Brazil

Susu 2,7% 2,7% 3%

Air keran 23,5% 32,0% -

Saliva 2,4% - -

Saline 5,9% 29,4% -

Es 26,6% 28,6% -

Tempat kering 23,2% 27,0% 54%

2.5 Waktu Ekstraalveolar

Trauma avulsi dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang alveolar, sementum, ligamen periodontal, gingiva pada saat terjadi trauma avulsi gigi. Trauma avulsi gigi dapat diperparah apabila saat terjadi kejadian, gigi tersebut kekeringan dalam waktu yang lama dan terpapar mikroorganisme.9

(30)

Satu-satunya keberhasilan penanganan trauma avulsi adalah gigi direplantasikan kembali dalam waktu yang sesingkat mungkin kedalam soket. Kekeringan gigi menyebabkan hilangnya metabolisme fisiologis normal dan morfologi sel ligamen periodontal. Penelitian di Kuwait mengatakan bahwa prognosis replantasi gigi avulsi ditentukan oleh langkah-langkah yang pertolongan pertama yang diambil dalam masa yang singkat. Waktu yang terbaik untuk melakukan replantasi gigi avulsi adalah 15-20 menit pertama.19-21

Perawatan avulsi gigi permanen anak adalah waktu gigi diluar soket kurang dari 30 menit dan total waktu gigi yang disimpan dalam media kurang dari 90 menit, maka jaringan ligament periodontal dapat mengalami perubahan. Keberhasilan dari penanganan darurat adalah sangat bergantung pada waktu ekstraalveolar gigi dan media penyimpanan gigi avulsi.9

Gambar 2. Avulsi gigi27

Kebanyakan orangtua tidak menyadari pentingnya replantasi gigi avulsi dengan secepat mungkin. Menurut penelitian di India sekitar 39,5% orangtua perkotaan 36,5% orangtua pedesaan menyatakan bahwa mereka akan menghubungi dokter gigi atau dokter beberapa hari setelah avulsi. Namun penelitian menunjukkan pengetahuan tentang penanganan masih rendah. Satu-satunya faktor yang paling penting untuk memastikan hasil yang menguntungkan adalah kecepatan dengan yang gigi replantasi.Replantasi langsung dapat memiliki konsekuensi seumur hidup yang positif untuk kelangsungan hidup gigi.4

(31)

2.6 Prognosis

Prognosis trauma gigi tergantung pada penanganan awal yang cepat dan tepat dan perawatan ligamen periodontal gigi avulsi selanjutnya sehingga dapat mempertahankan vitalitasnya gigi. Penanganan awal darurat trauma avulsi gigi tergantung pada berbagai faktor seperti waktu ekstraalveolar, media penyimpanan, kontaminasi dan perlindungan periodontal yang ligamen.22,23

Pencegah dehidrasi pada permukaan akar selama transportasi, media penyimpanan harus mempunyai osmolalitas dan pH yang benar. Susu dan air kelapa memenuhi persyaratan ini dan dianggap sebagai media yang sangat baik untuk prognosis yang baik bagi gigi avulsi. Trauma gigi sering terjadi di sekolah dan juga terjadi di rumah. Oleh karena itu, prognosis dari gigi avulsi terjadi pada anak tergantung pada pengetahuan darurat orangtua dari prosedur ini.24,25,28

2.7 Pencegahan

Kegiatan anak khususnya olahraga sering mengakibatkan trauma pada gigi. Kegiatan olahraga cenderung meningkatkan risiko trauma pada giginya, akan tetapi pencegahan trauma gigi dapat dilakukan dengan menggunakan mouthguards pada saat olahraga. Mouthguards juga mengurangi prevalensi gegar otak dan patah tulang rahang dengan bantalan kekuatan chin-hit. Penggunaan mouthguards dalam olahraga selain sepak bola adalah jarang dan menetapkan aturan yang mewajibkan alat pelindung dalam olahraga lain serta menyerukan untuk lebih memberikan informasi kepada masyarakat mengenai keuntungan pemakaiannya.9

Keuntungan menggunakan mouthguards adalah:9 1) Mencegah fraktur atau dislokasi gigi anterior

(32)

2.8 Kerangka Teori

Trauma Gigi

Klasifikasi

Avulsi

Etiologi

Prevalensi

Penanganan darurat

Waktu Media Tempat Pengetahuan dan Prilaku

orang terdekat

Guru Orang tua

Dokter Gigi

Perawatan lanjutan

(33)

2.9 Kerangka Konsep

z

zzzzzz

zzzz Pendidikan dan Sosioekonomi Orangtua

Pengetahuan dan Sikap Orangtua tentang Penanganan Avulsi

Sikap Orangtua tentang Penanganan Darurat Trauma

Avulsi Gigi Permanen Pengetahuan Orangtua tentang

(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian survei bersifat deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu untuk menganalisis pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma gigi avulsi permanen.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.2 Lokasi

Penelitian ini dilakukan dibeberapa Sekolah SD di Kecamatan Medan Kota dan Medan Sunggal, Kotamadya Medan.

3.2.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu Februari - Juni 2015. Pengumpulan data 2 minggu, pengolahan dan analisis data 1 bulan, penyusunan laporan 3 bulan.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh orangtua siswa-siswi yang mempunyai anak dengan gigi permanen usia 7-9 tahun di Kota Madya Medan.

Sampel di penelitian ini adalah orangtua siswa-siswi yang mempunyai anak dengan gigi permanen usia 7-9 tahun yang tinggal di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota serta yang memenuhi kriteria inklusi.

(35)

atas 11 kecamatan yaitu: Kecamatan Medan Tuntungan, Selayang, Sunggal, Johor, Denai, Kota, Amplas, Tembung, Marelan, Labuhan dan Belawan. Kecamatan yang diperolehi adalah Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota dengan masing-masing jumlah sampel pada tiap kecamatan 50% dari total sampel. Selanjutnya sekolah dasar negeri dan swasta pada setiap kecamatan kemudian dipilih masing-masing sebanyak satu secara acak.

Besaran sampel yang diperoleh dengan menggunakan rumus pengujian hipotesis untuk proporsi populasi tunggal (two tail):

n = + Z1-β )]2

(Pα-Po)2 = 258,2

Keterangan:

N = besarnya sampel

Z /2 = level of significant, nilai Z pada derajat kepercayaan 5% = 1,96 Z2- = power of test, nilai Z pada kekuatan uji 90% = 1,282

Po = proporsi yang telah diteliti 58,2% Pa = proporsi alternatif yaitu 48,2% Pa-Po = dugaan selisih proporsi 10%

Besar minimum sampel ini adalah sebesar 258 responden. Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel minimum adalah 258,2 atau 259 responden, maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini setelah ditambahkan 10% adalah 284 responden untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop-out. Jumlah subjek penelitian kemudian didistribusikan merata pada masing-masing sekolah yang dipilih di Kecamatan Medan Sunggal yaitu 142 responden dan Medan Kota yaitu 142 responden.

Kriteria Inklusi

a. Orangtua yang bertempat tinggal di Kecamatan Medan Sunggal atau Medan Kota.

(36)

c. Orangtua yang memiliki anak dengan gigi permanen usia dibawah usia 7-9 d. Orangtua yang sehat jasmani

Kriteria Eksklusi:

a. Orangtua yang tidak melengkapi angket atau kuesioner b. Angket atau kuesioner yang tidak dikembalikan

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Penelitian

a. Variabel terikat/ dependen : Pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.

b. Variabel faktor risiko : Pendidikan dan sosioekonomi keluarga

Untuk analisis hubungan pengetahuan dan sikap orangtua: variabel terikat/ dependen : sikap orangtua dan variabel faktor risiko : pengetahuan orangtua

3.5 Definisi Operasional

Tabel 2. Defenisi Operasional Faktor Risiko

Variabel Defenisi Operasional Hasil Ukur Skala

Ukur

Jenis Kelamin

Pembagian jenis seksual yang ditentukan secara biologis dan anatomis

Jenis kelamin laki-laki Jenis kelamin perempuan

Nominal

Umur Usia responden dari mulai lahir sampai ulang tahunnya yang terakhir.

1. 25-34 tahun 2. 35-44 tahun 3. 45-54 tahun 4. 55-64 tahun

(37)

Lanjutan Tabel 2. Defenisi Operasional Faktor Risiko

Variabel Defenisi Operasional Hasil Ukur Skala

Ukur (Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)

1. Pendidikan rendah (tidak sekolah, SD, SMP)

2. Pendidikan sedang SMA)

3. Pendidikan tinggi (tamat diploma,

a. Pekerjaan: Jenis kegiatan yang ditekuni responden

(Menurut BPS 2014 Kota Medan) rata-rata per kapita sebulan yaitu :

1. Perekonomian rendah < Rp 1.500.000 (perkapita)

2. Perekonomian tidak rendah ≥

(38)

Tabel 3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala (tv, radio, internet) 2. Media cetak

2. Menenangkan anak, hentikan

(39)

Lanjutan Tabel 3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

Skala Ukur

4. Jenis gigi avulsi

(40)

Lanjutan Tabel 3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

(41)

Lanjutan Tabel 3. Defenisi Operasional Pengetahuan Orangtua

No Variabel Defenisi

Operasional Hasil Ukur

(42)

Tabel 4. Defenisi Operasional Sikap Orangtua

No Variabel Defenisi operasional Hasil ukur Skala

Ukur cedera gigi dan mulut

1. Sangat Setuju (5) gigi yang terlepas ke posisinya semula segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi.

1. Sangat Setuju (5) jatuh di tanah yang kotor. dan gigi avulsi ke dokter gigi segera setelah cedera terjadi.

(43)

Lanjutan Tabel 4. Defenisi Operasional Sikap Orangtua

Setiap soal yang kemudian dihitung rata-rata pengetahuan jawaban yang benar dibagi dengan jumlah soal. Jawaban benar diberikan bobot (1) dan jawaban yang salah diberikan bobot (0). Rata-rata pengetahuan orangtua terhadap pengelolaan darurat kasus trauma avulsi gigi permanen terhadap anak dan ditabelkan secara setiap soal yang dijawab oleh 258 sampel.

Kriteria penilaian pengukuran :

Untuk mengukur tingkat pengetahuan, setiap pertanyaan diberikan bobot nilai 1 jika benar dan 0 jika jawaban salah. Pertanyaan tentang pengetahuan terdiri dari 2 pertanyaan pembuka dan 9 pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan orangtua dengan nilai maksimal = 9 dan nilai minimal = 0.

(44)

a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar >75% dari seluruh pertanyaan (skor 7-9).

b. Cukup; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 56%-75% dari seluruh pertanyaan (skor 5-6).

c. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh pertanyaan (skor 0-4).

Pengubahan kategori pengetahuan kemudian dilakukan karena tidak sesuai untuk pengolahan statistik sebagai berikut:

a. Baik; apabila responden mampu menjawab dengan benar ≥56% dari seluruh pertanyaan (skor 5-9)

b. Kurang; apabila nilai yang diperoleh responden <56% dari seluruh pertanyaan (skor 0-4).

Kriteria penilaian pengukuran sikap

Pengukuran sikap menggunakan Skala Likert untuk pernyataan benar dan pernyataan salah. Pernyataan benar atau positif dengan jawaban sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1 dan untuk pernyataan salah atau negatif dengan jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, ragu-ragu diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4, dan sangat tidak setuju diberi skor 5. Nilai maksimal = 40 dan minimal = 8.

Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden maka dapat dikategorikan tingkat sikap responden sebagai berikut: (Setiawan 2010)

a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari seluruh pertanyaan (skor 31-40).

b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari seluruh pertanyaan (skor 21-30).

c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden 26%-50% dari seluruh pertanyaan (skor 11-20).

(45)

Pengubahan kategori sikap kemudian dilakukan karena tidak sesuai untuk pengolahan statistik sebagai berikut:

a. Sangat baik; apabila nilai yang diperoleh responden 76%-100% dari seluruh pertanyaan (skor 31-40).

b. Baik; apabila nilai yang diperoleh responden berkisar 51%-75% dari seluruh pertanyaan (skor 21-30).

c. Tidak baik; apabila nilai yang diperoleh responden ≤50% dari seluruh pertanyaan (skor 8-20).

3.6 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Angket atau kuesioer pada penelitian ini berisi daftar pertanyaan yang dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Angket tersebut diberikan kepada orangtua melalui murid sekolah dasar kelas III dan IV. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat pengetahuan dan sikap orangtua terhadap penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dari orangtua.

Adapun tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kota Medan dibagi atas 2 bagian yaitu 10 kecamatan di lingkar dalam dan 11 kecamatan di lingkar luar kemudian dilakukan random sehingga diperoleh Kecamatan Medan Kota mewakili lingkar dalam dan Kecamatan Medan Sunggal mewakili lingkar luar.

(46)

3. Peneliti mempersiapkan kelengkapan administrasi surat izin dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk kemudian dibawa ke sekolah yang ditentukan dalam meminta izin dan jadwal dilakukannya penelitian kepada pihak sekolah.

4. Pada waktu yang ditentukan, peneliti memberikan lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian, informed consent dan kuesioner yang ditujukan kepada orangtua melalui murid kelas III dan IV pada sekolah tersebut. Kemudian angket atau kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti pada hari keempat. Kuesioner yang belum dikembalikan maka diberi tenggang waktu 2 hari berikutnya untuk dikumpul kembali.

5. Kuesioner yang telah selesai dikumpul selanjutnya diolah dan dianalisis oleh peneliti.

3.7 Pengolahan dan Analisis data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah secara komputerisasi. Pengolahan data secara komputerisasi meliputi:

a) Editing ( Penyuntingan data)

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden.

b) Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)

Coding dilakukan untuk mengubah data yang telah terkumpul dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode. Proses pengkodean dilakukan berdasarkan variabel –variabel didalam penelitian ini yaitu jenis kelamin orang tua, pendidikan dan pekerjaan orangtua, sikap dan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi terhadap anak.

c) Memasukkan data (Data Entry)

(47)

d) Saving

Merupakan proses penyimpanan data sebelum data diolah atau dianalisis. e) Tabulasi

Merupakan proses menyusun data dalam bentuk tabel, selanjutnya diolah dengan bantuan computer.

f) Cleaning

Merupakan kegiatan pengetikan kembali data yang sudah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

3.7.2 Analisis Data

Analisis univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi variabel yang diteliti.

Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (faktor risiko) dengan variabel dependen (pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak). Hasil analisis ini akan diketahui variabel independen yang bermakna secara statistik dengan variabel dependen. Teknik analisis yang digunakan adalah uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05).

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut: 1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela kepada responden penelitian untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Bagi responden yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar persetujuan responden penelitian untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

(48)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti, karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan data pribadi masing-masing responden.

3. Kelayakan Etik (Ethical Clearance)

(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Karakteristik Responden Orangtua

Karakeristik responden meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan formal tertinggi terakhir, sosioekonomi orangtua yang meliputi status pekerjaan dan pendapatan keluarga. Responden terdiri dari 2 Kecamatan yaitu Medan Sunggal dan Medan Kota dengan jumlah responden 284.

(50)

Tabel 5. Karakteristik Responden >Rp. 1,500.000 (tidak rendah)

16(5,6) 268(94,4)

4.2 Gambaran Umum Pengetahuan Tentang Penanganan Darurat

Trauma Avulsi Gigi Permanen

(51)

Hasil penelitian mengenai pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi diperoleh dari beberapa pertanyaan seperti tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut, jenis gigi avulsi yang benar, tindakan pertama sekali yang dilakukan oleh orangtua saat menemukan gigi anak avulsi, waktu paling tepat bagi perawatan gigi dan mulut, perlakuan yang benar sebelum replantasi gigi avulsi, cara membawa gigi avulsi ke dokter gigi, media yang digunakan untuk membawa gigi avulsi, waktu ekstra alveolar dan tempat perawatan lanjutan. Tindakan pertama sekali yang akan dilakukan oleh orangtua saat anak mengalami cedera dan gigi dan mulut, dijawab benar sebanyak 37% dan menjawab salah sebanyak 63%. Responden yang menjawab benar mengenai jenis gigi yang terkena avulsi sebanyak 22,2% dan responden menjawab salah sebanyak 77,8%. Tindakan yang dilakukan oleh orangtua pertama sekali saat menemukan gigi anak avulsi dijawab benar sebanyak 5,3% dan tindakan pertama sekali yang salah dilakukan oleh orangtua saat menemukan gigi anak avulsi sebanyak 94,7% (Tabel 6).

Pertanyaan mengenai waktu yang paling tepat untuk merawat gigi avulsi adalah sebanyak 51,1% dan waktu yang kurang tepat sebanyak 48,9%. Pertanyaan mengenai perlakuan yang benar sebelum replantasi gigi avulsi sebanyak 42,6% dan salah sebanyak 57,4%. Pernyataan yang benar dari responden mengenai cara membawa gigi avulsi ke dokter gigi sebanyak 7,7% dan responden yang menjawab yang salah sebanyak 92,3%. Pertanyaan mengenai media yang digunakan untuk membawa gigi avulsi sebanyak 6,7% menjawab benar dan responden yang salah sebanyak 93,3% (Tabel 6).

(52)

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

No Pengetahuan n (%)

Benar Salah

1. Tindakan pertama saat cedera gigi dan mulut terjadi

105(37) 179(63) 2. Jenis gigi yang avulsi berdasarkan ilustrasi kasus

pada kuesioner

63(22,2) 221(77,8) 3. Tindakan pertama terhadap gigi avulsi 15(5,3) 269(94,7) 4. Waktu terbaik menerima perawatan gigi dan

mulut setelah terjadi avulsi

145(51,1) 139(48,9) 5. Perlakuan sebelum dilakukan replantasi pada gigi

avulsi

121(42,6) 163(57,4) 6. Cara membawa gigi yang mengalami avulsi 22(7,7) 262(92,3) 7. Media penyimpanan gigi avulsi 19(6,7) 265(93,3) 8. Waktu ekstraalveolar gigi avulsi 57(20,1) 227(79,9) 9. Tempat mendapatkan perawatan lanjutan 266(93,7) 18(6,3)

Berdasarkan hasil pertanyaan mengenai pengetahuan tersebut diatas, maka dapat dikategorikan tingkat pengetahuan orangtua sebagai berikut; responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 39 orang (13,7%), tingkat pengetahuan kurang sebanyak 245 orang (86,3%). (Tabel 7)

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Baik 39 13,7

Kurang 245 86,3

4.3 Gambaran Umum Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma

Avulsi Gigi Permanen

(53)

terlepas ke dokter gigi segera setelah cedera gigi dan mulut terjadi, membawa gigi terlepas ke dokter gigi dengan dibalut menggunakan tissue jika gigi terlepas tidak langsung dikembalikan ke posisi semula, menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi dan bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut.

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

No. Sikap n (%)

SS S RR TS STS

1. Setiap orangtua harus mengetahui tentang

3. Waktu pengembalian gigi yang lepas cedera gigi dan mulut terjadi.

(54)

Lanjutan Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Penanganan Darurat Trauma Avulsi Gigi Permanen Anak

No

. Sikap

n(%)

SS S RR TS STS

6. Mengembalikan gigi anak yang terlepas ke posisinya semula,

(55)

posisi semula sebanyak 39 orang (13,7%). Responden yang menyatakan sangat setuju menyimpan gigi yang terlepas ke dalam kantong berisi susu sebelum dibawa ke dokter gigi sebanyak 62 orang (21,8%). Responden yang menyatakan setuju untuk bersedia menerima penyuluhan lebih lanjut tentang penanganan darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 90 orang (31,7%).

Berdasarkan hasil pertanyaan mengenai sikap diatas, maka dapat dikategorikan sikap orangtua sebagai berikut; responden yang memiliki sikap sangat baik sebanyak 4,9%, sikap baik sebanyak 19,7%, sikap tidak baik sebanyak 75,4%. (Tabel 9)

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Orangtua

No. Sikap n(%)

1. Sangat baik 14(4,9)

2. Baik 56(19,7)

3. Tidak baik 214(75,4)

4.4 Hasil Analisis Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orangtua

dengan Pengetahuan dan Sikap Orangtua Dalam Penanganan Darurat Trauma

Avulsi Gigi Permanen

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan p <0,05 dengan variable 3x3.

(56)

Tabel 10. Hasil Analisis Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan n(%)

Total p

Baik Cukup Kurang

Rendah 0(0) 16(5,6) 113(39,8) 129(45,4)

0,028

Sedang 0(0) 15(5,3) 96(33,8) 111(39,1)

Tinggi 2(0,7) 6(2,1) 36(12,7) 44(15,5)

Total 2(0,7) 37(13) 245(86,3) 284(100)

Berdasarkan tabel 11 hasil uji statistik setelah penggabungan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orangtua dengan pengetahuan orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p= 0,037; p<0,05).

Tabel 11. Hasil Analisis Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan n (%)

Total p

Baik Kurang

Rendah 31 (12,9) 209(87,1) 240(100)

0,037

Tinggi 8 (18,2) 36(81,8) 44(100)

Total 39(13,7) 245(86,3) 284(100)

Analisis hubungan variabel tingkat pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan p <0,05 dengan variable 3x3.

Hasil penelitian pada tabel 12 menunjukkan tidak memenuhi persyaratan karena terdapat nilai expected lebih dari 20% dan sehingga dilakukan penggabungan pada tingkat pendidikan yang dari 3 kategori menjadi 2 kategori yaitu rendah dan tinggi, pada tingkat sikap dari 4 kategori menjadi 3 kategori yaitu sangat baik, tidak baik. Penggabungan kategori ini akan dipakai untuk uji Chi-Square

(57)

Tabel 12. Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua

Berdasarkan tabel 13 hasil uji statistik setelah penggabungan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan orangtua dengan sikap orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p= 0,038; p<0,05). Tabel 13. Hasil Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Orangtua

4.5 Hasil Analisis Hubungan antara Statistik Sosial Ekonomi Orangtua

dengan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Penanganan Darurat Trauma

Avulsi Gigi Permanen

Analisis hubungan variabel sosioekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak dilakukan uji Chi Square pada derajat kemaknaan 0,05 sebagai berikut.

(58)

Tabel 14. Hasil Analitik Sosioekonomi dengan Pengetahuan

Berdasarkan tabel 15 hasil uji statistik setelah penggabungan menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi orangtua dengan sikap orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p= 0,032; p<0,05).

Tabel 15. Hasil Analisis Statistik Sosioekonomi dengan Sikap

Sosio

Berdasarkan tabel 16 hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan orangtua dengan sikap orangtua dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak (p= 0,042; p<0,05).

Tabel 16. Hasil Analisis Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Orangtua

(59)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, total responden adalah 284 orangtua SD kelas 3 dan 4 dari 2 SD di Kecamatan Medan Sunggal dan 2 SD di Kecamatan Medan Kota. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan dan pengetahuan dan sikap terhadap penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen. Menurut pendapat Notoadmodjo (2007) bahwa pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan dan sumber-sumber informasi yang digunakannya, sedangkan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada peningkatan pengetahuan yang diperoleh.7

Hasil yang diperoleh orangtua laki-laki 96 orang (33,8%) dan 188 orangtua perempuan (66,2%). Jumlah perempuan adalah 2 kali lebih jika dibandingkan dengan laki-laki. Pada penelitian di Brazil juga menunjukkan hasil yang sama dimana responden perempuan lebih banyak dari responden laki-laki dengan responden perempuan 99 orang (92,5%) dan responden laki-laki 8 orang (7,5%)5. Hasil yang sama juga di penelitian Kuwait orangtua perempuan lebih banyak 21 orang 3% dan orangtua laki-laki 1 orang 2%.13 Hal ini kemungkinan karena ibu lebih dekat dan lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak serta memegang peranan penting terhadap kehidupan anak.2

(60)

sebesar 5,6% dan perekonomian tinggi sebesar 94,4%. Status sosial ekonomi dinilai berdasarkan 2 hal yaitu pekerjaan dan jumlah pendapatan total keluarga responden. Berdasarkan data yang diperoleh sosioekonomi tertinggi adalah kategori yang baik dengan 190 orang 66,9%.

Data hasil menunjukkan orangtua yang pernah mendapat informasi mengenai cedera gigi dan mulut hanya 159 orang (56%) sedangkan 125 orang (44%) tidak pernah mendapatkan informasi mengenai cedera gigi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di India yang menunjukkan hasil orangtua yang pernah dapat informasi sebanyak 26,3% sedangkan 74,7% tidak pernah dan di Turki peneliti memperoleh bahwa orangtua yang pernah memperoleh informasi mengenai cedera gigi dan mulut sebanyak 36,6% dan yang tidak pernah sebanyak 63,4%.1,2 Hasil penelitian di Egypt menunjukkan 18,9% pernah mendapatkan informasi sebanyak 18,9% dan 82,1% tidak pernah mendapatkan informasi serta dari 60% responden yang mendapatkan informasi tentang cedera gigi dan mulut melalui dokter gigi.13 Hal ini didukung dengan penelitian Ozer et.al dimana informasi yang diperoleh paling banyak dari dokter gigi (19%) dari seluruh jenis sumber informasi.2

Pengukuran pengetahuan orangtua diperoleh dari 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang penanganan darurat trauma avulsi pada gigi permanen anak. Sebanyak 105 responden (37%) menjawab dengan benar yaitu tindakan pertama orangtua lakukan dengan menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan mengigit kain sambil membawa ke pelayanan medis. Penelitian Santos et.al menunjukkan 86% orangtua akan menenangkan anak, hentikan perdarahan dengan mengigit kain sambil membawa ke pelayanan medis.5 Hal ini menunjukkan bahwa orangtua memiliki pengetahuan yang baik tentang tindakan pertama dalam penanganan trauma avulsi sehingga dapat prognosis perawatan lanjutan gigi avulsi yang baik.

(61)

selama 10 detik dan sebanyak 121 orang (42,6%) responden telah jawab dengan benar. Cara pengembalian gigi avulsi gigi ke posisi semula adalah dengan membersihkan gigi dengan air mengalir selama 10 detik dan sebanyak 121 orang (42,6%) responden telah jawab dengan benar. Namun menurut penelitian Santos et.al

hanya 19% yang menggunakan cara yang benar dalam pengembalian gigi avulsi.5 Transportasi dan cara yang paling baik membawa gigi avulsi adalah dengan susu. Responden yang jawab benar adalah sebanyak 6,7%. Hal yang sama di penelitian di Brazil, dan Egypt yang respondennya tidak tahu tentang kepentingan susu dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen dengan persentase 3%, 15,6%.5,21 Jumlah tersebut menunjukkan bahwa orangtua tidak memiliki pengetahuan mengenai cara transportasi gigi avulsi yang kotor ke medium susu dan pengetahuan untuk tetap menjaga vitalitas sel ligamen periodontal pada waktu yang bersamaan.

Waktu yang baik dalam replantasi gigi avulsi adalah dalam 30 menit untuk mendapatkan prognosis yang baik dan hanya 57 orang (20,1%) jawab dengan benar sedangkan 227 orang (79,9%) menjawab salah. 87% responden tidak tahu tentang waktu replantasi gigi avulsi di penelitian Kuwait.13 Perawatan lanjut trauma avulsi gigi harus didapat di klinik dokter gigi dan sebanyak 266 orang (93,7%) telah jawab dengan benar. Hal ini menunjukkan orangtua asumsi bahwa klinik gigi memang dipersiapkan untuk menangani pasien dengan kasus trauma avulsi.20

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden di kategori yang baik adalah 39 orang (13,7%), kategori kurang sebanyak 245 orang (86,3%). Hal ini menunjukkan pengetahuan orangtua di Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Kota adalah sangat rendah tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen. Penelitian Santos et.al di Brazil dan Shashikiran di India juga menyatakan bahwa pengetahuan orangtua mengenai penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen pada anak adalah rendah.5 Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan secara statistik kemungkinan diakibatkan adanya perbedaan latar belakang pendidikan.4

(62)

darurat cedera gigi dan mulut sebanyak 165 orang (58,1%). Pertanyaan mengenai sikap orangtua dalam kepentingan mencari gigi anak yang hilang setelah terjadi gigi dan mulut sangat setuju oleh 107 orang (37,7%). Pertanyaan mengenai kepentingan dalam replantasi gigi avulsi yang sangat setuju seramai 110 orang (38,7%). Namun, sikap responden tentang membersihkan gigi yang terlepas pada tempat yang kotor dengan cara disikat sampai bersih menunjukkan hasil yang negatif. Sejumlah 118 orang (41,5%) telah sangat setuju dengan pernyataan diatas sedangkan hanya 3 orang (1,1%) telah sangat tidak setuju dengan pembersihan gigi avulsi. Pengetahuan responden dalam pembersihan gigi avulsi mempengaruhi sikap dalam penanggulan trauma avulsi gigi permanen menyebabkan responden sangat setuju dalam pembersihan gigi avulsi dengan disikat. Hal ini didukung oleh penelitian di Egypt yang menunjukkan (15%) responden akan menggosok gigi yang kotor sebelum replantasi gigi tanpa tidak menyadari bahwa hal ini akan mengurangi kemungkinan sukses replantasi gigi avulsi.21

(63)

meningkatkan kesedaran tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di masa depan. Gambaran keseluruhan sikap responden menunjukkan kategori tidak baik yang tertinggi dengan 214 orang (75,4%).

Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan faktor sosioekonomi orangtua dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen (p=0,037) dan (p=0,003). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang latar belakang pendidikan tinggi hanya 8 orang (18,2%) golongan yang berpengetahuan baik tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen, malah yang lain lebih banyak di kategori kurang baik tingkat pendidikan tinggi, sedang dan rendah. Secara umum ditemukan bahwa, tingkat pengetahuan orangtua kurang tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen tanpa dipengaruhi tingkat pendidikan, jenis kelamin, usia dan sosioekonomi.1,2,4,5 Data ini menunjukkan latar belakang pendidikan tidak mempengaruhi pengetahuan orangtua. Hal ini disebabkan oleh orangtua kurang atau bahkan tidak memperoleh informasi tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.2,3

Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan sosioekonomi orangtua dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen (p=0,038) dan (p=0,037). Data hasil menunjukkan bahwa lebih dari setengah setiap kategori sosial ekonomi baik, sedang dan kurang memiliki sikap yang tidak baik. Loo et.al menyatakan hal serupa bahwa respon antusias terhadap keingintahuan penanganan darurat trauma avulsi berhubungan langsung dengan tingkat pendidikan orangtua.1 Penelitian lain tentang hubungan sikap dengan sosioekonomi belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini karena, dapat disebabkan oleh orangtua kurang atau bahkan tidak mempunyai kesadaran sikap dalam penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen.2

(64)
(65)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Avulsi merupakan kondisi lepasnya gigi dari soket alveolar akibat adanya cedera gigi yang menjadi masalah gigi yang sering ditemui pada anak. Keberhasilan pengelolaan avulsi dipengaruhi oleh perawatan darurat yang benar diikuti dengan perawatan lanjutan sehingga dapat menghasilkan prognosis yang baik. Pengelolaan trauma melibatkan kerjasama antara orangtua atau pengasuh anak, guru dan pelatih, dokter gigi ataupun masyarakat yang berada di lingkungan terjadinya trauma. Oleh sebab itu orangtua harus mempunyai pengetahuan dan sikap baik tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen untuk mendapatkan prognosis yang baik terhadap gigi avulsi. Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Gambaran secara keseluruhan tentang pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen mayoritas di kategori kurang.

2. Gambaran secara keseluruhan tentang sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen mayoritas di kategori tidak baik.

3. Adanya hubungan pendidikan dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. (p = 0,037)

4. Adanya hubungan pendidikan dengan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. (p = 0,038)

5. Adanya hubungan sosial ekonomi dengan pengetahuan orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. (p = 0,003)

(66)

7. Adanya hubungan pengetahuan dan sikap orangtua tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen di Kecamatan Medan Sunggal dan Kecamatan Medan Kota. (p = 0,042)

6.2 Saran

1. Perlu diadakan program untuk meningkatkan pengetahuan orangtua anak SD harus dipertimbangkan antara dokter gigi, orangtua dan administrasi sekolah seperti seminar/ceramah tentang penanganan darurat trauma avulsi gigi permanen anak SD.

2. Setiap sekolah harus menampilkan poster pendidikan mengenai manajemen emerjensi trauma avulsi gigi permanen di papan pengumuman guru.

Gambar

Gambar 1. Etiologi trauma gigi avulsi11
Tabel 1.  Prevalensi Pengetahuan dan Sikap Orangtua dalam Pemilihan Media untuk Menyimpan Gigi Avulsi dari Beberapa Penelitian2,4,5
Gambar 2. Avulsi gigi
Tabel 2.  Defenisi Operasional Faktor Risiko
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi

Fern xylem offers many distinctive features: (1) presence of numerous vessels and various numbers of tracheids in most species; (2) presence of vessels in both roots and rhizomes

Demikian pernyataan ini saya buat, apabila di kemudian hari saya tidak memenuhi hal tersebut diatas, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan dari Dinas Pendidikan

The main ontogenetical features of Rondeletia odorata pollen are (1) the very thin irregular foot layer, (2) development of a continuous layer of radially oriented membranous

Jika Grup mengurangi bagian kepemilikan pada entitas asosiasi atau ventura bersama tetapi Grup tetap menerapkan metode ekuitas, Grup mereklasifikasi ke laba rugi proporsi

Investasi pada entitas asosiasi dicatat di laporan posisi keuangan konsolidasian sebesar biaya perolehan dan selanjutnya disesuaikan untuk perubahan dalam bagian kepemilikan Grup

Both new species are closely related based on morphological and molecular characteristics and with uncertain affinity to other taxa of the Euascomycetes based on phylogenetic

 Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang di lengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA